Knowledge Sharing - Diagnosis Kabel - Rudiana N - 23212080
Knowledge Sharing - Diagnosis Kabel - Rudiana N - 23212080
Oleh:
Penggunaan kabel pada jaringan transmisi tegangan tinggi maupun jaringan distribusi
terus mengalami peningkatan. Saat ini teknologi kabel yang mendominasi merupakan jenis
kabel SCFF dan XLPE. Berikut ini Sejarah perkembangan/evolusi kabel dimulai sejak 1847,
secara ringkas yaitu :
Masa I : Awal teknologi kabel
1847 : Kabel komunikasi pertama dengan isolasi gutta-percha
1880 : Kabel power pertama dengan isolasi gutta-percha (untuk DC)
1882 : Kabel power pertama dengan isolasi tekstil impragnasi dan lead sheath
Masa II : Kabel power dengan dielektrik kertas
1890 : Kabel 10 kV impragnasi-massa (untuk AC)
1913 : Kabel 33 kV impragnasi-massa (kabel radial field)
1924 : Kabel 132 kV berisi-minyak bertekanan-rendah (kabel stabil secara thermal)
1931 : Kabel bertekanan gas eksternal
1931 : Kabel berisi-minyak bertekanan-tinggi (kabel oilostatic)
1936 : Kabel 220 kV berisi-minyak bertekanan-rendah
1937 : Kabel bertekanan gas eksternal
1952 : Kabel 400 kV berisi-minyak bertekanan-rendah
1974 : Kabel 400 kV berisi-minyak bertekanan-rendah
1980 : Kabel 1100 kV berisi-minyak bertekanan-rendah (kabel eksperimental)
Masa III : Kabel power dengan dielektrik diekstrusi ( extruded)
1947 : Kabel 20 kV dengan isolasi PE
1960 : Kabel 20 kV dengan isolasi XLPE
1966 : Kabel 138 kV dengan isolasi PE
1969 : Kabel 225 kV dengan isolasi PE
1979 : Kabel 275 kV dengan isolasi XLPE
1986 : Kabel 400 kV dengan isolasi PE
1988 : Kabel 500 kV dengan isolasi XLPE
Bab I –Sejarah Perkembangan Kabel
1.1.3 PE (Polyethylene)
PE (Polyethylene) adalah bagian dari kelas yang disebut polimer
poliolefin.Polyethylene memiliki kerugian dielektrik lebih rendah dibandingkan PVC
dan sensitif terhadap kelembaban. Disamping digunakan pada isolasi tegangan rendah,
PE digunakan juga pada material jaket. PE dikembangkan lebih lanjut menjadi Low
Density Polyethylene (LDPE) dengan kemampuan isolasi sampai tegangan tinggi,
tetapi mempunyai kelemahan dalam masalah kelenturan.
1.1.4 Self-Contained Fluid Filled – SCFF
Kabel SCFF adalah kabel transmisi yang pertama kali digunakan di Amerika Serikat.
Kabel inti tunggal yang diimpregnasicairan dielektrik bertekanan rendah, sehingga
disebut self-contained fluid-filled cable. Kabel pada awalnya bertekanan5-15 psi,
sedangkan desain yang lebih baru dilengkapi dengan selubung aluminium yang
mengarah ke reinforced sheats bertekanan sampai 75 psi.
Sistem self-contained terdiri dari tiga inti individual, masing-masing terkandung dalam
selubung logam tertutup rapat (sheath) yang biasanya berupatimahyang diekstrusi atau
aluminium. Kabel diisolasi dengan isolasi kertas terimpragnasi minyak berkualitas
tinggi. Tekanan pada cairan dibutuhkan untuk menekan minyak melalui inti berongga
di tengah konduktor. Metallic sheath akanmencegah masuknya kelembaban, menjaga
tekanan, membawa arus gangguan, serta memberikan perlindungan mekanis.
Adaptasi dan pengembangan teknologi dan konsep kabel didorong oleh beberpa hal yakni
penghematan biaya, pertimbangan lingkungan, masalah sosial (kelanjutan pelayanan) dan
tersedianya teknologi.
Kecenderungan yang sebenarnya dalam desain kabel HV/EHV dapat digambarkan sebagai
berikut:
• Kabel kering yang diekstrusi semakin menggantikan kabel berisolasi kertas basah.
• Polipropilena membantu mengurangi rugi-rugi dan ketebalan isolasi, tetapi harus
dianggap sebagai solusi sementara dari isolasi basah.
• XLPE mendominasi isolasi ekstrusi dan peformanya melampaui Low Density
Polyethylene (LDPE) dan HDPE karena suhu operasi yang lebih tinggi(sehingga
memungkinkan beban yang lebih tinggi) dan juga melampaui Ethylene Propylene
Rubber (EPR) karena biaya lebih rendah.
• XLPE sekarang ini telah tersedia untuk semua aplikasi transmisi karena kinerjanya
sudah terbukti untuk kabel HV sejak > 25 tahun, untuk EHV sejak > 5 tahun dan
untuk MV sejak lebih dari 30 tahun.
Tren terbaru dan konsep masa depan untuk desain kabel HV / EHV dapat diringkas sebagai
berikut:
dari desain basah menjadi isolasi kering karena pertimbangan masalah lingkungan.
dari masalah substansial teknis menuju upaya penekanan rugi-rugi untuk menekan biaya
operasional.
Rudiana Nurhadian - 23212080 6
BAB II
TEKNIK DIAGNOSIS PADA KABEL
Selama beroperasi, isolasi tegangan tinggi akan mendapatkan berbagai macam tekanan/stress
yang dapat menurunkan kemampuan isolasinya. Secara umum, faktor-faktor yang
menyebabkan timbulnya penuaan adalah Thermal, Electrical, Ambient, Mechanical (TEAM).
Stres termal dapat muncul akibat suhu maksimum, beban tinggi, gradasi suhu dan siklus
perubahan suhu. Stres listrik mungkin timbul dalam bentuk tegangan kerja (AC, DC atau
impuls), arus, frekuensi. Stres yang diakibatkan oleh ambien (lingkungan) mungkin
diakibatkan oleh gas (udara, oksigen), air / kelembaban, radiasi UV, korosif bahan kimia dan
radiasi. Sedangkan untuk stres mekanik umumnya karena bending, regangan, kompresi dan
getaran.
Dari gambar di atas terlihat bahwa resiko kegagalan telah dihadapi ketika awal waktu
pengoperasian. Kegagalan tersebut dapat terjadi akibat desain yang tidak tepat atau kondisi
operasional yang ekstrim. Kegagalan infatile dapat diatasi dengan membuat desain yang baik
dan mengoperasikannya secara benar. Kegagalan random disebabkan oleh adanya fenomena
random juga, contoh sambaran petir. sedangkan kegagalan ageing disebabkan oleh penuaan
isolasi setelah waktu operasi yang lama.
Bab II –Teknik Diagnosis Pada Kabel
Selain itu, setiap peralatan tegangan tinggi di desain dengan safety margin-nya untuk
beroperasi seperti terlihat pada gambar.
Gambar 2.2 Typical Condition Level of High Voltage Equipment as Function Operating Time
Kondisi peralatan akan mengalami penurunan akibat penuaan seiring dengan berjalannya
waktu. Jika kondisi peralatan telah berada di bawah level kritis, kegagalan peralatan pasti
akan terjadi. Pemeliharaan dan perbaikan peralatan akan menaikan kembali kondisi peralatan
di atas level kritisnya. Strategi pemeliharaan peralatan tegangan tinggi adalah kunci untuk
mempertahankan kondisi normal peralatan. Hal ini sangat tergantung pada kualitas diagnosis
yang digunakan dalam sistem pemeliharaan.
Cacat pada kabel ekstrusi seperti protrution, void, crack, delamination, water tree maupun
electrical tree seperti pada gambar dibawah ini bisa menyebabkan kegagalan pada kabel.
Sedangkan cacat yang bisa berkembang menjadi kegagalan pada join kabel dengan isolasi
ektruksi bisa berupa void, discharge interface (tracking antara interface isolasi kabel dan
isolasi join) dan proses pemotongan seperti pada gambar dibawah ini.
Berikut ini besaran yang diamati saat monitoring kabel dan tujuan dilakukan pengamatan :
1) Distribusi temperatur kabel
• mengetahui hot spot titik gangguan
• memprediksi kecenderungan temperature akibat overload
• mengoptimalkan pembebanan thermal
2) Permeabilitas air dibawah lapisan kabel (kabel isolasi polimer)
• Melokalisasi kebocoran
• Mencegah water treeing dan korosi pada pelindung kabel
• Sebagai pengganti dari tes pelindung kabel
3) Monitoring Partial Discharge (PD) pada aksesoris kabel
• Deteksi awal, lokalisasi dan prediksi kegagalan pada aksesoris kabel
• Penjadwalan pemadaman dan maintenance (pemeliharaan)
• Membatasi kerusakan
4) Monitoring kebocoran pada kabel isolasi minyak
• Mencegah kontaminasi
• Penjadwalan pemadaman dan perbaikan
Jika tes tegangan AC lebih dari sekitar 40 kilovolt diterapkan ke kabel, kabel harus
diterminasi di potheads atau terminal yang akan menahan tegangan uji tersebut.
Sebuah tes yang ditetapkan untuk metode ini terdiri dari regulator tegangan 100% atau
ototransformator variabel, transformator penaik tegangan, keluaran dari voltmeter dan
ammeter, saklar pentanahan dan kontrol yang diperlukan dan aksesoris.
2.4.3 Pengukuran Tg δ
Pengukuran Tg δ dilakukan pada pengujian rutin maupun uji jenis. Alat ukur yang
digunakan adalah jembatan Schering. Kondisi kabel dinyatakan masih baik jika selisih
Tg δ yang diukur pda tegangan 2Vnominal dengan Tg δ yang diukur pada tegangan
0,5Vnominal lebih kecil daripada 0,001.
Pada bab ini, akan dibahas mengenai salah satu teknik diagnosis pada kabel yakni Partial
Discharge. PD pada kabel bisa disebabkan oleh adanya void pada lapisan isolasi atau juga
karena adanya partikel kontaminan pada material isolasi. PD yang terjadi ini dapat memicu
electrical treeing pada kabel. PD yang terus-menerus terjadi dapat menyebabkan
terbentuknya bridged electrical treeing yang bisa menyebabkan terjadinya breakdown. Kabel
XLPE tidak toleran terhadap PD kontinyu. Jika terpapar PD kontinyu, kabel XLPE akan
mengalami deteriorasi sangat cepat dan mengalami kegagalan. Sedangkan kabel berisolasi
kertas lebih tahan terhadap PD karena adanya sifat self healing akibat adanya mobile
impregnating compound. Besaran muatan PD yang bisa menjadi acuan dalam menentukan
kondisi kabel seperti terlihat pada Tabel 3.1 berikut. Sedangkan Tabel 3.2 menyajikan proses
degradasi yang umum terjadi pada insulasi kabel.
Metode PD untuk mendiagnosis kabel telah dipergunakan luas diberbagai Negara, termasuk
Indonesia. Pengujian pun tidak hanya dilakukan di saluran transmisi namun juga pada
jaringan distribusi. Melihat penggunaan yang semakin luas, banyak pabrikan-pabrikan
berlomba-lomba untuk memproduksi alat uji PD, bahkan yang portable, seperti yang terlihat
pada gambar dibawah ini.