DISUSUN OLEH :
A. Definisi
B. Etiologi
C. Patofisiologi
E. Faktor Risiko
3. Obesitas
8. Herediter
F. Manifestasi Klinis
1. Polifagia.
2. Poliuria
3. Polidipsi
4. Lemas
5. BB menurun
6. Kesemutan
7. Gatal.
8. Mata kabur
9. Pruritus vulva
10. Ketonemia
11. Glikosuria
Diabetes mellitus dapat menimbulkan komplikasi pada ibu hamil dan janin
intrauteri.
Komplikasi ibu hamil dengan dibetes mellitus yang terjadi dalam berbagai
manifestasi klinik dapat bersumber dari :
1. Lamanya menderita diabetes mellitus.
3. Hiperglikemi glukosuria.
a) Diabetika endarteritis.
b) Mikrokoagulasi.
H. Pemeriksaan Diagnostik
a) Kriteria Diagnosis:
Reduksi Urine
I. Penatalaksanaan medis
a. Terapi Diet
Diet pada penderita diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian
antara lain :
b. Terapi Insulin
1. Humulin
4. Humalog/Humalog Mix 25
c. Olahraga
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas klien
9. Dx. Medis : DM
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : D3
7. Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
2. Data Subjektif
b. Keluhan utama
Ibu mengeluh sering merasa haus, merasa lapar dan sering BAK
c) Kunjungan ANC
Trimester I
Frekuensi : 6 Minggu
Trimester II
Frekuensi : 2x
Keluhan : pusing
Komplikasi : DMG
Trimester III
Frekuensi : 2x
Keluhan : sering haus, lapar, BAK
Komplikasi : DMG
Terapi : tablet fe
TT 1 : TT Caten
TT 4 : tanggal
TT 5 : tanggal
f. Aspek psikologis
g. Aspek sosial
h. Aspek spiritual
3. Data Objektif
a. Pemeriksaan umum
Kesadaran : composmentis
Tanda vital :
b. Pemeriksaan Fisik
Palpasi
Auskultasi
DJJ : 144x/menit
c. Pemeriksaan penunjang
d. Data penunjang
HbA1c : 7%
e. System pengindraan
1. Sistem penglihatan
Inspeksi : bentuk mata dan bola mata simetris, reflek
pupil klien baik, saat ada rangsangan cahaya miosis,
konjungtiva tak anemis, sclera tidak ikterik, gerakan bola
mata baik.
2. Sistem pendengaran
3. Sistem penciuman
4. Sistem pengecapan
5. Sistem integument
7. Sistem pernafasan
8. Sistem kardiovaskuler
9. Sistem perkemihan
1. Makan
Kalori
- Frekuensi 3x/hari
- Makanan
Tidak Ada
pantangan
1. Minum
- Frekuensi
6-7 gls/hari
± 1.500 – 1.750
- Jumlah
ml/ha
2. Eliminasi
1. BAB
- Warna Ya
Jernih
- Terpasang
Tidak
kateter
3. Istirahat Tidur
± 1 jam
Siang ± 2 jam
Tidak
- Masalah tidur Tidak
4. Personal Hygiene
1. Mandi
- Penggunaan Ya Ya
Sabun
- Cara
Sendiri Sendiri
1. Oral Hygiene
- Frekuensi
2x sehari Tidak
- Penggunaan
Ya Tidak
pasta gigi
Sendiri -
- Cara
melakukan
Tidak tentu
1. Pemeliharaan
Tidak tentu
Kuku
sendiri
- Frekuensi
-
- Cara
melakukan
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi
4. Ajarkan pasien
4.Kebutuhan
tentang metode
insulin dapat
finger stick untuk
dinilai
memantau
berdasarkan
glukosa sendiri.
temuan glukosa
darah serum
secara periodic
5.Pembagian
5.Diskusikan
dosis insulin
tentang dosis ,
mempertimbang
jadwal dan tipe
kan kebutuhan
insulin.
basal maternal
dan rasio waktu
makan.
6.Diet secara
6. Kolaborasi spesifik pada
dengan ahli gizi. individu perlu
untuk
mempertahankan
normoglikemi.
7.Insiden
abnormalitas
7.Observasi kadar janin dan bayi
Glukosa darah. baru lahir
menurun bila
kadar glukosa
darah antara 60 –
100 mg/dl,
sebelum makan
antara 60 -105
mg/dl, 1 jam
sesudah makan
dibawah 140
mg/dl dan 2 jam
sesudah makan
kurang dari 200
mg/dl.
8.Memberikan
keakuratan
8.Tentukan hasil gambaran rata
HbA1c setiap 2 – rata control
4 minggu. glukosa serum
selama 60 hari . -
Kontrol glukosa
serum
memerlukan
waktu 6 minggu
untuk stabil.
6. - Dapatkan
6. - Insiden
kadar serum alfa
kerusakan tuba
fetoprotein pada
neural lebih
gestasi minggu ke
besar pada ibu
14 sampai
diabetik dari
minggu ke 16.
pada non
diabetik bila
kontrol sebelum
kehamilan sudah
buruk.
7. -
7. - Siapkan
Ultrasonografi
untuk
bermanfaat
ultrasonografi
dalam
pada gestasi
minggu ke 8, 12, memastikan
18, 28, 36 sampai tanggal gestasi
minggu ke 38. dan membantu
dalam evaluasi
retardasi
pertumbuhan
intra uterin.
. -
Memberikan
informasi tentang
cadangan pada
plasenta untuk
oksigenasi janin
selama periode
intrapartal.
6. - Observasi
frekuensi denyut
6. - Tacikardi,
jantung janin.
bradikardi atau
deselerasi lambat
pada penurunan
variabilitas
menandakan
kemungkinan
hipoksia janin.
D. Evaluasi
A. Pengertian
Penyakit jantung adalah penyebab utama ketiga kematian pada
wanita berusia 25 tahun sampai 44 tahun. Karena relatif sering terjadi pada
wanita usia subur, penyakit jantung mempersulit pada sekitar 1 persen
kehamilan (Leveno, Kenneth J, 2009). Kehamilan dengan penyakit
jantung selalu saling mempengaruhi karena kehamilan dapat memberatkan
penyakit jantung yang dideritanya. Penyakit jantung dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Jantung yang normal
dapat menyesuaikan diri terhadap segala perubahan sistem jantung dan
pembuluh darah yang disebabkan oleh kehamilan, yaitu dorongan
diafragma oleh besarnya janin yang dikandungnya sehingga dapat
mengubah posisi jantung dan pembuluh darah sehingga terjadi perubahan
dari kerja jantung
Yang dapat mempengaruhi antara lain:
1. Pengaruh peningkatan hormone tubuh
2. Terjadi haemodelusi darah dengan puncaknya pada
kehamilan 28 – 32 minggu
3. Kebutuhan janin untuk pertumbuhan dan perkembangan
dalam rahim Kembalinya darah setelah placenta lahir
karena kontraksi rahim dan terhentinya terhentinya
peredaran darah placenta
4. Kembalinya darah setelah placenta lahir karena kontraksi
rahim dan terhentinya terhentinya peredaran darah placenta
5. Saat post partum sering terjadi infeksi. (Manuaba, Ida
Bagus Gde, 1998)
B. Klasifikasi
Klasifikasi asosiasi penyakit jantung New York pada ibu hamil:
a. Kelas 1 : pasien tidak terbatas dalam kegiatan fisik.
Kegiatan fisik biasa tidak menyebabkan kelelahan yang
tidak semestinya, Palpitasi, sesak nafas atau nyeri angina.
b. Kelas 2 : pasien sedikit terbatas kegiatan fisikya. Kegiatan
fisik biasa menyebabkan kelelahan, palpitasi, sesak nafas,
atau nyeri angina.
c. Kelas 3 : pasien jelas terbatas dalam kegiatan fisiknya.
Kegiatan fisik yang kurang dari biasa menyebabkan
kelelahan, palpitasi, sesak nafas, atau nyeri angina.
d. Kelas 4 : pasien tidak mampu melakukan sembarangan
kegiatan fisik tanpa merasa tidak enak. Gejala-gejala
insufisiensi jantung atau sindrom angina bisa ada sekalipun
dalam keadaan istirahat. Bila melakukan kegiatan fisik rasa
tidak enak bertambah berat. (Raybura, William F, 2001)
C. Etiologi
Etiologi kelainan jantung dapat berupa kelainan primer maupun
sekunder.
1. Kelainan Primer, kelainan primer dapat berupa kelainan
kongenital, bentuk kelainan katub, iskemik dan
cardiomiopati.
2. Kelainan Sekunder, kelainan sekunder berupa penyakit lain,
seperti hipertensi, anemia berat, hipervolumia, perbesaran
rahim, dll
D. Patofisiologi
Pada saat kehamilan curah jantung meningkat hingga 30 sampai 50
persen. Hampir separuh dari peningkatan total tersebut terjadi pada 8
minggu, dan maksimal pada pertengahan kehamilan. Peningkatan dini
curah jantung terjadi akibat meningkatnya isi sekuncup disertai
berkurangnya resistensi vaskuler dan penurunan tekanan darah. Pada tahap
kehamilan selanjutnya juga terjadi peningkatan denyut nadi istirahat, dan
isi sekuncup semakin meningkat, mungkin berkaitan dengan
meningkatnya pengisisan diastolic akibat meningkatnya volume darah.
Karena pada awal kehamilan terjadi perubahan hemodinamik yang
signifikan, wanita dengan disfungsi jantung yang berat dapat mengalami
perburukan gagal jantung sebelum pertengahan kehamilan. Pada wanita
yang lain, gagal jantung terjadi pada trimester ketiga saat hypervolemia
normal pada kehamilan mencapai puncaknya. Akan tetapi, pada sebagian
besar kasus gagal jantung terjadi peripartum saat timbul tambahan beban
hemodinamik. Kondisi ini merupakan saat kemampuan fisiologis jantung
mengubah curah jantung secara cepat sering kesulitan menghadapi
penyakit jantung structural (Leveno, Kenneth J, 2009).
E. Manifestasi Klinik
Gejala-gejala seperti kelelahan, dan sesak nafas ringan dan tanda-
tanda klinik seperti desah sistolik, suara jantung ketiga, dan edema bisa
jadi tanda-tanda penyakit jantung merupakan hal fisiologik selama
kehamilan. Diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menetapkan
penyakit jantung jika ada sembarangan gejala dan tanda berikut, sesak
nafas yang cukup berat buat mengganggu kegiatan, ortopnea progresif,
sesak nafas malam hari yang paroksimal, nyeri dada seperti angina
menyertai setiap kegiatan fisik atau stress, emosional, desah sistolik yang
lebih dari III, IV (diastolic, prediastolik atau terus-menerus), pembesaran
jantung yang nyata, aritmia berat, sianosis, dan pelebaran ujung-ujung jari
(clubbing) (Raybura, William F, 2001).
1. Cepat merasa lelah
2. Jantungnya berdebar-debar
3. Sesak nafas apalagi disertai sianosis (kebiruan)
4. Edema tungkai atau terasa berat pada kehamilan muda
5. Mengeluh tentang bertambah besarnya Rahim yang tidak
sesuai
(Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998)
1. Dyspnea atau ortopnea progresif
2. Batuk malam hari
3. Hemoptysis
4. Sinkop
5. Nyeri dada
6. Sianosis
7. Jari gada
8. Distensi menetap vena jugularis
9. Murmur sistolik derajat 3/3 atau lebih
10. Murmur diastolic
11. Kardiomegali
12. Aritmia persisten
13. Bunyi jantung kedua terpisah menetap (Leveno, Kenneth J,
2009)
F. Komplikasi
Penyakit jantung pada ibu hamil dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim dalam bentuk :
1. Dapat terjadi keguguran
2. Persalinan prematuritas atau berat lahir rendah
3. Kematian perinatal yang makin meningkat
4. Pertumbuhan dan perkembangan bayi mengalami hambatan
intelegensia atau fisik (Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998).
5. Anemia
6. Tekanan darah tinggi atau Pregnancy Induced Hypertension
7. Placenta Previa
8. Kehamilan ganda
9. Pendarahan pasca melahirkan
G. Penatalaksanaan
Pengobatan dan penatalaksanaan penyakit jantung dalam
kehamilan tergantung pada derajat fungsinya
a. Kelas I : tidak ada pengobatan tambahan yang dibutuhkan,
penanganannya biasa secara berobat jalan. Pasien harus
beristirahat beberapa kali sehari untuk mengurangi kerja
jantung.
b. Kelas II : biasanya tidak memerlukan terapi tambahan
kurangi kerja fisik terutama antara kehamilan 28 – 36
minggu
c. Kelas III : memerlukan digitalisasi/ obat lainnya sebaiknya
dirawat di rumah sakit sejak kehamilam 28 – 30 minggu
d. Kelas IV : harus dirawat di rumah sakit dan diberikan
pengobatan bekerjasama dnegan kardiologi
c. Bunyi jantung
2. Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin
menunjukkan gagal jantung atau penurunan
kontraktilits atau komplain ventrikel
d. Murmur
3. Bila ada menunjukkan gagal katup atau
disfungsi otot jantung
e. Friksi ; dicurigai Perikarditis
f. Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
g. Edema
4. Distensi vena juguler, edema dependent ,
perifer, edema umum,krekles mungkin ada
dengan gagal jantung atau ventrikel
h. Warna
5. Pucat atau sianosis, kuku datar , pada
membran mukossa atau bibir
3. Integritas ego
a. Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi
takut mati, perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit
atau perawatan, khawatir tentang keuangan , kerja ,
keluarga
b. Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata,
gelisah, marah, perilaku menyerang, focus pada diri sendiri,
koma nyeri
4. Eliminasi
a. Tanda : normal, bunyi usus menurun.
5. Makanan atau cairan
a. Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati
atau terbakar
b. Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat,
muntah, perubahan berat badan
6. Hygiene
a. Gejala atau tanda : lesulitan melakukan tugas perawatan
7. Neurosensori
a. Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun
(duduk atau istrahat )
b. Tanda : perubahan mental, kelemahan
8. Nyeri atau ketidaknyamanan
a. Gejala :
Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau
tidak berhubungan dengan aktifitas ), tidak hilang
dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun
kebanyakan nyeri dalam dan viseral)
Lokasi : Tipikal pada dada anterior, substernal ,
prekordial, dapat menyebar ke tangan, ranhang,
wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium,
siku, rahang, abdomen, punggung, leher.
Kualitas : “Crushing ”, menyempit, berat,
menetap, tertekan, seperti dapat dilihat
Intensitas : Biasanya 10(pada skala 1 -10), mungkin
pengalaman nyeri paling buruk yang pernah
dialami.
Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien
pasca operasi, diabetes mellitus , hipertensi, lansia
9. Pernafasan:
a. Gejala :
dispnea tanpa atau dengan kerja
dispnea nocturnal
batuk dengan atau tanpa produksi sputum
riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis
b. Tanda :
peningkatan frekuensi pernafasan
nafas sesak / kuat
pucat, sianosis
bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum
10. Interaksi sosial
a. Gejala :
Stress
Kesulitan koping dengan stressor yang ada missal :
penyakit, perawatan di RS
b. Tanda :
Kesulitan istirahat dengan tenang
Respon terlalu emosi ( marah terus-menerus, takut )
Menarik diri
B. Diagnosa Keperawatan
1. resiko penurunan curah jantung b.d peningkatan volume sirkulasi,
distritmia, perubahan kontraktilitas, miokard dan perubahan
inotropik pada jantung
2. perfusi b.d perubahan resiko tinggi terhadap utero plasenta. Factor
resiko meliputi perubahan pada volume sirkulasi, pirao kanan ke
kiri
C. Intervensi keperawatan
Klien dengan
Selidiki prolaps katup
adanya mitral dapat terjadi
keluhan nyeri aritmia terlihat
dada dan pada nyeri dada
palpitasi, dan palpitasi,
anjurkan pembatasan kafein
pembatasan dapat menurunkan
kafein ferkuensi
dengan cepat terjadinya
1. Definisi / Pengertian
Eklamsia kelainan akut pada ibu hamil, saat persalinan atau masa
nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana
sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklamsia
(Hipertensi, oedema, proteinuria).
Eklamsia adalah suatu komplikasi kehamilan yg ditandai dengan
peningkatan TD (S > 180 mmHg, D > 110 mmHg), proteinuria,
oedema, kejang dan/atau penurunan kesadaran.
2. Etiologi / Penyebab
Menurut Manuaba, IBG, 2001 penyebab secara pasti belum
diketahui, tetapi banyak teori yang menerangkan tentang sebab
akibat dari penyakit ini, antara lain:
a. Teori Genetik
b. Teori Imunologik
c. Teori Iskhemia Regio Utero Placental
d. Teori Radikal Bebas
e. Teori Kerusakan Endotel
f. Teori Trombosit
g. Teori Diet Ibu Hamil
3. Patofisiologi
d. Stadium koma
5. Klasifikasi
a. Eklampsia gravidarum
b. Eklampsia parturientum
c. Eklampsia puerperium
6. Komplikasi
a. Solusio plasenta.
b. Hipofibrinogenemia
Pada eklampsia, ditemukan 23% hipofibrinogenemia.
Maka perlu dilakukan pemeriksaan kadar fibrinogen
secara berkala.
c. Hemolisis
d. Perdarahan otak
e. Kelainan mata
f. Edema paru-paru
g. Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat
vasopasmus arteriol umum. Kelainan ini diduga khas
untuk eklampsia, tapi ternyata juga ditemukan pada
penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati juga dapat diketahui
dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-
enzimnyz.
h. Sindroma HEELP
i. Kegagalan Ginjal
j. Komplikasi lain
Cara memeriksa :
1. Pengkajian
a. Data subyektif :
b. Data Obyektif :
Pemeriksaan penunjang ;
a. Diagnosa keperawatan 1
Tujuan :
Kriteria Hasil :
a. DJJ ( + ) : 12-12-12
b. Hasil NST : Normal
c. Hasil USG : Normal
Intervensi :
b. Diagnosa keperawatan 2
Risiko cedera pada janin berhubungan dengan tidak
adekuatnya perfusi darah ke placenta
2. Etiologi/factor preeklampsia
Adapun penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui, namun
ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab
preeklampsia, yaitu :
Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan
ganda,hidramnion, dan mola hidatidosa.
Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan.
Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian
janin dalam uterus.
Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Molahidatidos
Diabetes mellitus
Kehamilan ganda
Hidropfetalis
Obesitas
Umur yang lebih dari 35 tahun
3. Klasifikasi preeklampsia
Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut :
a) Preeklampsia Ringan :
Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada
posisi berbaring terlentang; atau kenaikan diastolik 15
mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau
lebih .Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali
pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan
berat 1 kg atau lebih per minggu.
Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif
1 + atau 2 + pada urin kateter atau midstream.
b) Preeklampsia Berat
Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam .
Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri
pada epigastrium.
Terdapat edema paru dan sianosis.
4. Patofisiologi preeklampsia
Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan
terjadi peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan
perfusi ke organ , termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme
merupakan dasar dari timbulnya proses pre eklampsia. Konstriksi vaskuler
menyebabkan resistensi aliran darah dan timbulnya hipertensi arterial.
Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya peningkatan sensitifitas dari
sirculating pressors. Pre eklampsia yang berat dapat mengakibatkan
kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai
pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat
berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation
5. Manifestasi klinis preeklampsia
Pertambahan berat badan yang berlebihan
Edema
Hipertensi
Proteinuria
Pada preeklampsia berat didapatkan sakit kepala di daerah frontal,
diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau
muntah
6. Pemeriksaan penunjang preklampsia
a) Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar
normal hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr
%)
Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% )
Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3
)
2. Urinalisis
b) Radiologi
Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus.
Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat,
dan volume cairan ketuban sedikit.
Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin lemah.
7. Pencegahan preeklampsia
a) Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu secara teliti,
mengenali tanda-tanda sedini mungkin (preeklampsi ringan), lalu
diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi
lebih berat.
b) Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya
preeklampsi kalau ada faktor-faktor predisposisi.
c) Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur,
ketenangan, serta pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak,
serta karbohidrat dan tinggi protein, juga menjaga kenaikan berat
badan yang berlebihan.
8. Komplikasi preeklampsia
Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang
termasuk komplikasi antara lain:
a) Pada Ibu
Eklampsia
Solusio plasenta
Ablasio retina
b) Pada Janin
Prematur
Asfiksia neonatorum
1. Pengkajian
1. Data subyektif :
2. Data Obyektif :
Pemeriksaan penunjang ;
2. Masalah keperawatan
3. Perencanaan
Diagnosa keperawatan I :
Tujuan :
Kriteria Hasil :
– Tanda-tanda vital :
Intervensi :
1. Monitor tekanan darah tiap 4 jam
R/. Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih merupkan
indikasi dari PIH
Diagnosa keperawatan II :
Tujuan :
Kriteria Hasil :
– DJJ ( + ) : 12-12-12
– Hasil NST :
– Hasil USG ;
Intervensi :
R/. Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu
akibat hipoxia bagi janin
1. PENGERTIAN
AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan
gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang
disebut HIV. Dalam bahasa Indonesia sebagai Sindrome Cacat Kekebalan Tubuh
Dapatan. Acquired : Didapat, bukan penyakit keturunan. Immune : Sistem
kekebalan tubuh. Deficiency : Kekurangan. Syndrome : Kumpulan gejala-gejala
penyakit.
AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus
menerus yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
(Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare).
AIDS adalah suatu penyakit retrovirus epidemik menular, yang
disebabkan oleh infeksi HIV, yang pada kasus berat bermanifestasi sebagai
depresi berat imunitas seluler, dan mengenai kelompok risiko tertentu, termasuk
pria homoseksual atau biseksual, penyalahgunaan obat intravena, penderita
hemofilia, dan penerima transfusi darah lainnya, hubungan seksual dari individu
yang terinfeksi virus tersebut. (Kamus kedokteran Dorlan, 2002)
AIDS merupakan bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari
kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga
keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat
membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi.
(Menurut Center for Disease Control and Prevention).
2. ETIOLOGI
Penularan virus HIV/AIDS terjadi karena beberapa hal, di antaranya ;
1. Penularan melalui darah, penularan melalui hubungan seks (pelecehan
seksual).
2. Hubungan seksual yang berganti-ganti pasangan.
3. Perempuan yang menggunakan obat bius injeksi dan bergantian memakai
alat suntik.
4. Individu yang terpajan ke semen atau cairan vagina sewaktu berhubungan
kelamin dengan orang yang terinfeksi HIV.
5. Orang yang melakukuan transfusi darah dengan orang yang terinfeksi
HIV, berarti setiap orang yang terpajan darah yang tercemar melalui
transfusi atau jarum suntik yang terkontaminasi.
3. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang tampak dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Manifestasi Klinis Mayor
a) Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan
b) Diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus-menerus.
c) Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam 3 tiga bulan
2. Manifestasi Klinis Minor
a) Batuk kronis
b) Infeksi pada mulut dan jamur disebabkan karena jamur Candida
Albicans
c) Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh tubuh
d) Munculnya Herpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal di seluruh
tubuh
4. PATOFISIOLOGI
HIV AIDS Pada Ibu hami
Etiologi : Infeksi Virus
Faktor Resiko :
1. Seks Bebas
2. Berganti-ganti pasangan
3. Pengguna Narkoba suntik
4. Penerima transfusi darah
5. Tenaga medis
6. Ibu hamil-bayi
Penularan melalui :
1. Antepartum / in utero
2. Inpartum
3. Postpartum / melalui ASI
4. Cara Penularan HIV / AIDS dari ibu ke anak.
Penularan HIV dari ibu ke anak terjadi karena wanita
yang menderita HIV / AIDS sebagian besar masih
berusia subur, sehingga terdapat resiko penularan
infeksi yang terjadi pada saat kehamilan (Richard, et
al., 1997).
5. Selain itu juga karena terinfeksi dari suami atau
pasangan yang sudah terinfeksi HIV / AIDS karena
sering berganti-ganti pasangan dan gaya hidup.
Penularan ini dapat terjadi dalam 3 periode:
1. Periode kehamilan
Selama kehamilan, kemungkinan bayi tertular HIV sangat kecil. Hal
ini disebabkan karena terdapatnya plasenta yang tidak dapat ditembus oleh
virus itu sendiri. Oksigen, makanan, antibodi dan obat-obatan memang dapat
menembus plasenta, tetapi tidak oleh HIV. Plasenta justru melindungi janin
dari infeksi HIV. Perlindungan menjadi tidak efektif apabila ibu:
a. Mengalami infeksi viral, bakterial, dan parasit (terutama malaria) pada
plasenta selama kehamilan.
b. Terinfeksi HIV selama kehamilan, membuat meningkatnya muatan virus
pada saat itu.
c. Mempunyai daya tahan tubuh yang menurun.
d. Mengalami malnutrisi selama kehamilan yang secara tidak langsung
berkontribusi untuk terjadinya penularan dari ibu ke anak.
2. Periode persalinan
Pada periode ini, resiko terjadinya penularan HIV lebih besar jika
dibandingkan periode kehamilan. Penularan terjadi melalui transfusi
fetomaternal atau kontak antara kulit atau membran mukosa bayi dengan
darah atau sekresi maternal saat melahirkan. Semakin lama proses persalinan,
maka semakin besar pula resiko penularan terjadi. Oleh karena itu, lamanya
persalinan dapat dipersingkat dengan section caesaria.
Faktor yang mempengaruhi tingginya risiko penularan dari ibu ke anak
selama proses persalinan adalah:Lama robeknya membran.
a. Chorioamnionitis akut (disebabkan tidak diterapinya IMS atau infeksi
lainnya).
b. Teknik invasif saat melahirkan yang meningkatkan kontak bayi dengan
darah ibu misalnya, episiotomy.
c. Anak pertama dalam kelahiran kembar.
3. Periode Post Partum
a. Pola pemberian ASI, bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif akan
kurang berisiko dibanding dengan pemberian campuran.
b. Patologi payudara: mastitis, robekan puting susu, perdarahan putting susu
dan infeksi payudara lainnya.
c. Lamanya pemberian ASI, makin lama makin besar kemungkinan infeksi.
d. Status gizi ibu yang buruk
5. PENATALAKSANAAN
Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui tiga
cara, dan bisa dilakukan mulai saat masa kehamilan, saat persalinan, dan setelah
persalinan. Cara tersebut yaitu:
B. Etiologi
1. Virus
2. Alkohol
3. Obat-obatan
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan
hepatitis akut.
C. Klasifasi Hepatitis
1. Hepatitis A
2. Hepatitis B
Hepatitis B berbentuk sebagai serum hepatitis. Virus Hepatitis B
(HBV) adalah partikeld ouble-sheel berisi DNA yang terdiri dari antigen
(HBcAg), permukaan antigen (HBsAg) dan protein independent (HBeAg)
dalam sirkulasi darah. Jenis penyebaran HBV adalah route
terkontaminasinya jaringan percutaneous dengan darah. Selain itu juga
penyebarannya melalui mukosa membran dengan lewat :
• Mulut atau mata yang terkontaminasi selama irigasi luka atau suction.
HBV dapat terjadi pada klien yang menderita AIDS. HBV lebih
dominan atau berbahaya dari pada HIV, dimana sebagai penyebab AIDS.
Untuk penyebab ini Hepatitis B mendapat tempat terbesar untuk perawatan
kesehatan profesional. Hepatitis B dapat tersebar melalui hubungan sex dan
khususnya para gay (male-homo). Virus ini dapat juga tersebar dengan
melalui penggunaan peralatan “tato” dan pelubang daun telinga ;
penggunaan yang terkontaminasi pada perlengkapan pembagian obat
( terkontaminasinya perlengkapan pembagian obat ) ; berciuman ; dan
perlengkapan lainnya seperti : cangkir , pasta gigi , dan rokok. Perjalanan
penyakit Hepatitis B sangat beragam. Hepatitis B kemungkinan mempunyai
serangan tipuan dengan sinyal yang lemah dan sekumpulan penyakit atau
komplikasi yangs erius , seperti : masa inkubasi 40 sampai dengan 180 hari,
tetapi Hepatitis B secara umum akan berkembang 60 sampai 90 hari setelah
pembukaan (terserang). Penyakit liver kronik berkembang 5% pada klien
dengan infeksi HBV akut.
3. Hepatitis C
4. Hepatitis D
5. Hepatitis E
D. Manisfestasi Klinik
1. Masa tunas
2. Stadium praicterik
3. Stadium icterik
E. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh
infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan
kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena
memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada
hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah
normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel
hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari
tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang
sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh
dengan fungsi hepar normal.
Bila ibu hamil terinfeksi hepatitis virus B atau C, maka dokter akan
melakukan berbagai pemeriksaan lanjutan untuk menentukan apakah hepatitis
virusnya dalam kondisi aktif dan menularkan ke orang lain atau tidak, termasuk
ke janinnya.
1. Melewati placenta
Bila penularan hepatitis virus pada janin terjadi pada waktu persalinan maka
gejala-gejalanya baru akan nampak dua sampai tiga bulan kemudian.
3. Kontak langsung bayi baru lahir dengan Ibunya.
J. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
c. Leukopenia
e. Alkali phosfatase
f. Feses
g. Albumin Serum
h. Gula Darah
j. HbsAG
k. Masa Protrombin
l. Bilirubin serum
Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin
berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)
o. Urinalisa
K. Pengobatan
1. Pengobatan infeksi hepatitis virus pada kehamilan tidak berbeda dengan
wanita tidak hamil.
2. Tirah baring di rumah sakit sampai gejala icterus hilang dan bilirubin dalam
serum menjadi normal.
7. Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi (termasuk carrier HBsAg kronik)
harus di terapi dengan kombinasi dari antibodi pasif (immunoglobulin) dan
aktif imunisasi dengan vaksin hepatitis
8. Janin baru lahir hendaknya tetap diawasi sampai periode post natal dengan
dilakukan pemeriksaantransaminase serum dan pemeriksaan hepatitis virus
antigensecara periodik.
9. Janin baru lahir tidak perlu diberi pengobatankhusus bila tidak mengalami
penyulit-penyulit lain.
L. Komplikasi
Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan
oleh akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut
ensefalopati hepatik. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan
menyebabkan sirosis hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada
alkoholik.
M. Pencegahan
1. Mempertahankan gizi Bumil seoptimal mungkin, karena gizi yang buruk
mempermudah penularan hepatitis virus.
7. Pengkajian Kesehatan
a. Aktivitas
• Kelemahan
• Kelelahan
• Malaise
b. Sirkulasi
• Urine gelap
• Anoreksia
• Peningkatan oedema
• Asites
e. Neurosensori
• Cenderung tidur
• Letargi
• Asteriksis
f. Nyeri / Kenyamanan
• Kram abdomen
• Mialgia
• Atralgia
• Sakit kepala
• Gatal (pruritus)
g. Keamanan
• Demam
• Urtikaria
• Lesi makulopopuler
• Eritema
• Splenomegali
h. Seksualitas
B. Diagnosa Keperawatan
Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hepatitis:
C. Intervensi
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan,
perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan
metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi
kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis
kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)
b. Intervensi
b. Intervensi
b. Intervensi
• Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan semua klien atau
spesimen
2. Operasi
Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa
minggu, operasi adalah tindakan yang lebih aman dan
memiliki angka keberhasilan lebih besar daripada obat-
obatan. Apabila memungkinkan, akan dilakukan operasi
laparaskopi.
J. Pencegahan
Berhenti merokok akan menurunkan risiko kehamilan
ektopik. Wanita yang merokok memiliki kemungkinan yang lebih
besar untuk mengalami kehamilan ektopik. Berhubungan seksual
secara aman seperti menggunakan kondom akan mengurangi risiko
kehamilan ektopik dalam arti berhubungan seks secara aman akan
melindungi seseorang dari penyakit menular seksual yang pada
akhirnya dapat menjadi penyakit radang panggul. Penyakit radang
panggul dapat menyebabkan jaringan parut pada saluran tuba yang
akan meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik.
ASUHAN KEPERAWATAN KEHAMILAN EKTOPIK
A. Pengkajian
1. Anamnesis dan gejala klinis
Riwayat terlambat haid
Gejala dan tanda kehamilan muda
Dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginan
Terdapat aminore
Ada nyeri mendadak di sertai rasa nyeri bahu dan seluruh abdomen,
terutama abdomen bagian kanan / kiri bawah
Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang
terkumpul dalam peritoneum.
2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
a. Mulut : bibir pucat
b. Payudara : hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris
c. Abdomen : terdapat pembesaran abdomen.
d. Genetalia : terdapat perdarahan pervaginam
e. Ekstremitas : dingin
Palpasi
a. Abdomen : uterus teraba lembek, TFU lebih kecil daripada
UK, nyeri tekan, perut teraba tegang, messa pada adnexa.
b. Genetalia : Nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol.
Auskultasi
Perkusi
a. Laboratorium
Hematokrit
Tergantung pada populasi dan derajat perdarahan abdominal yang
terjadi.
Laparoskopi
Laparotomi
Kuldosintesis
Memasukkan jarum kedalam cavum Douglassi transvaginal untuk
menentukan ada atau tidak adanya darah dalam cavum Douclassi.
Tindakan ini tak perlu dikerjakan bila diagnosa adanya perdarahan
intraabdominal sudah dapat ditegakkan dengan cara pemeriksaan lain.
B. Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut:
1. Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi
implantasi sebagai efek tindakan pembedahan.
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang di perlukan untuk pengiriman nutrient ke sel.
3. Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi, pendarahan
intraperitonial.
4. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman
atau tidak mengenal sumber-sumber informasi.
C. Intervensi keperawatan
1. Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi
implantasi sebagai efek tindakan pembedahan.
Kriteria hasil: ibu menunjukan kestabilan/ perbaikan keseimbangn cairan
yang di buktikan oleh tanda-tanda vital yang stabil, pengisian kapiler
cepat, sensorium tepat, serta frekuensi berat jenis urine adekuat.
D. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan, mencangkup tindakan mandiri dan kolaborasi.
E. Evaluasi keperawatan
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan
tujuan yang hendak dicapai.
MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN TORCH PADA IBU
HAMIL
B. Diagnosa Keperawatan
Infection Protection
(proteksi terhadap
infeksi)
Monitor tanda dan
gejala infeksi
sistemik dan local
Monitor hitung
granulosit, WBC
Monitor kerentanan
terhadap infeksi
Batasi pengunjung
Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
Pertahankan tehnik
aspesis pada pasien
yang beresiko
Pertahankan tehnik
isolasi k/p
Berikan perawatan
kulit pada area
epidema
Inspeksi kulit dan
membrane mukosa
terhadap
kemerahan, panas,
drainase
Inspeksi kondisi
luka/insisi bedah
Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
Dorong masukkan
cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien
untuk minum
antibiotic sesuai
resep
Ajarkan pasien dan
keluarga mengenai
tanda dan gejala
infeksi
Ajarkan cara
menghindari infeksi
Laporkan
kecurigaan infeksi
Laporkan kultur
positif
Oxygen Therapy
Bersihkan mulut,
hidung dan secret
trakea
Pertahankan jalan
nafas yang paten
Atur peralatan
oksigenasi
Monitor aliran
oksigen
Pertahankan posisi
pasien
Observasi adanya
tanda tanda
hipoventilasi
Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
Nutrition Monitoring
BB pasien dalam batas
normal
Monitor adanya
penurunan berat badan
Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
Monitor interaksi anak
atau orang tua selama
makan
Monitor lingkungan
selama makan
Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak selama
jam makan
Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
Monitor tugor kulit
Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
Monitor mual dan mutah
Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
Monitor makanan
kesukaan
Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor kalori dan intake
nutrisi
Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral
Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
Analgesic Administration
Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis
dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
Monitor vital signsebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
1. HIPEREMESIS GRAVIDARUM
A. Pengertian
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah
berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan
sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena
terjadi dehidrasi. (Rustam Mochtar, 1998)
Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat timbul
setiap saat dan bahkan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih
terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid dan berlangsung selama
kurang lebih 10 minggu.
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai
umur kehamilan 20 minggu, begitu hebat dimana segala apa yang
dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi
keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun,
dehidrasi, terdapat aseton dalam urine, bukan karena penyakit
seperti Appendisitis, Pielitis dan sebagainya
Dalam buku obstetri patologi (1982) Hiperemesis
Gravidarum adalah suatu keadaan dimana seorang ibu hamil
memuntahkan segala apa yang di makan dan di minum sehingga
berat badannya sangat turun, turgor kulit kurang, diuresis kurang
dan timbul aseton dalam air kencing
Hiperemesis Gravidarum adalah suatu keadaan pada ibu
hamil yang ditandai dengan muntah-muntah yang berlebihan
(muntah berat) dan terus-menerus pada minggu kelima sampai
dengan minggu kedua belas Penyuluhan Gizi Rumah Sakit A.
Wahab Sjahranie Samarinda
B. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti.
Frekuensi kejadian adalah 3,5 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor
predisposisi yang dikemukakan : ( Rustan Mochtar, 1998 )
a) Faktor Organik,
Yaitu karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi
maternal dan perubahan metabolik akibat kehamilan serta
resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap
perubahan-perubahan ini serta adanya alergi, yaitu
merupakan salah satu respon dari jaringan ibu terhadap
janin.
b) Faktor Psikologik.
Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini.
Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut
terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap
tanggungan sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik
mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai
ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil
atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
c) Faktor Endokrin
Hipertiroid, diabetes, peningkatan kadar HCG dan lain-
lain.
C. Patofisiologi
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar
estrogen yang biasa terjadi pada trimester I. Bila terjadi terus-
menerus dapat mengakibatkan dehidrasi dan tidak imbangnya
elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.
Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan
karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi.
Karena okisidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis
dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida butirik,
dan aseton dalam darah. Muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga
cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida
darah turun. Selain itu, dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi,
sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan
jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang pula
tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Di samping dehidrasi dan
gangguan keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada
selaput lendir esofagus dan lambung ( sindroma mollary-weiss ),
dengan akibat perdarahan gastrointestinal.
D. Manifestasi Klinis
1. Tanda dan Gejala
Batas mual dan muntah berapa banyak yang disebut
Hiperemesis gravidarum tidak ada kesepakatan. Ada yang
mengatakan bila lebih dari sepuluh kali muntah. Akan tetapi
apabila keadaan umum ibu terpengaruh dianggap sebagai
Hiperemesis gravidarum. Menurut berat ringannya gejala
dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :
a) Tingkatan I (ringan)
Mual muntah terus-menerus yang mempengaruhi
keadaan umum penderita
Ibu merasa lemah
Nafsu makan tidak ada
Berat badan menurun
Merasa nyeri pada epigastrium
Nadi meningkat sekitar 100 per menit
Tekanan darah menurun
Turgor kulit berkurang
Lidah mongering
Mata cekung
b) Tingkatan II (sedang)
Penderita tampak lebih lemah dan apatis
Turgor kulit mulai jelek
Lidah mengering dan tampak kotor
Nadi kecil dan cepat
Suhu badan naik (dehidrasi)
Mata mulai ikterik
Berat badan turun dan mata cekung
Tensi turun, hemokonsentrasi, oliguri dan
konstipasi
Aseton tercium dari hawa pernafasan dan terjadi
asetonuria
c) Tingkatan III (berat)
Keadaan umum lebih parah (kesadaran menurun
dari somnolen sampai koma)
Dehidrasi hebat
Nadi kecil, cepat dan halus
Suhu badan meningkat dan tensi turun
Terjadi komplikasi fatal pada susunan saraf yang
dikenal dengan enselopati wernicke dengan gejala
nistagmus, diplopia dan penurunan mental
Timbul ikterus yang menunjukkan adanya payah
hati
E. Pemeriksaan Diagnostik
a. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji
usia gestasi janin dan adanya gestasi multipel, mendeteksi
abnormalitas janin, melokalisasi plasenta.
b. Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN.
c. Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH.
F. Komplikasi
a) Dehidrasi berat
b) Ikterik
c) Takikardi
d) Suhu meningkat
e) Alkalosis
f) Kelaparan
g) Gangguan emosional yang berhubungan dengan kehamilan
dan hubungan keluarga
h) Menarik diri dan depresi
G. Penatalaksanaan
a) Pencegahan
Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu
dilaksanakan dengan jalan memberikan penerapan
tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu
proses yang fisiologik, memberikan keyakinan
bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan
gejala yang flsiologik pada kehamilan muda dan
akan hilang setelah kehamilan 4 bulan,
mengajurkan mengubah makan sehari-hari dengan
makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering.
Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat
tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau
biskuit dengan teh hangat.
Makanan yang berminyak dan berbau lemak
sebaiknya dihindarkan.
Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam
keadaan panas atau sangat dingin.
b) Obat-obataan
Sedativa yang sering digunakan adalah Phenobarbital.
Vitamin yang dianjurkan Vitamin B1 dan B6 Keadaan
yang lebih berat diberikan antiemetik sepeiti Disiklomin
hidrokhloride atau Khlorpromasin. Anti histamin ini juga
dianjurkan seperti Dramamin, Avomin
c) Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi
cerah dan peredaran udara yang baik. Tidak diberikan
makan/minuman selama 24 -28 jam. Kadang-kadang
dengan isolasi saja gejaia-gejala akan berkurang atau
hilang tanpa pengobatan.
d) Terapi psikologik
Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat
disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan,
kurangi pekerjaan yang serta menghilangkan masalah dan
konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang
penyakit ini.
e) Cairan parenteral
Berikan cairan- parenteral yang cukup elektrolit,
karbohidrat dan protein dengan Glukosa 5% dalam cairan
garam fisiologik sebanyak 2-3 liter per hari. Bila perlu
dapat ditambah Kalium dan vitamin, khususnya vitamin B
kompleks dan vitamin C. Bila ada kekurangan protein,
dapat diberikan pula asam amino secara intra vena.
f) Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik,
bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan
medik dan psikiatri bila keadaan memburuk. Delirium,
kebutaan, tachikardi, ikterus anuria dan perdarahan
merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan
demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik
sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh
dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tak boleh
menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ
vital.
g) Diet
Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis
tingkat III.
Makanan hanya berupa rod kering dan buah-
buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan
tetapi 1 — 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang
dalam semua zat – zat gizi, kecuali vitamin C,
karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.
Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan
muntah berkurang.
Secara berangsur mulai diberikan makanan yang
bernilai gizi linggi. Minuman tidak diberikan
bersama makanan . Makanan ini rendah dalam
semua zat-zal gizi kecuali vitamin A dan D.
Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita
dengan hiperemesis ringan.
Menurut kesanggupan penderita minuman boleh
diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup
dalam semua zat gizi kecuali Kalsium.
6. Implementasi
NO Waktu Implementasi TTD
Dx Pelaksanaan
1. 14 – 03 - 1. memantau dan mencatat TTV setiap 2
2013 jam atau sesering mungkin sesuai
08.00 keperluan sampai stabil. Kemudian
pantau dan catat TTV setiap 4 jam
TTV
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 100 x/ mnit
Suhu : 36,7 C
RR : 21 x/mnit
Mengukur asupan dan haluaran setiap 1
sampai 4 jam. Catat dan laporkan
perubahan yang signifikan termasuk
urine, feses, muntahan, drainase luka,
drainase nasogastrik, drainase slang dada,
dan haluaran yang lain.
7. Evaluasi
NO Tanggal Evaluasi
Dx
1. 14 – 03 – 2013 S : Px mengatakan mual dan muntah berkurang
09.00 O: k/u lemah
- wajah pucat
- turgor kulit meningkat
- TTV : TD = 100/70 mm/Hg
N=100x/menit
S= 36,5C
R = 20x/mnit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan no 1,2,3,4
MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN ANTEPARTUM PADA IBU
HAMIL
1. Perdarahan Antepartum
A. Pengertian
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam
semasa kehamilan di mana umur kehamilan telah melebihi 28
minggu atau berat janin lebih dari 1000 gram (Manuaba, 2010).
Sedangkan menurut Wiknjosastro (2007), perdarahan antepartum
adalah perdarahan pervaginam yang timbul pada masa kehamilan
kedua pada kira-kira 3% dari semua kehamilan. Jadi dapat
disimpulkan perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi
pada akhir usia kehamilan
B. Jenis-jenis Perdarahan Antepartum
a. Plasenta Previa
1. Pengertian
Plasenta previa adalah plasenta atau biasa disebut
dengan ari-ari yang letaknya tidak normal, yaitu pada
bagian bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan rahim. Pada keadaan normal ari-
ari terletak dibagian atas rahim (Wiknjosastro, 2005).
2. Klasifikasi
Jenis-jenis plasenta previa di dasarkan atas teraba
jaringan plasenta atau ari-ari melalui pembukaan jalan lahir
pada waktu tertentu.
Plasenta previa totalis, yaitu apabila seluruh
pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta
atau ari-ari.
Plasenta previa parsialis, yaitu apabila
sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan
plasenta.
Plasenta Previa marginalis, yaitu apabila
pinggir plasenta atau ari-ari berada tepat
pada pinggir pembukaan jalan ari.
Plasenta letak rendah, yaitu apabila letak
tidak normal pada segmen bawah rahim
akan tetapi belum sampai menutupi
pembukaan jalan lahir (Wiknjosastro, 2005).
3. Etiologi
Mengapa plasenta atau ari-ari bertumbuh pada
segmen bawah rahim tidak selalu jelas. Plasenta previa bisa
disebabkan oleh dinding rahim di fundus uteri belum
menerima implantasi atau tertanamnya ari-ari dinding
rahim diperlukan perluasan plasenta atau ari-ari untuk
memberikan nutrisi janin (Manuaba, 2010).
Disamping masih banyak penyebab plasenta previa
yang belum di ketahui atau belum jelas, bermacam-macam
teori dan faktor-faktor dikemukakan sebagai etiologinya.
Strasmann mengatakan bahwa faktor terpenting
adalah vaskularisasi yang kurang pada desidua yang
menyebabkan atrofi dan peradangan, sedangkan browne
menekankan bahwa faktor terpenting ialah villi khorialis
persisten pada desidua kapsularis.
Faktor-faktor etiologinya :
Umur dan Paritas
Pada primigravida, umur di atas 35 tahun
lebih sering dari pada umur di bawah 25
tahun.
Lebih sering pada paritas tinggi dari paritas
rendah
Di Indonesia, plasenta previa banyak
dijumpai pada umur muda dan paritas kecil,
hal ini disebabkan banyak wanita Indonesia
menikah pada usia muda dimana
endometrium masih belum matang.
Hipoplasia endometrium, bila kawin dan
hamil pada umur muda
Endometrium cacat pada bekas persalinan
berulang-ulang, bekas operasi, kuretase dan
manual plasenta.
Korpus luteum bereaksi lambat, dimana
endometrium belum siap menerima hasil
konsepsi.
Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip
endometrium.
Kadang-kadang pada mal nutrisi (Manuaba,
2010).
4. Patofisiologi
Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri
merupakan gejala utama dan pertama dari plasenta previa.
Walaupun perdarahannya sering dikatakan terjadi pada
triwulan ketiga, akan tetapi tidak jarang pula dimulai sejak
kehamilan 20 minggu karena sejak itu segmen bawah rahim
telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Dengan
bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah rahim akan
lebih melebar lagi, dan leher rahim mulai membuka.
Apabila plasenta atau ari-ari tumbuh pada segmen bawah
rahim, pelebaran segmen bawah rahim dan pembukaan
leher rahim tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat
disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding
rahim. Pada saat itulah mulai terjadi perdarahan.
Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang
terobek karena terlepasnya plasenta dan dinding rahim atau
karena robekan sinus marginalis dari plasenta.
Perdarahannya tidak dapat dihindarkan karena
ketidakmampuan serabut otot segmen bawah rahim untuk
berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak
sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan
pada kala III dengan plasenta yang letaknya normal, makin
rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi
(Winkjosastro, 2005)
5. Frekuensi
Frekuensi plasenta previa pada Ibu yang hamil
berusia lebih dari 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering
dibandingkan dengan Ibu yang kehamilan pertamanya
berumur kurang dari 25 tahun. Pada Ibu yang sudah
beberapa kali hamil dan melahirkan dan berumur lebih dari
35 tahun. Kira-kira 4 kali lebih sering dibandingkan yang
berumur kurang dari 25 tahun. (Winkjosastro, 2003)
6. Tanda dan Gejala
Gejala utama dari plasenta previa adalah timbulnya
perdarahan secara tiba-tiba dan tanpa diikuti rasa nyeri.
Perdarahan pertama biasanya tidak banyak sehingga tidak
berbahaya tapi perdarahan berikutnya hampir selalu lebih
banyak dari pada sebelumnya apalagi kalau sebelumnya
telah dilakukan pemeriksaan dalam. Walaupun
perdarahannya dikatakan sering terjadi pada triwulan ketiga
akan tetapi tidak jarang pula dimulai sejak kehamilan 20
minggu karena sejak saat itu bagian bawah rahim telah
terbentuk dan mulai melebar serta menipis.
Pada plasenta previa darah yang dikeluarkan akibat
pendarahan yang terjadi berwarna merah segar, sumber
perdarahannya ialah sinus rahim yang terobek karena
terlepasnya ari-ari dari dinding rahim. Nasib janin
tergantung dari bahayanya perdarahan dan hanya kehamilan
pada waktu persalinan (Winkjosastro, 2005)
7. Diagnosis
Pada setiap perdarahan antepartum, pertama kali
harus dicurigai bahwa penyebabnya ialah plasenta previa
sampai kemudian ternyata dugaan itu salah. Sedangkan
diagnosis bandingnya meliputi pelepasan plasenta prematur
(ari-ari lepas sebelum waktunya), persalinan prematur dan
vasa previa (Winkjosastro, 2005)
8. Anamnesis
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22
minggu berlangsung tanpa nyeri, tanpa alasan, terutama
pada multigravida. Banyaknya perdarahan tidak dapat
dinilai dari anamnesis, melainkan dari pemeriksaan darah
(Winkjosastro, 2005)
9. Pemeriksaan
Untuk menentukan penanganan yang tepat, guna
mengatasi perdarahan antepartum yang disebabkan oleh
plasenta previa. Perlu dilakukan beberapa langkah
pemeriksaan.
Pemeriksaan luar
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan
letak janin
Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan ini dilakukan bertujuan untuk
mengetahui sumber terjadinya perdarahan
Penentuan letak plasenta tidak langsung
Pemeriksaan ini bertujuan untuk megetahui
secara pasti letak plasenta atau ari-ari.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dangan
radiografi, radioisotopi dan ultrasonografi.
Penentuan letak plasenta secara langsung.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk
menegakkan diagnosis yang tepat tentang
adanya dan jenis plasenta previa dan
pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan
secara langsung meraba plasenta melalui
kanalis servikalis (Winkjosastro, 2005).
10. Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Kehamilan
Karena dihalangi oleh ari-ari maka bagian terbawah
janin tidak terdorong ke dalam pintu atas panggul, sehingga
terjadilah kesalahan-kesalahan letak janin seperti letak
kepala yang mengapung, letak sungsang atau letak
melintang.
Sering terjadi persalinan prematur atau kelahiran
sebelum waktunya karena adanya rangsangan koagulum
darah pada leher rahim. Selain itu jika banyak plasenta atau
ari-ari yang lepas, kadar progesteron turun dan dapat terjadi
kontraksi, juga lepasnya ari-ari dapat merangsang kontraksi
(Mochtar, 2003)
11. Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Persalinan
a. Letak janin yang tidak normal, menyebabkan persalinan
akan menjadi tidak normal
b. Bila ada plasenta previa lateralis, ketuban pecah atau
dipecahkan dapat menyebabkan terjadinya prolaps
funikuli
c. Sering dijumpai inersia primer
d. Perdarahan (Mochtar, 2011)
b. Solusio Plasenta
1. Pengertian Solusio Plasenta
Solusio Plasenta adalah terlepasnya plasenta atau
ari-ari dari tempat perlekatannya yang normal pada rahim
sebelum janin dilahirkan (Saifuddin, 2006).
2. Klasifikasi Solusio Plasenta
Menurut derajat lepasnya plasenta
a. Solusio Plasenta Parsialis
Bila hanya sebagian saja plasenta terlepasnya dari
tempat perletakannya.
b. Solusio Plasenta Totalis
Bila seluruh plasenta sudah terlepasnya dari tempat
perlekatannya
c. Prolapsus Plasenta
Bila plasenta turun ke bawah dan teraba pada
pemeriksaan dalam.
I. IDENTITAS
A. PASIEN
1. Nama : Ny U
3. Agama : Islam
B. PENANGGUNG JAWAB
1. Nama : Tn S
2. Umur : 41 tahun
3. Pendidikan terakhir : SMA
4. Pekerjaan : Swasta
1. Keluhan utama:
G3 P2 A0
HPHT : 30-7-2014
HPL : 6-5-2015
TB : 155 cm
BB sebelum hamil : 56 kg
Lila : 25 cm
a. Pola nutrisi
b. Pola eliminasi
Sebelum masuk RS pola eliminasi klien dalam hal BAB tidak ada
masalah yaitu dalam sehari klien BAB 1x sehari. Sedangkan elama
hamil untuk BAK, klien mengalami peningkatan frekuensi BAK, yaitu
klien lebih sering BAK tetapi dalam BAK tidak ada keluhan yang
dapat mengganggu klien BAK. Setelah masuk RS pola eliminasi (BAB
dan BAK) klien tidak ada masalah yang dapat mengganggu dalam
proses BAB dan BAK klien.
· Konsep diri:
Identitas diri:
Klien adalah seorang wanita dengan umur 41 th, pernah hamil 3x,
melahirkan 2x, abortus belum pernah. Pertama haid, klien berumur
12 tahun. Kondisi genetalia klien normal tidak ada masalah.
Harga diri:
III. PEMERIKSAAN FISIK
3. Pemeriksaan head to to:
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
4) Eritrosit = 3,61 jt/ µL (L = 4,5 – 5,5 jt/ µL, P = 4-5 jt/ µL)
1) Basofil = 0 % (0-1 %)
2) Eosinofil = 1 % (1-4 %)
3) Batang = 0 % (2-5 %)
4) Segmen = 73 % (40-70 %)
5) Limfosit = 21 % (19-48 %)
6) Monosit = 5 % (3-9 %)
c. Faal hemostasis
V. TERAPI
1. Vicillin 1x1 gr
2. Konservatif s/d aterm
3. Histolan tab 3x1
4. Dexametason 2x6 mg (2 hari)
5. Diit biasa
VI. PERSIAPAN PERSALINAN
Senam hamil:
Tidak dilakukan.
Ibu dan keluarga sudah siap mental untuk melahirkan karena ini
sebelumnya klien sudah pernah melahirkan 2x.
Perawatan payudara:
selama kehamilan anak pertama dan ke dua, klien telah diajari cara
melakukan perawatan payudara agar ASI yang diberikan untuk bayi bisa
keluar.
ANALISA DATA
Nama klien : Ny U
Ruang : Flamboyan
DO:
· Ht 28 %
· Eritrosit 3,61 jt/ µL
DO:
DO:
Ruang : Flamboyan
· Inspeksi keadaan
perineum, hitung
jumlah dan
karkateristik
perdarahan.
· Monitor TTV
· Lakukan persiapan
prosedur emergency
antepartum , partum,
seperti terapi oksigen,
terapi parenteral IV dan
mungkin infuse
parallel.
· Elevasikan ekstremitas
bawah untuk
meningkatkan perfusi
ke organ vital dan fetus.
2 Maret Kurang Setelah dilakukan tindakan Pembelajaran : kelainan
2015 pengetahuan keperawatan selama 3X24 dala kehamilan
b.d. jam, klien dan keluarga
Jam · Kaji tingkat pengetahuan
keterbatasan mampu memperoleh
12.00 klien tentang plasenta
informasi pengetahuan mengenai
previa.
mengenai kelainan dalam kehamilan
plasenta yang ditandai dengan: · Jelaskan tanda dan gejala
· Jelaskan cara
penatalaksaan plsaenta
previa.
2 Maret Cemas b.d. Setelah dilakukan tindakan · Membantu klien
2015 perubahan keperawatan selam 3x24 mengidentifikasi
yang menyertai jam diharapkan klien dapat: penyebab cemas yang
Jam
kehamilan. dialaminya.
12.00 · Tidak terjadi trauma fisik
selama perawatan. · Mengajari klien cara
melakukan teknik
· Mempertahankan tindakan
relaksasi
yang mengontrol cemas.
· Klien dapat menyebutkan
· Mengidentifikasi tindakan
penyebab cemas yang
yang harus diberikan
sedang di alaminya.
ketika terjadi cemas.
· Memberikan penjelasan
· Memonitor faktor risiko
kepada klien mengenai
dari lingkungan.
kondisi penyakit yang
sedang dialaminya.
CATATAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny U
Ruang : Flamboyan
Nama Klien : Ny U
Ruang : Flamboyan
O:
· KU cukup.
A:
P:
Lanjutkan intervensi:
· Observasi perdarahan
· Cek Hb
S:
O:
· DJJ +
A:
P:
O:
A:
P:
Pertahankan intervensi.
S:
O:
Masalah teratasi.
P:
O:
A:
P:
Lanjutkan intervensi:
S:
O:
A:
Masalah teratasi
P:
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical –
surgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC; 2000
(Buku asli diterbitkan tahun 1996)
Hartati Nyoman, Suratiah, Mayuni IGA Oka. Ibu Hamil dan HIV-AIDS.
Gempar: Jurnal Ilmiah Keperawatan Vol. 2 No.1 Juni 2009.
Doku Paul Narh. Parental HIV/AIDS status and death, and Children’s Phychological
Wellbeing. International Journal of Mental Health system 2009;3(26):1-8
Heemanides HS, Lonneke AVV, Ralph V, Fred DM, Aimee D, Gerard VO, et all.
Developinh quality indicators for the care of HIV-infected pregnant women in the
Dutch Caribbean. Aids Research and Therapy 2011; 8(32) : 1-9.
Wamoyi J, Martin M, Janet S, Josephine B, Shabbar J. Changes in sexual
desires and behaviours of people living with HIV after initiation of ART:
Implications for HIV prevention and health promotion. BMC Public Health 2011;
11(633): 1-11.
Bradley-Springer L, Lyn S, Adele W. Every Nurse Is an HIV Nurse. AJN
2010;110(3):33-39.
Susan, Martyn Tucker et al, Standar Perawatan Pasien, jakarta, EGC, 1998.
Sjaifoellah Noer,H.M, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga,
Balai Penerbit FKUI, jakarta.
Prawirohardjo S, Hanifa W. Gangguan Bersangkutan dengan Konsepsi.
Dalam: Ilmu Kandungan, edisi II. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo, 2005
Mansjoer Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III, Jilid I.
Media Aesculapius FKUI
Tiran Denise. 2006. Seri Asuhan Kebidanan Mual dan Muntah Kehamilan.
Jakarta : EGC