PENDAHULUAN
Hepatitis merupakan inflamasi dan cedera pada hepar, penyakit ini dapat
disebabkan oleh infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada
kanker hati. Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar
oleh virus, identifikasi virus penyakit dilakukan terus menerus, tetapi agen virus
A, B, C, D, E, F dan G terhitung kira-kira 95% kasus dari hepatitis virus akut.
(Monica, 2009)
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat
di sebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat – obatan serta
bahan – bahan kimia. Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus
disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas.
2. Hepatitis B
Penularan virus ini melalui rute trnfusi darah/produk darah, jarum suntik,
atau hubungan seks. Golongan yang beresiko tinggi adalah mereka yang sering
tranfusi darah, pengguna obat injeksi; pekerja parawatan kesehatan dan
keamanan masyrakat yang terpajan terhadap darah; klien dan staf institusi
untuk kecatatan perkembangan, pria homoseksual, pria dan wanita dengan
pasangan heteroseksual, anak kecil yang terinfeksi ibunya, resipien produk
darah tertentu dan pasien hemodialisa. Masa inkubasi mulai 6 minggu sampai
dengan 6 bulan sampai timbul gejala klinis.
3. Hepatitis C
5. Hepatitis E
Virus ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan melalui ingeti
air yan tercemar. populasi yang paling sering terinfeksi adalah orang yang
hidup pada atau perjalanan pada bagian Asia, Afrika atau Meksiko dimana
sanitasi buruk, dan paling sering pada dewasa muda hingga pertengahan.
Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan tentang hepatitis F. Saat ini para
pakar belum sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah.
Sedangkan hepatitis G gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan
dengan hepatitis B dan/atau C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan ataupun
hepatitis kronik. Penularan melalui transfusi darah jarum suntik.
2.3 Penyebab dan Cara Penularan Hepatitis
1. Hepatitis A
Hepatitis A pada umumnya dapat di tulari melalui mulut, misalnya
melalaui gelas atau sendok bekas yang di pakai penderita hepatitis A.
Kadang – kadang dapat juga melalui keringat penderita atau melalui jarum
suntik bekas yang di pakai pada penderita pengdapa hepatitis A.
2. hepatitis B
Hampir semua jenis virus hepatitis dapat menyerang manusia. Pada
ibu hamil bila terserang virus ini dapat menularkan pada bayinya yang ada
dalam kandungan atau waktu menyusui bayi itu. Bentuk penularan seperti
inilah yang banyak di jumpai pada penyakit hepatitis B. Pada saat ini jenis
hepatitis yang paling banyak di pelajari ialah hepatitis B dan telah dapat
pula di cegah melalui vaksinasi. Walaupun infeksi virus ini jarang terjadi
pada populasi orang dewasa, kelompok tertentu dan orang yang memiliki
cara hidup tertentu berisiko tinggi. Kelompok ini mencakup:
a. Imigran dari daerah endemis hepatitis b
b. pengguna obat IV yang sering bertukar jarum dan alat suntik
c. pelaku hubungan seksual dengan banyak orang atau dengan orang
yang terinfeksi
d. pria homoseksual yaang secara seksual aktif
e. pasien rumah sakit jiwa
f. narapidana pria
g. pasien hemodialisis dan penderita hemofilia yang menerima produk
tertenu dari plasma
h. kontak serumah dengan karier hepatitis
i. pekerja sossial di bidang kesehatan, terutama yang banyak kontak
dengan darah.
3. Hepatitis C
Saat ini di seluruh dunia terdapat 200 juta orang pengidap hepatitis B
yang tidak menampakkan gejala, tetapi merupakan sumber penularan bagi
manusia sehat. Agarc tubuh menjadi kebal diperlukan vaksinassi dasar mengenai
dasar sebanyak tiga kali vaksinassi hepatitis B. Mengenai jarak waktu pemberian
vaksinasi dasar tergantung dari jenis vaksinasi yang dipakai.
Ada dua vaksin hepatitis B yaitu vaksin yang dibuat dari darah
manusia yang telah kebal Hepatitis B dan vaksin hepatitis yang dibuat dari
perekayasaan sel ragi. Vaksin hepatitis yang di buat dari darah manusia kebal
hepatitis di suntikkan kepada orang sehat sekali sebulan sebanyak tiga kali,
sedangan vaksin hepatitis b yang di rekayasa dari sel ragi diberi kepada
penderita sebulan sekali sebanyak dua kali, lalu suntikan ke tiga baru di beri 5
bulan kemudian.
1. Monitor tanda
3. Hypertermi Setelah dilakukan vital : suhu badan 1. Sebagai Tidak terjadi
berhubungan perawatan selama indikator untuk peningkatan
dengan invasi 3X 24 jam hasil mengetahui status suhu
agent dalam yang diharapkan : hypertermi
sirkulasi darah 2. Ajarkan klien
sekunder terhadap 1. Tidak terjadi
peningkatan suhu pentingnya 2. Dalam kondisi
inflamasi hepar. mempertahankan demam terjadi
cairan yang peningkatan
adekuat evaporasi yang
(sedikitnya 2000 memicu
l/hari) untuk timbulnya
mencegah dehidrasi
dehidrasi,
misalnya sari
buah 2,5-3
liter/hari.
3. Anjurkan klien
untuk memakai 3. Kondisi kulit
pakaian yang yang mengalami
menyerap lembab memicu
keringat timbulnya
pertumbuhan
jamur. Juga
akan
mengurangi
kenyamanan
klien, mencegah
timbulnya ruam
kulit.
1. Sering mandi
4. Resiko tinggi dengan Jaringan kulit
Setelah dilakukan 1. kekeringan
kerusakan menggunakan air utuh,
perawatan selama meningkatkan
integritas kulit dan dingin dan sabun penurunan
3X 24 jam hasil sensitifitas kulit
jaringan pruritus
yang diharapkan : ringan (kadtril, dengan
berhubungan lanolin) merangsang
dengan pruritus 1. Jaringan kulit Keringkan kulit, ujung syaraf
sekunder terhadap utuh, penurunan jaringan digosok.
akumulasi pigmen pruritus.
bilirubin dalam
2. Cegah
2. Pertahankan penghangatan 2.Penghangatan
garam empedu kebersihan tanpa yang berlebihan yang berlebih
menyebabkan kulit dengan menambah
kering pertahankan suhu pruritus dengan
ruangan dingin meningkatkan
dan kelembaban sensitivitas
rendah, hindari melalui
pakaian terlalu vasodilatasi
tebal.
1.Awasi frekwensi ,
Setelah dilakukan kedalaman dan 1. Pernafasan Pola nafas
perawatan selama upaya pernafasan dangkal/cepat
5. Pola nafas tidak adekuat
3X 24 jam hasil kemungkinan
efektif
yang diharapkan : terdapat
berhubungan
hipoksia atau
dengan 1. Pola nafas akumulasi
pengumpulan adekuat cairan dalam
cairan
abdomen
intraabdomen,
asites penurunan 2. Auskultasi bunyi
ekspansi paru dan nafas tambahan 2. Kemungkinan
akumulasi sekret. menunjukkan
adanya
akumulasi
cairan
3. Berikan posisi
semi fowler 3. Memudahkan
pernafasan
denagn
menurunkan
tekanan pada
diafragma dan
meminimalkan
ukuran sekret
4. Berikan oksigen
4. Mungkin perlu
sesuai kebutuhan
untuk mencegah
hipoksia
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
Inayah, Iin. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Pencernaan. Jakarta: Salemba Medika
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Medikal Bedah Brunner &Suddarth, Edisi 8, Vol
2. Jakarta : EGC
http://pbh-batusangkar.blogspot.co.id/2011/06/makalah-tentang-hepatitis.html
(http://www2.kompas.com/ver1/Kesehatan/0710/19/o32215.htm )
(http://www2.kompas.com/ver1/Kesehatan/0710/19/o32215.htm)