Pada suatu hari, disebuah desa yang terdapat disebuah kerajaan,
ada seorang pembuat sepatu tua yang umurnya sekitar 50 tahun, dia bekerja sendiri, dia adalah orang yang sangat baik, dia memiliki ruang kerja khusus untuk pekerjaannya itu yang sekaligus menjadi tempat tidurnya, dia sangat menyayangi ruangan itu lebih dari apapun, untuk mendapat ide, dia biasanya menatap kelangit, karena itu dia meletakan meja kerjanya didekat jendela
Penghasilannya bisa dibilang besar, namun pada suatu hari dia
mulai lelah untuk mengerjakan semua pekerjaannya, dia bekerja dari pagi sampai malam. Lalu suatu hari dia mendapat pesanan dari seseorang yang berasal dari keluarga kerajaan yang harus selesai dalam waktu 3 hari, sedangkan untuk mengumpulkan bahannya saja butuh waktu yang cukup lama yaitu kurang lebih satu minggu, begitu banyak hal yang harus ada didalam pembuatan sepatu itu. Dari mulai kulit yang harus berasal dari kulit sapi yang berkualitas, sampai beberapa butir emas yang harus ada disepatu itu, dia mengumpulkan semua bahan pada hari pertama dan kedua. Dihari ketiga dia mengerjakannya dengan lemas karena dari pagi sampai sore dia mengumpulkan semua bahan untuk sepatu itu. Dia bekerja dari pukul 6 sore sampai pukul 10 malam hanya untuk satu sepatu, diapun menyerah lalu tertidur dimeja kerjanya.
Pada pukul 12 malam sekumpulan peri yang jumlahnya sekitar 20
peri yang sedang berjalan jalan melihat pengrajin sepatu itu tertidur dimeja kerjanya, tanpa pikir panjang, merekapun membantu pembuat sepatu itu.
Mereka mulai membagi bagi tugas,dengan menggunakan bubuk
ajaib peri, sepuluh peri membawa pembuat sepatu itu keranjangnya dengan cara menerbangkannya menggunakan bubuk peri. Lalu sepuluh peri lagi mengerjakan sepatunya, setelah sepuluh peri yang bertugas membawa pembuat sepatu itu kembali, mereka langsung mempercantik sepatu yang sudah jadi, mereka mengerjakannya sampai pagi, pukul 5 pagi jadilah sepasang sepatu yang amat teramat cantik dengan jaitan yang sangat rapih dan cantik, lalu dilengkapi dengan butiran emas yang ditata dengan sangat rapih ditambah dengan bubuk peri yang berkilau yang tidak akan hilang sampai kapanpun, lalu mereka langsung pergi dan meninggalkan sebuah surat untuk sipembuat sepatu itu, pada pukul 6 pagi sipembuat sepatu bangun, lalu terkejut karena dia bangun kesiangan, dia langsung lari kemeja kerjanya dengan niatan menyelesaikan sepatunya.
Betapa terkejut dan terheran herannya sipembuat sepatu itu
melihat sepasang sepatu yang sangat cantik, dia pun menghampiri meja kerjanya, melihat sepasang sepatu itu dengan perasaan heran, namun perasaan heran itu tertutupi dengan perasaan bahagia.
Diapun membaca surat yang ditinggalkan peri untuknya, surat itu
berisi kata penyemangat untuk sipembuat sepatu itu, sipengrajin sepatu itu tidak bisa menahan tangis bahagianya, dan dia berjanji pada dirinya sendiri agar tidak putus asa dan terus mengerjakan sepatu semaksimal mungkin dengan penuh semangat.
Pada pukul 10 siang sipembuat sepatu itu mengantarkan sepasang
sepatu yang indah itu keistana, dia sendiri yang memberikannya keanggota keluarga itu, dengan perasaan senang dia menerima sepasang sepatu itu. Lalu tanpa pikir panjang langsung mengambil sebuah kantong besar yang penuh dengan emas dan memberikannya pada sipembuat sepatu itu.
Dengan perasaan yang penuh syukur, dia kembali kerumah.
Sesampainya dirumah, dia teringat kepada para peri, lalu dia menyimpan sekatong penuh buah beri yang dia beli menggunakan sekeping emas dan menyimpannya didekat jendela. Pada jam 12 malam datanglah 10 peri yang semalam membantu sipembuat sepatu itu, mereka mengampiri jendela sipembuat sepatu yang terbuka, lalu mereka membaca surat yang ditinggalkan sipembuat sepatu itu. Isinya adalah ucapan terimakasih, dan memohon pada para peri untuk mengambil sekantong buah beri itu. Lalu salah seorang peri memberikan tanda peri kesurat itu lalu pulang dengan membawa kantong penuh buah beri dengan perasaan yang sangat senang.