Anda di halaman 1dari 3

Tahukah kita asal mula ilmu pengetahuan???

Berikut adalah sebuah renungan kejernihan yang saya kutip dari buku berjudul "The Islamic Golden Rules, 17 Aturan Emas Meraih Puncak Kesuksesan dan Kejayaan." Karya Bpk. Laode M. Kamaluddin dan A. Mujid El Shirazy.

Sekelompok Mahasiswa filsafat yang terdii atas empat orang terpaksa melewatkan malam di sebuah desa kecil yang terletak jauh dari pusat kota setelah mobil yang mereka kendarai menuju kota mogok. Malang bagi mereka, karena satu-satunya mekanik di desa kecil tersebut baru bisa mereparasi dua hari kemudian, lantaran sang mekanik harus menjadi pengiring pengantin saudaranya, dan tak bisa diganggu gugat. Tentu saja, para mahasiswa itu sangat kesal. Namun lantaran tidak ada alternatif yang lain, mereka pun bersedia menuggu dua hari. Selama menunggu itulah, sang mekanik mengundang Mahasiswa untuk ikut juga menghadiri pesta pernikahan saudaranya. Malam itu, di tengah berlangsungnya pesta pernikahan, secara tidak sengaja mempelai laki-laki mendengar pembicaraan sekelompok mahasiswa filsafat. Mereka berbicara banyak hal, yang samasekali belum pernah mereka dengar, sesuatu yang memikat perhatiannya. "Dari mana kaliah mendapat pengetahuan semacam ini?" tanya pengantin laki-laki kepada sekelompok mahasiswa itu. "Bertahun-tahun lamanya kini belajar di universitas hingga kami berhasil meraih gelar sarjana. Kami sering melakukan riset juga menyampaikan materi perkuliahan. Dan saat ini, kami hendak menghadiri sebuah konferensi penting yang dihadiri para ilmuwan. Sayang lantaran mobil kami mogok, kami terpaksa harus menginap bebrapa hari di desa ini." Mempelai pria itu kagum sekali dengan sekelompok Mahasiswa yang baru saja dijumpainya. Dia habiskan malam petama dengan memikirkan mahasiswa tersebut dan pengetahuan yang mereka miliki. Paginya, ia mengabarkan kepada istrinya, dia berniat pergi ke kota mencari ilmu pengetahuan, Ia menganggap, pengetahuan adalah sesuatu yang bisa dia dapat dengan mudah secepat membeli roti. karena itu, dengan mantap ia katakan dengan segera ia akan kembali. Minggu berganti minggu, bulan berganti bulan. pria tersebut semakin asyik dengan aktivitasnya yang baru, Begitu fokus perhatianya pada pencarian peengetahuan, hingga ia lupa istri dan kampung halamannya, tak tersasa bertahun-tahun sudah berlalu. Hingga suatu hari, pikiran mengenai istrinya muncul. Dan sejak itu pikiran - pikiran mengenai istrinya seakan menghantuinya hingga ia tak tahan lagi. Pria itu pun memutuskan untuk kembali ke kampung halamanya. Di tengah perjalanan ia berhenti untuk menginap di rumah seorang petani. Melihat banyaknya buku yang ada di tas pria tersebut, sang pemilik rumah bertanya, "Apakah Anda punya banyak pengetahuan dengan gelar berderet-deret di belakang nama?" Pria tersebut mengiyakannya.

"Saya bahagia sekali," kata sang pemilik rumah, "Sudah lama saya merindukan bertemu dengan seseorang yang bisa memberitahukan kepada saya tentang asal mula pengetahuan." Dengan perasaan sedih, pria itu mengaku mesti bertahun-tahun lamanya ia belajar di Universitas, tapi tak pernah ia memperoleh pelajaran tentang asal mula pengetahuan. Sejenak sang pemilik rumah memandangnya, lalu dengan mantap berkata,"Rasanya saya bisa memberikan jawaban itu kepada Anda." "Tolong katakan kepada saya," pinta pria yang selalu ingin tahu ini. "Jawabanya tidak bergitu mudah," kata petani, "untuk mengerti jawaban atas pertanyaan itu, Anda memerlukan informasi sekaligus pengalaman. Untuk meraihnya, Anda harus bekerja terlebih dahulu di ladang saya selama satu tahun ke depan. Baru saya memberikan jawabannya"

Sajana tersebut terjebak oleh keingintahuannya sendiri. Selama dua belas bulan kemudian ia bekerja keras di ladang pemilik rumah, tanpa memeroleh bayaran. Ketika masa tiibanya, ia pun kembali menanyaan persoalan yang mengahantuinya selama satu tahun ini. "Anda berjaji jika saya bekerja selama dua belas bulan. Anda akan memberitahukan kepada saya tentang asal mula pengetahuan. Saya telah memenuhi janji saya, tolong penuhi janji Anda" "Sederhana saja," kata petani tua itu, "asal mual pengetahuan adalah kesabaran" Sarjana tersebut menjadi marah setelah mendengarnya. "Saya telah bekerja di ladang Anda selama satu tahun tanpa dibayar." dia menegaskan, "yang Anda katakn adalah seseuatu yang saya pun bisa mengatahkannya." petani tua menjawab. "Ya. Tapi Anda juga membutuhkan pengalaman. Ingat. Pelajaran yang Anda dapat. Asal mula pengetahuan adalahakesabaran" Merasa kesal karena begiatu mudah ditipu dan harus bekerja berat selama satu tahun, sarjana tersebut bergegas menuju desanya. Dia murka sekali dengan pemilik rumah yang sudah menipunya dan mengutuk dirinya sendiri karena mudah ditipu. Ketika menderkati rumahnya, dia melihat pemandangan yang mengejutkan dari jendela yagn terbuka. Seorang pria muda yagn tampan sedang memeluk istrinya. Melihat itu, di halaman belakang. ia ambil senapan tua yang ada di sana. ia isi dena mesiu. Ia bersiap-siap membidik istrinya juga ora tampan yang ia kira pacar gelap istrinya itu. Seketika itu, ia ingat perkataan pemilik rumah yang meniru dirinya, "Ingat asal mula pengetahuan adalah kesabaran," bergitu pikirnya. Pikirkan dulu maska-masak. Ia mengurungkan niatnya da ia taruh kembali senapan itu di gudang. Lalu dengan lesu ia berjalan menuju kedai setempat. Ia butuh waktu untuk berpikir. Sesudah lebih dua puluh tahun orang-orang telah lupa kepadanya. Ia memandaatkannya untuk bertanya temannya dan akhirnya tentang istrinya.

"Dia ditinggal pergi, sehari sesudah pernikahan," begitu kata mereka kepadanya. Meskipun kehidupannya berat, dia tetap setia dan berhasil membersarkan putra hasil pernikahannya dengan pria itu. putranya juga berhasil dengan baik dan kni menjadi guru di sekolah desa kami. "Amat panjang umur dia," kata penduduk, "itu dia orangnya." Seorang pemuda ampan memasuki kedai tersebut. Sarjana tersebuat sekali lagi terkejut. Ternyata, pemuda itu adlah putar yanga taddi ia lihat sedang memeluk istrinya. Seandainya ia bertingak menurut laa hatinya. Ia pasti talh membuhuh anak dna istrinya sekaligus. Kemarahan terhapdap mereka sirna. Kemarahan terhadao petani tua juga sirna. Benar, petan itu tlaha memberiakn pelajarna yang berharfa. kesabaran memang sala mula penethuan.

To be continued...

Anda mungkin juga menyukai