Anda di halaman 1dari 1

LAPORAN KELOMPOK KELAS 92_DUA

MEMODIFIKASI CERPEN DAN MELANJUTKAN CERPEN

KETUA KELOMPOK : Auffa Rafha Pradana


ANGGOTA : 1. Alifah Ayra Fauziah
2. Arsy Mydella Listyani
3. Astri Nur Tiya Santoso
4. Aulia Putri Ramadhani
5. Bunga Nabila
A.
MEMODIFIKASI CERPEN MENGUBAH TEKNIK PENCERITAAN SUDUT PANDANG MENJADI ORANG KETIGA
Bagi para orang di sekitar, sawah adalah tempat yang paling banyak memberi kenangan. Setiap sore
mereka mandi di pancuran sawah. Setiap sore, kecuali hari Jum’at, mereka belajar mengaji di masjid.
Beliau awalnya mengajar, tetapi akhirnya diteruskan oleh Kang Hasim.
Ia menjadi anak emas apabila Kang Hasim mengajar. Selain dari Kang Hasim, ia belajar mengaji dari
Kakek, yang bukan hal baru baginya. Sebelum sekolah, setiap malam kakek mengajarnya. Maka
pelajaran yang diberikan Kang Hasim kepada anak-anak lain sering merupakan hal yang sudah ia hafal
betul.

Selesai mengontrol sawah ia sering diajak kakek jalan ke pasar yg buka seminggu sekali. Kakek selalu
membeli berbagai keperluan sehari-hari dan ia selalu punya jajanan enak. Kalau tidak kue serabi, ia
memilih kue pukis. Para pedagang mengasihnya sebungkus besar kue sebelum ia memilih kue yang
diinginkan.

B. MELANJUTKAN CERITA PENDEK


Paragraf Lanjutan Cerita Cerpen “Sepatu Butut”
Alifah (1) “Aku segera keluar dari kamarku, kulihat jam dinding di tembok menunjukan
pukul 20.00. Aku menghela nafas panjang, biasanya Andi bermain hingga pukul
22.00. Ayah membiarkan Andi bermain selarut itu karena mengetahui bahwa
besok adalah hari Minggu, hari libur”.
Arsy (2) “Perlahan-lahan aku melangkahkan kaki menuju rak sepatu yang terletak tidak
jauh dari kamarku. Di situlah semua sepatu di keluarga kami diletakkan, baik
sepatu ayah, ibu, sepatuku dan sepatu Andi. Tidak berselang lama, aku sudah
menemukan sepatu Andi. Dengan cepat, aku ambil sepasang sepatu itu”.
Astri (3) “Di luar dugaan, tiba-tiba pintu depan dibuka. Alangkah kagetnya aku melihat
siapa yang membuka pintu itu. Andi!. Andi terlihat heran melihatku sedang
memegang sepasang sepatu kesayangannya. Tertangkap basah, aku mengakui
bahwa aku hendak membuang sepatu Andi”.
Aulia (4) “Bukannya marah, Andi justru memeluk aku. Sebagi seorang adik, aku benar-
benar merasakan pelukan itu begitu tulus. Kemudian, Andi mengajakku duduk.
Ia bercerita mengapa tidak mau menggunakan sepatu lain”.

Bunga (5) “Sebenarnya, ia sedang menabung dari uang saku yang diberikan Ayah setiap
hari. Jika sudah terkumpul cukup banyak, ia hendak menggunakan uang
tabungannya untuk membeli sepatu baru. Akhirnya sepatu Andi tidak jadi
kubuang, tapi kuserahkan kepadanya yang kemudian disimpannya di lemari di
dekat pintu masuk dapur”

Anda mungkin juga menyukai