Anda di halaman 1dari 11

Bagaimana Cara membuat kabel

Kabel listrik adalah media untuk menyalurkan energi listrik. Sebuah kabel listrik terdiri dari
konductor dan isolator. Isolator disini adalah pembungkus kabel yang biasanya terbuat dari plastik atau
karet atau sejenis lainnya sedangkan konductor terbuat dari logam yangdapat mengantarkan arus listrik

Benda ini sangat dibutuhkan oleh umat manusia untuk membantu mengantarkan arus listrik dari satu
tempat ke tempat lain, dengan kabel, manusia bias mendapatkan cahaya penerangan, dan dengan kabel
pula energy listrik bisa ditransmisikan kedalam energy gerak dan lain lain

Namun apakah kita memperhatikan sebenarnya ada berapa jenis kabel..? dan idealnya kabel ditempatan
dimana sih…? saya akan sedikit berbagi pengalaman pada blog ini

Dilihat dari segi fungsi, kabel dibedakan atas 3 jenis

1. Kabel instrument

Kabel ini termasuk low voltage, biasanya diameter conductornya hanya (max 2.5 mm2), kabel ini biasanya
di gunakan untuk industry elektronika dan automotive

2. Kabel optic

Kabel jenis ini tidak menggunakan conductor tetapi menggunakan fiber optic, tujuan utamanya bukan
mengantarkan arus listrik, tetapi mengantarkan signal dari satu tempat ke tempat yang lain, kabel ini
digunakan untuk mengantarkan signal telepon.

Sebelum Hand phone menjadi trend masa kini, kabel ini sangat laris dipasaran, tetapi setelah trend hand
phone menanjak, produksi kabel ini menjadi menurun tajam

Ada perbedaan jenis mesin dalam proses pembuatan kabel dalam hal ini insulationnya, proses kabel untuk
low voltage, instrument kabel dan kabel optic menggunakan mesin extruder biasa sedangkan untuk
medium voltage dan high voltage menggunakan mesin CCV

Konstruksi kabel pun banyak beragam, ada yang menggunakan armour, ada pula yang tidak tergantung
dari lokasi yang akan di pasang kabel

3. Power cable

Kabel ini di pakai pada umumnya, fungsi utamanya adalah mentransmisikan arus listrik dari satu tempat
ketempat lain

Dilihat dari besarnya tegangan, kabel di bedakan atas 3 jenis tegangan :

1. kabel tegangan rendah (low voltalge)


Kabel tegangan rendah biasanya di pakai untuk aliran listrik yang tegangannya dibawah 1 kV, thickness dari
insulationnya biasanya tidak terlalu tebal, antara 1 sampai 2 mm, biasanya di gunakan untuk bangunan
rumah, apartement dan lain-lain. Insulatinnya terbuat dari bahan PVC maupun XLPE

2. Kabel tegangan menengah (medium voltage)

k Kabel tegangan menengah dipakai untuk alliran listrik dengan kapasitas sampai 20 kV

3. 3. Kabel tegangan tinggi (high voltage)

Kabel jenis ini merupakan kabel dengan kapasitas diatas 20kV


s1

Pada umumnya bagian-bagian utama kabel adalah sebagai berikut :

1. Conductor

2. Insulation

3. Cabling

4. Taping

5. Inner sheath

6. Armour

7. Sheath

1. Conductor

Conductor adalah bagian utama kabel yang berfungsi untuk mengantarkan arus listrikl dari satu tempat ke
tempat lain, sebenarnya penghantar listrik yang paling baik adalah logam emas, namun karena tingginya
biaya maka dipilihlah tembaga sebagai conductor, sedangkan untuk signal, penghantar yang paling baik
adalah optik.

Untuk daerah yang mengandung garam biasanya Aluminium atau tembaga tadi dilapisi dengan timah
untuk menghindari terjadinya korosif.

Bahan baku conductor/aluminium tadi di dapat dari peleburan, pabrik kabel di supply dengan bentuk
gulungan dengan diameter yang agak besar (dia 5 mm), kemudian dilakukan proses pengecilan dengan
cara di tarik dengan menggunakan drawing machine
Setelah diameter conductor di\buat sesuai dengan sepsification, proses selanjutnya adalah memilin
conductor dengan menggunakan stranding machine, maksud memilin ini adalah menggabungkan
conductor yang satu dengan yang lain agar menjadi satu kesatuan.

Dari segi bentuk conductor dapat di bedakan beberapa jenis yaitu Re, Rm, Cm dan flexible
2. Insulation

Insulation adalah pelindung pertama dari conductor, prosesnya menggunakan mesin extruder (extrusi
untuk low voltage) material yang digunakan sangat beragam, bisa dari PVC, XLPE, LSOH, XL-LSOH, XL-HDPE
dan lain-lain. Setiap material mempunyai karakteristik dan perlakuan proses yang beragam, seperti
temperature, pemakaian dies nipple dan lain-lain

2.1 Polyvinil klorida


Polivinil klorida disingkat dengan PVC, adalah polimer urutan ketiga dalam jumlah pemakaian di
duniasetelah polietilena dan poliprolena. diseluruh dunia lebih dari 50% PVC yang di produksi dan dipakai
dalam konstruksi sebagai bahan bangunan. PVC relatif muran tahan lama dan mudah di rangkai. PVC bisa
di buat lebih elastis dan fleksibel dengan menambahkan plastiziser, umumnya ftalat. PVC yang fleksibel
umumnya di pakai sebagai bahan pakaian, perpipaan, atap dan inuslasi kabel listrik.
PVC diproduksi dengan cara polimerisasi monomer vinil klorida (CH2=CHCI). karenad 57% massanya adalah
klor, PVC adalah polimer yang menggunakan bahab baku minyak bumi terendah diantara polimer lainnya
Proses produksi yang dipakai pada umumnya adalah polimerisasi suspensi. pada proses ini monomer vinil
klorida dan air diintroduksi ke reaktor polimerisasi dan inisiator polimerisasi bersama bahan kimia
tambahan untuk mempertahankan suspensi dan memastikan keseragaman urutan partike resin PVC.
Reaksinya adalah eksotermik dan membutuhkan mekanisme pendinginan untuk mempertahankan reaktor
pada temperatur yang dibutuhka. karena volume berkontaksi selama reaksi (PVC lebih padat dari pada
monomer vinil klorida), air secara kontinu di tambah kecampuran untuk mempertahankan suspensi.
Ketika reaksi sudah selesai, hasil cairan PVC harus di pisahkan dari kelebihan monomer vinil klorida yang
akan di pakai lagi untuk reaksi berikutnya. lalu cairann PVC yang sudah jadi akan di sentrifugasi untu
memisahkan kelebihan air. Cairan lalu dikeringkan dengan udara panas dan hasilkan butiran PVC. Pada
proses operasi normal, kelebihan monomer vinil klorida pada PVC hanya seesar kurang dari 1 PPM
Proses produksi lainnya seperti suspensi mikro dan polimerisasi emulsi menghasilkan PVC dengan butiran
yang berukuran lebih kecil dengan sedikit perbedaasifat dan juga perbedaan aplikasinya.
Produk proses polimerisasi adalah PVC murni. Sebelum PVC menjadi produk akhir membutuhkan konversi
dengan menambahkan heat stabilizer, UV stabilizer, pelumas, platicizer, bahan penolong proses, pengatur
thermal, pengisi, bahan penahahan api, biosida, bahan pengembang dan pigmen lainnya.

2.2 Polietilena
Polietilena (disingkat PE) adalah thermoplasyic yang di gunakan secara luas oleh konsumen produk sebagai
kantong plastik. sekitar 60 juta ton plastik ini diproduksii setiap tahunnya.
Polietilena adalah polimer yang terdiri dari rantai panjang monomer etilena (IUPAC:etena). Diindustri
polimer , polietilena ditulis dengan singkatan PE, perlakuan yang sama yang dilakukan oleh polistirena dan
(PS) dan polipropilena (PP).
Molekul etena C2H4 adalah CH2=CH2. dua grup CH2 bersatu dengan ikatan ganda. Polietilena dibentuk
melalui proses polimerisasi dari etena. Polietilena bisa di produksi melalui proses polimerisasi radikal,
polimerisasi adisi anionik, polimerisasi ion koordinasi, atau polimerisasi adisi kationik. setiap metode
menghasilkan tipe polietilena yang berbeda.
2.3 High density polietilena
HDPE dicirikan dengan densitas yang melebihi atau sama dengan 0.941 g/cm3. HDPE memiliki derajat
rendah dalam percabangannya dan memiliki kekuatan antar molekul yang sangat tingga dan kekuatan
tensil. HDPE bisa diproduksi dengan katalis kromium/silika, ziegler-natta, atau katalis metallocene

2.4 Low Density Polietilena (LDPE)

LDPE dicirikan dengan densitas 0.910-0.940 g/cm3. LDPE ini memiliki derajat tinggi terhadap struktur
percabangan rantai panjang dan pendek yang berarti tidak akan berubah menjadi stuktur kristal. Ini juga
mengindikasikan bahwa LDPE memiliki kekuatan antar molekul yang rendah ini mengakibatkan LDPE
memiliki kekuatan tensil yang rendah. LDPE dirpoduksi dengan polimerisasi radikal bebas

2.5 Cross link Polietilena

PEX adalah polietilena dengan kepadatan menengah hingga tinggi yang memiliki sambungan cross link
pada strukur polimernya. sifat ketahana pada temperatur tinggi meningkat seperti juga ketahanan
terhadap bahan kimia

Proses Extrusi

proses ini adalah proses pelelehan material dengan menggunakan screw didalam cylinder yang
berpemanas kemudian di tekan oleh sebuah kondisi sehingga menghasilkan penampang yang continue,

Proses dengan material PVC

PVC merupakan material dengan tingkat kesuliat yang sedang, temperature cylinder pada mesin extrusi
antara 130oC sampai dengan 150oC, sedangkan untuk cross head temperaturenya biasanya antara 150oC
sampai dengan 180oC. temperature ini juga tergantung dari grade dari PVC itu sendiri, saat ini industry ada
yang menggunakan PVC dengan grade low smoke (bila terbakar asapnya tidak terlalu banyak dan tingkat
ketahanan terhadap api sangat tinggi), bahkan PVC saat ini ada yang lead free

Screw untuk proses material PVC biasanya mempunyai compression ratio antara 1.5 sampai 2.3, pada
prinsipnya semua jenis screw bisa digunakan untuk PVC, tetapi untuk mendapatkan output yang maksimal
ada baiknya menggunakan compression ratio diatas 2.0

Alur screw sendiri mempunyai jenis yang bermacam-macam, ada type single flight, double flight, madox
type dan lain-lain, saya akan membahasnya dilain kesempatan

Proses dengan material Polyethelene (PE)

Material ini adalah material yang paling mudah di extrusi, semua jenis screw bisa di gunakan untuk proses
dengan material PE, temperature cylinder di mesin extrusi biasanya antara 130oC sampai dengan 160oC,
sedangkan untuk bagian cross head temperaturnya antara 180oC sampai dengan 220oC

Proses dengan menggunakan Cross link polyethelene

Material ini merupakan material yang mempunyai tingkat kesulitan yang sedang, bila kondisi prosesnya
tidak sesuai dengan type materialnya maka akan terjadi banyak masalah, contohnya bila temperature
terlalu rendah maka ketika material sudah di extrusi (sudah dalam bentuk kabel) material ini tidak bisa
cross link dengan baik sehingga karakteristiknya seperti elongation, variation elongation tidak mencapai
standard yang diinginkan, tetapi bila temperature terlalu tinggi ada kemungkinan terjadi cross link pada
saat proses (pre curing).

Cross link terjadi biasanya satu sampai dua minggu (suhu ruang) setelah proses, namun untuk material XPE
yang baik bisa 3 hari setelah proses bisa cross link.

Dalam pameran beberapa waktu yang lalu (Dijakarta) ada alat yang bisa mempercepat cross link suatu
material, namun sayangnya harganya sangat mahal dan equipnmentnya sangat complex, saya berpikir
tidak perlu untuk membeli alat tersebut karena material ini akan cross link dengan sendirinya, lead time
dari pembuatan kabel sampai dengan pengiriman kira-kira 2 minggu, jadi pada saat pengiriman, kabel
dengan material XPE sudah dipastikan cross link.

Proses dengan material LSOH (low smoke zero halogen)

Material ini merupakan material yang ketahanan terhadap api sangat tinggi, ketika sebuah gedung
mengalami kebakaran, material ini dapat menahan api kira-kira selama 40 menit (cable dengan category
A), sehingga penghuni di dalamnya dapat menyelamatkan diri dengan penerangan yang cukup

Kondisi proses untuk material ini menggunakan screw dengan low compression, CR untuk screw kira-kira
1.2 sampai dengan 2.7, biasanya masalah yang timbul pada saat proses adalah terjadinya porosity (adanya
lubang-lubang kecil setelah material di extrusi). Hal ini bisa terjadi apabila actual temperature material
pada saat proses diatas 180oC
Proses dengan material XL-LSOH (Cross link low smoke zero halogen)

Jenis material ini adalah material yang paling dari segi proses, compound ini harus di campur dengan
catalyst dengan prosentase tertentu, masalah yang timbul pada saat proses adalah mudah terjadinya
scorch dan tidak terjadinya cross link setelah proses.

Putaran screw sangat berpengaruh untuk terjadinya cross link, bila RPM rendah, cross link mungkin tida
bisa di capai

Sedangkan untuk mencegah terjadinya scorch, hindari nmaterial berhenti di ddalam barrel, lakukan
putaran screw secara continue, jangan sampai putaran screw berhenti, adanya fasilitas by pass pada cross
head sangat membantu untuk menghindari stopnya putaran srew

mesin extrusi

3. Cabling/Taping

Proses cabling adalah penggabungan antara insulation yang satu dengan yang lain agar menjadi satu
kesatuan.

Masalah yang timbul pada saat proses cabling adalah pitchnya tidak sesuai dengan yang diinginkan

4. Taping

Proses ini adalah proses pengisian sela-sela kabel agar mendapatkan visual yang bulat

5. Inner sheath

Setelah proses cabling, dilakukan extrusi kembali, orang kabel akan menyebutnya proses bedding. Sama
halnya dengan proses insulation, materialnya pun sangat beragam seperti yang telah di sebutkan
sebelumnya

6. Armour
Armour berfungsi sebagai pelindung mekanis kabel, material dari armour umumnya adalah steel tape atau
steel wire

7. Inner sheath

Setelah proses cabling, dilakukan extrusi kembali, orang kabel akan menyebutnya proses bedding. Sama
halnya dengan proses insulation, materialnya pun sangat beragam seperti yang telah di sebutkan
sebelumnya

8. Armour

Armour berfungsi sebagai pelindung mekanis kabel, material dari armour umumnya adalah steel tape atau
steel wire

9. Sheath

Sheath adalah lapisan bagian paling luar dari kabel, material sheath sangat beragam, proses pembuatan
sheath melalui proses extrusi, sama halnya dengan proses insulation dan inner sheath
Bahan Listrik

Suatu bahan dapat berbentuk padat, cair, atau gas. Wujud bahan tertentu juga bisa berubah karena
pengaruh suhu. Selain pengelompokkan berdasarkan wujud tersebut dalam teknik listrik bahan-bahan juga
dapat dikelompokkan sebagai berikut.

1. Bahan Penghantar (konduktor)

2. Bahan Penyekat (isolator/insulator)

3. Bahan Setengah Penghantar (semi konduktor)

4. Bahan Magnetis.

5. Bahan Super Konduktor.

6. Bahan Nuklir.

7. Bahan Khusus (bahan untuk pembuatan kontak-kontak, untuk sekering, dan sebagainya)

Bahan Penghantar

1. Bahan Penghantar (konduktor) adalah bahan yang menghantarkan listrik dengan mudah. Bahan ini
mempunyai daya hantar listrik (Electrical Conductivity) yang besar dan tahanan listrik (Electrical
Resistance) kecil. Bahan penghantar listrik berfungsi untuk mengalirkan arus listrik. Perhatikan fungsi kabel,
kumparan/lilitan pada alat listrik yang anda jumpai. Juga pada saluran transmisi/distribusi. Dalam teknik
listrik, bahan penghantar yang sering dijumpai adalah tembaga dan alumunium.

Bahan Penyekat

2. Bahan Penyekat (Insulator/isolator) adalah bahan yang befungsi untuk menyekat (misalnya antara 2
penghantar); agar tidak terjadi aliran listrik/kebocoran arus apabila kedua penghantar tersebut
bertegangan. Jadi bahan penyekat harus mempunyai tahanan jenis besar dan tegangan tembus yang tinggi.
Bahan penyekat yang sering ditemui dalam teknik listrik adalah : plastik, karet, dan sebagainya.

Bahan Setengah Penghantar

3. Bahan Setengah Penghantar (Semi Konduktor) adalah bahan yang mempunyai daya hantar lebih kecil
dibanding bahan konduktor, tetapi lebih besar dibanding bahan isolator. Dalam teknik elektronika banyak
dipakai semi konduktor dari bahan germanium (Ge) dan silicon (Si). Dalam keadaan aslinya, Ge dan Si
adalah bahan pelikan dan merupakan isolator. Di Pabrik bahan-bahan tersebut diberi kotoran. Jika bahan
tersebut dikotori dengan alumunium maka diperoleh bahan semikonduktor type P (bahan yang
kekurangan elektron/mempunyai sifat positif). Jika dikotori dengan fosfor maka yang dipeoleh adalah
semikonduktor jenis N (bahan yang kelebihan electron, sehingga bersifat negative). Ge mempunyai daya
hantar lebih tinggi dibandingkan Si, sedangkan Si lebih tahan panas dibanding Ge.

Bahan Magnetik

4. Bahan Magnetik (Magnetic Materials) dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu ferro magnetic, para-
magnetic dan dia-magnetic. Bahan ferro-magnetic adalah bahan yang mempunyai permeabilitas tinggi dan
mudah sekali dialiri garis-garis gaya magnet. Contoh bahan yang mempunyai permeabilitas tinggi adalah
besi, besi pasir, stalloy, dan sebagainya. Selain itu sering dijumpai magnet yang merupakan magnet
permanen, misalnya alnico, cobalt, baja arang, dan sebagainya. Baja untuk magnet sering dijumpai pada
pelat-pelat motor/generator, pelat-pelat transformator, dan sebagainya. Dalam bidang elektronika,
digunakan bahan magnet misalnya pada speaker, alat-alat ukur elektronika, dan sebagainya.

Bahan Super Konduktor

5. Bahan Super Konduktor. Pada tahun 1911, Kamerligh Onnes mengukur perubahan tahanan listrik yang
disebabkan oleh perubahan suhu Hg dalam helium cair. Dia menemukan bahwa tahanan listrik tiba-tiba
hilang pada suhu 4,153°K. Sampai saat ini telah ditemukan sekitar 24 unsur hantaran super dan lebih
banyak lagi paduan dan senyawa yang menunjukkan sifat-sifat hantaran super. Temperatur kritisnya
berkisar antara 1 samapai 19° Kelvin. Bahan-bahan lead (timah), tin (timah patri), alumunium, dan
mercury, pada sushu mendekati 0°K mempunyai resistivitas nol.

Bahan Nuklir

6. Bahan Nuklir. Bahan nuklir sering dipakai sebagai bahan baker reaktor nuklir. Reaktor nuklir adalah
pesawat yang mengandung bahan-bahan nuklir yang dapat membelah, yang disusun sedemikian sehingga
suatu reaksi berantai dapat berjalan dalam keadaan dan kondisi terkendali. Dengan sendirinya syarat agar
suatu bahan dapat dipergunakan sebagai bahan bakar nuklir adalah bahan yang dapat mengadakan fisi
(pembelahan atom). Dalam reaktor nuklir digunakan bahan bakar uranium 235, plutonium-239, uranium-
233.

Anda mungkin juga menyukai