Anda di halaman 1dari 17

KNOWLEDGE SHARING

TEKNIK DIAGNOSIS KABEL

Oleh:

RUDIANA NURHADIAN (NIP : 8506683 Z)


Mahasiswa Program Magister ITB (NIM: 23212080)

PT PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA BARAT


2013
BAB I
SEJARAH PERKEMBANGAN KABEL

Penggunaan kabel pada jaringan transmisi tegangan tinggi maupun jaringan distribusi
terus mengalami peningkatan. Saat ini teknologi kabel yang mendominasi merupakan jenis
kabel SCFF dan XLPE. Berikut ini Sejarah perkembangan/evolusi kabel dimulai sejak 1847,
secara ringkas yaitu :
Masa I : Awal teknologi kabel
1847 : Kabel komunikasi pertama dengan isolasi gutta-percha
1880 : Kabel power pertama dengan isolasi gutta-percha (untuk DC)
1882 : Kabel power pertama dengan isolasi tekstil impragnasi dan lead sheath
Masa II : Kabel power dengan dielektrik kertas
1890 : Kabel 10 kV impragnasi-massa (untuk AC)
1913 : Kabel 33 kV impragnasi-massa (kabel radial field)
1924 : Kabel 132 kV berisi-minyak bertekanan-rendah (kabel stabil secara thermal)
1931 : Kabel bertekanan gas eksternal
1931 : Kabel berisi-minyak bertekanan-tinggi (kabel oilostatic)
1936 : Kabel 220 kV berisi-minyak bertekanan-rendah
1937 : Kabel bertekanan gas eksternal
1952 : Kabel 400 kV berisi-minyak bertekanan-rendah
1974 : Kabel 400 kV berisi-minyak bertekanan-rendah
1980 : Kabel 1100 kV berisi-minyak bertekanan-rendah (kabel eksperimental)
Masa III : Kabel power dengan dielektrik diekstrusi ( extruded)
1947 : Kabel 20 kV dengan isolasi PE
1960 : Kabel 20 kV dengan isolasi XLPE
1966 : Kabel 138 kV dengan isolasi PE
1969 : Kabel 225 kV dengan isolasi PE
1979 : Kabel 275 kV dengan isolasi XLPE
1986 : Kabel 400 kV dengan isolasi PE
1988 : Kabel 500 kV dengan isolasi XLPE
Bab I –Sejarah Perkembangan Kabel

Sebagai contoh, dibawah ini sejarah perkembangan kabel di negara Jepang

Gambar 1.1 Pekermbangan Penggunaan Kabel XLPE di Jepang

1.1 Jenis-Jenis Kabel


Berdasarkan material isolasi, kabel terbagi menjadi beberapa jenis sebagai berikut:
1.1.1 PVC (Polyvinyl Chloride)
PVC (Polyvinyl Chloride)adalah isolator termoplastik yang paling umum digunakan
untuk kabel. Karena murah, tahan lama dan tersedia luas.Namun, klorin dalam PVC
(halogen) menghasilkanasap yang tebal, beracun, hitam ketika dibakar dan bisa menjadi
bahaya pada kesehatan(misalnya daerah dengan udara terbatas seperti terowongan).
Suhu operasi yang normal antara 75oC dan 105oC (tergantung pada jenis PVC). Batas
suhu maximal 160oC (<300mm2) dan 140oC (> 300mm2).
1.1.2 Ethylene Propylene Rubber (EPR)
EPR (Ethylene Propylene Rubber) adalah kopolimer ethylene and propylene, dan biasa
disebut “elastomer”.EPR lebih fleksibel daripada PE and XLPE, tetapi rugi
dielektriknya lebih tinggi. Temperatur kerja normal antara 90oC and 110oC. Batas suhu
maksimal sebesar 250oC. Beberapa spesfikasi lainnya:
• Voltage Breakdown: Baik.
• Capacitance: Baik.
• Insulation Resistance: Baik.
• Abrasion Resistance: Sangat Baik.
• Non-Flamability: Buruk.
• Weather Resistance: Buruk.
• Solder Resistance: Poor.
• Flexibility: Sangat Baik.

Rudiana Nurhadian - 23212080 3


Bab I –Sejarah Perkembangan Kabel

1.1.3 PE (Polyethylene)
PE (Polyethylene) adalah bagian dari kelas yang disebut polimer
poliolefin.Polyethylene memiliki kerugian dielektrik lebih rendah dibandingkan PVC
dan sensitif terhadap kelembaban. Disamping digunakan pada isolasi tegangan rendah,
PE digunakan juga pada material jaket. PE dikembangkan lebih lanjut menjadi Low
Density Polyethylene (LDPE) dengan kemampuan isolasi sampai tegangan tinggi,
tetapi mempunyai kelemahan dalam masalah kelenturan.
1.1.4 Self-Contained Fluid Filled – SCFF
Kabel SCFF adalah kabel transmisi yang pertama kali digunakan di Amerika Serikat.
Kabel inti tunggal yang diimpregnasicairan dielektrik bertekanan rendah, sehingga
disebut self-contained fluid-filled cable. Kabel pada awalnya bertekanan5-15 psi,
sedangkan desain yang lebih baru dilengkapi dengan selubung aluminium yang
mengarah ke reinforced sheats bertekanan sampai 75 psi.
Sistem self-contained terdiri dari tiga inti individual, masing-masing terkandung dalam
selubung logam tertutup rapat (sheath) yang biasanya berupatimahyang diekstrusi atau
aluminium. Kabel diisolasi dengan isolasi kertas terimpragnasi minyak berkualitas
tinggi. Tekanan pada cairan dibutuhkan untuk menekan minyak melalui inti berongga
di tengah konduktor. Metallic sheath akanmencegah masuknya kelembaban, menjaga
tekanan, membawa arus gangguan, serta memberikan perlindungan mekanis.

Gambar 1.2 Contoh Fisik Kabel SCFF

1.1.5 High-Pressure Fluid-Filled (HPFF) Pipe-Type


Kabel menggunakan isolasi kertas dilindungi pelindung kabel spiral kemudian ketiga
inti diisolasi oleh minyak hidrokarbon bertekanan.Ketiga fasa ditempatkan dalam satu
pipa.Pipa baja dipasang duluan kemudian diuji.Baru kemudian kabel ditarik kedalam
pipa, biasanya tiga fasa dalam formasi tiga foil.Proteksi katodik melindungi pipa dari

Rudiana Nurhadian - 23212080 4


Bab I –Sejarah Perkembangan Kabel

korosi.Sistem sirkulasi minyak pendinginan paksa dipasang paralel pada pipa


konduktor untuk kemampuan kapasitas arus yang lebih tinggi.
Mempunyai ciri khas:
• Pipa sangat besar
• Sistem terbukti sangat handal
• Dalam jangka panjang kebutuhan pemeliharaannya lebih rendah daripada
kabel self-contained fluid-filled cable (SCFF), Tekanan kerja (250Psi).

1.1.6 High-pressure, gas-filled pipe (HPGF)


Pada sistem HPGF minyak bertekanan diganti dengan isolasi gas bertekanan. Dapat
diinstal di atas tanah, di dalam parit atau terowongan. Pipa diisi gas Nitrogen atau SF6
(Sulfur heksafluorida) sebagai isolasi utama.
Keuntungan utama dari HPGF adalah kemampuan arus yang lebih tinggi dan biaya
terminasi kabel lebih rendah dibandingkan terminasi kabel konvensional.Kerugiannya
adalah gas SF6 sangat berbahaya bagi lingkungan sehingga teknologi ini jarang
digunakan.

Gambar 1.3 Contoh Fisik Kabel HPGF

1.1.7 Solid Dielectric Cross-Linked Polyethylene – XLPE


XLPE adalah isolasi dielektrik padat yang pertama kali diperkenalkan secara komersial
di awal 1960-an. Perkembangan teknik ekstrusi, termasuk perbaikan dalam desain
aksesoris, kebersihan bahan, dan pengurangan biaya, telah meningkatkan penerapan
kabel XLPE di HV dan EHVsampai level tegangan500 kV.Kabel XLPE memiliki
beberapa keunggulan dibandingkan kabel HPFF sbb:
• Kapasitansi lebih rendah, sehingga arus charging lebih rendah pada keadaan
mantap.
• kapasitas pembebanan lebih tinggi, karena temperatur kerja isolasi tinggi.
• Losses dielektrik rendah.
Rudiana Nurhadian - 23212080 5
Bab I –Sejarah Perkembangan Kabel

• Tidak adanya isolasi cair atau minyak.


• Biaya pemeliharaan lebih rendah karena tidak ada minyak.
• Keunggulan dalam cepatnya pemulihan, dibandingkan HPFF apabila terjadi
gangguan besar.

Gambar 1.4 Bagian-bagian Kabel XLPE

Adaptasi dan pengembangan teknologi dan konsep kabel didorong oleh beberpa hal yakni
penghematan biaya, pertimbangan lingkungan, masalah sosial (kelanjutan pelayanan) dan
tersedianya teknologi.

Kecenderungan yang sebenarnya dalam desain kabel HV/EHV dapat digambarkan sebagai
berikut:
• Kabel kering yang diekstrusi semakin menggantikan kabel berisolasi kertas basah.
• Polipropilena membantu mengurangi rugi-rugi dan ketebalan isolasi, tetapi harus
dianggap sebagai solusi sementara dari isolasi basah.
• XLPE mendominasi isolasi ekstrusi dan peformanya melampaui Low Density
Polyethylene (LDPE) dan HDPE karena suhu operasi yang lebih tinggi(sehingga
memungkinkan beban yang lebih tinggi) dan juga melampaui Ethylene Propylene
Rubber (EPR) karena biaya lebih rendah.
• XLPE sekarang ini telah tersedia untuk semua aplikasi transmisi karena kinerjanya
sudah terbukti untuk kabel HV sejak > 25 tahun, untuk EHV sejak > 5 tahun dan
untuk MV sejak lebih dari 30 tahun.

Tren terbaru dan konsep masa depan untuk desain kabel HV / EHV dapat diringkas sebagai
berikut:
 dari desain basah menjadi isolasi kering karena pertimbangan masalah lingkungan.
 dari masalah substansial teknis menuju upaya penekanan rugi-rugi untuk menekan biaya
operasional.
Rudiana Nurhadian - 23212080 6
BAB II
TEKNIK DIAGNOSIS PADA KABEL

Selama beroperasi, isolasi tegangan tinggi akan mendapatkan berbagai macam tekanan/stress
yang dapat menurunkan kemampuan isolasinya. Secara umum, faktor-faktor yang
menyebabkan timbulnya penuaan adalah Thermal, Electrical, Ambient, Mechanical (TEAM).
Stres termal dapat muncul akibat suhu maksimum, beban tinggi, gradasi suhu dan siklus
perubahan suhu. Stres listrik mungkin timbul dalam bentuk tegangan kerja (AC, DC atau
impuls), arus, frekuensi. Stres yang diakibatkan oleh ambien (lingkungan) mungkin
diakibatkan oleh gas (udara, oksigen), air / kelembaban, radiasi UV, korosif bahan kimia dan
radiasi. Sedangkan untuk stres mekanik umumnya karena bending, regangan, kompresi dan
getaran.

2.1 Resiko Kegagalan Operasi


Seluruh peralatan tegangan tinggi akan menghadapi kemungkinan terjadinya kegagalan
dalam operasi yang dapat diklasifikasikan sesuai gambar 2.1

Gambar 2.1 Typical Bathtub Probability Risk of High Voltage Equipment

Dari gambar di atas terlihat bahwa resiko kegagalan telah dihadapi ketika awal waktu
pengoperasian. Kegagalan tersebut dapat terjadi akibat desain yang tidak tepat atau kondisi
operasional yang ekstrim. Kegagalan infatile dapat diatasi dengan membuat desain yang baik
dan mengoperasikannya secara benar. Kegagalan random disebabkan oleh adanya fenomena
random juga, contoh sambaran petir. sedangkan kegagalan ageing disebabkan oleh penuaan
isolasi setelah waktu operasi yang lama.
Bab II –Teknik Diagnosis Pada Kabel

Selain itu, setiap peralatan tegangan tinggi di desain dengan safety margin-nya untuk
beroperasi seperti terlihat pada gambar.

Gambar 2.2 Typical Condition Level of High Voltage Equipment as Function Operating Time

Kondisi peralatan akan mengalami penurunan akibat penuaan seiring dengan berjalannya
waktu. Jika kondisi peralatan telah berada di bawah level kritis, kegagalan peralatan pasti
akan terjadi. Pemeliharaan dan perbaikan peralatan akan menaikan kembali kondisi peralatan
di atas level kritisnya. Strategi pemeliharaan peralatan tegangan tinggi adalah kunci untuk
mempertahankan kondisi normal peralatan. Hal ini sangat tergantung pada kualitas diagnosis
yang digunakan dalam sistem pemeliharaan.

2.2 Kegagalan Pada Kabel


Kerusakan internal pada kabel umumnya disebabkan karena stres elektrik lokal yang
melebihi kekuatan dielektrik lokal dari material isolasi tersebut. stres elektrik yang berlebihan
maupun penurunan kualitas dari isolasi bisa disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut :
a. Ketidaksempurnaan manufaktur meliputi void, kontaminan pada isolasi, material
shield yang kurang bagus, protrusion pada shield maupun material jacket yang kurang
bagus
b. Proses produksi & proses instalasi yang kurang bagus
c. Lingkungan yang ekstrem yang meliputi reaksi kimiawi, banjir, korosi maupun
kelembaban tinggi.
d. Pemanasan berlebihan akibat pembebanan yang berlebih maupun akibat berdekatan
dengan kabel lain ataupun instalasi panas lain
e. Mekanikal akibat transportasi, penarikan atau pengeboran
f. Water ingress / penyerapan air ke dalam lapisan kabel

Rudiana Nurhadian - 23212080 8


Bab II –Teknik Diagnosis Pada Kabel

Cacat pada kabel ekstrusi seperti protrution, void, crack, delamination, water tree maupun
electrical tree seperti pada gambar dibawah ini bisa menyebabkan kegagalan pada kabel.

Gambar 2.3 Cacat Pada Kabel Tegangan Tinggi

Sedangkan cacat yang bisa berkembang menjadi kegagalan pada join kabel dengan isolasi
ektruksi bisa berupa void, discharge interface (tracking antara interface isolasi kabel dan
isolasi join) dan proses pemotongan seperti pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.4 Cacat Pada Kabel Join

2.3 Prinsip Diagnosis Pada Isolator


Berbagai cacat pada kabel tegangan tinggi yang telah dibahas sebelumnya dapat dideteksi
atau dimonitor menggunakan beberapa metoda yang bertujuan untuk mengetahui cacat
tersebut sebelum terjadi kegagalan.

Rudiana Nurhadian - 23212080 9


Bab II –Teknik
Teknik Diagnosis Pada Kabel

Target dari monitoring kabel adalah untuk pencegahan, meningkatkan ketersediaan


operasional berdasarkan pengurangan
pengurangan waktu padam dan optimasi pembebanan sistem.
Diagnostik kabel yaitu pegujian kabel yang dilakukan pada saat kabel beroperasi untuk
mendapatkan kondisi saat ini dan mengidentifikasi kerusakan yang memungkinkan terjadinya
gangguan di masa yang akan datang.
datang

Gambar 2.5 Karakteristik Penuaan Pada Kabel


K

Berikut ini besaran yang diamati saat monitoring kabel dan tujuan dilakukan pengamatan :
1) Distribusi temperatur kabel
• mengetahui hot spot titik gangguan
• memprediksi kecenderungan temperature akibat overload
• mengoptimalkan pembebanan thermal
2) Permeabilitas air dibawah lapisan kabel (kabel isolasi polimer)
• Melokalisasi kebocoran
• Mencegah water treeing dan korosi pada pelindung kabel
• Sebagai pengganti dari tes pelindung kabel
3) Monitoring Partial Discharge (PD) pada aksesoris kabel
• Deteksi awal, lokalisasi dan prediksi kegagalan pada aksesoris kabel
• Penjadwalan pemadaman dan maintenance (pemeliharaan)
• Membatasi kerusakan
4) Monitoring kebocoran pada kabel isolasi minyak
• Mencegah kontaminasi
• Penjadwalan pemadaman dan perbaikan

Rudiana Nurhadian - 23212080 10


Bab II –Teknik Diagnosis Pada Kabel

5) Monitoring SF6 (sealing ends)


• Deteksi awal dan prediksi kebocoran pada terminasi di switchgear
• Penjadwalan pemadaman dan perbaikan
• Membatasi kerusakan
6) Arus tegangan operasi
• Optimasi pembebanan pada jaringan

2.4 Metode Pengujian Kabel


Masalah yang paling sulit pada penggunaan kabel adalah jika terjadi kerusakan pada kabel
tanam. Lokasi kerusakan pada kabel ini sulit dilacak dan memerlukan waktu yang lama untuk
memperbaikinya. Karena itu sifat elektrik kabel perlu dimonitor dengan melakukan pengujian
tegangan tinggi yang meliputi:
2.4.1 Pengujian Ketahanan Tegangan Tinggi AC
Pengujian ketahanan dg tegangan tinggi AC jarang digunakan untuk pengujian kabel
dan aksesoris di lapangan ketika alat uji DC tersedia.Hal utama yg memberatkan terkait
pengujian ketahanan dg tegangan tinggi AC di lapangan adalah bahwa pengujian
tersebut bisa mengakibatkan kerusakan pada isolasi kabel akibat pemanasan dielektrik
dan kerusakan isolasi karet karena pemotongan korona.
Metode ini juga memiliki kelemahan bahwa peralatan dan pasokan daya listrik harus
memiliki kapasitas VA yang cukup memadai untuk memasok arus pengisian yg
diperlukan rangkaian kabel pada tegangan uji yang diinginkan. kVA yg diperlukan
pada 60 Hertz adalah :
KVA = 0.377 C.E2
dimana:
C = Kapasitansidalam mikrofarads
E = Pengujian kilovolts

Jika tes tegangan AC lebih dari sekitar 40 kilovolt diterapkan ke kabel, kabel harus
diterminasi di potheads atau terminal yang akan menahan tegangan uji tersebut.
Sebuah tes yang ditetapkan untuk metode ini terdiri dari regulator tegangan 100% atau
ototransformator variabel, transformator penaik tegangan, keluaran dari voltmeter dan
ammeter, saklar pentanahan dan kontrol yang diperlukan dan aksesoris.

Rudiana Nurhadian - 23212080 11


Bab II –Teknik Diagnosis Pada Kabel

2.4.2 Pengujian Ketahanan Tegangan Tinggi DC


Pengujian ketahanan dg tegangan tinggi DC adalah pengujian lapangan yang paling
banyak digunakan untuk kabel. Peralatan pengujian dg tegangan tinggi DC terdiri dari
regulator 100% atau oto-transformator variabel untuk pengendalian tegangan,
transformator penaik tegangan, rectifier, tahanan pengisian, saklar pentanahan dg
tahanan discharge, peralatan untuk pengukuran kelauaran tegangan dan arus dan
diperlukan juga pengatur dan aksesoris. Biaya, berat, massal/bulk dan kebutuhan
pasokan daya peralatan pengujian DC tergantung pada keluaran maksimum tegangan
dan arusnya.
Kabel konduktor tunggal dan kabel multi-konduktor berperisai biasanya diuji dari
konduktor ke tanah dengan konduktor negatif dan dengan semua konduktor lain dari
rangkaian kabel pentanahan.Isolasi dari masing-masing konduktor dari kabel multi-
konduktor tanpa perisai isolasi dan kabel multi-konduktor berikat dapat diuji dengan
menerapkan DC negatif untuk masing-masing konduktor dengan semua konduktor lain
ditanahkan.

2.4.3 Pengukuran Tg δ
Pengukuran Tg δ dilakukan pada pengujian rutin maupun uji jenis. Alat ukur yang
digunakan adalah jembatan Schering. Kondisi kabel dinyatakan masih baik jika selisih
Tg δ yang diukur pda tegangan 2Vnominal dengan Tg δ yang diukur pada tegangan
0,5Vnominal lebih kecil daripada 0,001.

2.4.4 Pengukuran Peluahan Parsial


Peluahan parsial yang berlangsung lama pada suatu kabel akan mengurangi umur kabel
tersebut. Karena itu perlu dilakukan pengukuran peluahan parsial pada kabel.,
khususnya kabel tegangan tinggi. Pengukuran peluahan parsial dilakukan dengan
metode jembatan setimbang. Nilai kuantitas peluahan parsial pada tegangan
1,73Vnominal tidak lebih dari 5pC untuk uji jenis dan tidak lebih dari 10 pC untuk
pengujian rutin.

Rudiana Nurhadian - 23212080 12


Bab II –Teknik Diagnosis Pada Kabel

2.5 Teknik Diagnosis Kabel


Ada berbagai metode yang bisa digunakan untuk diagnosa kabel tegangan tinggi. Pemilihan
metode diagnosa perlu disesuaikan dengan jenis kabel yang digunakan maupun kondisi kabel
yang dipasang. Metode-metode diagnosa tersebut adalah sebagai berikut :
- Time domain reflectometer (TDR)
- Partial discharge
- Pengukuran tan delta
- Dielectric spectroscopy
- Pengukuran arus bocor DC
- Ketahanan dielektrik
- Teknik tegangan recovery
- Arus polarisasi/depolarisasi atau isothermal relaxation current (IRC)
- Metoda arus rugi-rugi ac atau ac loss current method

Rudiana Nurhadian - 23212080 13


BAB III
PENERAPAN TEKNIK DIAGNOSIS

Pada bab ini, akan dibahas mengenai salah satu teknik diagnosis pada kabel yakni Partial
Discharge. PD pada kabel bisa disebabkan oleh adanya void pada lapisan isolasi atau juga
karena adanya partikel kontaminan pada material isolasi. PD yang terjadi ini dapat memicu
electrical treeing pada kabel. PD yang terus-menerus terjadi dapat menyebabkan
terbentuknya bridged electrical treeing yang bisa menyebabkan terjadinya breakdown. Kabel
XLPE tidak toleran terhadap PD kontinyu. Jika terpapar PD kontinyu, kabel XLPE akan
mengalami deteriorasi sangat cepat dan mengalami kegagalan. Sedangkan kabel berisolasi
kertas lebih tahan terhadap PD karena adanya sifat self healing akibat adanya mobile
impregnating compound. Besaran muatan PD yang bisa menjadi acuan dalam menentukan
kondisi kabel seperti terlihat pada Tabel 3.1 berikut. Sedangkan Tabel 3.2 menyajikan proses
degradasi yang umum terjadi pada insulasi kabel.

Tabel 3.1 Indikasi level PD berdasarkan best practice di Belanda

Tabel 3.2 Proses degradasi insulasi kabel


Bab III –Penerapan Teknik Diagnosis

Metode PD untuk mendiagnosis kabel telah dipergunakan luas diberbagai Negara, termasuk
Indonesia. Pengujian pun tidak hanya dilakukan di saluran transmisi namun juga pada
jaringan distribusi. Melihat penggunaan yang semakin luas, banyak pabrikan-pabrikan
berlomba-lomba untuk memproduksi alat uji PD, bahkan yang portable, seperti yang terlihat
pada gambar dibawah ini.

Gambar 3.1 Salah Satu Jenis Peralatan Uji PD di pasaran

Peralatan yang umumnya digunakan untuk mengukur PD adalah sebagai berikut :


a. Pembangkit Tegangan Tinggi
b. RC Detektor
c. High Pass Filter (HPF)
d. Elektroda
e. Osiloskop

Rudiana Nurhadian - 23212080 15


DAFTAR PUSTAKA

1. Suwarno, “Diagnosis Of High Voltage Equipment”, Penerbit ITB, 2010


2. Surat Edaran NO. 032/PST/1994, “Himpunan Buku Petunjuk dan Pemeliharaan
Peralatan Penyaluran Tenaga Listrik”, PT PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat
Pengatur Beban Jawa Bali, 2000.
3. Tobing, Bonggas L., “Peralatan Tegangan Tinggi – Edisi Kedua”, Jakarta : Penerbit
Erlangga, 2012
4. Tobing, Bonggas L., “Dasar-dasar Teknik Pengujian Tegangan Tinggi - Edisi Kedua”,
Jakarta : Penerbit Erlangga, 2012.
5. Peter Werelius, “Development and Application of High Voltage Dielectric Spectroscopy for
Diagnosis of Medium Voltage XLPE Cables”, Department of Electrical Engineering, Royal
Institute of Technology (KTH), Stockholm, Sweden 2001.
6. Rick Hartlein, Nigel Hampton, “Diagnostic Testing of Underground Cable System (Cable
Diagnostic Focused Intitative)”, Netrac Research Center, Georgia Institute of Technology,
December 2010.
7. Andrew J. Thomas, Tapan K. Saha, “ Diagnosing Water Tree Degraded XLPE Cables using
Frequency Domain Spectroscopy”, School of IT & Electrical Engineering, University of
Queensland, Brisbane, Australia.
8. Edward Gulski, Piotr Cichecki, Frank Wester, Johan J. Smit, “On-site Testing and PD
Diagnosis of High Voltage Power Cables”, IEEE Transactions on Dielectrics and Electrical
Insulation Vol. 15, No. 6; December 2008.
9. V. Dubickas and H. Edin, “Couplers for on-line Time Domain Reflectometry diagnostics of
power cables”, 2004 Annual Report Conference on Electrical Insulation and Dielectric
Phenomena.
10. M. Nagao, et al., "New Approach to Diagnostic Method of Water Trees", Conf. Record of the
1990 IEEE Intern. Symp. on Electr. Insul., Toronto, Canada, June 3-6,1990, pp.296-299.
11. T. Tokoro, M. Nagao and M. Kosaki: "Measurement of High Field AC Conduction Current in
Polymeric Insulating Materials.", Proc. of the 21st Symp. on Elect. Insu. Materials, 767
(1988).

12. F. N. Lima, MSc, J. C. Oliveira, PhD, D. A. Andrade, PhD, R. M. T. Silva, A. P. Finazzi,


MSc, B. C. Carvalho, Dr . “Modeling Water Tree Phenomenon for Insulated Cable Loss
Current Estimation”.
13. J.Veen' and P.C.J.M. van der Wielen , Eindhoven University of Technology, “PD Location in
Power Cables using Parametric Models”, 2OO4 Infernational Conference on Solid
Dielech.ics, Toulouse. France, July 5-9, 2004.
14. Cigre WG B1.10, “Update of service experience of HV cable systems”, TB379, April 2009
15. Netrac, “Diagnostic testing of underground cable systems”, Desember 2010, Georgia
Technology Research Corporation
16. Yukihiro Yagi dkk, “Study on diagnostic method for water treed XLPE cable by loss current
measurement”, CEIDP, Atalanta USA, IEEE 1998
17. T.Tokoro, M.Nagao dan M.Kosaki, “Detection of high field ac conduction loss current in
polymeric insulating materials”, IEEE Trans. On Electrical Insulation, 1992
18. T.Tsujimoto dkk, “Development of on-site diagnostic method for XLPE cable by harmonics
in AC loss current”, International conference on properties and application of dielectric
materials, June 2003, Nagoya
19. M.Nagao dkk, “New approach to diagnostic method of water tree”, IEEE International
Symposium on Electrical Insulation, Toronto Canada, 1990
20. M.Nagao dkk, “AC dissipation current waveform and space charge formation of water tree
degraded polyethylene film”,
21. A.Bulinski dkk, “Diagnostic Measurements of High Voltage Insulation using current
comparator technology”, IEEE International Symposium on Electrical Insulation, USA, 1994
22. Noriyuki Ito dkk, “ Relation between the AC loss current method and the PEA method for
water treed length”
23. Ruben Vogelsang, “Long term experiences with XLPE cable systems up to 550 kV”, Brugg
Cables Switzerland, Cigre SC B1, Kranjska Gora 2009
24. Frank Wester dkk, “PD Knowledge rules support for CBM of distribution power cables”,
IEEE International symposium on electrical insulation, USA, April 2002
25. G.C.Montanari dkk, “Cable diagnosis using variable frequency and partial discharge
diagnosis with defect location and characterization”
26. Willian A. Thue, “Electrical Power Cable Engineering”. Taylor & Francis e-Library, 2005
27. Larry Kirkpatrick (Editor), “Aluminum Electrical Conductor Handbook”, the Aluminum
Association, 900 19th Street, N.W., Washington, D.C., third edition, 1989.
28. John H. Cooper, “Ampacity and Sheath Bonding”, Power Delivery Consultants, Inc.
29. CIGRE SC B1 “State, Trends, and Evolutions of HV/EHV Power Cables Systems”

Anda mungkin juga menyukai