Anda di halaman 1dari 25

Versi 31 Maret 2021

DOKUMEN CAPAIAN PEMBELAJARAN


MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
DAN BUDI PEKERTI

DIREKTORAT JENDERAL
BIMBINGAN MASYARAKAT KRISTEN
KEMENTERIAN AGAMA RI
TAHUN 2021

Versi 31 Maret 2021


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
atas kasih dan karunia-Nya, sehingga penyusunan naskah Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti dapat diselesaikan dengan baik. Pelaksanaan tugas
penyusunan capaian pembelajaran dalam rangka penyederhanaan Kurikulum 2013 mata pelajaran
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti dilaksanakan berdasarkan SK Dirjen Bimas Kristen No.
230 Tanggal 20 Mei 2020.

Dokumen ini disusun berdasarkan hasil diskusi tim pengembang kurikulum sesuai dengan
dinamika yang ada pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Indonesia pada umumnya.
Dinamika dalam dunia pendidikan sesuai dengan prioritas dalam pembangunan nasional yang
dituangkan secara yuridis formal dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
Tahun 2005-2025 yaitu mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya,dan
beradab berdasarkan falsafah Pancasila. RPJPN Tahun 2005-2025 ini kemudian dijabarkan dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, Pada Bab 4 diarahkan
untuk meningkatkan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing, dengan 7 (tujuh) agenda
pembangunan.

Agenda pembangunan di bidang pendidikan diarahkan pada peningkatan mutu dan pemerataan
pendidikan, serta revolusi mental dan pembangunan kebudayaan. Revolusi mental sebagai gerakan
kebudayaan memiliki kedudukan penting dan berperan sentral dalam pembangunan untuk mengubah
cara pandang, sikap, dan perilaku yang berorientasi pada kemajuan dan kemodernan, dilaksanakan
secara terpadu yang bertumpu pada: 1. Revolusi mental dalam sistem pendidikan; 2. Revolusi mental
dalam tata kelola pemerintahan; dan, 3. Revolusi mental dalam sistem sosial. Bersamaan dengan itu
penerapan revolusi mental diperkuat melalui upaya pemajuan dan pelestarian kebudayaan,
memperkuat moderasi beragama.

Penyusunan capaian pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
didasarkan pada Kurikulum 2013 yang terdiri atas dua elemen, yaitu: Allah Tritunggal dan Nilai-nilai
Kristiani. Untuk memudahkan pemahaman siswa dan guru, dua elemen tersebut dijabarkan menjadi
empat elemen dengan sub-elemennya masing-masing. Elemen pembelajaran sebagai pilar dalam
pengembangan materi pembelajaran, yaitu: 1. Allah berkarya; 2. Manusia dan Nilai-nilai Kristiani; 3.
Gereja dan Masyarakat Majemuk; dan, 4. Alam dan Lingkungan Hidup. Penyusun capaian
pembelajaran berdasarkan elemen dan sub-elemen pembelajaran menjadi komponen dasar bagi
penyederhanaan kurikulum mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti secara
berkelanjutan dan berjenjang dari kelas 1 sampai kelas 12. Elemen dan sub elemen tersebut juga

Page | i
Versi 31 Maret 2021
diperuntukkan sebagai masukan berharga untuk menentukan hakikat, tujuan, standar kompetensi
ulusan, standar isi, standar proses, standar penilaian, dan implementasi prinsip moderasi beragama
dalam kehidupan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu Tim Penyederhanaan Kurikulum yang telah
menyumbangkan waktu, tenaga, dan pemikiran dalam penyusunan capaian pembelajaran mata
pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti ini. Kiranya jerih dan juang kita semua,
menjadi berkat bagi peningkatan kualitas sumber daya generasi muda Kristen.

Direktur Jenderal
Bimbingan Masyarakat Kristen

Page | ii
Versi 31 Maret 2021
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar Isi iii

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Lata Belakang 1
B. Landasan Yuridis 5
C. Tujuan Penyederhanaan Kurikulum ------------------------------------------ 6

BAB II PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN ----------------------- 7


A. Hakikat Pendidikan Agama Kristen ------------------------------------------ 7
B. Tujuan Pembelajaran di Sekolah ----------------------------------------------- 8
C. Elemen dan Sub-Elemen Kurikulum Pendidikan Agama Kristen di
Sekolah 9
D. Capaian Pembelajaran Tiap Fase --------------------------------------------- 10

BAB III CAPAIAN PEMBELAJARAN BERDASARKAN FASE SESUAI ELEMEN


DAN SUB-ELEMEN 14
A. Capaian Fase Berdasarkan Elemen dan Sub-Elemen ----------------------- 14
1. Capaian Pembelajaran Fase A, Fase B, dan Fase C, Berdasarkan
Elemen 14
2. Capaian Pembelajaran Fase D, Fase E, dan Fase F, Berdasarkan
Elemen 15

BAB IV PENUTUP 19

Daftar Pustaka 20

Page | iii
Versi 31 Maret 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat (5) mengamanatkan bahwa Pemerintah


memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan
persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Hal itu diperkuat
oleh tujuan Pendidikan Nasional yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, terutama pada Pasal 37 Ayat (1) menegaskan bahwa
kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat, huruf a pendidikan agama. Kemudian
dalam penjelasannya menyebutkan bahwa pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk
siswa menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak
mulia. Dengan demikian, pendidikan agama dapat menjadi perekat bangsa dan memberikan
anugerah yang sebesar-sebesarnya bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa.

Pendidikan agama yang memberikan penekanan pada pembentukan iman, takwa dan akhlak
mulia menyiratkan bahwa pendidikan agama bukan hanya bertujuan mengasah kecerdasan
spiritual dan iman juga aspek ketaatan pada ajaran agama. Namun lebih dari itu, pendidikan
agama harus mampu membentuk manusia yang manusiawi. Jadi, mengukur keberimanan siswa
tidak hanya dilihat dari ketakwaan dan ketaatan pada ajaran agama serta pengetahuan secara
kognitif melainkan apakah siswa telah menjadi manusia yang manusiawi. Keberadaan Indonesia
sebagai negara dan bangsa yang didirikan di atas keberagaman membutuhkan topangan dari
rakyatnya yang menyadari adanya keberagaman itu, mampu menerima dan menghargai
keberagaman yang ada dan itu harus dibuktikan melalui sikap yang manusiawi yang terukur dalam
tindakan hidup.

Untuk mencapai cita-cita pendidikan tersebut, diperlukan pula pengembangan ketiga


dimensi moralitas siswa secara terpadu, yaitu: moral knowing, moral feeling, dan moral action.
Pertama, moral knowing, meliputi: 1. Moral awareness, kesadaran moral (kesadaran hati nurani);
2. Knowing moral values (pengetahuan nilai-nilai moral), terdiri atas rasa hormat tentang
kehidupan dan kebebasan, tanggung jawab terhadap orang lain, kejujuran, keterbukaan, toleransi,
kesopanan, disiplin diri, integritas, kebaikan, perasaan kasihan, dan keteguhan hati; 3.
Perspective-taking (kemampuan untuk memberi pandangan kepada orang lain, melihat situasi
seperti apa adanya, membayangkan seseorang seharusnya berpikir, bereaksi, dan merasakan); 4,
Moral reasoning (pertimbangan moral) adalah pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan
bermoral dan mengapa kita harus bermoral; 5. Decision making (pengambilan keputusan) adalah

Page | 1
Versi 31 Maret 2021
kemampuan mengambil keputusan dalam menghadapi masalah-masalah moral; 6. Self-knowledge
(kemampuan untuk mengenal atau memahami diri sendiri). Kemampuan ini paling sulit untuk
dicapai, tetapi perlu untuk pengembangan moral. (Lickona, 1991).

Kedua, moral feeling (perasaan moral), meliputi enam aspek penting, yaitu: 1. Conscience
(kata hati atau hati nurani), yang memiliki dua sisi, yakni sisi kognitif (pengetahuan tentang apa
yang benar) dan sisi emosi (perasaan wajib berbuat kebenaran); 2. Self-esteem (harga diri). Jika
kita mengukur harga diri sendiri berarti kita menilai diri sendiri. Jika menilai diri sendiri berarti
merasa hormat terhadap diri sendiri; 3. Empathy (kemampuan untuk mengidentifikasi diri dengan
orang lain, atau seolah-olah mengalami sendiri apa yang dialami oleh orang lain dan dilakukan
orang lain); 4. Loving the good (cinta pada kebaikan), yang merupakan bentuk tertinggi dari
karakter, termasuk menjadi tertarik dengan kebaikan yang sejati. Jika orang cinta pada kebaikan,
maka mereka akan berbuat baik dan memiliki moralitas; 5. Self-control (kemampuan untuk
mengendalikan diri sendiri), dan berfungsi untuk mengekang kesenangan diri sendiri; dan, 6.
Humility (kerendahan hati), yaitu kebaikan moral yang kadang-kadang dilupakan atau diabaikan,
pada hal ini merupakan bagian penting dari karakter yang baik. (Lickona, 1991)

Ketiga, moral action (tindakan moral), meliputi tiga aspek penting, yaitu: 1. Competence
(kompetensi moral), yaitu kemampuan untuk menggunakan pertimbangan- pertimbangan moral
dalam berperilaku moral yang efektif; 2. Will (kemauan), yakni pilihan yang benar dalam situasi
moral tertentu, biasanya merupakan hal yang sulit; 3. Habit (kebiasaan), yakni suatu kebiasaan
untuk bertindak secara baik dan benar. (Lickona, 1991)

Tiga dimensi moralitas siswa ini, yaitu: moral knowing, moral feeling, dan moral action
hanya dapat diwujudkan dalam tindakan. Hal itu terwujud jikalau pembelajaran pendidikan agama
memberikan pengalaman belajar yang dibentuk dalam sebuah proses berpikir yang dapat
membangun daya kritis siswa. Dalil-dalil agama bukanlah sesuatu yang harus diterima secara
taken for granted namun harus diolah dalam suatu proses berpikir yang membutuhkan nalar atau
akal sehat. Pendidikan agama membutuhkan pembelajaran yang ditopang oleh akal sehat atau
common sense sehingga siswa tidak jatuh kedalam fatalisme beragama. Apa yang menurut
Thomas Groome seorang Teolog dan Pakar Pendidikan Agama Kristen, sebuah proses yang
terukur lewat praksis atau tindakan hidup. Bukan sekadar “tindakan” hidup namun sebuah proses
yang melibatkan diri manusia secara utuh, baik itu pikiran, perasaan, maupun keterampilan. Atau
menurut taksonomi Bloome, tujuan pendidikan meliputi ranah pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Sejalan dengan itu, pemikiran tersebut di atas sesuai dengan prioritas dalam
pembangunan Nasional yang dituangkan secara yuridis formal dalam Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025 (UU Nomor 17 Tahun 2007), yaitu

Page | 2
Versi 31 Maret 2021
mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab
berdasarkan falsafah Pancasila. RPJPN Tahun 2005-2025 ini kemudian dijabarkan dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yang menegaskan
bahwa pembangunan pendidikan merupakan salah satu prioritas dari sebelas prioritas
pembangunan Kabinet Indonesia Bersatu II. RPJMN menyatakan bahwa tema prioritas
pembangunan pendidikan adalah peningkatan mutu pendidikan.

Bagian ke empat dari 7 (tujuh) Agenda Pembangunan Nasional dalam Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024 adalah Revolusi Mental
dan Pembangunan Kebudayaan. Revolusi mental sebagai gerakan kebudayaan memiliki
kedudukan penting dan berperan sentral dalam pembangunan untuk mengubah cara pandang,
sikap, dan perilaku yang berorientasi pada kemajuan dan kemodernan, yang dilaksanakan secara
terpadu dan bertumpu pada: 1. Revolusi mental dalam sistem pendidikan; 2. Revolusi mental
dalam tata kelola pemerintahan; dan, 3. Revolusi mental dalam sistem sosial. Bersandingan
dengan itu, revolusi mental diperkuat melalui upaya pemajuan dan pelestarian kebudayaan,
memperkuat moderasi beragama; dan meningkatkan budaya literasi, inovasi, dan kreativitas.

Pengembangan pendidikan diarahkan bagi pembinaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa


dan bernegara. Agama diyakini sebagai acuan pembentukan sikap, moral, karakter, spiritualitas,
berpikir dan bertindak sesuai keyakinan imannya. Berbagai harapan tersebut dapat dicapai melalui
proses internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, dan bangsa
Indonesia. Nilai moderasi beragama diimplementasikan dalam sikap keterbukaan, kebebasan
berpikir, sadar akan keterbatasan, kerendahhatian, dan berpikir untuk kemanusiaan. Ajaran
Kristen dalam nuansa moderasi beragama sangat dibutuhkan untuk menginternalisasikan karakter
kekristenan yang toleran, terbuka, humanis, penuh kasih dan damai yang sejati. Keadaan ini
bersandingan dengan tujuan pendidikan nasional yang diarahkan pada berkembangnya potensi
siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Mahaesa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.

Moderasi beragama merupakan wadah untuk menumbuhkan toleransi dalam kehidupan


bermasyarakat, bagi terwujudnya “Tri-Kerukunan Umat Agama” di Indonesia, yakni: kerukunan
intern umat beragama, kerukunan antar umat beragama, dan kerukunan antara umat beragama
dengan pemerintah. Nilai-nilai moderasi beragama senantiasa mejadi sikap penting bagi umat
beragama melaksanakan tugas panggilan dalam interaksi dengan sesama. Seluru eksistensi orang
percaya dipanggil dan diutus melaksanakan pekerjaan Tuhan di dunia. Komponen esensial
kepribadian manusia adalah nilai (values) dan kebajikan (virtues). Kondisi ini merupakan dasar
pengembangan kehidupan manusia yang memiliki peradaban, kebaikan, dan kebahagiaan secara

Page | 3
Versi 31 Maret 2021
individual maupun sosial. Pelayanan pendidikan agama Kristen sebagai perpanjangan tangan
gereja yang berfungsi sebagai penyemaian iman kristiani, pengembangan kedewasaan
spiritualitas, dan jadi pelaku Firman (bnd. Yakobus 1:22) serta menghasilkan buah (Yoh. 16:16).

Bagi masyarakat suatu bangsa, pendidikan merupakan suatu kebutuhan mendasar dan
menentukan masa depannya. Seiring dengan arus globalisasi, keterbukaan, serta kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi, pendidikan akan semakin dihadapkan dengan berbagai
tantangan dan permasalahan yang lebih kompleks. Pendidikan nasional perlu dirancang agar
mampu melahirkan sumber daya manusia yang andal, tangguh, unggul, dan kompetitif. Oleh
karena itu, kurikulum pendidikan kita pada umumnya dan pendidikan agama pada khususnya
perlu dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menjawab tantangan dan dinamika yang terjadi.

Umat manusia dihadapkan pada hal hal baru yang muncul begitu cepat sebagai tantangan
zaman yang harus dihadapi. Perubahan budaya, sosial, kemasyarakatan, gaya politik, arah hidup
dan lainnya merupakan implikasi dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dunia ini
tengah menghadapi wabah Covid 19 yang memengaruhi berbagai bidang kehidupan termasuk
pendidikan. Masyarakat didunia “dipaksa” untuk menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan
perubahan ini. Model pembelajaran konvensional yang dibatasi oleh ruang kelas tidak lagi dapat
dipertahankan. Dunia pendidikan dituntut untuk menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada.
Pemanfaatan teknologi bagi peningkatan mutu pembelajaran perlu semakin ditingkatkan. Sejalan
dengan itu desain kurikulum harus mampu menjawab tantangan perubahan yang ada. Oleh sebab
itu, dibutuhkan sistem pendidikan yang tidak hanya baik, tetapi juga memiliki muatan yang kuat
sebagai bekal dalam menghadapi perubahan-perubahan yang ada.

Mengacu pada latar belakang tersebut, maka dipandang perlu melakukan penyederhanaan
Kurikulum 2013 yang dapat dipergunakan dalam berbagai kondisi serta dalam menghadapi
berbagai perubahan dan dinamika masyarakat. Penyusunan capaian pembelajaran mata pelajaran
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti didasarkan pada Kurikulum 2013 yang terdiri atas
dua elemen, yaitu: Allah Tritunggal dan Nilai-nilai Kristiani. Dua elemen tersebut masih sangat
umum dan belum dapat menggambarkan substansi pembelajaran Pendidikan Agama Kristen
secara sepsifik. Untuk itu, dalam penyederhanaan kurikulum, dirumuskan empat buah elemen dan
sub elemen yang dapat mengakomodir seluruh substansi pembelajaran Pendidikan Agama Kristen
dan Budi Pekerti pada jenjang SD, SMP, dan SMA.

Masing-masing. Elemen dan sub elemen merupakan pilar dalam pengembangan Capaian
Pembelajaran dan materi pembelajaran. Seluruh Capaian Pembelajaran dibentuk berdasarkan
Elemen dan Sub Elemen. Elemen dan Sub Elemen sebagai berikut:

Page | 4
Versi 31 Maret 2021
No. Elemen Sub Elemen
Allah Pencipta
Allah Pemelihara
1. Allah Berkarya
Allah Penyelamat
Allah Pembaharu
Hakikat Manusia
2. Manusia dan Nilai-Nilai kristiani
Nilai-Nilai Kristiani
Tugas panggilan Gereja
3. Gereja dan Masyarakat Majemuk
Masyarakat Majemuk
Alam Ciptaan Allah
4. Alam dan Lingkungan Hidup
Tanggung jawab Manusia Terhadap Alam

B. LANDASAN YURIDIS

1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Tambahan


Lembaran Negara Republik Indonesia Nmor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan
Keagamaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 124, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4769);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5670;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5105);
5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar
Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;
6. Peraturan Menteri Agama Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pendidikan Agama
pada Sekolah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 596);
7. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2013
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun 2010
tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar dan Menengah di Kabupaten/Kota
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 464);
8. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016
tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 953);
Page | 5
Versi 31 Maret 2021
9. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2016
tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 954);
10. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2016
tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah (Berita Negara RepublikIndonesia
Tahun 2016 Nomor 955);
11. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2016
tentang Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan Menengah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 897); dan
12. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2018
Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor24Tahun
2016 Tentang Kompetensi Inti Dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013 Pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah

C. TUJUAN PENYEDERHANAAN KURIKULUM

Penyederhanaan Kurikulum Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti bertujuan untuk:
1. Memenuhi amanat undang-undang untuk menghasilkan kurikulum yang berkualitas dalam
menghasilkan sumber daya manusia yang handal;
2. Melakukan penyederhanaan pada elemen kurikulum 2013 untuk memudahkan pemahaman
guru dan siswa;
3. Melakukan kajian berdasarkan pengalaman empiris dalam perumusan elemen dan sub
elemen pembelajaran;
4. Merevisi substansi yang ”overlapping” agar proses pembelajaran dapat menghasilkan
generasi yang berkualitas dan berkarakter;
5. Mempermudah guru dalam mengajar sehingga tidak sekadar pengalihan pengetahuan, tetapi
pembentukan karakter bagi revolusi mental;
6. Mengintegrasikan Agenda ke-4 Pembangunan Nasional dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024 tentang Revolusi Mental dan
Pembangunan Kebudayaan, khususnya moderasi beragama;
7. Mengurangi beban siswa dalam proses pembelajaran, agar proses pembelajaran dapat
terlaksana secara aktif, iInovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan; dan
8. Mengaktualisasikan pendidikan agama sebagai wadah penyemaian nilai-nilai kristiani
melalui reposisi, revitalisasi, dan reaktualisasi implementasi spiritualitas mewujudkan
berkepribadian matang secara intelektual, emosional, spiritualitas, dan berkarakter.

Page | 6
Versi 31 Maret 2021
BAB II
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

A. HAKIKAT PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

Sebagai implementasi Pasal 31, Undang Undang Dasar 1945, lahir Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menegaskan bahwa
“Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”. Secara khusus, ketentuan penyelenggaraan pendidikan agama sebagaimana diatur dalam
Pasal 12 ayat (1), butir a menegaskan: “setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak
mendapatkan pendidikan sesuai agama yang dianutnya dan diajar oleh pendidik yang seagama.”
Kenyataan ini mengisyaratkan bahwa begitu serius pemerintah memperjuangkan pendidikan
sebagai indikasi keberhasilan suatu bangsa dan negara.

Pengembangan pemikiran pembinaan pendidikan menjadi penting dalam menyikapi


fenomena tantangan kehidupan yang kompleks dalam era globalisasi informasi dan komunikasi
ini, yang dikenal sebagai abad pengetahuan, membawa banyak kemajuan dan juga tantangan
sebagai konsekuensi logis kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada abad ke 21 untuk
mampu berkarya dan memenangkan persaingan, menuntut penguasaan berbagai kemampuan yang
memaknai kehidupan. Pendidikan yang mendampingi manusia untuk dapat bertahan hidup,
bertumbuh, berinovasi, menjadi unggul, dan terkemuka dalam menjalani kehidupan di era
globalisasi yang terus berkembang. Pendidikan tidak hanya membangun efektivitas
(effectiveness), tetapi juga untuk mengejar pemenuhan diri (fulfillment), pelaksanaan yang penuh
semangat (passionate execution), dan sumbangan yang bermakna (significant contribution) bagi
kehidupan.

Pendidikan Kristen yang tertuang dalam PP No. 55 Tahun 2017, tentang Pendidikan
Agama dan Pendidikan Keagamaan memiliki 2 (dua) bentuk pendidikan, yaitu: Pendidikan
Agama, dan Pendidikan Keagamaan. Secara khusus, Pendidikan Agama dalam hal ini Pendidikan
Agama Kristen dan Budi Pekerti, disajikaan dalam bentuk mata pelajaran pada semua jalur, jenis,
dan jenjang pendidikan. Pasal 2 Ayat (1) dan (2), menyatakan bahwa “Pendidikan agama
berfungsi membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan
antar umat beragama.” Selanjutnya, Pendidikan agama bertujuan untuk berkembangnya
kemampuan siswa dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang
menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Implementasi

Page | 7
Versi 31 Maret 2021
pendidikan agama Kristen adalah membentuk kepribadian manusia yang matang secara
intelektual, emosional, spiritual, dan berkarakter.

Hakikat Pendidikan Agama Kristen berdasarkan hasil Lokakarya Strategi Pendidikan


Agama Kristen di Indonesia tahun 1999 adalah: “Usaha yang dilakukan secara terencana dan
berkelanjutan dalam rangka mengembangkan kemampuan siswa agar dengan pertolongan Roh
Kudus dapat memahami dan menghayati kasih Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus yang
dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari, terhadap sesama dan lingkungan hidupnya”. Setiap
orang yang terlibat dalam proses pembelajaran PAK memiliki keterpanggilan untuk mewujudkan
kebenaran dan tanda-tanda Kerajaan Allah dalam kehidupan pribadi maupun sebagai bagian dari
komunitas dalam konteks masyarakat majemuk. Masyarakat Indonesia yang majemuk dipandang
sebagai berkat Tuhan dan dalam konteks pemahaman iman Kristen merupakan medan layan bagi
orang Kristen untuk membangun kehidupan bersama yang adil dan setara. Panggilan iman orang
Kristen ini secara historis telah dibangun sejak proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Oleh karena
itu, hakikat Pendidikan Agama Kristen yang kontekstual mesti menegaskan peran hidup orang
beriman dalam mewujudkan tanggungjawabnya membangun bangsa Indonesia yang
berketuhanan, bersatu, setara dan berkeadilan, serta menghargai kemajemukan dalam masyarakat
dan bangsa Indonesia.
Pendidikan Agama Kristen harus mampu menyikapi perkembangan zaman, sehingga
siswa mampu menyelesaikan dan menjawab segala problematika yang dihadapi. Di sini lah siswa
merasakan pentingnya Pendidikan Agama Kristen dalam kehidupannya. Dengan demikian,
Pendidikan Agama Kristen harus memiliki muatan pembelajaran kontekstual, artinya materi yang
ada di dalam Pendidikan Agama Kristen selalu dikaitkan dengan situasi dan konteks agar dapat
menjelaskan kasus-kasus yang dialami dalam kehidupan nyata. Fakta yang diperoleh dari kajian
bagi program pendidikan Kristen, yaitu: 1) Pelaku telah diberi karunia Roh; 2) Bertujuan
mendewasakan umat melayani; 3) Menghasilkan dan hubungan harmonis; 4) Bersifat kebenaran
teologis; 5) Penuh kasih karunia dan kebenaran; 6) Saling membantu dan berkembang secara
harmonis.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN PAK DI SEKOLAH

Adapun tujuan Pembelajaran PAK di sekolah adalah:


1. Mengenal serta mengimani Allah yang berkarya menciptakan alam semesta dan manusia;
2. Mengimani keselamatan yang kekal dalam karya penyelamatan Yesus Kristus;
3. Mensyukuri Allah yang berkarya dalam Roh Kudus sebagai penolong dan pembaru hidup
manusia;
4. Mewujudkan imannya dalam perbuatan hidup setiap hari dalam interaksi dengan sesama

Page | 8
Versi 31 Maret 2021
dan memelihara lingkungan hidup;
5. Mampu memahami hak dan kewajibannya sebagai warga gereja dan warga negara serta
cinta tanah air;
6. Membangun manusia Indonesia yang mampu menghayati imannya secara bertanggung
jawab dan berakhlak mulia serta menerapkan prinsip moderasi beragama dalam masyarakat
majemuk;
7. Membentuk siswa menjadi anak-anak dan remaja Kristen yang memiliki kedewasaan
berpikir, berkata-kata dan bertindak sehingga menampakkan karakter kristiani;
8. Membentuk sikap keterbukaan dalam mewujudkan kerukunan intern dan antara umat
beragama, serta umat beragama dengan pemerintah;
9. Memiliki kesadaran dalam mengembangkan kreativitas dalam berpikir dan bertindak
berdasarkan Firman Allah; dan
10. Mewujudkan peran nyata di tengah keluarga, sekolah, gereja dan masyarakat Indonesia
yang majemuk.

C. ELEMEN DAN SUB-ELEMEN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DI


SEKOLAH

Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Indonesia berlangsung dalam keluarga, gereja dan
lembaga pendidikan formal. Pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen di lembaga pendidikan
formal menjadi tanggung jawab utama Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen,
Kementerian Agama, Kementrian Pendidikan Nasional dan Gereja. Oleh karena itu kerjasama
yang bersinergi antara lembaga-lembaga tersebut perlu terus dibangun.

PAK di sekolah disajikan dalam empat elemen yaitu:


1. Allah Berkarya;
2. Manusia dan Nilai-nilai Kristiani;
3. Gereja dan Masyarakat Majemuk; dan
4. Alam dan Lingkungan Hidup.

Secara holistik capaian pembelajaran dan lingkup materi mengacu pada empat elemen
tersebut di atas dan selalu diintegrasikan dengan Alkitab. Elemen-elemen tersebut mengikat
capaian pembelajaran dan materi dalam satu kesatuan yang utuh pada semua jenjang. Pada elemen
Allah Berkarya siswa belajar tentang Tuhan Allah yang diimaninya, Allah Pencipta, Pemelihara,
Penyelamat, dan Pembaru. Pada Elemen Manusia dan Nilai-nilai Kristiani siswa belajar tentang
hakikat manusia sebagai ciptaan Allah yang terbatas. Dalam keterbatasannya, manusia diberi hak
dan tanggung jawab oleh Allah sebagai insan yang telah diselamatkan. Pada elemen Gereja dan
Masyarakat Majemuk siswa belajar tentang hidup bergereja dan bermasyarakat yang memiliki

Page | 9
Versi 31 Maret 2021
hak dan kewajiban yang harus dipenuhi sebagai warga gereja dan warga negara, tanggung jawab
terhadap Tuhan dan terhadap bangsa dan negara. Pada elemen Alam dan Lingkungan Hidup, siswa
belajar membangun harmonisasi dengan alam, bahwa manusia memiliki tanggung jawab dalam
menjaga, memelihara serta melestarikan alam ciptaan Allah. Implementasi berbagai elemen dan
sub elemen di atas, proses penalarannya bersumber dari Kitab Suci. Siswa belajar membaca dan
merenungkan Kitab Suci yang berisi pengajaran iman Kristen sebagai acuan dalam kehidupan.

D CAPAIAN PEMBELAJARAN SETIAP FASE

Capaian pembelajaran (CP) ditempatkan dalam fase-fase menurut usia dan jenjang
pendidikan yang dikelompokkan dalam kelas, yaitu:
Fase A : untuk SD kelas 1-2;
Fase B : untuk SD kelas 3-4;
Fase C : untuk SD kelas 5-6;
Fase D : untuk SMP kelas 7-9;
Fase E : untuk SMA kelas 10; dan
Fase F : untuk SMA kelas 11-12.
Perumusan capaian pembelajaran (CP) mencerminkan kompetensi sikap spiritual, sosial,
pengetahuan, dan keterampilan yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga mencerminkan
kemampuan siswa secara holistik dalam semua ranah tujuan pembelajaran. Jadi rumusan CP
menggambarkan penghayatan nilai-nilai iman Kristen dan pembentukan karakter kristiani dalam
interaksi dengan sesama, alam lingkungannya, dan Tuhannya.

Capaian pembelajaran berdasarkan fase pembelajaran, dikembangkan berdasarkan elemen


dan sub elemen pembelajaran mencakup seluruh fase umum dan fase tahunan atau kelas.
Pengembangan fase-fase tersebut sebagai berikut:

Fase A (Umumnya Kelas 1-2)

Siswa memahami kasih Allah melalui keberadaan dirinya yang istimewa serta berterima
kasih pada Allah dengan cara merawat tubuh, memelihara lingkungan sekitarnya, menjaga
kerukunan di rumah dan sekolah, serta toleran dengan sesama yang berbeda dengan dirinya.
Diharapkan siswa mampu memahami kasih Allah melalui keberadaan dirinya di dalam keluarga,
sekolah, dan lingkungan terdekatnya. Pada kelas awal tingkat SD di kelas 1 dan 2 pemahaman
siswa tentang Allah masih cukup abstrak. Karena itu, siswa membutuhkan visualisasi atau
perwujudan dari sesuatu yang dapat menunjukkan siapa Allah itu. Mereka akan lebih mudah
memahami siapa Allah dengan melihat keberadaan dirinya. Dengan demikian Allah yang mereka
kenal adalah Allah yang menciptakan manusia dan semua anggota tubuh untuk dipakai dengan
benar sesuai dengan fungsinya yaitu untuk tujuan mulia.

Page | 10
Versi 31 Maret 2021
Fase B: (Umumnya kelas 3-4)

Setelah mempelajari mengenai Allah Maha kasih yang berkarya dalam dirinya pribadi,
keluarga, sekolah, dan lingkungan sosial masyarakat yang terdekat dengannya, siswa juga belajar
mengenal karya Allah melalui ciptaan lainnya. Manusia dan seluruh ciptaan yang ada di alam
memerlukan pemeliharaan Allah. Langit dan bumi beserta isinya, tumbuhan, hewan peliharaan,
hewan yang bebas di alam, benda langit pada saat siang dan malam, berbagai gejala alam seperti
cuaca, peristiwa siang dan malam, angin, hujan, petir semua dalam pemeliharaan Allah. Dengan
mempelajari semua kebesaran Allah itu, siswa hendaknya memiliki sikap mengasihi sesama,
memelihara lingkungan, takluk, tunduk, dan taat pada kuasa Allah serta percaya kepada-Nya.

Fase C (Umumnya Kelas 5-6)

Siswa mengakui kemahakuasaan Allah yang hadir melalui berbagai peristiwa dalam
kehidupannya. Dengan mengakui kemahakuasaan Allah, siswa memahami Allah yang
Mahakuasa itu mengampuni dan menyematkan manusia melalui Yesus Kristus. Pemahaman
terhadap keselamatan yang diberikan Allah kepada manusia memotivasi siswa untuk memahami
arti pertobatan dan hidup dalam pertobatan. Hidup dalam pertobatan ditunjukkan melalui
bersahabat dengan semua orang, berbela rasa, tolong-menolong tanpa membeda- bedakan suku
bangsa, budaya dan agama, juga memelihara alam dan lingkungan di sekolah.

Selanjutnya pada fase ini, siswa memahami bahwa Allah Pencipta hadir dalam kehidupan
masyarakat. Pemahaman itu diwujudkan dengan mempraktikkan sikap peduli kepada sesama.
Siswa juga belajar dari teladan tokoh-tokoh Alkitab yang berkaitan dengan pertobatan dan
menjadi manusia baru. Dalam terang manusia baru siswa menerapkan nilai- nilai Kristiani dalam
interaksi dengan sesama untuk membangun kepekaan terhadap bentuk- bentuk ketidakadilan
termasuk didalamnya ketidakadilan terhadap mereka yang berkebutuhan khusus, ketidakadilan
terhadap alam dan lingkungan hidup.

Fase ini merupakan fase akhir dari pendidikan di SD, siswa mempersiapkan diri untuk
masuk ke jenjang SMP. Oleh karena itu siswa dibekali dengan pemahaman mendasar tentang
Allah yang tidak pernah absent dari kehidupan manusia. Pemahaman ini memberikan penguatan
pada siswa untuk lebih mendalami kasih Allah dalam hidupnya. Kelak ketika di SMA mereka
dapat bertumbuh menjadi manusia yang dewasa secara holistik.

Fase D (Umumnya Kelas 7-9)

Siswa memahami karya Allah dalam Yesus Kristus yang menyelamatkan umat manusia
dan dunia. Manusia berada dalam kuasa pemeliharaan Allah. Allah memelihara manusia oleh
kuasa-Nya, menyelamatkannya melalui pengorbanan Yesus Kristus, dan memperbarui oleh
kuasa Roh Kudus. Siswa menyadari bahwa karya Allah yang dirasakan dalam hidupnya harus

Page | 11
Versi 31 Maret 2021
diwujudkan dalam ucapan syukur. Pernyataan syukur diwujudkan dalam bentuk kasih terhadap
Allah dan kasih terhadap sesama manusia. Siswa mempraktikkan sikap hidup sebagai orang
benar, beriman, dan berpengharapan. Pada fase ini siswa mampu mewujudkan pemahaman iman
melalui pengakuan akan Allah Penyelamat yang berkarya dalam seluruh aspek kehidupan. Sikap
hidup yang diselamatkan membuat siswa senantiasa menyadari bahwa dirinya diselamatkan oleh
Allah. Sebagai orang yang telah diselamatkan, siswa hendaknya hidup dengan penuh kasih,
sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan,
penguasaan diri (Gal. 5:22-23). Sebagai implementasi dari keselamatan, manusia terhisap dalam
persekutuan dengan Allah, yang terpanggil untuk bersaksi dan melayani. Hal ini tampak ketika
siswa hidup sebagai manusia yang dapat mempertanggungjawabkan pikiran, perkataan dan
perbuatan sebagai pribadi dan bagian dari komunitas di sekolah, keluarga, gereja, dan
masyarakat. Siswa mampu memahami karya Allah melalui dan dalam pertumbuhan gereja.
Dalam interaksi antar sesama dan berkarya dalam berbagai situasi, siswa akan memelihara
lingkungan hidup sebagai amanah untuk menjaga keutuhan ciptaan dan wujud tanggung jawab
umat yang diselamatkan.

Fase E (Umumnya Kelas 10)

Siswa bertumbuh sebagai manusia dewasa secara holistik, baik secara biologis, sosial
maupun spiritual dan keyakinan iman. Aktualisasi pribadi yang dewasa harus didukung oleh
kesadaran akan kemahakuasaan Allah. Sisa bersyukur dan kritis dalam menghadapi berbagai
persoalan hidup termasuk dalam menyikapi konsekuensi logis perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Sejalan dengan pertumbuhan menjadi dewasa, maka siswa memiliki hidup baru
dalam Kristus. Menjadi manusia baru dibuktikan dengan cara mengembangkan kesetiaan, kasih,
keadilan dan bela rasa terhadap sesama serta memiliki perspektif baru terhadap pemeliharaan
dan perlindungan alam. Praktik hidup sebagai manusia dewasa yang sudah hidup baru
diwujudkan juga dalam pemahamannya terhadap keluarga dan sekolah sebagai lembaga
pendidik utama. Hidup sebagai manusia dewasa juga dibuktikan melalui komitmen dan praktik
hidup yang berpihak pada penyelamatan alam. Terus membaharui diri dan membangun
pemahaman yang komprehensive mengenai nilai-nilai iman kristen yang diwujudkan dalam
praktik kehidupan.

Fase F (Umumnya Kelas 11-12)

Pada fase F siswa telah mencapai tahap sebagai manusia dewasa dan memiliki hidup baru,
maka pada fase ini, siswa terus berproses menjadi lebih dewasa terutama dalam menjalankan
tanggung jawab sosial kemasyarakatan. Identitas siswa sebagai remaja Indonesia yang beragama
kristen ditampakkan melalui tanggung jawab sebagai anggota gereja dan warga negara. Pada
fase ini siswa memiliki tanggung jawab sosial kemasyarakatan yang lebih luas, Yaitu; turut serta

Page | 12
Versi 31 Maret 2021
memperjuangkan keadilan, kebenaran, kesetaraan, demokrasi, hak azasi manusia serta moderasi
beragama. Siswa menjadi pembawa damai sejahtera dalam kehidupan tanpa kehilangan identitas.
Siswa memahami, menghayati, dan mewujudkan kedewasaan iman yang ditunjukkan melalui
kemampuan siswa beradaptasi dalam berbagai kondisi. Aktualisasi kedewasaan didukung
kesadaran akan adanya Allah yang berkarya, mencipta, memelihara, menyelamatkan dan
membarui manusia serta dunia sebagai kesadaran akan harkat kemanusiaan dan penerapan nilai-
nilai kristiani

Page | 13
Versi 31 Maret 2021
BAB III
CAPAIAN PEMBELAJARAN
BERDASARKAN FASE SESUAI ELEMEN DAN SUB ELEMEN

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN SETIAP FASE BERDASARKAN ELEMEN


1. Capaian Pembelajaran Fase A, Fase B, dan Fase C, Berdasarkan Elemen
Elemen Sub Elemen Capaian Fase A Capaian Fase B Capaian Fase C
1. Allah Berkarya Allah Pencipta Memahami Allah menciptakan dirinya Memahami Allah menciptakan, Memahami Allah Pencipta berkarya
sebagai pribadi yang istimewa dalam manusia (perempuan dan laki-laki), dalam kehidupan keluarga, sekolah,
hubungannya dengan keluarga, teman, flora dan fauna, dan melakukan dan masyarakat.
guru sebagai orang-orang terdekat dan tindakan nyata sebagai wujud
membangun interaksi yang baik syukur.
melalui tindakan sederhana.
Allah Pemelihara Memahami pemeliharaan Allah pada Memahami pemeliharaan Allah pada Memahami Allah memelihara seluruh
dirinya melalui kehadiran orang tua, manusia secara umum dan dirinya umat manusia termasuk mereka yang
keluarga, teman, dan guru serta melalui kehadiran orang tua, keluarga berkebutuhan khusus, serta
melakukan tindakan nyata sebagai dan guru serta melakukan tindakan menyukuri pemeliharaan Allah dalam
wujud syukur. nyata sebagai wujud syukur. hidup manusia.
Allah Penyelamat - - Memahami Allah menyelamatkan
manusia dalam diri Yesus Kristus dan
mensyukuri keselamatan yang sudah
diterimanya.
Allah Pembaru - - Memahami Allah membarui hidup
manusia dan mempraktikkan sikap
hidup manusia baru.

Page | 14

Versi 31 Maret 2021


Elemen Sub Elemen Capaian Fase A Capaian Fase B Capaian Fase C
2. Manusia dan Hakikat Manusia Memahami dirinya memiliki berbagai Memahami dirinya memiliki berbagai Memahami bahwa manusia berdosa
Nilai-nilai anggota tubuh yang bermanfaat untuk anggota tubuh yang bermanfaat serta karena itu membutuhkan pertobatan.
Kristiani tujuan mulia, serta bersyukur pada menunjukkan sikap bertanggung
Allah melalui tindakan nyata jawab menjaga tubuh untuk tetap
memelihara tubuhnya.. sehat.
Nilai-nilai Kristiani Bergaul dengan semua orang, Mengasihi dan bergaul dengan Memahami nilai-nilai kristiani dalam
menghargai perbedaan, menjaga semua orang, menghargai interaksi antar manusia serta
kerukunan di rumah dan di sekolah. perbedaan, menjaga kerukunan, dan bersikap kritis terhadap berbagai
menerapkan hidup disiplin di rumah bentuk diskriminasi.
dan di sekolah.
3. Gereja dan Tugas Panggilan Menerima tugas panggilan gereja Menerima tugas panggilan gereja Memahami makna pelayanan
Masyarakat Gereja untuk bersekutu, bersaksi, dan untuk bersekutu, bersaksi, dan terhadap sesama sebagai tanggung
Majemuk melayani. melayani. jawab orang beriman dan
mempraktikkannya dalam kehidupan.
Masyarakat Mensyukuri keragaman suku, budaya, Mensyukuri keragaman suku, Memahami keberagaman suku
Majemuk bangsa, dan agama sebagai anugerah budaya, bangsa, dan agama bangsa, budaya, dan agama dalam
Allah. sebagai anugerah Allah. masyarakat majemuk.
4. Alam dan Alam Ciptaan Allah Mensyukuri Allah hadir dalam seluruh Mensyukuri Allah hadir dalam Memahami dan menyukuri
Lingkungan alam ciptaan. seluruh alam ciptaan dan berbagai kemahakuasaan Allah dalam
Hidup fenomena alam. berbagai fenomena alam.
Tanggung Jawab Melakukan tindakan sederhana dalam Melakukan tindakan sederhana dalam Melakukan tindakan nyata dalam
Manusia Terhadap upaya tanggung jawab terhadap alam upaya tanggung jawab terhadap alam memelihara alam dan lingkungan
Alam dan lingkungan sekitarnya. dan lingkungan sekitarnya. sekitar sebagai wujud tanggung
jawab orang beriman.
2. Capaian Pembelajaran Fase D, Fase E, dan Fase F, Berdasarkan Elemen

Elemen Sub Elemen Capaian Fase D Capaian Fase E Capaian Fase F


1. Allah Berkarya Allah Pencipta Memahami Karya Allah dalam hidup Menganalisis pertumbuhan diri Mengalisis perkembangan
manusia yang mengubah masa depan sebagai pribadi dewasa melalui cara kebudayaan, ilmu pengetahuan dan

Page | 15

Versi 31 Maret 2021


Elemen Sub Elemen Capaian Fase D Capaian Fase E Capaian Fase F
manusia dan dunia secara keseluruhan, berpikir, berkata dan bertindak. teknologi, memahami demokrasi dan
mensyukuri perkembangan IPTEK dan HAM sebagai anugerah Allah dan
bertanggungjawab terhadap IPTEK, menjabarkannya dalam praktik.
memahami karya Allah melalui berbagai
perubahan yang dihadirkan gereja.
Allah Pemelihara Memahami dan menyajikan bukti-bukti Memahami bentuk-bentuk Mensyukuri dan mengembangkan
Allah memelihara seluruh ciptaan-Nya, pemeliharaan Allah dalam talenta pemberian Allah dan
bahwa hidup manusia yang dinamis kehidupan. menggunakannya untuk kepentingan
berada dalam kuasa dan pemeliharaan bangsa.
Allah, meyakini bahwa Allah
memelihara, memberi isnpirasi
kehidupan dan mensyukuri
pemeliharaan Allah sepanjang
kehidupan.
Allah Penyelamat Mengakui bahwa hanya Allah yang Memahami nilai-nilai iman Kristen Menganalisis tantangan dalam
dapat mengampuni dan dalam keluarga serta menjabarkan kehidupan keluarga dan membangun
menyelamatkan manusia dalam Yesus peran keluarga dan orang tua komunikasi yang baik serta
Kristus dan meneladani Yesus dalam sebagai pendidik utama. mewujudkan nilai-nilai demokrasi dan
hidup beriman melalui berbagai HAM pada konteks lokal dan global.
aktifitas.
Allah Pembaru Bersikap sebagai orang yang dipimpin Mengakui bahwa Allah membarui Memahami bahwa Allah membaharui,
dan dibaharui oleh Roh Kudus dan hidup orang beriman. memulihkan kehidupan keluarga,
menerapkan makna hidup beriman dan gereja dan bangsa.
berpengharapan dalam menghadapi
berbagai tantangan.
2. Manusia dan Hakikat Manusia Memahami teladan Yesus Kristus dan Menganalisis indikator manusia yang Mewujudkan tanggung jawabnya
Nilai-nilai menerapkannya dalam kehidupan bagi bertumbuh menjadi dewasa. sebagai manusia dewasa serta
Kristiani sesama manusia, memahami berbagai memahami keadilan sebagai dasar
bentuk fenomena dan tantangan demokrasi dan HAM.

Page | 16

Versi 31 Maret 2021


Elemen Sub Elemen Capaian Fase D Capaian Fase E Capaian Fase F
pergaulan remaja masa kini.
Nilai-nilai Kristiani Menerapkan nilai-nilai kristiani dalam Menerapkan prinsip kesetiaan, kasih Memahami nilai iman sebagai
kehidupan sehari-hari, bersikap rendah dan keadilan dalam kehidupan sosial landasan hidup berkeluarga, bersikap
hati, dan peduli terhadap sesama. yang lebih luas. proaktif dalam keluarga dan
masyarakat serta memahami makna
damai sejahtera menurut Alkitab dan
memjadi pembawa damai sejahtera
dalam kehidupan.
3. Gereja dan Tugas Panggilan Memahami karya Allah dalam pelayanan Menganalisis issu-issu ras, etnis dan Menelaah karakter tokoh-tokoh agama
Masyarakat Gereja gereja yang membawa pembaruan bagi gender dalam rangka mewujudkan yang mengabdikan hidupanya bagi
Majemuk dunia secara keseluruhan, keadilan. persaudaraan dan solidaritas antar
memperkenalkan misi pelayanan gereja umat beragama serta menganalisis
masa kini serta memahami makna issu-issu ras, etnis dan gender dalam
kehadiran gereja bagi umat Kristen dan rangka mewujudkan keadilan.
bagi dunia, memahami berbagai bentuk
pelayanan gereja masa kini dan
mengkritisinya.
Masyarakat Mengembangkan sikap terbuka, Memahami sekolah sebagai lembaga Melakukan transformasi sosial dalam
Majemuk toleran, dan inklusif terhadap sesama pendidik. lingkup masyarakat majemuk, serta
dalam masyarakat majemuk, berpartisipasi aktif dalam kegiatan
memahami model-model dialog dan sosial kemasyarakatan dalam rangka
kerja sama antar agama dalam rangka mewujudkan moderasi beragama.
moderasi beragama serta
merencanakan kegiatan sederhana
yang dapat menunjukkan sikap hidup
inklusif dalam masyarakat majemuk.
4. Alam dan Alam Ciptaan Allah Memahami bahwa pemeliharaan Allah Memahami berbagai bentuk tindakan Memahami prinsip pemeliharaan dan
Lingkungan terus berlangsung terhadap alam dan pencegahan kerusakan alam. pelestarian alam serta keutuhan
Hidup manusia dalam segala situasi dan ciptaan Allah.

Page | 17

Versi 31 Maret 2021


Elemen Sub Elemen Capaian Fase D Capaian Fase E Capaian Fase F
manusia meresponsnya melalui
tanggung jawab dan berbagai aktifitas
memelihara alam.
Tanggung Jawab Memahami bahwa manusia diberi tugas Mengkritisi tindakan manusia dalam Memahami taggung jawab memelihara
Manusia Terhadap oleh Allah untuk mengolah serta tanggungawabnya memelihara alam alam dan mewujudkannya dalam
Alam memelihara alam dan lingkungan ciptaan Allah. tindakan serta menerapkan sikap
hidup.. ugahari demi kelestarian alam.

Page | 18

Versi 31 Maret 2021


BAB IV

PENUTUP

Perkembangan pemikiran pendidikan secara holistik perlu didukung dengan


pendekatan paradigmatis. Paradigma holistik mencakup semua aspek pendidikan, yaitu:
pendidikan yang humanistik, liberatif, integralistik, dan multikultural. Implementasi kajian
pemikiran pendidikan perlu mengembangkan prinsip strategis pengembangan pendidikan
nasional yang diarahkan pada orientasi: 1. Pengembangan sumber daya manusia; 2. Pendidikan
multikultural; 3. Aktualisasi nilai religiositas dan spiritualitas, yang melandasi pembinanan
watak kebangsaan sebagai pondasi dan kontrol dari bangunan kebangsaan; 4. Peningkatan dan
perluasan akses dan angka partisipasi umatdibidang pendidikan; dan, 5. Implementasi reposisi,
revitalisasi, dan reaktualisasi, pendidikan agama dalam pragmatis empiris.

Kegiatan penyederhanaan kurikulum sebagai upaya mengurangi beban belajar siswa


dengan membuat pendidikan lebih relevan sehingga capaian pembelajaran sebagai kompetensi
lulusan sesuai tuntutan zaman, masa kini dan masa yang akan datang. Kita mempersiapkan
para siswa untuk kehidupan masa depan, karena itu penyederhanaan kurikulum harus
berorientasi dan merepresentasikan perkembangan situasi saat ini dan masa depan yang
menuntut kualitas di semualini kehidupan. Kenyataan ini mengharuskan semua siswa memiliki
kecerdasan abad ke-21, sepertikreativitas, pemikiran kritis, komunikasi yang efektif, kolaborasi
produktif, fleksibilitas kognitif, pemecahan masalah yang kompleks plus karakter yang kuat
dan mulia, serta penerapan prinsip moderasi beragama.

Penyusunan, pengembangan, dan penyederhanaan Kurikulum 2013 bukan hal yang


mudah dan membutuhkan waktu yang lebih untuk melakukan tahapan-tahapan kajian, yang
meliputi evaluasi kurikulum yang sedang berlaku, merencanakan perubahan, menyusun isi dan
struktur, uji coba, menelaah umpan balik, perbaikan draf awal, sosialisasi, implementasi
terbatas, dan implementasi secara menyeluruh secara nasional. Oleh karena itu, kegiatan yang
dilakukan oleh negara-negara maju memerlukan waktu paling tidak lima tahun. Dalam
penyederhanaan kurikulumini, waktu yang tersedia hanya dua bulan. Oleh karena itu, dalam
implementasi kurikulum yang disederhanakan, guru harus siap dan disiapkan untuk
melaksanakan pembelajaran secara profesional.

Page | 19

Versi 31 Maret 2021


DAFTAR PUSTAKA

Lembaga Alkitab Indonesia. Alkitab.


Antone, Hope S. Pendidikan Kristen Kontekstual (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010).
Boehlke, Robert. Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen
(Jakarta: BPK-Gunung Mulia. 2005).
Edison, F. Thomas. Pendidikan Nilai-Nilai Kristiani (Bandung: Kalam Hidup, 2018).
Enklaar, I. H. dan E.G. Homrighausen. Pendidikan Agama Kristen (Jakarta: BPK Gunung
Mulia,2009).
Groome, Thomas H. Pendidikan Agama Kristen. Terj. Daniel Stefanus. (Jakarta: BPK
GunungMulia, 2014).
Ismail, Andar. Ajarlah Mereka Melakukan. Kumpulan Karangan Seputar Pendidikan
AgamaKristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010).
Kristianto, E. Dinamika Hidup Beriman (Yogyakarta: Kanisius. 2006).
Lickona, Thomas. Character Matters (New York: Somon & Schuster, 2004).
. Educating For Character: How Our School Can Teach Respect and
Responsibility (New York: Bantam Books, 1992).
. Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar
danBaik Terj. Lita S. (Bandung: Nusa Media, 2014).
Pazmino, Robert W. Fondsi Pendidikan Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012).
Sarifuddin, Lukman Hakin. Gagasan Kinerja: Moderasi Beragama dan Transformasi
Kelembagaan Pendidikan (Jakarta: Ditjen Bimas Kristen, 2019).
Seymour, Jack. Memetaakan Pendidikan Kristen. Pendekatan-Pendekatan Menuju
PembelajaranJemaat (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016).
Sijabat, Binsen S. Pendidikan Kristen Konteks Sekolah (Bandung: Kalam Hidup, 2018).
Simanjuntak, Junihot. Ilmu Belajar Didaktik Pendidikan Kristen (Yogyakarta: Andi, 1017).
Smith, David I. Pendidikan Yang Kristiani. Mempratikkan Iman di Ruang Kelas (Bandung:
Kalam Hidup, 2019).
Tim Penulis. Mozaik Moderasi Beragama Dalam Perspektif Kristen (Jakarta: Ditjen Bimas
Kristen, 2019).

Page | 20

Versi 31 Maret 2021

Anda mungkin juga menyukai