Anda di halaman 1dari 3

Dibawah Pohon Beringin

Karya Graciela Winata

Pamali sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Hal yang menyebabkan
setan ikut berkeliling di lingkaran kehidupan masyarakat dan akan terus mengelabuhi
manusia.

Pada saat itu tahun 1970,tepatnya di Kertosono, Surabaya, Jawa Timur. Seorang
gadis kecil yang tidak sama seperti teman-teman sebayanya hidup pada waktu itu. Ia
lebih pendiam dan tidak periang. Gadis itu bernama Rini. Ia berumur 6 tahun pada saat
itu. Sepulang sekolah, Siti, teman sebangku Rini mengajak Rini bermain sore nanti.

“Rini, nanti sore main bareng yuk sama aku dan teman-teman lainnya” ajak Siti.

“Ah, iya iya, aku mau main bareng sama kamu dan teman-teman. Nanti sore kamu
panggil aku” ujar Rini.

“Iya, sampai nanti sore ya” teriak Siti sambil berjalan kearah ibu yang sudah
menjemputnya.

Tak lama kemudian, ibu Rini pun menjemput Rini. Rini kembali ke rumah dengan
hati yang senang. Hari semakin sore, Rini telah meyelesaikan pekerjaan rumah yang
diberikan guru di sekolah. Namun, karena kelelahan ia tertidur usai menyelesaikan
pekerjaan rumahnya itu.

“Rini..Rini main yukk” panggil Siti dan teman-teman lainnya.

Mendengar suara panggilan namanya, Rini langsung terbangun dan meminta izin
kepada ibunya untuk bermain keluar rumah bersama teman-temannya.

“Iya, tunggu sebentar ya” riang Rini sambil memakai sandal kecilnya.

Karena terlalu asik bermain, Rini lupa pulang kerumah. Waktu menunjukkan pukul
6 sore. Tanpa diketahui ibunya, Rini bersama teman-temannya bermain sampai ke
kebun. Dirumah, kekhawatiran muncul dari ibu Rini.

“Rini…Rini..pulang nak! sudah malam” panggil ibu Rini dari depan rumah.

Namun, tidak ada tanggapan dari anak-anak. Hari menunjukkan pukul 7 malam.
Kekhawatiran ibu Rini semakin memuncak. Ia pergi kerumah teman Rini untuk
menanyakan keberadaan Rini.

“Permisi bu, mau tanya , apakah Rini ada di sini?” Tanya ibu Rini dengan gelisah.

1
“Tidak ada bu. Bukannya Rini sudah pulang dari tadi?” Tanya ibu teman Rini

“Belum bu, makanya saya tanya kemari” sahut ibu Rini.

Ibu Rini sudah mencari Rini ke semua tempat bersama ayah Rini, namun Rini tidak
ditemukan. Karena sudah hilang akal, mereka melaporkan ke kepala desa. Kepala desa
dan para masyarakat desa bersama-sama mencari Rini.

“Rini..Rini.. dimana kamu?” teriak salah satu warga desa sambil memukul panci.

Para warga desa bekerja sama mencari Rini dengan memukul alat-alat dapur.
Masyarakat desa percaya jika anak-anak belum pulang bermain sampai larut malam,
kemungkinan besar telah diculik oleh hantu bernama Wewe Gombel. Mereka percaya
bahwa dengan memukul alat-alat dapur secara bersama-sama, akan membuat
kebisingan yang membuat Wewe Gombel takut dan melepaskan anak yang diculiknya.

Tak berselang lama kemudian, seorang warga menemukan Rini dibawah pohon
beringin yang besar. Rini ditemukan dalam kondisi tidak sadarkan diri, dengan tubuh
penuh lumpur dan beraroma tidak sedap. Para warga pun membawa Rini kembali
kerumah. Dirumah, ayah Rini telah memanggil orang pintar untuk membangunkan Rini.
Tak beberapa lama kemudian , Rini pun tersadar dari pingsannya. Ibu Rini bertanya
kepada Rini apa yang terjadi padanya.

“ Rini, kamu ini Rini anakku kan?” Tanya Ibu dengan ceria.

“ Iya bu, sekarang aku ada dimana ?” Tanya Rini dengan lemas.

“ Kamu ada dirumah nak, tadi kamu ditemukan pingsan di bawah pohon besar.

Mendegar hal tersebut membuat Rini sadar akan apa yang ia alami. Ia pun mulai
bercerita sedikit demi sedikit.

“ Saat bermain petak umpat tadi, aku bingung karena harus mencari teman-teman yang
bersembunyi. Aku pun nyasar ke suatu tempat yang gelap. Aku tidak tahu jalan untuk
pulang. Terdengar suara burung gagak yang lalu lalang diatas kepalaku. tak lama
kemudian, ada seorang mahluk bertubuh besar dihadapanku dan aku pun dibawa lari
olehnya entah kemana. Pada saat itu aku dipeluk olehnya dan tercium bau tidak sedap
dari tubuhnya. Lalu aku pun tak sadarkan diri. Saat tersadar aku sudah ada dirumah yang
dipenuhi orang-orang” ujar Rini.

Lalu, kepala desa menghimbau warga desa untuk mengawasi anak-anaknya saat
bermain di sore hari dan memberitahu mereka untuk pulang sebelum maghrib. Peristiwa
yang dialami Rini menjadi pelajaran bagi para orang tua di desa pada saat itu. Peristiwa

2
tersebut membuat Rini menjadi trauma untuk bermain. Mulai saat itu, Rini tidak pernah
bermain sore dengan teman-temannya. Jikalau ingin bermain, itu hanya di depan
rumahnya.

Anda mungkin juga menyukai