Pemeliharaan Pemutus Tenaga Gardu Induk 150 KV Krapyak
Pemeliharaan Pemutus Tenaga Gardu Induk 150 KV Krapyak
KRAPYAK
Lukas Santoro.1, Ir. Yuningtyastuti, MT.2
1 2
Mahasiswa dan Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia
Email : lukassantoro@ymail.com
Abstrak
4
Dari tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa Tabel 3 Data hasil pengukuran tahanan kontak PMT
tahanan isolasi rata-rata tidak mencapai Titik Ukur Fasa R Fasa S Fasa T
Atas-Bawah (μΩ) (μΩ) (μΩ)
standard, yaitu 1 MΩ. Perlu dilakukan (PMT posisi ON)
pembersihan isolator dan uji ulang. 100 A 38.1 39.0 38.7
200 A 38.3 38.6 37.9
c. Pengukuran Tahanan Kontak 300 A 37.9 39.1 37.9
Rangkaian tenaga listrik sebagian Dari tabel 3 di atas menunjukkan bahwa
besar terdiri dari banyak titik sambungan. Pemutus Tenaga (Circuit Breaker ) layak
Sambungan adalah dua atau lebih digunakan karena masih dalam batas yang
permukaan dari beberapa jenis konduktor diijinkan sesuai ketentuan P3B O&M
bertemu secara fisik sehingga arus/energi PMT/001.01, yakni R<100 μΩ.
listrik dapat disalurkan tanpa hambatan
yang berarti. Pertemuan dari beberapa d. Pengukuran Tahanan Pentanahan
konduktor menyebabkan suatu Peralatan ataupun titik netral system
hambatan/resistan terhadap arus yang tenaga listrik yang dihubungkan ke tanah
melaluinya sehingga akan terjadi panas dan dengan suatu pentanahan yang ada di gardu
menjadikan kerugian teknis. Rugi ini sangat induk dimana system pentanahan tersebut
signifikan jika nilai tahanan kontaknya dibuat dalam tanah dengan struktur bentuk
tinggi. mesh, Nilai tahanan Pentanahan di Gardu
Sambungan antara konduktor Induk bervariasi besarnya nilai tahanan
dengan PMT atau peralatan lain merupakan tanah dapat ditentukan oleh kondisi tanah
tahanan kontak yang syarat tahanannya itu sendiri. Semakin kecil nilai
memenuhi kaidah Hukum Ohm sebagai pentanahannya maka akan semakin baik.
berikut: Cara kerja alat ukur pentanahan
E = I . R (1) menggunakan prinsip alat ukur
Galvanometer (Prinsip Kesetimbangan)
Jika didapat kondisi tahanan kontak
sebesar 1 Ohm dan arus yang mengalir Tabel 4 Data hasil pengukuran tahanan pentanahan
adalah 100 Ampere maka ruginya adalah PMT
W = 𝐼2 . R (2) Titik Ukur Standard Hasil Ukur
Terminal Pentanahan ≤ 1 Ohm 0.2 Ohm
W = 10.000 watts Dari data tabel 4 di atas menunjukkan
Prinsip dasarnya adalah sama bahwa Pemutus Tenaga (Circuit Breaker)
dengan alat ukur tahanan murni (Rdc), layak digunakan karena masih dalam batas
tetapi pada tahanan kontak arus yang yang diijinkan menurut standar pengujian
dialirkan lebih besar I=100 Ampere. Standart IEEE std 80 : 2000 (guide for
Kondisi ini sangat signifikan jika safety in ac substation – grounding), yakni
jumlah sambungan konduktor pada salah besarnya nilai tahanan pentanahan untuk
satu jalur terdapat banyak sambungan switchgear adalah ≤ 1 ohm.
sehingga kerugian teknis juga menjadi
besar, tetapi masalah ini dapat dikendalikan e. Pengukuran Keserempakan PMT
dengan cara menurunkan tahanan kontak Tujuan dari pengujian
dengan membuat dan memelihara nilai keserempakan PMT adalah untuk
tahanan kontak sekecil mungkin. Jadi mengetahui waktu kerja PMT secara
pemeliharaan tahanan kontak sangat individu serta mengetahui keserempakan
diperlukan sehingga nilainya memenuhi PMT pada saat menutup atau membuka.
syarat nilai tahanan kontak. Berdasarkan cara kerja penggerak, maka
PMT dapat dibedakan atas jenis three pole
(penggerak PMT tiga fasa) dan single pole
(penggerak PMT satu fasa). Untuk T/L Bay
5
biasanya PMT menggunakan jenis single 1. Pemeliharaan Pemutus Tenaga (Circuit
pole dengan maksud PMT tersebut dapat Breaker) adalah proses kegiatan yang
trip satu fasa apabila terjadi gangguan satu dilakukan terhadap Pemutus Tenaga
fasa ke tanah dan dapat reclose satu fasa (Circuit Breaker) sehingga didalam
yang disebut SPAR (Single Pole Auto operasinya Pemutus Tenaga
Reclose). Namun apabila gangguan pada (Circuit Breaker) dapat memenuhi fungsi
penghantar fasa-fasa maupun tiga fasa yang dikehendaki secara terus menerus
maka PMT tersebut harus trip 3 fasa secara sesuai karakteristiknya.
serempak. Apabila PMT tidak trip secara 2. Pemeliharaan Pemutus Tenaga berupa
serempak akan menyebabkan gangguan, monitoring dan dilakukan oleh petugas
untuk itu biasanya terakhir ada system operator setiap hari untuk Gardu Induk.
proteksi namanya pole discrepancy relay 3. Pemeliharaan Pemutus Tenaga berupa
yang memberikan perintah trip kepada pemeriksaan, pengukuran dan pengujian
ketiga PMT. dan dilakukan oleh petugas
Hal yang sama juga untuk proses Pemeliharaan setiap tahun.
menutup PMT maka yang tipe single pole 4. Sesuai dengan standar SPLN 50 – 1982
ataupun three pole harus menutup secara sebagaimana diuraikan juga dalam IEC
serempak pada fasa R, S, T, kalau tidak 76 (1976), hasil pemeliharaan Pemutus
maka dapat menjadi suatu gangguan di Tenaga (Circuit Breaker) Merk AEG
dalam system tenaga listrik dan Nomor Seri 3000 731/2 layak untuk
menyebabkan system proteksi bekerja. dioperasikan.
Pada waktu PMT trip akibat suatu
gangguan pada system tenaga listrik 5.2 Saran
diharapkan PMT bekerja dengan cepat 1. Pemutus Tenaga (Circuit Breaker) yang
sehingga clearing time yang diharapkan menggunakan media gas SF6 harus
sesuai standar SPLN No 52-1 1983 untuk selalu dilakukan monitoring tekanan gas
system 70kV= 150 mili detik dan SPLN No SF6 untuk keandalan dalam bekerja.
52-1 1984 untuk system 150 kV= 120 mili 2. Mekanik Pemutus Tenaga (Circuit
detik dan final draft Grid Code 2001 untuk Breaker) harus selalu dibersihkan agar
system 500 kV= 90 mili detik. tidak terjadi korosi akibat kelembapan
udara.
Tabel 5 Data pengukuran keserempakan PMT
3. Pengecekan alarm harus dilakukan setiap
Pengukuran Standar Fasa Fasa Fasa
R S T hari agar dapat dipastikan peringatan
Close (mili ≤120 96 98.5 98.5 gangguan berfungsi saat terjadi
detik) mili detik gangguan.
Open (mili 41 41 41.5
detik)
DAFTAR PUSTAKA
Dari tabel 5 di atas menunjukkan bahwa
Pemutus Tenaga (Circuit Breaker) layak [1] Buku Petunjuk Batasan Operasi dan
digunakan karena masih dalam batas yang Pemeliharaan Peralatan Penyaluran
diijinkan menurut standar SPLN No 52-1 Tenaga Listrik Pemutus Tenaga
1984. (PMT), No. Dokumen : 7-
22/HARLUR-PST/2009, PT. PLN
(Persero), 2010.
V. PENUTUP
[2] Tobing, Bonggas L. “Peralatan
5.1 Kesimpulan Tegangan Tinggi”, Jakarta : Penerbit
Kesimpulan yang dapat diambil dari PT Gramedia Pustaka Utama, 2003.
kerja praktek yang kami laksanakan di [3] Indramila, Venditya. “Tugas Instalasi
Gardu Induk 150 KV Krapyak adalah Tegangan Menengah, Jenis PMT
sebagai berikut : Berdasarkan Media Pemadam Busur
6
Api”, Semarang: Program Diploma BIODATA PENULIS
Teknik Elektro Politeknik Negeri
Semarang, 2012. LUKAS SANTORO
[4] Aslimeri, dkk. “Teknik Transmisi
Lahir di Bekasi pada
Tenaga Listrik”, Jakarta : Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah tanggal 6 Mei 1990.
Kejuruan, 2008. Riwayat Pendidikan
[5] Penulis adalah SD
http://arrester.wordpress.com/2011/06/ Sindang Sari 02 (1997-
03/klasifikasi-pmt-dayacircuit-breaker/ 2003), SMPN 1
[6] Sukatani (2003-2006),
http://www.scribd.com/doc/87291415/
SMAN 1 Cikarang Utara (2006-2009), dan
15/Jenis-Isolasi-Pemutus-Tenaga#
sekarang penulis sedang menempuh studi di
Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Elektro
Universitas Diponegoro dengan mengambil
konsentrasi Teknik Tenaga Listrik (Power).
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
Ir. Yuningtyastuti, MT
NIP. 195209261983032001