Anda di halaman 1dari 14

KUMPULAN CERITA PENDEK

Oleh : Mutia Rozaqku


November 2022
BAPAK PENJUAL JAM

Pada suatu pagi, Pak Haydi baru membuka toko mainannya. Sekitar setengah jam kemudian,
datang seorang perempuan dan anak laki-lakinya yang masih kecil. Didalam toko, anak kecil
tersebut minta dibelikan sebuah mainan pesawat terbang, tapi ibunya menolak karena harganya
terlalu mahal. Akibatnya, anak kecil tersebut menangis sambil merengek minta dibelikan. Tidak
tega melihat anak kecil tersebut terus menangis, Pak Haydi memperbolehkan perempuan tersebut
membayar dengan seadanya saja. Awalnya perempuan tersebut menganggap Pak Haydi
bercanda, tapi Pak Haydi mengatakan kalau dia benar-benar serius. Akhirnya anak kecil tersebut
berhenti menangis setelah mainan yang dia mau berada di genggamannya. Perempuan tersebut
berterima kasih banyak, dan mendoakan semoga usaha Pak Haydi sukses, kemudian dia pergi
meninggalkan toko.
Mengetahui hal tersebut, istrinya protes kepada Pak Haydi karena sering memperbolehkan
beberapa pembeli membayar dengan sesukanya. Padahal bulan ini baru sekali, tiga bulan yang
lalu juga sekali. baru lima bulan yang lalu ada dua orang.
Suatu saat, Indonesia dilanda krisis ekonomi yang membuat dagangannya sepi pembeli,
sehingga pendapatannya menjadi kecil. Istrinya juga kehilangan pekerjaan setelah dipecat dari
toko makanan tempat dia bekerja. Kondisi ini membuat pada suatu malam Pak Haydi dan
istrinya bertengkar. Putri semata wayangnya yang masih bersekolah di kelas 2 SMA
memutuskan untuk berhenti sekolah dan mencari pekerjaan, tapi ditolak keras oleh Pak Haydi,
karena jika begitu maka usaha Pak Haydi selama ini untuk menyekolahkan putrinya menjadi sia-
sia saja.
Dua hari kemudian, putrinya mengalami kecelakaan ketika angkutan umum yang
ditumpanginya bertabrakan dengan sebuah truk. Sempat dibawa ke rumah sakit, namun
sayangnya setelah beberapa hari dirawat, nyawanya tidak tertolong akibat luka yang parah di
kepalanya.
Kejadian itu membuat Pak Haydi dan istrinya terpukul. Keuangannya juga menjadi terkuras.
Setelah itu istrinya memutuskan untuk cerai dan kembali ke kampung halamannya. Rekan kerja
istri Pak Haydi memberitahu kalau istrinya sebenarnya sudah cukup lama kenal dekat dengan
seorang laki-laki lain yang lebih mapan darinya, dan istrinya pergi bersama laki-laki tersebut.
Mengetahui hal tersebut, hati Pak Haydi seakan dicabik-cabik.
Suatu hari datanglah seorang lelaki bernama Arsa ke tokonya, dia mengaku mengenal Pak
Haydi, tapi Pak Haydi tidak mengenal Arsa. Arsa menjelaskan pada Pak Haydi kalau dia adalah
anak kecil yang dulu pernah diberi jam tangan oleh Pak Haydi, ketika Pak Haydi masih
membuka toko jam. Sebelum menjadi penjual mainan, Pak Haydi adalah seorang penjual jam.
Ketika itu Arsa masih kecil, dia berkunjung ke toko jam Pak Haydi, dia menginginkan sebuah
jam tangan yang dipampang di toko, tapi dia tidak bisa membelinya karena dia adalah seorang
gelandangan yatim piatu yang tidak membawa uang. Saat itu istrinya yang sedang jaga toko
mengusirnya, tetapi Pak Haydi merasa iba dan memberikan jam tangan yang dinginkan Arsa
secara gratis.
Awalnya Arsa hanya berniat untuk bersilaturahmi dan membalas kebaikan Pak Haydi di masa
lalunya itu, tapi setelah mendengar cerita dari tetangga mengenai keadaan Pak Haydi sekarang,
dia menjadi berniat membantu masalah Pak Haydi.
"Pak, saya sempat lupa alamat toko bapak ini setelah bertahun-tahun lamanya, kemudian saya
bertanya-tanya sama tetangga disini, dan salah satu tetangga menceritakan tentang keadaan
bapak sekarang ini. Saya ikut sedih, dan... saya ingin membantu bapak, saya akan memberikan
dana untuk bapak supaya usaha mainan bapak ini jalan kembali. Saya juga akan mencarikan
pegawai untuk bapak, apalagi sekarang jamannya teknologi informasi, kita harus beradaptasi
dengannya." Kata Arsa.
"Tak usah repot-repot anak muda, saya..."
Arsa memotong perkataan Pak Haydi, "Pak, anggap saja ini adalah balasan dari Tuhan atas
kebaikan yang telah bapak lakukan. Pak, waktu dulu itu saya hidup susah, setelah kedua orang
tua saya meninggal, saya terpaksa menjadi gelandangan. Tapi setelah semua kerja keras yang
saya lakukan, dan berkat pertolongan Tuhan pula, saya bisa menjadi pengusaha seperti ini,
syukur dengan semua ini. Saya juga ingin beramal baik Pak, dan ini adalah kesempatan yang
sangat baik. Jadi izinkan saya ya Pak...
Kemudian Pak Haydi teringat dengan nasihat agar jangan menghalangi orang yang hendak
berbuat baik.
"Baiklah anak muda, saya tidak tahu harus mengatakan apa, tapi saya sangat berterima kasih
sekali, saya tidak menyangka, bahkan saya lupa dengan anda yang waktu masih kecil itu pernah
datang ke toko saya ketika masih berjualan jam... Air mata pun turun dari mata Pak Haydi, dan
dia memeluk Arsa, "Makasih banyak ya dek Arsa, makasih banyak
"Tak apa Pak Haydi, bersyukurlah pada Tuhan..." Kata Arsa.
Kemudian Arsa memberikan dananya kepada Pak Haydi untuk membangun kembali toko
mainannya. Kali ini tokonya memiliki beberapa pegawai. Selain itu, sistem pemasarannya juga
menjadi lebih maju seiring perkembangan teknologi informasi.
Pada suatu hari, Arsa menghampiri Pak Haydi yang sedang memugar tokonya.
"Ada rencana untuk menjual jam lagi Pak?" Tanya Arsa.
"Hmmm... sepertinya tidak, saya betah menjadi penjual mainan, membuat saya dekat dengan
anak- anak, saya suka anak-anak. Lagipula majunya teknologi ini membuat semuanya menjadi
semakin menarik, anak-anak muda itu tau bagaimana caranya memanfaatkan itu semua." Jawab
Pak Haydi sambil memperhatikan pegawainya yang sedang ikut memugar.
Pak Haydi terus menjalankan tokonya selama sekitar 5 tahun, sayangnya tak lama setelah itu,
Pak Haydi meninggal dunia akibat penyakit yang dideritanya. Untuk sementara, toko mainannya
dijalankan oleh salah seorang pegawai kepercayaan Pak Haydi.
Arsa yang ketika menghadiri pemakaman Pak Haydi sudah menikah, merasa sangat kehilangan.
istrinya mencoba menenangkannya.
"Yang.." kata istrinya sambil mengusap air mata Arsa.
"Aku sudah menganggap dia sebagai ayahku sendiri, aku selalu ingat dia, ketika aku masih
kecil itu, sampai sekarangpun aku selalu ingat dia adalah bapak penjual jam, bapak penjual jam
yang sangat baik hati." Kata Arsa sambil menangis.
"Tetangga-tetangganya pun mengatakan kalau dia adalah orang yang baik, tidak ada satupun
yang mengatakan kejelekan tentang dirinya." Kata istrinya.
Arsa kemudian berhenti menangis dan mengatakan, "Semoga amal ibadahmu diterima disisi-
Nya. wahai bapak penjual jam."

8 November 2022
BINTANG JATUH

Malam ini adalah malam yang cerah. Waktu yang tepat untuk melakulan yang kusebut dengan
tadabur alam. Kedua orangtuaku sedang berada di rumah bibi, di luar kota, katanya lusa haru
pulang: sedangkan adik perempuanku menginap di rumah temannya untuk mengerjakan tugas
kuliah.
Aku menyeduh segelas minuman jahe instan, lalu membawanya ke balkon. Sampai di tangga,
ponselku yang kutaruh di kamar berbunyi, tanda ada pesan masuk. Aku segera kesana untuk
mengeceknya.
Ternyata sebuah SMS dari sahabatku, Haris yang tiga hari lalu berangkat ke kampung
halamannya kota Pekanbaru, Riau untuk menghadiri pernikahan sepupunya.
"Hey sob, sekarang saya masih di pesawat, euacanya cerah. Sekitar setengah jam lagi mendarat.
Tak sabar untuk mancing lagi besok. Tunggu saya." Begitulah isi pesannya.
Setelah itu aku menuju ke balkon. Disana adalah tempat untuk menjemur pakaian, namun
masih tersisa tempat untuk bersantai. Ups... aku lupa membawa kursi lipat, sehingga aku mesti
turun lagi ke bawah untuk mengambilnya.
Kursi lipat itu aku bentangkan. Aku duduk seperti orang yang sedang berjemur di pantai.
Mataku memandang ke langit yang dihiasi oleh bintang-bintang. Aku suka ini. Menghayati
betapa besarnya ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Rumahku terletak di daerah dataran tinggi, di sebelah timur terdapat sebuah kota besar yang
posisinya lebih rendah. Aku bisa memandangnya seperti memandang dari puncak gunung.
Sungguh indah sekali selain bisa melihat pemandangan langit, aku bisa melihat gemerlapnya
pemandangan kota di malam hari.
Daerah rumahku ini juga jauh dari keramaian kota. Udaranya masih segar, tidak pengap oleh
asap dan bau kendaraan bermotor, atau hasil pembuangan pabrik.
Ketika memandangi bintang-bintang di langit, aku selalu bertanya, seberapa loaskah alam
semesta ini? Sampai sekarang ilmu pengetahuan belum memberi jawahan yang pasti, selain,
bertahun-tahun cahaya. Selain itu, imajinasiku berjalan jauh dengan bintang-bintang di langit.
Berkhayal jika manusia mampu melakukan perjalanan antar bintang, melakukan penjelajahan di
luar angkasa, seperti di film-film.
Sebuah bintang berwarna biru terlihat lebih besar dibanding bintang-bintang di sekitarnya.
Bintang itu pastilah sangat panas, lebih panas dari matahari yang berwarna kuning. Ilmu
pengetahuan menjelaskan semakin biru warna bintang, maka semakin panas suhunya;
sebaliknya, semakin merah semakin dingin suhunya; dan matahari berada di antara keduanya.
Minuman jahe ini menghangatkan tubuhku, membuat mataku terpejam dalam suasana malam
yang disertai suara jangkrik dan pepohonan yang tertiup angin.
Tak terasa waktu berlalu cukup lama.
Suara pesawat terbang membuka mataku. Saat itu pula aku melihat sebuah bola api di langit
yang sedang menuju ke arahku. Apakah itu meteorit? Bola api tersebut terus membesar, diiringi
oleh suara mesin jet pesawat yang memekakkan telinga. Setelah kuamati lagi, ternyata itu adalah
sebuah pesawat terbang bermesin jet ganda. Mesin sebelah kirinya mengeluarkan api. Pesawat
tersebut tepat melintas beberapa meter diatas rumahku. Aku segera berlari untuk masuk ke dalam
rumah. Kurasakan panas dari api tersebut dan bau aneh yang menyengat. Beberapa benda seperti
besi yang terbakar berjatuhan menimpa balkon dan genting rumahku. Suara pesawat tersebut
memekakkan telinga, memunculkan suara "ngiling" dalam pendengaranku. Itu sempat membuat
lariku oleng, tapi aku mampu sampai ke tangga.
Di dalam rumah, aku mendengar suara ledakan yang amat dahsyat: kemudian rumah terasa
berguncang hebat seperti gempa, beberapa perabotan jatuh ke lantai, aku takut jika rumah ini
roboh, dan aku juga takut jika pesawat itu menghancurkan rumahku; saat itu sebuah guci di atas
lemari jatuh menimpa kepalaku, membuatku pusing dan tak sadarkan diri, semuanya gelap.
Namun untuk beberapa detik, aku mampu mendengar suara orang-orang di luar berteriak,
terutama suara perempuan yang menjerit ketakutan.
Sinar matahari yang masuk lewat jendela menyoroti kedua mataku, membangunkanku dari
pingsan semalaman. Kupegang kepalaku, ada benjolan yang terasa sakit sekali.
Pesawat itu! Aku langsung teringat kejadian semalam. Kuambil celana panjang dan jaket,
kemudian keluar rumah.
Diluar banyak sekali orang. Sirene mobil ambulan dan pemadam kebakaran terus berbunyi.
Orang-orang yang sepertinya petugas tampak sibuk. Masyarakat pun banyak menuju lokasi
jatuhnya pesawat tersebut.
Pesawat tersebut jatuh menimpa beberapa rumah yang terletak di belakang rumahku. Hampir
semua rumah-rumah tersebut hancur lebur, sisanya hangus terbakar. Bangkai pesawat hancur
berserakan, tidak ada yang utuh, kecuali sayap kanan dan sebagian ekornya yang masih bisa
dikenali. Mesin sebelah kanannya tergeletak tidak jauh di belakang sayap.
Aku tidak bisa mendekat ke lokasi lebih dalam lagi karena dijaga oleh beberapa petugas.
Tampak banyak orang yang menangis, terutama para ibu-ibu. Aku merasakan kesedihan yang
mendalam dari mereka yang menangis itu.
Walaupun sepertinya api sudah berhasil dipadamkan, asap masih mengepul ke udara dari lokasi
kecelakaan. Baru kali ini ada peristiwa pesawat jatuh ke daerahku, tentu ini membuat orang-
orang sangat terkejut.
Aku penasaran dengan pesawat apa dan dari mana pesawat yang jatuh tersebut. Di sebuah
warung, ada dua orang wartawan stasiun TV yang sedang mengobrol dengan beberapa warga.
Aku mendekat kesana untuk menanyakannya.
Seorang wartawan tersebut mengatakan kalau pesawat yang jatuh itu adalah pesawat komersil
dari maskapai Tarangga Air, sebuah maskapai swasta Indonesia, jurusan Pekanbaru-Bandung.
Sejenak aku terdiam, keringat dingin keluar. Aku ingat nama Tarangga. Kubuka ponsel dan
kubaca pesan-pesan kemarin, dan kutemukan itu. SMS dari Haris yang menyebutkan kalau dia
naik pesawat Tarangga Air dari Pekanbaru yang langsung menuju ke Bandung. Aku juga ingat
SMS darinya tadi malam ketika dia berkata kalau setengah jam lagi akan mendarat, dan itu
adalah di Bandung Pesawat itu melintas di atas rumahku tak lama setelah SMS tersebut. Aku
yakin kalau itu adalah pesawat yang ditumpangi Haris.
Aku kaku, airmata mengalir, mengueur membasahi kedua pipi. Rasa sedih yang teramat
muncul dari dalam hati. Tak kuasa ku menahan tangis. Mereka yang di warung menatap
kearahku. Wartawan tadi memegang bahuku dan bertanya, "Kenapa kang?"
Aku menjawab, "Sahabatku ada didalam pesawat itu."
18 November 2022

SOLUSI UNTUK PULPEN

Aku sudah muak dengan apa yang terus menimpaku beberapa bulan terakhir ini di sekolah. Apa
karena aku ini lemah, sehingga selalu menjadi sasaran orang-orang ngeyel itu?
Setiap kali setelah istirahat, isi pulpenku selalu diambil, atau ditukar dengan yang lain.
Sebenarnya aku tahu siapa saja pelakunya, orangnya selalu bergunta-ganti, tetapi masih
komplotan itu. Aku bisa mengetahui dari ekspresi muka-muka mereka yang selalu terlihat puas
setelah menjalankan aksinya.
Hingga pada suatu hari, aku menemukan cara untuk mencegah mereka tidak berbuat seperti itu
lagi padaku. Siang itu sebelum istirahat, aku memasang kamera kecil di barisan belakang.
Tersembunyi didalam tas temanku yang sudah kuminta izin.
Di rumah, aku melihat kembali rekaman tadi. Terlihat ada dua orang komplotan tersebut
menghampiri mejaku, kemudian mulai melakukan gerak-gerik yang tidak baik. Aku tertawa
cekikikan, ketika mereka menjadi kikuk saat mencoba membuka penutup isi pulpenku. Karena
tidak berhasil membukanya, mereka pergi dengan wajah keberanan.
Ya... aku telah mengelem penutup isi pulpenku, sehingga isinya tidak bisa dikeluarkan. Sebuah
solusi yang cukup ampuh.

22 November 2022

TETANGGA

Semua orang pasti mengharapkan memiliki tetangga yang baik. Apa jadinya kalau tidak
memiliki tetangga yang baik? Syukur aku memiliki tetangga yang baik, tidak pernah
mengganggu, hanya saja dia lebih tertutup dibandingkan tetangga yang lainnya. Dia memiliki
seorang istri, seorang anak perempuan, dan seorang anak laki-laki.
Suatu sore aku mendengar suara keributan dari tetanggaku itu.
"Aku ingin mobil!" Kata istrinya, diikuti suara pintu yang dibanting. Benar dugaanku, yang
jarang atau tidak pernah ribut, sekali ributnya, seperti gunung berapi yang lama tidak aktif.
Selama sebulan ini, sepertinya mereka jarang berada di rumah, atau memang jarang keluar
rumah. Entahlah, terkadang memberikan kesan misterius.
Ketika sedang mandi, aku mendengar suara orang berbicara yang berasal dari tetanggaku itu.
Aku dapat mendengamya, karena tembok ini berbatasan langsung dengan rumahnya; ditambah
ada lubang ventilasi yang berdekatan dengan genting rumahnya. Namun, suara orang yang
berbicara itu tidak seperti yang sedang mengobrol, tidak terdengar suara lawan bicaranya, tapi
terdengar seperti yang sedang komat-kamit.
Pagi itu, aku melihat sebuah mobil di depan rumahnya, lalu bersama istri dan kedua anaknya,
masuk ke dalam mobil dan pergi entah kemana. Mungkin liburan, karena sekarang hari Sabtu.
Sabtu depannya, aku kembali melihat sebuah mobil di depan rumahnya, kali ini berbeda dengan
sebelumnya. Tak lama kemudian istrinya masuk ke dalam mobil tersebut. dengan pakaian yang
glamour, lalu pergi entah kemana. Baru sekarang aku melihat istrinya seperti itu, biasanya
pakaiannya sederhana.
Awalnya aku tidak yakin kalau tetanggaku itu memiliki dua mobil, tapi berubah ketika melihat
dua mobil tersebut yang selalu bulak-balik hampir setiap harinya, ditambah mereka membeli
sepeda motor sebanyak tiga unit. Satu untuk dia dan istrinya, dan sisanya masing-masing untuk
kedua anaknya. Pikirku, mungkin mereka memiliki pekerjaan baru yang mengharuskan
menggunakan mobil.
Tiga bulan berlalu, pada suatu malam aku merasa sangat kepanasan, begitu pula istri dan
seorang putriku. Semuanya merasa aneh, karena diluar, udara terasa normal, dingin. Setelah
kunyalakan kipas angin dan membuka beberapa jendela, hawa panas masih terasa, namun dapat
diminimalisir, semuanya kembali tidur.
Sekitar pukul 2 dini hari, aku pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil; lalu aku mencium
bau yang tidak sedap, bau amis yang datang dari lubang ventilasi. Selesai itu, aku nak ke atas
untuk memeriksa, dan ternyata benar, bau tersebut berasal dari tetanggaku.
Kuberanikan untuk mengetuk pintu rumahnya, tapi tidak ada respon. Saat kuputuskan untuk
pulang, pintu terbuka, anak perempuannya keluar dan langsung memelukku.
"Pak Yudi... tolong saya pak!"
"Kenapa, ada apa ini?"
... ayah... ayah...
"Kenapa dengan ayah?"
"Dia membunuh Ari... dan juga... dan juga... ibu...." Tangannya yang berlumuran darah
mengenai bajuku.
Aku langsung masuk ke dalam dan mendapati istri serta anak lelakinya terbujur kaku
bersimbah darah di lantai ruangan keluarga. Tapi, aku tidak menemukan dia.
Lalu aku naik ke lantai dua dan menemukannya di gudang: dia sedang berdiri menghadap
dinding. Disana terdapat menyan, buah-buahan, kopi, rokok, lilin, dan benda-benda aneh lainnya.
Ketika kupanggil, dia membalikkan badannya ke arahku, kulihat matanya merah, dan wajahnya
gelap. Dia tersenyum padaku.
28 November 2022

MOBIL BARU SI BADJA

Sore itu sehabis kerja, Bagja mengendarai mobil sedannya yang baru saja dia beli. Saking
senangnya, dia bernyanyi-nyanyi sambil menyetel musik Rock n' Roll kesukaannya. Suara
raungan gitar dan vokal yang melengking memenuhi mobil yang hanya diisi oleh dirinya sendiri.
Saat memasuki daerah pemukiman penduduk, tiba-tiba, mesin mobil tersebut mati. Coba
dihidupkan kembali, tidak bisa; dicoba berkali-kali lagi, masih tetap tidak menyala. Diperiksa
mesinnya, semua tampak baik-baik saja. Roda, ban, dan rem pun tidak ada yang bermasalah.
Bagja kebingungan, dia melamun, Diluar hujan turun dengan cepat. Di dasbor, terdapat
sebatang coklat pemberian kekasihnya yang menutupi panel kemudi, dia tersenyum.
Ketika sedang mengunyah coklat tersebut, matanya tertuju pada panel indikator bahan bakar
yang merah menyala, menandakan bahwa tangkinya kosong.
"Aduh!" Bagja menepuk dahinya," lupa... pantas mesinnya mati...
Terpaksa dia harus meminta tolong pada warga sekitar untuk menderek mobilnya ke sebuah
SPBU yang letaknya cukup jauh dari sana.

30 November 2022

BERSAMA, MENUJU KEGELAPAN

Sebuah mobil yang berisi sekumpulan remaja, merayap dalam guyuran hujan deras menuju
sebuah wilayah perbukitan yang dipenuhi pohon.
Karena jarak pandang yang terbatas, salah seorang dari mereka menyuruh untuk menepi
sejenak, tapi si pengemudi menolaknya.
"Kamu ini penakut sekali sih. Nih, aku nyalakan lampu kabutnya." Kata Bayu pada Elan.
Hujan pun berhenti, tapi jalanan tetap berkabut. Tak lama kemudian, dari arah yang berlawanan
muncul sebuah mobil. Pengemudinya membunyikan klakson dan menurunkan kaca depan.
"Hey, kalian mau kemana?" Tanya bapak tersebut.
"Kami mau ke kota Kaler." Jawab Bayu.
"Jangan lewat sini, saya juga balik arah, mau lewat jalan bawah saja, biarlah macet juga."
"Terimakasih pak, tapi kami akan tetap lewat sini, lebih asyik daripada harus bermacet-macetan
ditengah kota."
"Ouh... yasudah, saya cuman ngasih saran."
Kembali ke perjalanan, mereka mendapati sebuah mobil yang berhenti di pinggir jalan. Semua
lampu seinnya menyala kelap-kelip.
"Maaf pak, mobilnya kenapa? Apa ada yang bisa kami bantu?" Tanya Bayu.
"Oh tidak, tidak apa-apa, tadi hanya mogok sebentar, lalu istirahat sejenak. Ini juga mau
berangkat lagi."
"Syukur kalau begitu."
"Mmm... kalian mau kesana ya, kota Kaler?"
"Iya pak, ini kami baru lulus SMA, mau ngerayain di rumah teman kami."
"Jangan lewat sana, makanya ini saya juga balik arah." "Memangnya kenapa pak?"
"Ya jangan saja, tadi saya ketemu orang sini, katanya bahaya kalo lewat sini sendirian. apalagi
sekarang cuacanya hujan."
"Tapi kami ada 7 orang pak?"
"Maksudnya, kendaraannya jangan sendirian, baiknya banyakan seperti konvoi, atau minimal 3
mobil." Bapak itupun kemudian berlalu.
Karena merasa aneh, Elan menyarankan Bayu untuk berbalik arah saja dan menggunakan jalan
bawah, tapi ditolak.
"Kenapa harus merasa aneh, dan kenapa pula harus balik arah, terus mengambil jalan bawah?"
Di pertengahan jalan, mereka menemukan sebuah warung, kemudian berhenti untuk membeli
rokok.
"Hanya kalian dalam satu mobil?" Tanya seorang ibu pemilik warung tersebut.
"Ya..."
"Sebaiknya kalian tidak lewat sini, balik arah dan ambil jalan lain. Sangat berbahaya, apalagi
sekarang berkabut dan hujan."
Bayu menggaruk-garuk kepalanya, "Bu, sebenarnya ada apa? Sebelumnya saya sudah bertemu
dua orang bapak-bapak, mereka mengatakan hal yang sama pada kami.
"Ya, tadi suami saya juga baru memberitahu seorang bapak-bapak yang menggunakan mobil
sedan merah,"
"Sebenarnya ada apa sih bu?"
Ibu itu berwajah datar. Tanpa menatap Bayu, dia merapi-rapikan dagangannya.
"Aku tidak mengerti dengan mereka semua, sebenarnya ada apa?" Keluh Bayu. "Bay,
sebaiknya kita balik arah saja. Aku merasa ada yang tidak beres dengan tempat ini." Kata Elan.
"Ah, sepertinya kamu juga terbawa omongan orang-orang tadi."
"Kalau kamu takut kegelapan, keterlaluan, kita kan bersama-sama? Kalau sendirian wajar.
Yasudah kita bersama-sama saja menuju kegelapan, hahaha!
Mereka sampai pada tanjakan yang cukup panjang. Tiba-tiba hujan turun mengguyur mereka.
"Weuh, makin gelap saja..." kata Elan.
Lampu kabut tetap tidak mampu untuk menembus tirai air yang menghalangi pandangan. Laju
mereka menjadi melambat. Jam di dasbor menunjukkan pukul 16.50.
Setelah itu, jalanan menurun.
"Hati-hati Bay... santai saja." Kata Elan gemetaran.
"Ya aku tahu, ini juga santai!"
Di akhir turunan, mereka mendapati pepohonan rimbun di sebelah kiri jalan yang membuat
kegelapan.
Tiba-tiba Elan berteriak, "Bay, belok kiri, itu jalannya kesana, belok, belok!" Sambil menunjuk
ke pepohonan tadi.
Bayu meliuk ke kiri, tapi mobil langsung menukik ke bawah, jatuh menuju kegelapan.
Semuanya hanya bisa berteriak meminta tolong. Jam di dasbor menunjukkan pukul 17.00.
Setelah itu suara-suara teriakan tersebut berhenti, menyisakan suara hujan dan beberapa hewan
yang menjadi saksi bisu.

Anda mungkin juga menyukai