Anda di halaman 1dari 84

SUSUNAN REDAKSI

Penanggung Jawab
Abdullah Faiz

Redaktur Senior
Alhilyatu Zakiyyah, Mustika wati, Dwi Sasti Prasetya, Zainul
Fuad

Pimpinan Redaksi
Riska Nur Fadhilah

Sekretaris
Alfin Hidayat

Redaktur Pelaksana
Yusuf Nurul Qolbi, Mustika Wati, Sayyida Mahmudatunnisa,
Arifan, Riska Nurfadila, Zainul Fuad, Audreana Ivy, Sadad
Aldiansyah, Farikha Khairun Nisa, Kak Reol, Affan Nur Atqiya,
M. Nor Arif Afendi, WInda Puspitasari

Desain dan Layout


Rizkho Aris M dan Ircham Mudzakir

Alamat Redaksi
Gedung Student Center Fakultas Syariah dan Hukum
Kampus 3 UIN Walisongo Semdarang, Jl. Prof. Hamka,
Ngaliyan, Semarang.

Email: justisiapers@gmail.com
Website: Justisia.com
DAFTAR ISI

Salam Redaksi 4

Misteri Petak Umpet 5

Sepatu Kodok 13

Anak dan Segala Kemirisannya 18

Kasih Sayang Orang Tua Melalui Sastra 25

Ke Pasar 31

Berkawan dengan Anak-anak Melalui Satra 34

Tamparan Keras Mevrouw untuk Para Ibu 40

Euterpe 44

Istri dan Masa Kecilku 50

Lunturnya Eksistensi Lagu Anak-anak


di Era Teknologi 65

Memori Manis itu Bernama Buku 70

Terlampau Mas 73

MASA KECIL Tak kan Abadi 75

Emak dan Bapak 78

Cinta kasih keluarga dalam kesederhanaan 80


SALAM REDAKSI

Memori manis yang tergambar dalam ingatan kecil.


Langkah tak panjang dengan senyum gigi mungil membawa
kita pada tatapan lembar tuisan hari ini. Tetap berjalan karya
ini, walau samar ingatan.
Kembali hadir Liksa, dengan tulisan-tulisan yang
mengingatkan kita pada memori-memori masa lalu. Kali ini,
tak hanya peluh yang menetes untuk menuliskan karya ini.
Ada sedikit tetesan air mata, dan senyum sebab mengingat
tubuh kecil di masa lalu. Kerja sama yang begitu kuat dari
pihak liksa serta demisioner yang begitu berperan aktif dalam
membantu terselesaikannya terbitan kali ini. Bahkan ucapan
terima kasih belum ada apa-apanya. Kami harap, semoga
edisi kali ini dapat menggembirakan dan menyenangkan
ketika dibaca.
Kali ini, Liksa mengambil tema “Anak”. Dengan segala
langkah yang tergambar dimemori semua manusia. Ingatan
menyenangkan bahkan ingatan suram yang samar-samar
masih dapat diceritakan kembali. Petualangan yang tak ada
hentinya sejak terbangun hingga merebahkan tubuh. Gelak
tawa serta ocehan manis tak akan pernah lepas dari memori.
Tulisan kecil, namun berharap dapat menjadi ingatan besar
yang perlu kembali diingat.
Semua tulisan ini, tak lepas dari peran pembaca.
Kami harap, tulisan kali ini dapat menjadi teman yang
menyenangkan. Selamat membaca dan cobalah mengingat
memori-memori kecil masa lalu kita.

4
Misteri Petak Umpet
Yusuf Nurul Qolbi

MISTERI PETAK UMPET

pic by kikomunal-indonesia.dgip.go.id
Oleh Yusuf Nurul Qolbi

Kami adalah tujuh sahabat; Iyok (Aku), Putri, Eko, Eni,


Fandi, Nizar dan Piyan yang sejak kecil selalu bermain bersama.
Di minggu sore itu kami sedang berkumpul Bersama di tengah
pasar yang tepat berada di Belakang rumah kami.

“sore ini enaknya main apa ya?” tanyaku.

“kita main kelereng aja yuk.” Jawab fandi.

“jangan lah aku dan Eni kan gak bisa main kelereng.”
Kata Putri

Suasana seketika hening semua memikirkan


permainan apa yang bisa dilakukan oleh semua orang di
waktu itu. Setelah beberapa menit berlalu “ahaaaaa, kita main
petak umpet aja,” Teriak Piyan seketika memecah keheningan.
Kami sempat kaget karena ulah Piyan lalu tertawa Bersama.

5
Misteri Petak Umpet
Yusuf Nurul Qolbi

“okelah kalau begitu mari kita mulai,” ucap Eko dengan penuh
semangat.

Kami mulai membicarakan aturan-aturan permainan,


salah satunya yaitu tentang tempat yang dipakai untuk
bersembunyi diberi Batasan karena pasar tempat kami
bermain cukup luas. “hom pimpa ala ayum gambreng” kami
memulai permainan. Pada waktu ini Nizarlah yang menjadi
penjaga awal, ia kemudian menutup mata dan menyenderkan
wajahnya di sebuah tiang yang terbuat dari kayu dan kami
pun segera bersembunyi.

“oke aku hitung samopai 10 yahh 1 2 3 4 5 ……… 10 sudah


siap? Pokoknya kalian harus sudah siap semua,” jelas Nizar.
Ketika Nizar mulai menghitung kami segera bersembunyi. Ada
yang bersembunyi di belakang ruko, di bawah meja warung,
di wc umum dan ada juga yang sembunyi di bawah tempat
jualan ikan.

Setelah beberapa menit Nizar mencari keberadaan


kami. “Dorrr! Hahahah, kalian ketahuan,” kata Nizar saat
menemukan beberapa orang dari kami. Satu persatu di
temukannya dari yang pertama ketahuan adalah Eko dan Fandi
karena mereka berisik saat bersembunyi. Mereka berdua tidak
tahan dengan bau amis ikan tempat mereka bersembunyi.

Beberapa saat kemudian ku dengar suara kaki Nizar


menuju tempatku dan piyan bersembunyi yaitu di dalam
sebuah warung yang pintunya sengaja tidak digembok. “ yok
mending kamu cari tempat persembunyian lain aja disini biar
aku aja,” bisik Piyan kepadaku.

6
Misteri Petak Umpet
Yusuf Nurul Qolbi

Akupun langsung bergegas meninggalkan piyan


dengan hati-hati. Ketika hendak keluar aku melihat posisi Nizar,
ia masih berada disekitar tempat persembunyianku. Setelah
beberapa detik Nizar menjauh dan kurasa inilah waktu yang
tepat untuk kabur.

Supaya langkah kakiku tidak terdengar akupun berjalan


dengan tenang dan tak terburu-buru.

Secara tiba-tiba Nizar menengokkan kepalanya dan


membalikkan badannya kearahku “Nahh lohhhh hahahaha
mau ngapain kamu yok kamu ketahuan” tutur Nizar sambil
tertawa terbahak-bahak melihatku tak bisa berkutik. Akupun
hanya bisa ikut tertawa sambil menahan rasa penyesalan.

“ih kok bau pesing banget sih put?” tanya Eni kepada
Putri.

“yaelah En En namanya juga wc pasti bau pesing


lah tapi kamu kalau ngomong jangan keras-keras nanti kita
ketahuan,” jawab putri sambil berbisik.

Pada saat itu juga ternyata Nizar sudah berada di


samping Wc dengan di bukanya pintu dan “ dor dor dor yeiiii
apa kabar Eni Putri kalian ngapain? disini hahaha, “ tanya Nizar
dengan sedikit nada ejekan.

“yahh kan En lagian kamu sih pake ribut segala kan


jadinya ketahuan,” kata Putri dengan nada sedikit kesal.

“aduh maaf ya put soalnya aku gk tahan dengan


baunya, “ balas Eni dengan nada penyesalan.

7
Misteri Petak Umpet
Yusuf Nurul Qolbi

“ealahh ya udah sih namanya juga permainan,” ujar


Nizar.

Mereka bertiga pun meninggalkan Wc dan Putri masih


dengan wajah kesalnya. Kami berkumpul di tempat awal
Nizar berjaga. Sekarang hanya kurang satu orang yang belum
ketahuan yaitu Piyan

“waduh si piyan kemana ya kok aku cari dari tadi gk


ketemu? “ tanya Nizar sambil menggaruk-garuk kepalanya.
Kami semua hanya bisa menggelengkan kepala.

Hari mulai gelap matahari perlahan-lahan tenggelam


Piyan yang tak kunjung ditemukan dan Nizar masih berusaha
mencari.

“ssttt Put sebenarnya aku tau dimana Piyan,” kataku


pada Putri dengan nada berbisik.

“ah masak sih yok emang dia dimana?” balas putri


sambil berbisik pula.

“nanti aja aku kasih tau put,” kataku.

Setelah capek mencari “ yan piyan kamu keluar aja aku


usah nyerah,” teriak Nizar.

Namun tidak ada jawaban dari Piyan. “ya usah kami


pulang duluan ya,” sambung Eni. Hari semakin gelap kami
memutus untuk pulang kerumah masing-masing kecuali aku
dan Putri.

8
Misteri Petak Umpet
Yusuf Nurul Qolbi

“yok gimana nih, kita temuin Piyan yuk,” gumam putri.

Aku pun mengajak Putri ketempat persembunyian


awalku bersama Piyan yaitu didalam sebuah warung. Ketika
sampai di lokasi betapa kagetnya aku saat melihat sudah
tidak ada orang ditempat tersebut “hah kok Piyan gk ada
sih,” tuturku terheran-heran. Dalam hatiku berkata (semoga
saja Piyan sudah balik ke rumah). Putri sedikit bingung apa
yang sebenarnya terjadi “loh dia kok gk ada,” ujar putri. Tak
kuhiraukan apa yang putri katakan lalu kuajak dia pulang
karena langit hampir gelap.

Setelah beberapa waktu, sekitar pukul 8 malam tiba-


tiba terdengar suara teriakan wanita yang begitu keras
memanggil nama Piyan. Suara itu membuat sebagian warga
langsung keluar rumah. Saat dilihat ternyata itu orang tua
Piyan yaitu ibu Elma. Ia sibuk mencari dimana keberadaan
anaknya

Warga pun berkumpul di pos ronda bersama ibu


Elma. Kami yang tadi sore ikut main bersama Piyan diajak
berbincang” temen kalaian mana? “, tanya salah seorang
warga.

“tadi sebenarnya kami main petak umpet pak kami


semua ketahuan kecuali si Piyan,” jelas Fandi.

“terus karena langitnya mulai gelap aku juga teriak


manggil Piyan tapi dia gak jawab pak,” sambung Nizar.

“jadinya kami langsung pulang aja deh,” tutur Eko.

9
Misteri Petak Umpet
Yusuf Nurul Qolbi

Dengan sedikit gugup “pak sebenarnya tadi aku


bersembunyi sama Piyan tapi ditengah-tengah waktu aku
pindah tempat sembunyi lalu setelah permainan selesai aku
sama Putri menuju tempat persembunyian tadi eh, Si piyan
sudah tidak disitu, “ ungkapku.

“Ya sudah kalau begitu Mari kita cari sama-sama


jangan lupa bawa senter masing-masing,” ujar Pak Rt

Nampak terlihat wajah Ibu Elma yang begitu cemas


dengan keadaan anaknya. Warga kemudian bergegas
mengambil senter dan mencari Piyan.

Waktu demi waktu berlalu hingga menunjukkan pukul


12 malam Piyan tak kunjung diketemukan. Pak RT segera
mengumpulkan warga kembali “oke bapak-bapak dan ibu-
ibu karena sudah larut malam kita lanjutkan pencarian besok,”
kata Pak RT.

“terus anak saya gimana pak?” celetuk ibu Elma


dengan raut muka begitu cemas.

“mohon maaf bu kita lanjutkan besok saja dengan


bantuan aparat kepolisian,” sambung Pak RT. Kemudian semua
orang bergegas kerumah masing-masing dan beristirahat
untuk persiapan pencarian besok pagi. Keesokan harinya
sekitar pukul 7 pagi ketika pak RT sedang mengumpulkan
warga tiba-tiba terdengar suara teriakan yang bersumber dari
rumah ibu Elma. Sontak saja semua orang langsung menuju
rumah itu.

10
Misteri Petak Umpet
Yusuf Nurul Qolbi

“Assalamualaikum buu Elma bu Elma,” salam Pak RT


penuh penasaran.

Dengan wajah gembira Ibu Elma keluar rumah


menyalami pak RT.

“alhamdulillah pak RT si Piyan sudah kembali,” tutur Bu


Elma

“loh kok bisa?” Pak RT heran.

Piyan pun dipanggil oleh ibunya untuk keluar rumah.


Setelah keluar Piyan menyalami pak RT.

“ini ada apa ya pak kok rame-rame?” tanya piyan


dengan polosnya.

“loh kami ini sedang mengkhawatirkan kamu dari


kemarin Kami mencarimu kemana-tapi kamu gk ada,
semalaman kemana aja nak?” tanya pak RT.

Dengan polosnya Piyan pun menjelaskan bahwa ketika


kemarin bermain petak umpet dia sangat lapar sekali. Saat itu
dia tidak sengaja menemukan ada sebungkus nasi di tempat ia
bersembunyi, ia pun memakannya kemudian karena merasa
sangat kenyang ia pun mengantuk dan mencari tempat tidur
di dalam ruko tempat pamannya berjualan. Karena kebetulan
pintu ruko tak terkunci ia masuk dan mengunci Pintu dari dalam
agar tidak ketahuan hingga tak sadar telah tertidur sampai
pagi tiba. Setelah bangun dari tidur perutnya terasa mules
tanpa pikir panjang ia langsung lari kerumahnya melalui pintu
belakang dan masuk ke toilet.

11
Misteri Petak Umpet
Yusuf Nurul Qolbi

Kemudian setelah selesai ia keluar dan berpapasan


dengan ibunya seketika itu juga ibunya teriak kencang.

“ohhhhhh jadi gitu ceritanya,” ucap warga secara


bersamaan.

“ya sudah kalau gitu kami pamit dulu ya Bu Elma, lain


kali kalau main ingat waktu Yan kalau menjelang malam itu
sebaiknya pulang dulu biar ibumu tak khawatir lagi.” ujar pak
RT sambil mengelus-elus kepala Piyan.

Piyan pun hanya mengangguk dan belum


terlalu memahami apa yang sebenarnya menjadi inti
permasalahannya.

12
Sepatu Kodok
Mustika Wati

Sepatu Kodok

pic by dictiocomunity.com
Oleh Mustika Wati

Pagi ini aku berangkat bersama Emak,

ke sekolah pertamaku Raudhatul Athfal Dewi Sartika.

Pagi ini bangunku lebih awal, seperti jam bangunya Emak.

Menemaninya merebus air dan ketela.

Aku sudah mandi bersama Emak, mengenakan baju


jumpsuit celana bergambar kodok hijau, sepatu hitam, kaus
kaki putih, dan saatnya makan ketela rebus, nasi dan tempe
sisa semalam. Tidak ikan dan sayur, masak di tungku memang
lama, aku bosan kalau menunggu emak masak.

Aku memikirkan nanti, saat di sekolah sambil


mengunyah. Emak tak terima aku terlalu lama mengunyah,
lama. Emak membuyarkan pikiranku. “Jangan makan terlalu
lama, segera kunyah. Tidak elok.”

13
Sepatu Kodok
Mustika Wati

Emak selalu kasih aturan baru.

Dan aku susah saat membayangkan dan menelan


makanan, ingin cepat berangkat, dan cepat sampai sekolah.

Ketela rebus, nasi dan tempe, habis masuk perut.


Segera minum air putih, tak lupa ASI Emak. Sebentar saja
nggelendot di pangku Emak.

Oiya, sebulan lalu aku di sapih. Aku tak mau lagi ke Mbah
Husain, aku kira disapih ASI Emak tambah enak. Iya, disana aku
minum air kelapa muda rasa asin, di beri doa. Sampai rumah
rasa ASI Emak tidak enak. Pahit.

“Ipah, yang enak tidak selalu baik, kadang ada jadi


pahit,” kata Emak.

Tapi aku tetap suka pahit, karena ASI Emak lama-lama


jadi manis dan enak. Sekarang masih minum ASI Emak, dan
tidak mau di sapih.

Langkah Emak terneti sejenak, di tikungan depan


rumah. Rambut, baju, sepatu, botol minum plastik, “Sudah
cantik, rapi, sudah wangi, mari berangkat!,” aku berpegang
tangan dengan Emak menuju sekolah. Hari ini Emak pakai
Rok merah gelap, sedengkul dan baju bunga sakura putih
merah muda dengan pita di dada. Pitanya besar. Sandal jepit
keukaannya. Cantik.

“Emak, kenapa jalan pelan?”

14
Sepatu Kodok
Mustika Wati

“Supaya kamu ingat jalan pulang.” Kat Emak.

Padahal aku masih ingat. Tinggal keluar rumah, belok,


luruuusss dijalan aspal kan? SAMPAI di sekolah!. Tidak banyak
motor, mobil, banyak yang jalan kaki. Emak tak perlu kawatir.

Ini hati pertama minggu ke duaku masuk sekolah.


Rasanya beda saat Emak tidak lagi duduk di sampingku. Aku
memutuskan, bahwa ini hari pertamaku.

Sekarang kami berani bermain, ada yang berlari-lari,


bermain ayunan, jungkat jungkit, gelas putar, juga prosotan.
Bel berbunyi keras sekali “Teenggg.. teeenngg..teng..” berkali-
kali, ini waktunya menyudahi permainan kami.

Emak sudah pulang, aku tidak melihatnya lagi. Aku


duduk dengan Puka, semua juga duduk berpasang-pasang
tanpa Emak mereka. Ibu guru I’in memanggil kami satu persatu
sampai genap 62 anak. Oh iya, aku sudah berkenalan dengan
Puka, dia suka tertawa menunjukan gigi depanya yang hilang,
dan ingus yang di tarik saat ambil nafas. Dia lebih suka melihat
jepit rambut bergambar tikus dikartun, dia pegang dan senyum
lebar.

Rambutku tidak bisa di tali, kata Emak biar mudah


disisir harus pendek. Kata kakak aku mirip Jaiko adiknya
Giant dalam film Doraemon. Aku kesal! Kesal sekali! Saat
kakak memanggilku Jaiko, aku lebih cantik dari Jaiko, aku
pastikan itu setelah bertanya kepada nenek. Ah, aku tidak mau
mengingatnya.

15
Sepatu Kodok
Mustika Wati

Kelas dimulai dengan menyebutkan bersama-sama


warna kertas di papan tulis. Dan aku merasa, Puka sakit. Dia
tidak tertawa, dan menendang-nendang meja dengan kaki
kirinya. Aku tidak nyaman dengan Puka hari ini, aku berencana
melaporkan kepada Ibu I’in saat istirahat nanti.

Kami menghabiskan waktu istirahat dengan jajan dan


bermain. Sebelumnya aku sudah izin untuk pindah bangku.
Usai istirahat, aku duduk bersama Eyis. Ibu I’in menuju Puka,
dan duduk diampingnya.

“Ipah, kenapa tidak duduk dengan Puka?” ia berkata pelan.

“Puka menendang-nendang meja, dan menunduk terus. Tidak


mau bicara dengan Ipah”. Aku mengatakan yang sebenarnya.

“Puka, apakah itu benar?. Apakah Puka sakit?”

Puka menggeleng lalu mengangguk dan


menghentakkan kakinya menendang meja, berulang-ulang.
Aku tidak tahu apa yang terjadi, Ibu I’in akhirnya memerika
kaki dan sepatu Puka. Jam belajar tak kunjung dimulai, kami
berhamburan didalam kelas. Suara Ibu I’in semakin tidak jelas,
semua bermain sesuka hati, mencoret papan tulis, berlari-lari,
bermain buah plastik, naik mejad dan kursi, dan lainya.

Ibu I’in menjerit “Astagfirullah... Sepatu, kodok, Puka...”


dan kelas kembali hening.

Katak meloncat dari panguang Ibu I’in, menuju ke meja


ku. Turun di bawah kursi Eyis, meloncat di bekas air pipisnya
Eyis. Meloncat di depan Yosi yang sedang mencabut bulu

16
Sepatu Kodok
Mustika Wati

kemonceng, menuju Tini dan Tinuk saling tarik lap kaki. menuju
pintu, ke teras, dan masuk dalam got.

Aku panik. Semua panik menyebut sepatu kodok Puka.

*Sapih adalah berarti pisah atau memisahkan. Maksudnya,


seorang ibu harus menghentikan sang anak untuk minum ASI
(air susu ibu) karena si anak sudah tidak memerlukannya lagi.

*kodok adalah nama lain dari katak (dalam bahawa Jawa).

17
Anak dan Segala Kemirisannya
Sayyida Mahmudatunnisa

Anak dan Segala Kemirisannya

pic by orami.co.id
Oleh Sayyida Mahmudatunnisa

Massa-massa saat kecil memang massa yang sangat


menyenangkan. Kenapa tidak, dimanapun berada, apapun
kesalahannya pasti tidak dianggap salah dan tidak terkena
marah, semua tingkah lakunya membuat orang-orang yang
berada disekitarnya menjadi tertawa bahagia dengan semua
tingkahnya yang bisa dibilang lucu atau menggemaskan.

Siapa yang tidak gemas melihat seorang anak kecil


yang pandai bernyanyi sambil berlari-lari, mewarnai dan
gambar mesikipun kadang suka keterlaluan, dan bahkan juga
mencoba pura-pura menangis hanya agar mendapatkan
perhatian lebih dari orang lain. Siapa yang tidak gemas
dengan segala tingkah lakunya yang sangat menggemaskan.
Kecuali, kamu sudah sedikit kehilangan kejiawaanya, saat
melihat segala tingkah seorang anak kecil menjadi tidak lucu.

Namun, berbeda saat mulai beranjak semakin remaja


sampai dengan dewasa. Fase dimana segala tingkah laku yang

18
Anak dan Segala Kemirisannya
Sayyida Mahmudatunnisa

menggemaskan memudar seiring dengan danak semakin


pandai bercakap dalam berbicara alias pandai ngebantah.
Waktu yang dulunya ianggap lucu menggemaskan hilang.
Dan, datanglah massa dimana segala tuntutan, perbandingan,
dan semua tindakan sudah tidak lagi dianggap lucu dan
menggemaskan, kecuali kamu menjadi seorang pelawak.

Kasih sayang yang dulu sering didapatkan, mulai


berkurang bahkan hilang seketika seakan-akan ditelan bumi.
Kecuali kasih sayang didapatkan dari pasanganmu atau
pacaramu, itu pun kalau punya. Setidaknya masih ada teman
dan sahabat yang banyak mengelilingi kita, itu juga kalau kita
pandai dalam bergaul atau bersosial dengan teman sejawat
dan lingkungan sekitar.

Bebicara tentang anak kecil, berarti kita perlu


merefleksikan diri, artinya: berfikir secara mendalam, tentang
apa yang harus dilakukan ketika mengahadapi anak kecil.
Anak kecil adalah sebuah pikiran, emosi, dan tubuh yang
sangat tepat untuk mengajari sebuah perasaan tanggung
jawab, moral, tidak berlebih-lebihan, serta mempunyai rasa
kemanusiaan. Pembelajaran tersebut akan secara perlahan
mendorong akan menjadi pribadi yang disiplin, mandiri,
dan cukup tahu kelak apa yang harus dilakukan dalam
memanfaatkan atau menggunakan suatu barang, yang
memang dibutuhkan dan mengabaikan sesuatu yang tidak
dibutuhkan dan tidak penting.

Anak kecil yang sering kita padang sebagai bocah


kecil yang menggemaskan dan belum tahu apa-apa tentang

19
Anak dan Segala Kemirisannya
Sayyida Mahmudatunnisa

kehidupan. Namun, sejatinya seoarang anak kecil sudah


memiliki daya berfikir yang aktif dalam keingin tahuan, rumit
dengan segala permintaan, dan juga bijak dalam bersosial
atau dalam memilih sesuatu. Berbeda halnya dengan kondisi
yang kita temui sekarang di tengah masyarakat, terlalu banyak
orang tua sekarang yang kurang perhatian terhadap psikis
perkembangan anak dan memilih memanjakan anak, karena
adanya gengsi terhadap tetangga atau teman lainnya. Maka
dampak kepada anak ketika sudah mulai remaja hingga
dewasa, ketika sudah mulai dibiasakan dengan hal-hal yang
mewah, dan menghambur-hamburkan uang untuk hal yang
memang tidak terlalu dibutuhkan anak yang usia masih
tergolong anak kecil itu sangat tidak normal. Pengeluaran yang
terkadang untuk memenuhi kebutuhan anak kecil (gengsi
orang tua), lebih banyak dan besar jika dibandingkan dengan
kita yang saat ini sedang duduk di bangku kuliah.

Miris ketika melihat anak kecil hanya menjadi alat


atas gengsi orang tua terutama yang tidak mau kalah
dengan sebelah rumah. Sejak mulai dini mereka mulai di jejali
dengan barang-barang mahal hanya untuk dipamerkan
dan dibanding-bandingkan dengan kawan sebaya mereka
di sekolah dan teman-teman bermain di lingkungan rumah,
yang nantinya akan timbul rasa cemburu sosial. Kecemburuan
sosial adalah efek yang telah diciptakan oleh orang tau karena
menuruti gengsi, yaitu tradisi yang telah diciptakan orang tua
terhadap anak yang keterlaluan. Kemudian akan membentuk
pola pikir anak untuk bersikap menilai antara satu dengan
lainnya.

20
Anak dan Segala Kemirisannya
Sayyida Mahmudatunnisa

Menjadi seorang anak kecil di massa sekarang sangat


sulit, mahal, dan miris melihatnya. Kenapa tidak, berbagai
macam tuntutan dari guru ketika di sekolah, mereka harus
memenuhi tugas dan perintah ini itu dari guru. Pulang ke
rumah ada saja tuntutan yang harus dipenuhi, dan mau tidak
mau harus dituruti les privat semua pelajaran, dll. Apalagi,
ketika mendengar anak tetangga mendapatkan nilai bagus di
sekolah atau hal apa yang berbeda dari anak tengga, pasti
dibanding-bandingkan dan diharuskan sama dengan anak
tetangga bahkan harus melebihi dari sebelah rumah, memang
kita robot harus memenuhi semua keinginan mereka. Tanpa
mau sekedar bertanya apa keingin dan yang di sukai oleh si
anak.

Pada akhirnya, semua anak kecil sudah dibelikan


smartphone oleh orang tua mereka. Tidak hanya smartphone
yang biasa, melainkan smartphone yang harganya selangit
dan keluaran terbaru, yang di dalam smartphone tersebut
terdapat berbgai fitur aplikasi dan terutama game. Katanya
mengikuti si trend. Jika, mulai sejak kecil anak sudah dijejali
dengan hal-hal ynag mewah tidak bisa dipungkiri, nantinya
ketika beranjak dewasa itu akan selalu menemani dan menjadi
kebiasaan anak.

Mengutip dari koran Tribun Jateng yang saya baca


beberapa hari yang lalu. Pemerintah Negeri Tirai Bambu
(China), telah memberlakukan serangkaian aturan untuk
memerangi masalah kecanduan video game di kalangan anak
muda. Semua orang yang belum berumur 18 tahun dilarang
main game lebih dari 90 menit di per hari, antara pukul 08:00

21
Anak dan Segala Kemirisannya
Sayyida Mahmudatunnisa

pagi hingga pukul 22:00 malam, di hari kerja (weekday). Buat


akhir pekan, batasannya menjadi 180 menit alias 3 jam. Bukan
hanya soal waktu, jumlah uang yang diberlakukan untuk
transaksi di dalam game. Misalnya membeli item virtual juga
ditentukan maksimal hanya senilai Rp 392.000 hingga Rp
800.000 per bulan, tergantung umur si gamer. Nantinya, untuk
mengimplementasikan seraingkaian batasan di atas semua
gamer di bawah umur di China mesti login ke game online
dengan nama asli dan nomor identitas.

Melihat aturan yang di keluarkan oleh pemerintahan


di atas, seharunya Indonesia juga bisa. Para gamer mulai
dari anak kecil hingga dewasa begitu maraknya di Indonesia,
terutama anak kecil disetiap sudut tempat, mereka berkumpul
dan bermain game bareng alias (mabar) dengan teman-
teman seusianya. Bukan hanya tugas orang tau, namun
negara juga harus ikut andil dalam mendidik anak-anak
kecil untuk membentuk karakter mereka nantinya. Karena,
jika sudah mulai kecanduan game online maka susah untuk
menghilangkannya. Dampaknya adalah mereka akan lebih
perhatian terhadap sebatang HP yang ada game onlinenya
dari pada lingkungan yang ada disekitarnya, dan juga akan
berdampak pada akademik mereka.

Awal 2018 lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)


memasukkan kecanduan bermain game ke dalam draft
“kamus penyakit” yang mengkategorikan sebagai penyakit
mental. Kini draft tersebut telah disahkan dan kecanduan
bermain game resmi menjadi salah satu masalah kesehatan
di dunia. WHO memasukkan kecanduan game sebagai salah

22
Anak dan Segala Kemirisannya
Sayyida Mahmudatunnisa

satu kategori penyakit paling umum yang terjadi di dunia.


WHO menyebut kecanduan bermain game sebagai “gaming
disorder” yang memperlihatkan perilaku menyimpang dari
para penderitanya. Gaming disorder oleh WHO digambarkan
sebagai perilaku bermain game dengan gigih dan berulang,
sehingga menyampingkan kepentingan hidup lainnya.
Gangguan permainan ini juga didefinisikan sebagai perilaku
yang tidak terkontrol, dimana seorang pemain tidak dapat
berhenti bermain game meskipun itu berdampak negatif
terhadap kehidupan dan kesehatan mereka. (kompas.com)

Apa yang telah jelaskan oleh WHO di atas telah terjadi


di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara yang
mengkonsumsi game online terbesar dari 25 negara, dan
Indonesia merupakan negara urutan ke-17, pemain gamer
terbesar di dunia, mengutip dari (idntimes.com). Kemudian,
Gim PlayerUnknown’s Battlegrounds (PUBG) mencatat pada
100 juta pemain aktif bulanan secara global hingga saat ini.
Dari jumlah tersebut, Indonesia tercatat sebagai negara
peringkat kedua di dunia yang memliki pemain aktif bulanan.
(katadata.ac.id)

Bagaimana tidak miris melihat semua di atas. Dulu


waktu kecilku belum pernah mengenal adanya smartphone
dan game online. Masih bermain dengan kawan sampain
adzan maghrib menjadi peluit panjang tanda berakhirnya
suatu permainan. Setelah itu pulang mandi dengan badah
penuh dengan keringat dipaksa bapak untuk pergi mengaji
ke musholla terdekat dan berjumpa kembali dengan kawan
bermain.

23
Anak dan Segala Kemirisannya
Sayyida Mahmudatunnisa

Mengutip apa yang dikatakan oleh Yuval Noah Harari


dalam bukunya, yang dikutip dari Jeremy Bentham, bahwa
kebahagiaan adalah alam yang melingkupi manusia dengan
kekuasaan dua tuan, yaitu: kesenangan dan rasa sakit. Anak
kecil dunianya adalah dunia kesenangan bukan sebaliknya
harus dituntu ini itu. Makna dari sebuah kesenangan yaitu
diberikan bekal pembelajaran yang tidak jauh dari perasaan
tanggung jawab, moral, tidak berlebih-lebihan, serta
mempunyai rasa kemanusiaan. Pembelajaran tersebut akan
secara perlahan mendorong akan menjadi pribadi yang
disiplin, dan mandiri pada anak.

24
Kasih Sayang Orang Tua Melalui Sastra
Arifan

Kasih Sayang Orang Tua Melalui


Sastra

pic by hipwee.com
Oleh : Arifan

Banyak orang yang begitu beruntung telah dikenalkan


dengan dunia sastra sejak masa kecilnya dengan didongnengi
atau diberikan cerita-cerita ketika mau tidur. Cerita-cerita
demikian ini biasanya menyesuaikan dengan siapa yang diberi
cerita, yaitu anak-anak. Tidak semua orang mendapatkan
cerita pengantar tidur, tapi apakah itu berarti mereka tidak
diperkenalkan dengan sastra oleh kedua orang tuanya?

Kebanyakan orang memang mendefinisikan bahwa


sastra itu ya suatu karya fiksi yang dituliskan baik dengan
cerita dan juga puisi-puisi. Agaknya kita perlu mengingat
bahwa pendahulu kita juga mengenalkan sastra lewat lagu-
lagu atau tembang-tembang, seperti lagu-lagu daerah serta
macapat dan tembang dolanan dalam kebudayaan jawa.

Masa kecilku, meskipun aku tidak pernah diceritai

25
Kasih Sayang Orang Tua Melalui Sastra
Arifan

dongen-dongen atau cerita pengantar tidur ibuku terkadang


suka mendendangkan lagu-lagu seperti Nina Bobok yang
lirik Ninanya suka ia ganti, “Ipan bobok ooh Ipan bobok, kalau
tidak bobok digigit bapak.” Atau menyanyikan lagu-lagu
jawa seperti, “Tak lelo lelo lelo le dung, cup menengo anakku
cah bagus,” sambil menimang-nimang saya yang tak henti-
hentinya menangis. Terkadang juga sebagai pengantar
tidurku ibu melantunkan salawat-salawat pendek sambil
mengelus-elus dahiku. Dan ada permintaanku sendiri yang
bagiku sekarang cukup unik adalah, ketika hendak tidur aku
selalu minta digelitiki telapak kakiku, saat itu ketika ibu bertanya
kenapa? Aku jawab, “biar cepat tidur.” Entah apa motivasiku
hingga sedemikian itu ketika hendak tidur.

Kau pastinya selalu rindu akan keusilan-keusilanmu


di masa kecil dulu, di mana kau selalu ingin tahu sesuatu
yang baru hingga melakukan sesuatu yang membuat orang
tuamu khawatir. Dan saat itu juga biasanya orang tuamu
melarangmu dan dilanjutkan dengan alasan-alasan yang
tidak masuk akal bagimu saat ini namun kau percayai saat
masih anak-anak. Menurut saya, hal ini hampir selaras dengan
gugon tuhon. Kata gugon dari kata gugu + an, artinya mudah
sekali percaya pada perkataan orang lain atau dedongengan
‘cerita dongeng’. Kata tuhon dari kata tuhu + an, artinya
nyata; setia; sifat yang mudah percaya atau percaya kepada
ucapan (dongeng) orang lain (Poerwadarminta, 1939: 611).
1
Mudahnya, gugon tuhon bisa disebut kepercayaan kepada
sesuatu yang irasional namun ada alasan rasional yang
https://heroshela.wordpress.com/2011/01/08/gugon-tuhon/
1

26
Kasih Sayang Orang Tua Melalui Sastra
Arifan
melatarbelakanginya. Ada tiga jenis gugon tuhon, yaitu gugon
tuhon salugu yang hampir mirip dongeng kuno, gugon tuhon
kang isi pitutur sinandi atau gugon tuhon yang berisi nasihat
tersembunyi dan ajaran baik, lalu gugon tuhon kan kalebu
pepali utawa wewaler atau gugon tuhon yang berkaitan
yang berkaitan dengan larangan (yang terakhir ini menurutku
hampir sama dengan pantangan).

Nah, menurutku, gugon tuhon kang isi pitutur sinandi


inilah yang sering digunakan para orang tua di jawa untuk
menasihati anak-anaknya demi menjaga kesopanan dan
mengendalikan moral. Akuberi contoh ketika ibuku melihat
akumakan sambil berdiri, ia selalu bilang, “Nek mangan aja
ngadhek, ora ilok.”kata “ora ilok” di sini bisa kita artikan tidak
baik atau tidak elok. Dalam tradisi islam di jawa “ora ilok” itu
mengandung makna berdosa juga. Meskipun ini terlihat tidak
rasional namun mengandung makna rasional juga, yaitu
tidak sopan ketika kita makan sambil berdiri dan ditakutkan
makanan itu akan jatuh dan tumpah. Ada lagi contoh ketika
akumakan tidak dihabiskan, ibu berkata, “Nek mangan
dientekke, mundhak pitikmu mati.” Kata-kata ini menurutku
samasekali tidak masuk akal, apa hubungannya aku yang
makan tidak dihabiskan kok ayamku yang mati? Tapi saat
aku kecil keberuntungan masih berpihak pada orang tuaku.
Saat itu memang keluarga kami memelihara ayam dan
aku mempercayainya, hingga akhirnya mau tidak mau
aku menghabiskan makanan itu. Padahal sebenarnya itu
mengandung makna tersembunyi, yaitu ketika orang makan
tidak dihabiskan itu mubazir dan mubazir itu tidak baik. Hal

27
Kasih Sayang Orang Tua Melalui Sastra
Arifan

demikian jika diterapkan di masyarakat jawa menurut saya


memang cocok, di mana masyarakat jawa pada umumnya
masih percaya dengan hal-hal yang mistis dan irasional.
Namun ketidak masuk akalan itu bukan irasional kosong
semata, selalu saja ada makna-makna yang tersembunyi
yang mengajarkan nilai etika dan moral.

Begitulah kiranya aku diperkenalkan dengan sastra oleh


orang tuaku. Tidak dengan kata-kata puitis nan romantis,
melainkan dengan lagu-lagu dan pitutur mistis yang ternyata
logis.

Pertanyaannya, masihkah orang tua-orang tua


jaman sekarang, dengan segala kesibukan dan dengan
dimudahkannya sarana hiburan anak melalui kemajuan
teknologi masih bisa menerapkan tembang-tembang, gugon
tuhon, dan lain-lain tadi sebagai pengenalan sastra pada
anak-anak mereka? Jawabannya adalah aku tidak tahu
karena aku sendiri belum menjadi orang tua.

Baiklah, kita agak serius sedikit. Di zaman yang serba


canggih ini, teknologi seolah-olah menjadi solusi dari segala
permasalahan. Terutama para orang tua yang pemalas,
dalam menghadapi anaknya mereka seringkali menggunakan
teknologi-teknologi canggih (entah smartphone, maupun
barang-barang canggih lainnya). Yang pernah saya lihat
adalah ketika ada seorang anak menangis karena ingin
meminta sesuatu atau karena minta perhatian orang
tuanya yang sedang sibuk. Saat itu orang tuanya langsung
memberikan smartphonenya dan lalu membukakan youtube

28
Kasih Sayang Orang Tua Melalui Sastra
Arifan
untuk anaknya melihat hiburan-hiburan yang ada di sana.
Beruntungnya, anak itu seketika berhenti menangis dan
malah tertawa-tawa karena kelucuan video yang ia tonton.
Si ibu melanjutkan kesibukannya dan membiarkan anaknya
yang masih kecil bermain-main sendiri dengan smartphone.
Jika hal demikian terjadi secara terus-menerus, maka akan
menimbulkan kecanduan dan ketergantungan pada anak.
Dan akan sangat-sangat disayangkan jika seorang anak
kecanduan dengan hiburan teknologi, bukan kecanduan
hiburan dan kasih sayang orang tuanya.

Kita tidak perlu menyesalkan perkembangan teknologi


yang hari demi hari, menit demi menit, bahkan detik demi detik
berkembang dan mengalami kemajuan ini. Yang kita perlukan
adalah menghadapi dan memanfaatkannya sebaik-baik
mungkin. Lalu bagaimana kriteria baik itu sendiri? Saya juga
tidak tahu tentang hal ini. Namun setahu saya, setiap orang
pasti mempunyai kriteria baik masing-masing, seperti tidak
menimbulkan kerugian bagi dirinya maupun orang lain.

Adanya teknologi yang canggih ini juga bukan berarti


harus menghilangkan tradisi-tradisi lama. Terutama dalam
mengedukasi anak-anak. Lagu tak lelo lelo, nina bobok, dan
gugon tuhon-gugon tuhon tidak boleh hilang hanya karena
sudah ada media yang lebih praktis dalam menangani
ulah anak-anak. Orang-orang yang kreatif tentunya perlu
memanfaatkan teknologi-teknologi canggih itu untuk tetap
mempertahankan budaya dan tradisi tersebut jika memang
penggunaan alat-alat canggih tidak bisa dihindarkan, seperti
membuat akun-akun yang masih mempertahankan nilai

29
Kasih Sayang Orang Tua Melalui Sastra
Arifan

budaya tetapi tetap dibuat semenarik mungkin dan bisa


disukai anak-anak. Namun secanggih apapun teknologi,
pengenalan sastra dan nilai-nilai budaya kepada anak-anak
yang paling baik adalah dari orang tuanya sendiri. Logikanya,
orang tua punya rasa cinta dan kasih sayang, sedangkan
teknologi tidak samasekali.

30
Ke Pasar
Arifan

Ke Pasar
Oleh Arifan

Saat itu aku ikut Ibu pergi ke pasar

Jalannya becek sekali

Sandal dan kakiku jadi kotor gara-gara itu

Uuwwooog, baunya juga nggak enak

Sesak

Berisik

Aku mengikuti ibu jalan-jalan dari pedagang satu ke pedagang


yang lain

Capek

Kakiku sakit

Pingin nangis, tapi aku malu karena banyak orang

Kasihan Ibu juga

Ibu ke pedagang sayuran

31
Ke Pasar
Arifan

Mau beli bayam buat masak di rumah

“Satunya berapa?” kata ibu

“Satu ikat tiga ribu.” Jawab pedagang

“Tiga ribu kemahalan, dua ribu ya?”

“Belum bisa, Bu.”

“Dua ribu lima ratus?”

“Tidak bisa, Bu. Begini saja, sepuluh ribu empat.”

“Wah, kebanyakan. Lima ribu dua ya, Mak?”

“Naikkan, Bu.”

“Ya sudah, lima ribu lima ratus dua.”

“Oke, boleh.”

Bayam dibungkus plastik

“Nggak usah pakai plastik, Bu, saya sudah bawa tas belanja.”
Kata ibu. Lalu ambil uang, bayar, dan memasukkan bayam ke
tas

Ibu bilang terimakasih

Pedagang bilang sama-sama

Mereka berdua saling senyum

32
Ke Pasar
Arifan

Ibu pergi

Aku ikuti dia

Kau tahu? aku masih bingung dan heran dengan tingkah Ibu
dan Mak pedagang

Wonosobo, 2019.

33
Berkawan dengan Anak-anak Melalui Sastra
Riska Nurfadila

Berkawan dengan Anak-anak Melalui


Sastra

pic by freepik.com
Oleh: Riska Nurfadila

Sastra anak menjadi terlupakan, ketika orang-


orang menganggap gadget adalah pendidikan paling
menyenangkan. Kertas menjadi terlupakan, bahkan sama
sekali tak dikenal oleh anak-anak. Untuk menyentuhnya saja
malas sampai terkantuk-kantuk, apalagi untuk membacanya.
Namun berbeda dengan Reda Gaudiamo, wanita kelahiran
Surabaya ini justru menulis sastra anak yang menyenankan
untuk dibaca bahkan oleh orang dewasa sekalipun. walaupun
ia merasa terlambat untuk menulis sastra anak yaitu ketika
dirinya menginjak usia lebih dari 40 tahun. Namun hal yang
paling utama dalam tulisannya adalah agar anak-anak
merasakan mempunyai teman ketika membacanya.

Kebanyakan orang menganggap bahwa menulis


sastra anak, adalah hal yang mudah. Tapi bagi Reda sendiri,
menulis sastra anak adalah hal yang susahnya bukan
main. Karena banyak yang harus dipertimbangkan ketika

34
Berkawan dengan Anak-anak Melalui Sastra
Riska Nurfadila

menulisnya, dari segi pemilihan tokoh, membuat dialognya,


konflik yang ada didalamnya, hingga menulis jalan ceritanya.
Semuanya harus penuh pemikiran dan harus sangat hati-hati.
Berbeda dengan ketika menulis cerpen untuk Ibu-ibu atau
ketika mengirim cerita ke Koran. Ia tak perlu terbebani dengan
kandungan dan pesan moralnya atau yang membuat anak-
anak terinsiprasi ketika membacanya.

Rekan duet Almarhum Ali Malibu ini, menekankan


bahwa sastra anak dapat dinikmati dan disukai oleh anak-
anak bahkan dewasa sekalipun. namun, sastra dewasa tidak
dapat dinikmati oleh anak-anak. Dalam sastra anak,anak-
anak mengalami masalah dan ia menyelesaikan masalah
itu sendiri, bukan dibantu oleh orang dewasa. ada perubahan
berupa semangat dan motivasi yang terasa dalam diri anak
tersebut. Selain itu, ada sesuatu yang ia capai serta ia atasi.
Seperti dalam cerita Harry Potter ketika ia memiliki masalah,
maka ia atasi. Ia dapat menerima dan melawan sesuatu yang
jahat. Jika dalam cerita Na Willa sendiri, seperti pada judul Bu
Tini, ketika Na Willa yang tak menyukai Bu Tini karena beberapa
alasan, hingga ia berusaha melawannya, dan berlari kabur
untuk pulang.

Reda sendiri tak pernah merasa bahwa dirinya adalah


seorang sastra anak. Namun, banyak orang yang menyebut
dia sebagai seorang sastra anak. Ia hanya berkomentar, “it’s
okey.” Sebab bukunya sendiri yang berjudul “Na Willa” awalnya
tidak berangkat dari buku anak, tetapi buku dewasa yang ia
tujukan untuk Ayah Ibunya. Karena tokoh di dalam bukunya
adalah anak-anak, orang-orang menganggap bahwa buku
tersebut adalah sastra anak. Namun dari kejadian itu, ia

35
Berkawan dengan Anak-anak Melalui Sastra
Riska Nurfadila

merasa memiliki kewajiban untuk belajar lebih mengenai


sastra anak.

Wanita lulusan Universitas Indonesia dengan Jurusan


Sastra Prancis ini, sangat ingat betul bacaan yang paling ia
suka semasa kecil. Ia sangat menyukai Buku Wiro Anak Rimba
Indonesia yang ia temui ketika ia masih duduk dibangku kelas
satu Sekolah Dasar. Bacaan itu bahkan masih melekat jelas
diingatan Reda sendiri sampai sekarang, dan ia berpikir harus
menjadi seperti Wiro.

Kehidupan nyata ketika masa kecilnya yang menarik,


semuanya ia tuangkan dalam tulisan Na Willa. Dari kisah Dul
yang tertabrak Kreta yang membuat kakinya patah hingga
hari-harinya yang dipenuhi bermain bersama Farida. Selalu
ada cerita menggemaskan saat masa kecilnya. Farida yang
selalu datang ke rumahnya ketika ia baru saja pulang dari
Gereja untuk meminta gambar-gambar mainan yang ia
peroleh sepulang dari Gereja. Lantas, Reda yang melakukan
rutinitas mengaji bersama Farida tiap sore. tak hanya itu, Ia
memiliki Al-Quran, lidi, serta tatakannya. Bahkan walaupun
ia tak bisa membacanya, ia sampai hafal ayat-ayat yang
dilafalkan oleh teman-temannya. Atau mengenai lelaki
dewasa yang teramat tampan, yang ia masih ingat sampai
saat ini.

Untuk memilih mana cerita paling menarik di


buku NaWilla, ia sangat kesusahan. Semuanya menarik
dikehidupannya. Untuk Na Willa 2, ia sangat menyukai cerita
dengan judul Jakarta. Yaitu ketika ia mengirim surat untuk Dul,
teman semasa kecilnya.

36
Berkawan dengan Anak-anak Melalui Sastra
Riska Nurfadila

Jika mendengar cita-cita wanita keturunan China ini


semasa kecilnya, kita akan terkekeh sendiri. Awalnya ketika ia
melihat Ibunya membaca majalah dan ia melihat ada sebuah
foto Ratu Elizabeth bersama anak dan suaminya disebuah
taman. Ibunya menjelaskan jika menjadi mereka, semuanya
serba enak dan serba disediakan. Maka dengan polosnya Reda
kecil ia mengatakan bahwa ia berkeinginan menjadi anaknya
Ratu Elizabeth. Sama dengan anak kebanyakan yang suka
berganti cita-cita ketika naik kelas, kemudian ia mengganti
cita-citanya saat ia SMP menjadi Dokter karena ia melihat
Rumah Sakit yang jarang terdapat dokter dan obat-obatan.
Tak selesai pada cita-cita dokter, Reda kemudian mengganti
cita-citanya lagi menjadi Pilot saat duduk di bangku SMA,
ketika melihat di suatu Koran terdapat gambar wanita yang
berprofesi menjadi pilot.

Matematika dan Fisika merupakan pelajaran yang


sangat ia tak suka semasa sekolah. Maka saat ia mendaftar
Perguruan Tinggi, ia mencari jurusan yang tak ada pelajaran
keduanya, yaitu Sastra di Universitas Indonesia. Ibunya tetap
mendukung keinginannya.”I have no problem”. Sebab melihat
pada Ayahnya Reda yang menguasai delapan bahasa Asing
dengan lancar. Sebab itu, membuat Ayahnya mudah sekali
mendapat pekerjaan walau hanya lulusan SMP Belanda.
Sedangkan Ibunya yang lulusan Sarjana Ekonomi, melihat
bahawa bahasa membuka banyak pintu untuk keluarganya.

Tantangan terbesar bagi dirinya adalah melawan


rasa malas. Hanya itu. Namuan ia lakukan semuanya dengan
enjoy, karena banyak dukungan pula di sekelilingnya. Tulisan
pertamanya berupa Cerpen terjemahan karya O. Henry,

37
Berkawan dengan Anak-anak Melalui Sastra
Riska Nurfadila

saat masa kuliah, ketika memerlukan uang untuk tambahan


berangkat beasiswanya ke Eropa. Kemudian berangkat dari
itu, ia sekarang telah memiliki beberapa buku yang telah
diterbitkan, seperti, Bisik-bisik (2004), Pengantin Baru (2010),
Na Willa (2012, 2015), Tentang Kita (2015), Aku, Meps, dan Beps,
(2016), Na Willa dan Rumah dalam Gang (2019). Dalam buku
Na willa yang kedua ini, ia mengungkapkan bahwa proses
yang paling sulit ketika ia susah menyemakan mood yang
sama dengan Na Willa pertama.

Wanita yang berusia 57 tahun ini pernah mendapatkan


juara lomba penulisan Cerita Pendek Majalah Femina (1990),
kemudian pada tahun yang sama Ia juga mendapatkan juara
lomba Penulisan Novel Femina, dan pada tahun berikutnya ia
berhasil mendapatkan juara lomba penulisan Cerita pendek
Majalah Gadis. Selain itu, ia juga terpilih sebagai salah satu
penulis Indonesia yang diundang mengikuti Ubud Writers &
Readers Festival pada tahun 2008 dan 2010.

Ia sempat berganti pekerjaan sebanyak empat belas


kali. Semuanya kebanyak pada bidang kreatif. Pekerjaan
pertamanya pada Redaksi Majalah Gadis, kemudian Copy
Writer perusahaan kosmetik, HAI, Cosmopolitan. Ia juga
pernah bekerja pada Kompas Gramedia menjadi Publisher.
Ia hanya melamar pekerjaan satu kali, dan yang lainnya
mendapatkan tawaran dari orang-orang sekalilingnya. Tak
hanya pekerjaannya saja yang selalu berpindah, bahkan ia
sempat perpindah rumah sebanyak 12 kali.

Ketika membuat tulisan sastra anak, Reda sendiri


menyarankan agar buatlah karakter yang nyata, unik, dan

38
Berkawan dengan Anak-anak Melalui Sastra
Riska Nurfadila

asik. Ia menekankan agar tidak menciptakan karakter yang


terlalu imut, terlalu hebat, terlalu pintar. Sebab anak-anak
akan kesulitan mengingat tokoh dengan karakter yang
terlalu sempurna. Ia mengatakan bahwa “menulis itu seperti
berenang. Menulis cerita anak itu seperti berenang gaya
punggung”. Gaya punggung adalah gaya yang paling susah,
kita tak pernah tahu titik finishnya dimana, sebab kita melihat
kebelakang. diibaratkan menulis sastra anak itu, kita berjalan
kedepan, namun ingatan kita memandang kebelakang,

Wanita yang selalu berambut pendek ini percaya


dengan kata-kata milik Helen Keller, Life is either a daring
adventure or nothing. Kata-kata itulah yang selalu diingatnya,
hingga ia telah memiliki seorang putri yang sedang melakukan
study di Jepang. Dan ia sendiri telah menjelajah bumi sastra
begitu banyak.

39
Tamparan Keras Mevrouw untuk Para Ibu
Zainul Fuad

Tamparan Keras Mevrouw untuk Para


Ibu.

pic by lifestylekompas.com
Oleh: Zainul Fuad

Ketika banyak orang tua yang berhenti mendongenkan


cerita kepada anak-anaknya, Lusi Sutedjo, Sang ”mevrou”
(Nyonya) anak, percaya diri membuka Rumah kidsmotion di
daerah Semarang tidak jauh dari Simpang Lima. Ia sudah 20
tahun sudah berkecimpung dalam dunia anak.

Hampir semua kursi di Gedung Monod Diephuis


penuh oleh para pengunjung saat acara lokakarya Patjar
dengan tema Mengakrabkan Dunia Baca kepada Anak, sabtu
(30/11/2019) sore, di Kota lama, Semarang, Jawa Tengah. Lusy
dalam acara tersebut mencoba menjawab berbagai problem
mengenai Pendidikan anak usia dini.

Saat Lusi mulai memaparkan materi tentang dunia


baca anak, beberapa pengunjung terlihat manggut-manggut
membenarkan paparan pendiri School of Parenting. Banyak
orang tua selalu ingin yang terbaik untuk anaknya, tetapi

40
Tamparan Keras Mevrouw untuk Para Ibu
Zainul Fuad

mendidik anak dan mengasuh anak sungguh pekerjaan


yang tidak mudah. Kadang ketika menuruti kemauan anak
lama-lama anak menjadi manja, damun disisi lain jika tidak
menuruti kemauan anak ada rasa tersendiri bagi orang tua.
Untuk masalah dunia baca terhadap anak juga kebanyakan
orang tua bingung hendak mulai dari mana.

Lusy menyebutkan dunia baca bagi anak adalah


sesuatu yang penting. Apalagi sekarang sudah marak animasi-
animasi yang di produksi oleh media berkat perkembangan
indrustri 4.0, dimana orang tua sangat mudahnya memberikan
hiburan kepada anaknya.

Seiring majunya teknologi budaya mendongeng juga


mulai hilang, sedikit dari orang tua yang mau mendongengkan
satu cerita untuk anaknya sebelum tidur, mereka kebanyakan
memilih jalan praktis dengan membeli kuota, dan membuka
youtube lalu memberika kepada anaknya untuk menonton
dan tidak lama anak akan tertidur.

Maka tidak heran jika cerita Kancil mencuri mentimun,


Sang Pengembala, Angsa emas, Sangkuriang. Keluaar dalam
bentuk animasi bukan cerita-cerita dari orang tua. Dan, itu
adalah fenomena yang miris bagi Lusy. Ada perbedaan
mendasar Dongeng anak yang besaral ari buku dan dari
televisi, jika dari buku maka anak akan memiliki imajinasi serta
kreatifitas saat membaca dongeng tersebut, sedangkan jika
dari televisi maka anak tidak memiliki ruang untuk berimajinasi
sebab di televisi atau di media elektronik semua sudah
disuguhkan, mulai dari latar, bentuk tokoh, dan lain sebaginya.

41
Tamparan Keras Mevrouw untuk Para Ibu
Zainul Fuad

“saya pribadi bukan berarti melarang anak menonton


televisi namun perlu keseimbangan antar keduanya, membaca
buku dan menonton televisi” ucapnya.

Ia sangat berharap kepada ibu-ibuuntuk kembali


kedalam budaya lisanya, budaya bercerita. Dengan
mendongeng maka anak akan mendapat banyak pelajran dari
budaya mendongeng itu, dalam Bahasa anak akan mendapat
banyak kosa kata, serta akan memunculkan imajinasi yang
memicu kreatifitas anak.

Pendidikan

Lusy Sutedjo awalnya tidak fokus pada dunia baca


anak, ia yang berlatar belakang Pendidikan mulai akrab
dengan dunia baca anak setelah mendirikan rumah belajar
School of Parenting sekitar tahun 2000. Rumah belajar yang
beralamat di Jalan Erlangga no 32 Peleburan, Semarang.

Awalnya di situ adalah pusat pembelajaran Bahasa


inggris untuk anak-anak belajar, namun Lusi menyadari
bahwa anak-anak akan lebih masuk lewat penetrasi cerita,
oleh karenanya dirinya melakukan formulasi menyuguhkan
dunia baca kepada anak-anak melalui story book.

Didalam rumah belajar Lusi juga sengaja tidak


menyediakan bangku dan kuri selayaknya tempat belajar di
sekolahan formal, baginya anak-anak memiliki chiri khasnya
sendiri-sendiri dan Neuchurch anak adalah bergerak kesana
kemari. Anak suka dengan hal yang bebas, sebab dalam usia
dini otak sedang berkembang dan memiliki rasa ingin tahu

42
Tamparan Keras Mevrouw untuk Para Ibu
Zainul Fuad

yang tinggi.

“Saya malah khawatir jika ada anak yang hanya diam”


ungkap Lusi.

Lusi percaya bahwa sekolah adalah tempat yang


baik untuk anak-anak usia dini, dimana anak-anak pada
usia 4-6 tahun yang diperlukan adalah sebuah tempat untuk
membentuk karakter anak, anak juga birinteraksi dengan
banyak orang, di sekolah juga bisa melatih kedewasaan
seorang anak.

Dan cara pengajran di School Of Parenting


bukan pengajaran kosa kata, ia lebih mengedepankan
pemebelajaaran mengenai kemampuan berbicara,
kemampuan membaca, kemampuan menulis dan yang
paling penting adalah cara berfikir.

43
Euterpe
Audreana Ivy

Euterpe

pic by theAsiaparent.com
Oleh Audreana Ivy

Sebuah kebahagiaan adalah tujuan dari setiap


manusia, mereka rela merangkak, bahkan melukai sesamanya
demi mencapai arti kebahagiaan yang murni. Berharap
Tuhan mengalungkan kata berbahagialah dalam lingkar
kehidupan mereka. Melamunkan para malaikat menjaga jalan
kehidupannya dan para iblis akan menyingkir serta tunduk
pada mereka, makhluk bertakhta kan mahkota kesempurnaan
dengan ilusi situasi yang tak lebih dari sebuah fiksi.

Gadis kecil berambut hitam kelam memasuki


gubuk yang terbilang mewah, berlari dan melemparkan
tas dipunggung kecil nya, melewati ruang demi ruang yang
kosong. Langkah mungilnya menaiki anak tangga dengan
cepat, beberapa kali hendak terjatuh. Langkahnya berhenti
menatap sebuah pintu hijau yang tak tertutup sepenuhnya.

Senyumnya luntur tergantikan manik kelam yang


sayu menatap sepasang kaki mungil yang masih berbalut

44
Euterpe
Audreana Ivy

sepasang kaus kaki berwarna putih. Tangan mungilnya


mengepal dikedua sisi tubuhnya. Nyeri dan rasa sesak
menyeruak memenuhi rongga tubuh mungilnya, gemetar tiap
mendengar teriakan dan suara keras kedua orang yang tak
lain kedua orang tua si gadis kecil.

Manik kelamnya menahan buliran air yang memaksa


terjun, tanpa berbicara apapun dirinya segera berlari menuju
salah satu ruang di gubuk mewah itu. Menjatuhkan dirinya
diatas kasur empuk yang sempat bergoyang.

Pikiran nya berkecamuk, gadis kecil berambut kelam


itu telah menerima luka tak kasat mata. Terasa hampir
gila, kebingungan, ketakutan. Semua emosi asing itu kian
mengambil alih dirinya,dan untuk pertama kalinya dia paham
arti dari menjadi sinting dan gila.

Tiba-tiba dirinya terhentak ketika mendengat suara


pintu tertutup dengan keras, bayangan mengerikan dan
mimpi buruknya kembali dan seenaknya menggetarkan batin
si gadis kecil. Tak lama dirinya memilih keluar dari ruangan
itu dan berjalan menuju asal suara. Kakinya mendadak kaku
karena melihat kedua saudari dan wanita yang melahirkannya
tengah beradu mulut, beberapa kali dia menemukan ibunda
nya itu meneteskan air mata.

“ Apa ini? Mengapa terasa sakit dan menyesakkan?”


ujarnya sembari gemetar, bingung otak cerdasnya mendadak
menjadi dungu. Tak beberapa lama, sang pria dewasa turut
masuk dan memaki sang ibunda. Si gadis kecil berlari cepat,
maniknya mencari-cari sosok yang lebih mungil darinya,

45
Euterpe
Audreana Ivy

nafasnya terengah-engah, dadanya terasa kian sesak ketika


dia melihat sosok si adik kecil yang terpaut tiga tahun lebih
muda darinya itu berlari dan memeluknya, raut kebingungan
dan takut juga muncul disana.

Si gadis kecil menarik tangan gempal mungil si adik


kecilnya, senyum palsu yang biasa dia berikan tanpa dirinya
sadari telah terukir. Dia mengelus puncak kepala si adik
dan memilih duduk diatas ubin berwarna cream sembari
mengeluarkan beberapa mainan si adik, menuntun si adik
agar terlarut dalam dunia fiksi halusinasi mereka.

Gadis kecil berambut kelam mengunyah makanannya


dengan berlinang air mata, tenggorokannya terasa
tercekat, dia hanya sesekali melirik sekitarnya. Ingatannya
membawanya pada beberapa saat sebelum teriakan dan
makian dilontarkan dari mulut tajam sang bunda. Dia hanya
terdiam dan meneteskan linangan air matanya dengan
menahan amarah yang bergejolak dalam dirinya.

Kemudian entah bagaimana dirinya telah berdiri


di depan pintu kayu, wanita itu disana sang bunda tengah
menggedor pintu kayu tua memanggil salah satu saudarinya,
namun pintu itu masih tertutup rapat. Dan entah mengapa dia
memilih untuk menjauh namun tak lama dirinya terpelanting
hendak jatuh dan merasakan pening di dahinya. Ah sebuah
ponsel baru saja menghantam keras dahinya, dan tak lama
kegelapan menyeretnya

Seorang gadis terbangun dengan keringat bercucuran


di dahinya, sebelah tangannya memegang kepala nya yang

46
Euterpe
Audreana Ivy

terasa pening seolah dihantam batu yang begitu keras. Manik


kelamnya mencoba menerima cahaya yang diterimanya,
hingga akhirnya dia menemukan seorang pria dengan rambut
yang lebih kelam darinya, berpakaian formal dan dibungkus
sebuah jubah putih, harum obat-obatan dan alcohol menusuk
indra penciumannya. Ingatannya kembali pada beberapa
saat sebelum sebuah mobil avanza menabrak sedan silver
miliknya, dan sepertinya itulah mengapa dia kini berada di
atas ranjang yang dia duga ranjang rumah sakit, dilihat dari
pakaian yang dikenakan dan pria di depannya.

“Nona Evelyn, anda telah sadar? Apakah anda baru


saja bermimpi buruk? Anda berteriak dalam pingsan.” Tanya si
pria sembari memeriksa keadaan gadis bermanik kelam dan
rambut senada itu.

Si gadis yang ditanya berfikir sejenak, dan teringat


beberapa kilas apa yang dilihatnya, helaan nafas yang
berat dilepaskannya ketika sadar apa yang baru saja
membangunkannya dari pingsannya.

“Bukan sebuah mimpi, hanya sebuah..”

Evelyn terdiam sesaat melirik si pria muda yang


menatapnya balik dengan tatapan tanda tanya, suasana
terasa sesak tiba-tiba.

“Hanya sebuah kenangan buruk saja semasa kanak-


kanak, tidak penting.” Ujar Evelyn final dan memalingkan muka
setelah memberi senyum sekilas pada si dokter, sementara
dokter yang paham dengan respon yang diberikan gadis

47
Euterpe
Audreana Ivy

didepannya itu hanya terdiam.

“Syukurlah lukamu tidak begitu parah, dengan


kerusakan yang cukup parah menimpa mobilmu, kau
beruntung nona muda, tak menerima luka serius. Baiklah, kau
bisa memberitahu perawat jika merasa hal aneh pada dirimu.”

Evelyn mengangguk sebagai tanggapan mengerti,


dirinya merasa malas setelah semua kenangan buruk yang
justru teringat setelah melepaskan dan menerimanya. Sebuah
kenangan masa lalu yang tak pernah diinginkannya, meskipun
keadaan cukup membaik untuknya saat ini.

“Berbahagialah, bergembiralah nona.” Ujar si dokter


sebelum menutup pintu kamar rawat nya, meninggalkan
Evelyn yang justru tak bisa terlelap kembali karena ucapan
singkat ambigu sang dokter.

Mungkin beberapa hal harus tetap diberi bumbu


kebahagiaan, tak lama dia mendengar getar di nakas
sebelahnya. Sebuah nama yang baru saja muncul pada
kenangan itu disana. Sedikit ujung bibirnya terangkat, yah
mungkin benar kenangan itu masa kecilnya tak seindah
kebanyakan orang.

Namun, dia tak hidup disana. Dia hanya pernah


disana dan kini dia mengejar kebahagiaan yang tumbuh
sejak kenangan itu terlahir. Menerima dan akhirnya memilih
untuk tidak terjebak pada pahitnya hidup. Dia memaafkan
dan cukup untuk tak mengulangnya kembali, sebaris senyum
terukir di raut pucatnya, tangannya meraih ponsel diatas nakas

48
Euterpe
Audreana Ivy

menekan tanda hijau dan merasakan dada nya menghangat


mendengar suara mereka disana.

Ya, benar. Berbahagialah, bukankah itu tujuan hidup


manusia yang lain? Tanya nya dalam batin sembari menatap
keluar jendela, menjelajahi dan membentuk kenangan yang
lain.

49
Istri dan Masa Kecilku
Sadad Aldiansyah

Istri dan Masa Kecilku

pic by iNews.com
Oleh Sadad Aldiyansyah

Sejak tadi malam desaku diguyur hujan deras terus


menerus, dan sampai sekarang hujan itu tidak mau berhenti.
Aku yang sudah bangun fajar tadi sudah lelah untuk tidur
kembali. sehingga aku memutuskan untuk duduk berdiam
diri di belakang jendela rumah, meninkmati dinginnya hujan
yang merambat kedalam rumah. kedua kakiku kulipat
menutupi perut, begitu juga kedua tangaku melintangi kedua
kakiku. Kurasa posisi sebegitu rupa cukup untuk mengurangi
rasa dingin pagi ini, namun pada kenyataannya dingin kali
ini berasa dua kali lipat dari biasanya. Tak ambil pusing aku
segera beranjak pergi menuju kamar, mengambil sarung dan
jaket, setelah itu pergi ke dapur minta segelas kopi panas
kepada istriku.

Sebelum kembali duduk di kursi ruang tamu, aku


mengenakan jaketku terlebih dahulu, setelah itu aku
meletakkan pantatku di kursi dan memasang posisi seperti

50
Istri dan Masa Kecilku
Sadad Aldiansyah

sebelumnya. bedanya, kini aku bungkus tubuhku dengan


sarung yang kuambil tadi, lumayan lah untuk mengurangi
hawa dingin. namun kupikir inilah cara terdamai saat hujan
daripada tidur di kamar seperti lelaki tak berdaya.

“Ini mas kopinya” kata istriku yang juga kelihatan


kedinginan walau sudah memakai jaket tebal seperti orang
eropa ketika musim salju dan menuruh dua gelas kopi. “satu
buat aku mas”

“Ha ah dek, hmmmh dingin”

“Tumben ya mas, dingin sekali pagi ini” Tanya istriku


kemudian duduk disebelahku.

“Entahlah, kupikir memeng karena desa kita


dipegunungan”

“Tapi sejak kita kecil, desa ini nggak sedingin ini


ya?” Tanya istriku sambil menirukan haya badanku dan
menyandarkan kepalanya di bahu lelakiku.

Oh iya, sebelumnya perkenalkan, namaku Ali dan istriku


tercinta namanya Ani, aku dan Ani memang sudah ditakdirkan
Tuhan menjadi pasangan suami istri. takdir itu kami rasakan
sejak kami masih kecil dan alhamdulilah berkat doa dan
perjuangan cinta yang kuat, rumah tangga kami baik-baik
saja sampai sekarang. Aku bertemu dengan Ani ketika sekolah
dasar, pertama kali bertemu Ani, seketika aku dibutakan
olehnya, hatiku tak bisa aku bohongi jika aku mencintainya.
namun rasa itu aku pendam hingga pada akhirnya, ketika Ani

51
Istri dan Masa Kecilku
Sadad Aldiansyah

lulus SD aku tak kuat membendung rasa cintaku yang amat


dalam, aku sempat bimbang waktu itu jika aku ditolak. namun
kebesaran cinta mana yang tak diapat dihindari, aku paksakan
diriku dan ternyata Ani juga mengaharapkan cinta dariku.

Aku lakukan itu juga atas dorongan hati yang khawatir


jika si cantik Ani di ambil orang lain. karena waktu itu aku
sudah lulus SD tepatnya kelas 7 smp. sedangkan Ani akan
melanjutkan SMP tidak denganku. maka sebelum aku kels 8
dan sebelum Ani diambil orang lain. aku mengikat Ani dengan
ucapan cintaku padanya.

Dua bulan lalu tepatnya diusiaku 24 tahun dan Ani 22


tahun kami resmi menjadi pasangan suami istri. Beruntung
pula aku adalah anak terakhir dari 3 bersaudara, kakakku
perempuan semua dan sudah berkeluarga bersama suaminya.
maka dari itu atas persetujuan keluarga aku mendapatkan
mandate untuk menempati rumah ini, dan kedua orang tuaku
memilih dibuatkan gubug disebelah rumah yang muat untuk
dua orang bapak dan ibuk.

“Iya ya dek, apa mungkin suasana pagi ini memberi pesan


kepada kita untuk bermesraan seperti ini ya?” aku senyum
melihat istriku sambil kubelai lembut rambut panjang istriku.

Ani hanya tertawa meringkik yang menghasilkan


pipinya merah merona, dalam hatiku sepertinya ia malu
malu sayang kepadaku. sungguh Ani tambah cantik jika
pipinya merah, ditambah senyuman manisnya menghasilkan
lesung disebelah kiri pipi Ani. duh Gusti, terimakasih engkau
mempertemukan aku dengan Ani.

52
Istri dan Masa Kecilku
Sadad Aldiansyah

Suasana runang tamu lenggang, hanya terdengar


gemuruh hujan menerpa atap rumah. di luar aku melihat induk
ayam betina dan anak-anaknya melamun, mata mereka
hanya tertuju air turun dari langit dan mengair kebawah. tak
disangka tiba-tiba ayam jago datang menyandingi induk
tadi lalu berkokok sambil mengibaskan kedua sayapnya,
enatah apa maksud dari jago tersebut, mungkin baru bangun
tidur lalu nggolet layaknya manusia. Setelah ayam jago
menurunkan sayapnya kembali, tiba-tiba induk ayam betina
malah mengangkat ekornya namun menggeram ketakutan.

Tiba-tiba lagi“Haap” dalam sekedip mata kaki ayam


jago sudah ada diatas punggung betina, agar tak bergerak
jago mencucuk bagian belakang kepala betina, sang betina
tak bisa berbuat apapun kecuali pasrah dan mengeram dari
mulutnya, anak-anak yang tadi melamun dibawahnya berlari
ketakutan dan bercicit sekeras-kerasnya. mata sang jago
terlihat berbinar-binar, ekornya diangkat setinggi mungkin,
bersiap akan menjatuhkan sesuatu dengan cara menyatukan
ekornya dengan sang betina. ayam betina terus mengeram
tapi menyimpan kebahagiaan abstrak.

“aku lagi datang bulan mas” tiba-tiba Ani bangun dari


sandaranya.

“loh, ada apa dek?” tanyaku bodoh.

“lah ini ngapain tangan mas ada di paha adek?”

aku melihat tanganku yang ternyata memegang paha istriku,


dengan segera aku tarik kembali tanganku dan memasukkan

53
Istri dan Masa Kecilku
Sadad Aldiansyah

kedalam saku jaket.

“loh bukannya tadi mas membelai rambutmu?” balik


tanyaku sambil menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal.

“iya sih tadi membelai rambut adek, tapi lama-


kelamaan nakal, main turun aja tuh tangan. nggak tau apa
kalau istrinya lagi PMS, huuh” Ani mendengus kesal padaku.
kemudian aku belai rambut panjangnya kembali sambil
memandangnya.

“maafkan mas ya, gara-gara tadi lihat ayam jago


nakal pada induk ayam betina aku jadi ikut nakal deh, hehe”
Ani kembali menundukkan kepalamya dibahuku dan kucium
keningnya. Ani tersenyum lalu aku bisik padanya

“nggak ada jatah kecil-kecilan dek?”

“mmm...”

ya Gusti, aku belom minum kopi kok bibirku rasanya


manis? lalu kenapa bibirku basah? sedangkan kopiku belum
kurang setetes pun. duhai Gusti, sekali lagi jangan pisahkan
aku dengan istriku Ani.

“udah kan, aku mau masak, kopinya jangan lupa


dihabisin” printah Ani malu lalu lari kecil menuju dapur.
sedangkan air liurku yang sedari tadi membasahi sarungku
membuyarkan lamunanku pada istri tercita.

“jangkrik...” ucapku sambil membersihkan air liur.

54
Istri dan Masa Kecilku
Sadad Aldiansyah

aku kembali keposisi semula, akulihat jarum jam sudah


menunjukkan 06.20 tetapi hujan masih belum reda, yang
terjadi malah semakin deras dan semakin dingin saja. aku
kembali melamun dan menatap luar rumah, kedua ayam tadi
sudah tiada diteras halaman, mungkin mereka pergi ketempat
lain atau malah berpisah. mungkin ayam betina malu dilihat
anak-anaknya, sedangkan ayam jago pergi mencari betina
lain.

lamunanku kini beralih ke selokan depan rumah,


selokan yang lebarnya kira kira tujuh puluh lima centimeter itu
telah dipenuhi aliran air. jarang sekali got depan rumahku itu
penuh. mungkin karena hujan lebat sejak tadi malam tanpa
henti. walaupun begitu aku tak peduli jika volume selokan telah
penuh. aku terus fokus memandangi air yang mengalir. pada
bagian tengah air terjun tergesa-gesa, sedangkan air yang
ada ada dipinggir selokan berjalan santai.

melihat aliran air tersebut, entah mengapa aku teringat


pada masa kecilku disungai Gede, setiap hari pada waktu
siang menjelang sore aku dan teman-temanku menghabiskan
waktu bermainnya disungai tersebut. banyak sekali kesibukan
kami disana, entah itu bermain atau membantu orang tua
bekerja disawah. rasanya aku ingin sekali membuka memory
masa kecilku pada setiap harinya, baik bersama teman-
teman dan warga desaku. ada salah satu cerita masa kecilku
yang tidak akan kulupakan sampai sekarang, dan mungkin
jika aku dan pasanganku Ani sudah dikaruniai momongan
akan kuceritakan kelak padanya. ceritanya begini;

55
Istri dan Masa Kecilku
Sadad Aldiansyah

***

pada suatu hari aku, Tono, Arip dan Gojos berencana


sepulang sekolah nanti mancing di Kali Gede, kami membahas
rencana itu dikelas pagi tadi, kebetulan waktu itu pak Mad tidak
bisa mengajar karena beliau ada acara menikahkan putranya,
sehingga jam pertama kami kosong. awalnya ide mancing itu
datang dari Tono, ia tib-tiba datang kepada aku dan Gojos
yang sebangku.

“mumpung tadi malam Hujan deras, pasti Ikan dari atas


banyak yang kebawa arus ke Kali Gede.” ujar Tono mantap lalu
duduk diatas bangku.

“Iya cuy, pasti ikannya Gede-Gede, toh juga kita sedah


sebuan lalu kita mincing.” tambah Arip ikut nimbrung.

“boleh juga sih, tapi masalahnya aku gatau dimana


sekarang pancingku. udah lama si gak dipakai” ucapku
memasang wajah datar.

“santai Cuy, aku punya dua pancing, nanti aku pinjami


deh”.

“Tuh Al, udah dipinjami si Arip, kurang apalagi coba?”


Tono tersenyum

“eh kamu gimana Jos?, ikutkan?” Tanya Tono pada


gojos yang sedari tadi menidurkan kepala di meja.

“ah, siapa sih yang nggak mau nyantap ikan” jawab


Gojos semangat. sontak kami tertawa lepas bikin heboh

56
Istri dan Masa Kecilku
Sadad Aldiansyah

sekelas.

“deal ya, nanti sepulang sekolah habis dzuhur kita ke


Kali Gede, kumpul dirumah Gojos seperti biasannya, nanti
masalah umpan dan embar biar aku yang bawa. okee” peritah
Tono dengan semangat 45.

Tono selalu menjadi gerda depan dalam kelompok


kami, pengalamannya yang luas serta daya kreatifnya yang
tinggi, mampu menimbulkan kepercayaan terhadap teman
temannya, dilain itu juga umunya yang lebih tua dari kami.

lonceng pertanda pulang sudah dibunyikan pak


Salamun. bergegas aku berlari kencang bersama Gojos dan
arip mengejar Tono yang sedang ketawa ketiwi mengayuh
sepeda. hanya ada dua anak sekolahan kami yang mempunyai
sepeda. Rohim anak kepala sekolah dan Tono anak tunggal
kepala desa. beruntung aku, Gojos, dan Arip bisa berteman
dengan Tono. kadang kami dipinjami sepedanya bergantian
dan ia tak berat hati jika sepedanya tertabrak atau nyemplung
got asalkan digunakan untuk belajar naik sepeda.

“cepatlah kalian, habis sholat dzuhur kita berangkat”


teriak Tono pada kami yang lima puluh meter sampai rumah
masing-masing. rumahku sebelah dengan rumah Arip,
rumah Gojos berada disebrang jalan berhadapan dengan
rumahku, sedangkan rumah Tono berselisih dua rumah dari
rumahku. memang pada dasarnya kami tetangga dan saling
berdekatan, jadi mau nggak mau teman bermainku ya mereka
semua.

57
Istri dan Masa Kecilku
Sadad Aldiansyah

Adzan Dzuhur telah berkumadang dari tadi, akupun


juga sudah makan siang, dan telah menunaikan sholat. kini
saatnya aku pergi kerumah Gojos dengan tangan kosong.
aku tadi juga sudah izin kepada emak jika aku akan mancing
bersama teman-temanku di kali Gede.

“loh sudah sampai sini semua toh?” tanyaku santai.

“ya kit amah tahu kalo kamu bakalan telat” jawab Arip
menyodorkan pancing beserta gagangnya padaku.

kali ini Tono tidak membawa sepedanya, ia membawa


sepeda ketika disekolah, selian itu ia jarang sekali memakainya.
kami berjalan ke arah timur desakami, disana letak kali gede
yang akan kami tuju, jarak ke kali gede cukup jauh kira-kira
hampir dua kilometre dari rumahku. kami memilih mancing
di kali gede karena sungai ini yang paling sering digunakan
warga beraktivitas. dari mulai bekerja seperti mengambil
pasir dan kerikil hingga mencukupi kebutuhan sehari-hari jika
aliran air mati. seperti minum, bersuci, mandi, mengairi sawah
dll. dari situlah wagra menjuluki sungai itu dengan nama Kali
Gede. bukan karena diameter sungai itu gede atau lebar tetapi
karena besar manfaatnya bagi warga desaku.

untuk menuju kali gede ada dua jalur yang bisa


ditempuh, pertama jalur jalan biasa, yang kedua jalur
melewati lembah, biasanya yang digunakan warga yaitu jalur
biasa, jalur lembah cukup sulit untuk dilewati karena masih
padat dengan rerumputan dan pohon-pohon besar. tetapi
kali ini kami memilih jalur lembah agar segera sampai tujuan.
lembah yang kami lewati tidak begitu luas, cukup waktu 15-

58
Istri dan Masa Kecilku
Sadad Aldiansyah

20 menit melewati lembah tersebut. hanya saja kami sedikit


kelelahan karena melewati tanjakan dan turunan yang cukup
menjulang. namun, sedikit kelelahan yang kami lakukan, sudah
terbalas karena kami diantarkan kehulu kali gede.

betapa indahnya melihat sungai ala pegunungan,


dengan bebatuan besar dan air yang mengalir jernih dari air
mata Gunung yang menyejukkan hati, ditambah hamparan
sawah hijau dan terasering yang dibentuk berlapis-lapis
terlihat megah dan menawan dipandang. diatas, burung-
burung beterbangan kesana kemari mencari makan siangnya.

tak ambil pusing, kami segera berpencar menjadi dua


bagian, aku dan Arip, sedangkan Tono dan Gojos. kelompokku
beraksi disebelah kaan sungai dan kelompok Toni berada di
sebelah kiri sungai. strategi yang kami gunakan ini, sangat
efektif untuk mendapatkan ikan dengan jumlah yang banyak.
karena kanan kiri sungai kami tempati dan nanti kita akan
berjalan sampai kehilir sungai.

“Al, kau sana Arip disana, aku dan Gojos disebelah sini.”
perintah Tono memberikan ember cat tembok pada Arip”

“oke cuy... eh bentar, ember doang? cacingnya mana?”


Tanya Arip.

“oh iyaa, tuh, dibawa Gojos”

karena aku dan Arip mendapatkan bagian kanan,


maka kami harus menyebrang sungai terlebih dahulu. kami
menyebrang melompat seperti ninja berlari, metode zig-zag

59
Istri dan Masa Kecilku
Sadad Aldiansyah

kami lakukan dari batu satu kebatu lain setiap lompatan kami
berucap “hap..hap” pada lompatan terakhir “yes berhasil”.

“Al, tuh disana kasih pancing, dibawah batu besar cari


kolongnya” ucap Arip padaku yang sedang menancapkan
cacing kemata pancing.

“alah paling ikan kecil-kecil” jawabku acuh

“enak aja kau ngomong ya, kata bapakku, biasanya


ikan lele sembunyi dibawah sana, yaudah aku tempati kalau
gamau”. sangkal Arip berjalan menuju batu besar. “aduuh,
semprul!. tadi dibilangin ngeyel, lewat main senggol-senggol
aja”

“maaf Rip, salah siapa ngasih tahu tempat ini, haha...”

Aku berlari kecil menuju batu besar yang dikatakan


Arip tadi, begitu juga dia, ia menaruh mata pancingnya
dimulut batu besar. sedangkan Tono dan Gojos hanya diam
mematung saja. memang pada dasarnya Gojos orangnya
pendiam dan Tono orangnya Genius, jadi mereka lebih suka
diam berfikir dan ngomong secukupnya saja. tidak seperti aku
dan Arip yang suka jail dan ngedumel.

Sudah berjam-jam kami mancing dan tidak


medapatkan hasil sedikitpun, padahal kami sudah berpindah
kearah hilir dan tak ada sambaran sepercikpun menghampiri
kami, Umpan masih utuh bergelantungan ketika kami
angkat ke udara. usulan Arip tadi yang aku praktekkan juga
tidak menguntungkan sama sekali, yang ada malah mata

60
Istri dan Masa Kecilku
Sadad Aldiansyah

pancingku terjepit batu dengan terpaksa aku putus dan


kuganti dengan mata pancing cadangan Arip. hal yang sama
juga dirasakan oleh Tono dan Gojos. namun mereka masih
kelihatan semangat dan serius menatap pancingnya, seolah-
olah tidak mau diganggu. kurasa mereka masih sesemangat
itu karena sejak tadi mereka saling diam, tidak banyak
bicara apalagi bergerak. berbeda dengan Aku dan Arip yang
sudah memasang wajah layu dan suntuk karena menunggu
sambaran ikan yang tak kunjung usai.

Jujur, aku sendiri sudah bosan dengan keadaan seperti


ini, waktu sudah hampir ashar dan masih saja menunggu
ikan kenyang. daripada seperti itu aku putuskan menyudahi
memancing dan beranjak istirahat digubug persawahan milik
warga.

“woy, main ninggal aja kamu Al” tiba-tiba Arip datang


mengagetiku membuatku hampir terjebur disawah.

“mbok ya gausah ngageti Rip, gatau apa lagi santai


gini” ujarku sambil kembali menata posisi wenak.

“lagian daripada kamu tiduran disini mending kita


jeguran (semacam renang tapi disungai).

“ohh, iya ya, tapi bagaimana dengan Tono dan Gojos?”

“sudah, kita bujuk dulu mereka, nanti juga ikut”

Tono dan Gojos masih terus berikhtiyar mendapatkan


ikan. padahal aku dan Arip sudah membujuk merek untuk ikut,
namun mereka masih bersikokoh akan mendapatkan ikan.

61
Istri dan Masa Kecilku
Sadad Aldiansyah

pada akhirnya aku mengajak Arip untuk segera ke tempat


Jeguran tadi.

Tempat yang akan kami tuju ini cukup dekat dari


tempat terakhir aku mancing. kami menyebutnya dengan
nama Tambak Songkel, entah apa makna dari nama tersebuy,
yang pasti nama itu warisan dari nenek moyang kami. Tambak
Songkel ini berbentuk bundar dan disampingnya tertata
bebatuan kecil melingkari tambak tersebut. sedangkan
diameter Tambak Songkel tersebut berkisaran sekitar 10
meter dan kedalamannya satu meter lebih sedikit. airnya
bersih dan jernih sekali, ditambah diatasnya ada grojokan
kecil yang terbuat dari himpitan dua batu besar menjadikan
Tmbak Songkel ini semakin menawan., jadi aku dan Arip hanya
bermodal celana dalam untuk menutupi sebagian dari tubuh
kami. tak ambil lama aku mandahului Arip nyemplung ke
Tambak, sungguh segar sekali air ini, tubuhku yang tadinya
terasa berat kini sangat ringan. tak hanya itu semua rasa
suntuk dan bosanku tadi telah terbayarkan dengan air ini.

Terlihat dari atas batu Arip sedang bersiap-siap


menyusulku tapi dengan gaya meloncat, aku segera ketepi
agar nantinya tidak terkena gelombang loncatan Arip. Kedua
tangan Arip ditepuk dan dihadapkan keatas, kakinya dirapatkan
dankepalanya menghadap keatas. dia mulai berhitung “satu,
dua” Arip mantap akan meloncat namun “Tunggu!” tiba-
tiba Tono datang menghampiri arip dengan keadaan badan
seperti kami. Arip mendengus kesal tapi hanya sebentar.
“ayok bersiap-siap” ucap Arip pada Tono. Tono bersiap-siap
layaknya gaya awal Arip tadi, “satu” kode Arip dengan suara

62
Istri dan Masa Kecilku
Sadad Aldiansyah

lantang “dua” mereka terlihat mantap memejamkan mata


“tiga!”.

“byuur” suara hentaman dari tubuh kedua temanku


pada air yang langsung seketika membuat gelombang besar
yang mampu kurasakan sampai ke kakiku walau aku ditepi
Tambak. mereka sudah didalam, akupun mengikuti mereka.
kami saling tertawa menikmati segarnya air gunung alami.
banyak yang kami lakukan disana, main percikan air, saling
menantang siapa kuat bertahan lama didalam air, berenang
dari tepi ketepi dan masih banyak kami tidak lainya.

Aku tidak kuat menahan dingin air sungai, badanku


mengigil dan gigiku saling beradu kareba kedinginan. aku
putuskan pergi ke tepi sungai yang agak jaug dari air berjemur
dan memakai pakaianku. sedangkan Tono dan Arip masih
menikmati permainan air disana. mereka sedang adu renang
siapa yang tercepat sampai ketepi kiri dari tepi kanan. dan
permainan itu dimanangkan oleh Tono. “yeyy, aku menang”.
aku tersenyum melihat tingkah mereka. namun, tiba-tiba aku
teringat Gojos yang dari tadi tidak terlihat.

“eh, Gojos dimana ya?” tanyaku pada salah satu


mereka.

“ya mana aku tahu, tanya tuh sama timnya” sahut Arip
dan menunjuk-nujuk Tono.

Tono hanya diam dan mengusap wajahnya.

“dimana Ton?” tanyaku.

63
Istri dan Masa Kecilku
Sadad Aldiansyah

Aneh, aku bicara kepada Tono malah ia tidak


menatapku, wajahnya datar dan melongo seperti ada
sesuatu yang disembunyikan. aku melihat Arip pun juga
datar wajahnya, mereka diam dan aku kebingungan. tiba-
tiba mereka mendekatiku dan “hap, kena haha...” kedua
tanganku dipegang Tono dan Arip. mereka menyeretku dan
tiba-tiba Gojos datang mengangkat kedua kakiku. dalam
posisi ini aku tak bisa apa-apa, hanya mulutku yang berbicara
“jangan”. mereka ternyata sudah mengetahui adanya Gojos
dari tadi dibelakangku, tapi aku tak melihatnya. dan kini
mereka kompak mengerjaiku, mereka sudah berencana akan
menceburkan aku lagi kedalam Tambak bersama pakaianku
yang tak berdosa. aku pun tak ambil diam, ku berontak namun
kekuatan mereka lebih banyak dan lagi-lagi mulutku yang
berteriak nama hewan “ASU!”

***

“byuuurr...” badanku basah kuyup. loh dimana ini, kok


aku diruang tamu? bukannya aku di Tambak Songkel?, dimana
Arip? Gojos? Tono? aku bertanya-tanya dalam diriku sendiri,
tadi aku mancing dan bermain disungai kok ini diruang tamu.

“he em, bagus, hujan reda dari tadi masih ngelamun


terus, sono ngelamun di kali Gede!”

Bentak istriku dengan wajah marah dan kulihat ditangan


kanannya ada ember bergelantungan.

-tamat-

64
Lunturnya Eksistensi Lagu Anak-anak di Era Teknologi
Farikha Khariun Nisa

Lunturnya Eksistensi Lagu Anak –


Anak di Era Teknologi

pic by tribunpalu.com
Oleh Farikha Khairun Nisa

Libur tlah tiba, Libur tlah tiba, Hatiku gembira..Cuplikan
lagu tersebut sudah tidak asing lagi bagi kelahiran ‘90-an. Lagu
yang dibawahkan oleeh seorang artis cilik bernama Tasya
Kamila ini akan selalu didendangkan ketika memasuki musim
liburan sekolah. Bukan hanya lewat nyanyian anak-anak
sekolah saja, namun lewat media elektronik seperti televisi
dan radio akan menyetel lagu tersebut sebagai selebrasi
kebahagiaan ketika ujian sekolah telah selesai.
Namun, lagu-lagu seperti ini jarang sekali terdengar di
era Tik Tok. Anak-anak lebih bahagia ketika musim libur tiba,
mereka akan mendapat akses memegang handphone lebih
lama daripada hari-hari ketika masuk sekolah.

Fenomena ini tidak lepas dari peran orang tua. Jarang


sekali orang tua yang mengajarkan atau menyanyikan lagu
anak-anak ketika bermain dengan anak. Mereka lebih sering

65
Lunturnya Eksistensi Lagu Anak-anak di Era Teknologi
Farikha Khariun Nisa

memvideo anak mereka lalu di post ke media sosial. Atau


bahkan hanya diajak boomerang dengan anak ketimbang
bermain sambil bernyanyi.

Edukasi semacam ini sudah sangat langka. Tidak


bisa hanya menyalahkan anak-anak yang lebih senang
menyanyikan lagu orang dewasa daripada lagu anak-
anak itu sediri. Mereka tak mempunyai pilihan lain selain
mendengar lalu menyanyikannya. Seperti halnya Gempi. Ia
pernah viral gara-gara menyanyikan lagu Location Unknown.
Ia bahkan bisa bertemu dengan penyanyinya langsung karena
kemampuan menyanyinya yang bagus diusia belianya.

Bukan hanya Gempi, masih banyak anak-anak yang


lebih enjoy menyanyikan lagu dewasa daripada lagu anak.
Tanpa kita sadari juga, ketika mereka menyanyikan lagu
tersebut, apakah mereka sudah paham dengan makna-
makna yang terkandung pada sebuah lagu orang dewasa?
Padahal banyak makna-makna yang belum pantas untuk
mereka katakan bahkan mereka nyanyikan.

Terlebih seperti ajang pencari bakat Indonesian


Idol Junior, jarang sekali melihat dan mendengat mereka
menyanyikan lagu anak-anak. Mereka lebih memilih
menyanyikan lagu yang bergenre yang tidak sesuai dengan
usianya, seperti pop, dangdut bahkan rock. Dimana itu bisa
merusak pita suara mereka. Terlebih pada usianya yang belum
15 tahun, mereka sudah menyanyikan lagu yang bersarat cinta
dan galau. Bukan hanya merusak pita suara, namun juga bisa
mempengaruhi pribadi dan emosional mereka.

66
Lunturnya Eksistensi Lagu Anak-anak di Era Teknologi
Farikha Khariun Nisa

Suara khas mereka dan penampilan yang oke


memang patut diacungi jempol dan pantas mendapatkan
sebuah penghargaan. Pertanyaannya, apakah merka pantas
untuk menyanyikan “lagu dewasa” pada usia 7-10 tahun dan
benar-benar memahami makna dalam lagu tersebut?

Sejarah Lagu Anak-Anak

Apabila kita mundur ke tahun 1950-an, sudah ada


Ibu Soed atau yang bernama asli Saridjah Niung. Ia dikenal
sebagai salah satu pahlawan yang aktif menciptakan lagu-
lagu anak, seperti lagu Tik Tik Bunyi Hujan, Burung Kutilang,
Kupu-kupu yang Lucu, dan alin sebagainya.

Bukan hanya lagu anak-anak, Beliau juga menciptakan


berbagai lagu perjuangan pada era pasca kemerdekaan.
Setiap bait lagunya menimbulkan rasa patriotirme yang
tinggi. Salah satu karyanya berjudul Berkibarlah Benderaku
yang hingga saat ini masih sering digaungkan saat upacara
bendera.

Hingga pada tahun ’60-an, hadirlah A.T Mahmud


(Abdullah Totong) diberi amanat menjadi koordinator acara
di TVRI bernama Ayo Menyanyi. Ia juga menciptakan berbagai
judul lagu seperti Anak Gembala, Kereta Apiku, Ambilkan Bulan
Bu, dan lain-lain. Karyanya mereka sampai saat ini masih
terkenang.

Pada era ’70-an, ada juga Pak Kasur dan Bu Kasur


muncul pada acara Taman Indria. Pada acara ini, anak-
anak menambalikan bakat-bakat mereka terutama dibidang

67
Lunturnya Eksistensi Lagu Anak-anak di Era Teknologi
Farikha Khariun Nisa

menyanyi. Beliau pun juga termasuk pencipta lagu seperti


Lihat Kebunku, Naik Delman dan Menanam Jagung.

Hingga pada tahun 2000-an, bermunculan artis cilik


seperti Joshua Suherman dengan lagu Di obok-obok, lalu
Tasya Kamila dengan lagu Libur Tlah Tiba, dan juga artis
lainnya yang sampai saat ini masih aktif di dunia hiburan.

Dampak Psikologi Pada Anak

Lagu anak-anak bukan hanya sekedar untuk bernyanyi


saja, namun juga menjalur ruang bagi anak-anak untuk
berekpresi sehingga mereka dan membantuk emosi yang
lebih stabil. Dikutip pada laman Kompasiana, anak-anak
sedang dihadapkan pada persoalan hilangnya kesempatan
mereka untuk mengenal dunia secara psikologisnya.

Anak-anak memiliki tingkat keingintahuan yang tinggi,


sehingga ketika mereka menyanyikan lagu orang dewasa,
mereka akan bertanya-tanya mengenai istilah-istilah dalam
lagu tersebut. Padahal belum saatnya mereka memikirkan
dan mengetahui kehidupan orang dewasa sehingga hal ini
mengganggu psikologis mereka yang seharusnya hanya perlu
bermain dan belajar sesuai kebutuhannya.

Padahal dalam lagu anak-anak juga mempunyai


makna yang sangat bagus untuk pendidikan anak-anak.
Contohnya pada lagu Balonku mereka diajarkan mengenal
warna-warna dan juga belajar menghitung. Lagu anak-
anak juga cendurung ceria sehingga ketika menyanyikannya
bahagia dan merangsang mereka untuk semangat untuk

68
Lunturnya Eksistensi Lagu Anak-anak di Era Teknologi
Farikha Khariun Nisa

belajar kembali.

Terlepas dari semua itu, banyak juga anak-anak artis


yang saat ini sudah mengajarkan bahkan mengajak anak-
anaknya untuk menyanyikan lagu sesuai dengan usia mereka.
Tak jarang mereka menciptkan lagu-lagu baru sehingga lagu
anak-anak mempunyai warna baru di era saat ini.

Eksistensi Lagu Anak di Era Kini

Contohnya Rafathar pun tak tertinggal dengan


karyanya yang menurut penulis sangat bagus dinyanyikan oleh
anak-anak seusianya. Ketika Papa dan Mamanya berulang
tahun, ia menyanyikan lagu berjudul Cinta Mama Papa dirilis
tanggal 22 September 2019 sebagai kadonya.

Baru-baru ini Aisy Hermansyah juga merilis lagu


berjudul Ayah Bundaku. Kedua anak ini bisa menjadi alternatif
bagi anak-anak jaman sekarang. Melihat mereka yang sudah
mempunyai panggung tersendiri sehingga dapat mengajak
anak-anak lainnya untuk bernyanyi sesuai usianya.

Ini pun tak lepas dari peran orang tua untuk ikut
menggelorakan “Bernyanyi Sesuai Usia Anak”. Apabila dari
pihak eksternal sudah mengajak untuk bernyanyi sesuai usia,
tanpa bantuan internal dari orang tua, usaha ini tidak akan
berjalan sesuai keinginan. Sudah ada banyak platform yang
memberi ruang edukasi untuk anak, apabila orang tua tidak
mengarahkannya, maka hal yang seperti ini akan sia-sia saja.

69
Memori Manis itu Bernama Buku
Kak Reol

Memori Manis Itu Bernama Buku

pic by fisipoluma.com
Oleh Kak Reol

Sebenarnya tidak banyak memori yang saya ingat di


masa kecil saya, namun ada satu hal manis yang terus saya
kenang, yaitu kecintaan saya pada buku. Saya sangat suka
membaca, saya ingat sewaktu kecil Ayah saya setiap hari
berlangganan koran, saya pun ikut membaca koran. Tak lama,
saya mengenal majalah Bobo, majalah anak-anak yang kala
itu sangat populer. Saya pun sempat memenangkan sebuah
kuis yang diadakan di majalah tersebut, saya mendapat
hadiah tas dan boneka Bobo. Saya sangat senang hingga saya
masih bisa mengingat perasaan bahagia kala itu. Kemudian
saya tinggal bersama keluarga Ibu saya, kakek saya adalah
seorang tentara sekaligus guru. Di rumah, kakek memiliki
sebuah rak buku besar, di dalamnya banyak sekali buku. Mata
saya tertuju pada sebuah buku tebal di rak paling atas. Saya
mencoba mengambil dengan cara memanjat, ternyata itu
adalah buku ensiklopedia mengenai tumbuhan. Setiap hari
saya membaca semua buku ensiklopedia milik kakek. Semua

70
Memori Manis itu Bernama Buku
Kak Reol

buku telah saya baca, saya pun mencari buku baru, namun
keterbatasan keluarga saya dalam hal keuangan membuat
saya tidak bisa membeli banyak buku. Akhirnya, saya
mengunjungi Gramedia setiap pulang sekolah. Disana saya
bisa bebas membaca buku, karena dahulu buku-buku tidak
dibungkus plastik seperti sekarang. Saya duduk di pojokan
sebagaimana anak-anak lain juga ikut membca, gratis.
Saya mengumpulkan uang jajan saya untuk bisa membeli
buku. Tanpa terasa, saya memiliki cukup banyak buku, mulai
dari komik hingga buku-buku mengenai tokoh penemu atau
ilmuwan sedunia. Saya jadi tahu bagaimana Newton berhasil
merumuskan gagasan mengenai gravitasi hanya dari sebuah
apel yang jatuh mengenai kepalanya. Juga bagaimana
seorang Helen Keller, seorang tuna rungu dan tuna netra yang
berhasil mendobrak keterbatasan, ia menjadi seorang aktivis,
penulis dan membangun lembaga untuk kesejahteraan
tuna netra. Dari sanalah, saya menyadari bahwa kita semua
memiliki potensi.

Buku menjadi teman baik saya, memberi banyak


inspirasi dan keberanian untuk menyuarakan sesuatu. Saya
pun mulai menulis cerpen, kemudian membuat zine-sebuah
media independen pada tahun 2008 saat saya berkuliah
di kota Semarang. Zine merupakan media saya berbagi
pandangan dan perspektif feminis dalam ruang lingkup musik
underground. Dari zine, saya memiliki banyak sahabat di
berbagai kota, kami saling barter, sekaligus berbagi ide dan
kemudian dipertemukan dalam sebuah festival zine yang
pada saat itu diadakan di Bandung. Kini, tema zine semakin

71
Memori Manis itu Bernama Buku
Kak Reol

beragam, tidak hanya membawa isu musik, pergerakan dan


politik, tapi juga personal. Seringkali, zine juga menyuarakan
kegelisahan dalam menghadapi dunia yang tidak baik-baik
saja. Setelah punya anak, saya pindah domisili ke Sorong. Di
kota ini, saya kembali membuat zine mengenai parenting dan
pembelajaran anak dengan pendekatan Montessori, sambil
menjadi pegiat literasi untuk anak-anak Papua. Tak lama
saya berkesempatan mengikuti workshop penulisan buku
anak, dan melahirkan sebuah buku berjudul Lena si Rambut
Keriting. Buku ini saya dedikasikan untuk anak-anak Papua
yang menceritakan perihal menghadapi bullying sekaligus
membawa pesan untuk percaya diri atas sesuatu yang kita
miliki, sekalipun identitas tersebut berbeda dari orang lain.
Saya pun membiasakan membacakan buku pada anak saya
setiap sebelum tidur, karena saya percaya cara sederhana ini
akan membuat ikatan yang kuat dengan anak. Kami sering
mendiskusikan hal-hal yang menarik dari sebuah buku, dan
kini ia sering membaca buku sendiri dengan bahasanya
sendiri, meskipun ia belum bisa membaca. Membacakan buku
pada anak tidak hanya membangun imajinasinya tapi juga
membuat daya tangkap dan konsentrasi anak lebih optimal,
memberi pesan edukatif tanpa menggurui dan kecintaan
pada buku, kelak akan memudahkan anak memilah informasi
sehingga tidak mudah percaya pada berita kebohongan. Jadi,
mulailah membaca buku karena kita akan mampu menjelajah
dunia tanpa batas.

72
Terlampau Mas
Affan Nur Atqiya

Terlampau Mas
Oleh Affan Nur Atqiya

Seketika senja berpamitan menuai keterbatasan.

Suasananya membawaku mengingat masa kecilku.

Kuingat dulu ibu menunjuk langit menunduk bumi


melemparkan nasihat lembutnya padaku.

Kurindu masa itu.

Masa saat masih sangat lucu dan lugu.

Saat masih sering menikmati belaian ibu.

Pun saat ayah menegur khilaf jiwaku.

Tanganku terkepal, seakan menggenggam ribuan harapan.

Tentang mimpi.

Tentang cita-cita.

Tentang berlipat-lipat tanya yang masih belum kutemukan


jawabannya.

Badanku menggigil, ibuku tak bosan merawatku.

73
Terlampau Mas
Affan Nur Atqiya

Uangku habis, ayahku tak letih letihnya memberiku.

Masa kecilku.

Aku rindu padamu.

tentang cerita-cerita yang masih kuhiasi dengan gelak tawa.

Tentang permainan yang masih kupertanyakan maksudnya.

Tentang kisah-kisah yang entah dengan kalimat apa aku


mengungkapkannya.

74
MASA KECIL Tak kan Abadi
Yusuf Nurul Qolbi

MASA KECIL Tak kan Abadi


Oleh Yusuf Nurul Qolbi

Hidup itu soal mengikuti waktu

Kadang aku tidak mengerti

mengapa ia berlalu begitu cepat

Kalau boleh

Aku ingin kembali ke masa kecilku

Disaat aku bebas bermain separuh waktu

Di ufuk timur aku melihat mentari yang cerah tersenyum

Di ufuk barat aku melihat senja yg indah nan menawan

DiKala hujan Menyapa

Kunikmati disetiap tetesannya

Bermain ria sampai ibu memarahiku

Sebelum tidur kakiku harus selalu dicuci

Disaat aku menangis ayah selalu siap menghiburku

75
MASA KECIL Tak kan Abadi
Yusuf Nurul Qolbi

Untuk masa kecilku aku mulai rindu padamu

Waktu dimana imajinasiku sulit kubendung

Jika aku mengingatmu aku hanya tertawa

Setidaknya dalam benakku

Kamu adalah masa dimana tetesan air mata bukan hal yg


memalukan

Jika ada sesuatu yg menyayat hatiku

Aku tak perlu berpura pura tegar

Jerit tangis adalah senjata untuk mendapatkan belaian kasih


sayang

Ingin rasanya kembali padamu

Dan berhenti selamanya dikamu

Tapi Sekarang.......

Jiwaku makin bertumbuh

Tubuhku kian meninggi

Tak ada lagi yg menyeka air mataku

Ibu tak akan lagi memanjakanku

Ayah tak akan lagi menghiburku

76
MASA KECIL Tak kan Abadi
Yusuf Nurul Qolbi

Mereka mengerti sudah tiba waktunya

Aku hidup mandiri

77
Emak dan Bapak
M. Nor Arif Afendi

Emak dan Bapak


Oleh M. Nor Arif Afendi

Apa yang telah kau dan aku rindukan

Apa yang telah kau dan aku rasa hilang

Sama-sama ingin kita ulang

Tangan yang dulu sering mengamankan

Pelukan yang dulu sering menghangatkan

Nasihat yang dulu sering dituturkan

Semua tentang kehidupan

Mak, Pak, ini pangeran kecilmu

Pangeran kecil yang dulu sering merengek

Pangeran kecil yang dulu sering manja

Pangeran kecil yang dulu sering menyebalkan

Pangeran kecil yang dulu sering menggu tidurmu

Kini sedang merindukanmu

78
Emak dan Bapak
M. Nor Arif Afendi

Anak mungil nan lucu yang selalu aman di dua tanganmu

Kini hanya bisa merindu lewat nyayian-nyanyian lagu

Seperti Nak dan Emak, karya Iwan Fals

Atau lewat lagu Titip Rindu Buat Ayah, karya Ebiet G Ade

Bahkan lagu Pulang, karya Iksan Skuter

Emak, Bapak ini caraku merindu

79
Cinta kasih keluarga dalam kesederhanaan
WInda Puspitasari

Cinta kasih keluarga dalam


kesederhanaan

pic by tirto.id
Judul : Keluarga Cemara

Sutradara : Yandy Laurens

Penulis Naskah : Yandy Laurens dan Ginatri S. Noer

Durasi : 110 menit

Resensator : Winda Puspitasari

Sinopsis Film:

Film yang rilis tahun 2019 ini mengisahkan tentang


keluarga kaya di Jakarta beranggotakan Abah (Ringgo Agus
Rahman), Emak (Nirina Zubir), Euis (Adhisty Zara), dan Ara
(Widuri Sasono), yang mengalami musibah penipuan serta
kebangkrutan karena ulah saudara mereka sendiri, Fajar
(Ariyo Wahab). Akibat dari penurunan ekonomi secara drastis,
keluarga Abah terpaksa tinggal di rumah tua, warisan dari

80
Cinta kasih keluarga dalam kesederhanaan
WInda Puspitasari

orang tua Abah, yang terletak di perkampungan area gunung,


Jawa Barat. Sebagai kepala keluarga, Abah berusaha keras
untuk mencari nafkah dan mencukupi kebutuhan hidup
keluarga, termasuk bekerja sebagai buruh bangunan. Hingga
pada suatu hari, Abah mengalami kecelakaan di tempat kerja
yang mengakibatkan cedera parah pada kaki kanannya.
Keluarga pun berpikir keras untuk menyambung hidup dan
memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Sementara itu, Euis, putri sulung Abah dan Emak


yang menginjak usia remaja, berusaha beradaptasi pada
lingkungan barunya, termasuk di sekolah. Sebagai anak
pindahan dari Jakarta, Euis cukup mengalami kesulitan dalam
bergaul dengan teman-teman barunya. Namun, berkat
bantuan empat teman barunya, yaitu Andi ( Joshia Frederico),
Deni (Kafin Sulthan), Ima (Kawai Labiba), dan Rindu (Yasamin
Jasem), Euis dapat mengatasi kesepian serta masa-masa
sulit sebagai anak pindahan.

Segala macam jerih payah, keluarga ini tempuh demi


menyambung hidup, salah satunya yaitu berjualan keripik
opak. Euis dengan rasa malu lantara teman-temannya tahu
mengenai kemerosotan ekonomi keluarganya, terpaksa
membawa beberapa keripik opak untuk ia jual di sekolah.
Di tengah kesulitan yang melanda, Emak memberi kabar
tidak terduga mengenai kehamilan ketiganya. Tak ingin
memperkeruh suasana, Abah dengan bijaksana memberi
ketenangan dan berkata bahwa “Setiap anak ada rezekinya
masing-masing”. Setelah sembuh dari sakitnya, Abah pun
kembali membanting tulang dengan bekerja sebagai tukang

81
Cinta kasih keluarga dalam kesederhanaan
WInda Puspitasari

ojek online.

Berbagai macam rintangan hidup, mereka hadapi


bersama. Dalam keadaan yang sulit sekalipun, kasih cinta
dari keluarga tersebut sangat terasa. Kehangatan dan
perjuangan bersama-sama mampu membawa penonton
ikut merasakan kuatnya ikatan keluarga tersebut. Tak heran
bila film yang diadaptasi dari cerita bersambung layar televisi
ini mendapatkan banyak apresiasi serta respon positif dari
penikmat film tanah air. Tayang serentak di seluruh Nusantara
pada tanggal 3 Januari 2019, film ini mampu menarik minat
lebih dari seratus ribu penonton, dan terus bertambah seiring
penayangannya, sehingga menggaet beberapa penghargaan
serta dapat dikatakan sebagai salah satu film terlaris pada
masanya.

Kelebihan:

- Kelebihan dari film ini yakni dapat menguras emosi pe-


nonton, sehingga tak sedikit dari mereka menitihkan air
mata selama penayangan berlangsung.

- Kemampuan akting para pemain juga cocok dan pas


dalam mendalami karakter di film ini.

- Latar dan suasana tempat yang dipilih cukup strategis


dalam menggambarkan pedesaan yang masih asri
dan jauh dari kebisingan kota.

- Pesan moral dari film ini dapat tersampaikan dengan


baik dan jelas, tanpa adanya teori yang mengharus-

82
Cinta kasih keluarga dalam kesederhanaan
WInda Puspitasari

kan penonton berfikir keras.

Kekurangan:

- Terdapat kejanggalan dalam salah satu adegan film


ini, yakni cedera yang dialami oleh Abah terhitung cuk-
up lama untuk ukuran cedera seperti patah tulang. Hal
tersebut dapat dihitung melalui awal kehamilan Emak
hingga scene selanjutnya yang menunjukkan usia ke-
hamilan kisaran enam atau tujuh bulan. Di sini, dapat
kita lihat kaki abah yang masih terbungkus gips serta
tongkat yang senantiasa membantunya berjalan.

- Salah satu adegan yang menunjukkan detik-detik


Abah mengalami kecelakaan kerja, dapat dengan
mudah ditebak bagaimana kecelakaan tersebut akan
terjadi. Jadi, kesan dari adegan tersebut kurang lebih
seperti drama sinetron.

Terlepas dari kelebihan dan kekurangan yang dimiliki


film Keluarga Cemara ini, saya pribadi merasa senang dan
puas setelah menontonnya. Pesan yang terkandung dalam film
dapat menginspirasi banyak orang betapa pentingnya saling
mengerti antar anggota keluarga. Sehingga keharmonisan,
kehangatan, cinta, dan kasih masih dapat terasa dan terus
terjalin dengan erat. Bagaimanapun keadaan kita, keluarga
akan selalu ada dan menjadi penyemangat nomor satu dalam
hidup. Film ini dapat ditonton oleh semua kalangan, dan saya
juga merekomendasikan film ini untuk dinikmati bersama
dengan keluarga.

83

Anda mungkin juga menyukai