Proyek Fly Over Tandes
Proyek Fly Over Tandes
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kegiatan kerja praktik ini para mahasiswa diberikan kebebasan dalam
memilih proyek. Kegiatan Kerja Praktek ini dilakukan selama 2 bulan setiap minggu
26-40 jam atau 3 bulan setiap minggu 18-27 jam dengan bobot 2 sks. Seluruh kegiatan
kerja praktik yang kami lakukan berada dibawah pantauan dari kontraktor pembangunan
Flyover Tandes, PT. PP (Persero) Tbk. Diperkirakan bahwa proses pembangunan
flyover pada saat memulai KP ± mencapai 60%.
2. Asistensi.
Asistensi dilakukan kepada Dosen Pembimbing kerja praktik di Jurusan Teknik
Sipil ITS Surabaya dan pembimbing lapangan. Konsultasi ini dilakukan untuk
membantu memecahkan permasalahan yang ada di lapangan dan untuk melihat
kesesuaian antara teori dan praktik di lapangan.
3. Studi literatur.
Studi literatur adalah mempelajari buku-buku atau literatur-literatur untuk
mempelajari teori-teori yang telah didapat di perkuliahan untuk dibandingkan
dengan kenyataan pelaksanaan di lapangan.
BAB II
GAMBARAN UMUM PROYEK
2. 1. Deskripsi Proyek
A. Pekerjaan Persiapan
Project Management
Mob Demob
Persiapan Lapangan
Perijinan
Fasilitas Proyek, dll
C. Pekerjaan Pemancangan
BAB III
Keselamatan kerja sendiri pada hakikatnya merupakan usaha dalam melakukan pekerjaan
tanpa kecelakaan, memberikan suasana lingkungan kerja yang aman sehingga dicapailah hasil
yang menguntungkan dan bebas dari segala macam bahaya.
Pada prinsipnya, K3 menjadikan setiap pekerjaan dapat dilakukan dengan selamat, yaitu
mengetahui dengan benar pekerjaan apa yang akan dilakukan, bagaimana langkah –
langkahnya, bahaya – bahayanya, dan cara mencegah/ mengendalikan bahaya tersebut.
Caranya dengan menganalisa kemungkinan – kemungkinan kecelakaan yang bisa jadi terjadi,
mengetahui apa sebabnya dan menemukan bagaimana cara mencegahnya.
Berikut beberapa tujuan dan sasaran K3 yang ingin dicapai pada pelaksanaan proyek
Fly Over Tandes ini :
1. Menjamin agar dalam pelaksanaan proyek tidak terjadi kecelakaan dan penyakit akibat
kerja
2. Menjamin produktivitas tidak terganggu
3. Menuju kondisi zero accident
Dalam pelaksanaan proyek Fly Over Tandes ini, PT. Pembangunan Perumahan, Tbk
yang bekerja sama dengan PT. Pakuwon Jati, Tbk dan CV. Manajamen Konstruksi Utama
telah menyediakan beberapa peralatan dan tanggap darurat yang harus dilakukan saat terjadi
kecelakaan kerja. Hal ini dilakukan untuk menjamin terciptanya keselamatan dan kesehatan
kerja. Peralatan dan tanggap darurat tersebut harus digunakan dan dipatuhi oleh seluruh pihak
yang terkait dalam proyek. Pada bab ini akan diuraikan mengenai peralatan serta tanggap
darurat yang disediakan oleh PT. Pembangunan Perumahan, Tbk dalam pembangunan proyek
Fly Over Tandes.
a. Sepatu Kerja
Sepatu kerja (safety shoes) merupakan perlindungan terhadap kaki. Setiap pekerja konstruksi
perlu memakai sepatu dengan sol yang tebal supaya bisa bebas berjalan dimana-mana tanpa
terluka oleh benda-benda tajam atau kemasukan oleh kotoran dari bagian bawah. Bagian
muka sepatu harus cukup keras supaya kaki tidak terluka kalau tertimpa benda dari atas.
b. Safety Helmet
Helm (safety helmet) sangat penting digunakan sebagai pelindung kepala, dan sudah
merupakan keharusan bagi setiap pekerja konstruksi untuk menggunakannya dengan benar
sesuai peraturan. Helm ini diguakan untuk melindungi kepala dari bahaya yang berasal dari
atas, misalnya saja ada benda, baik peralatan atau material konstruksi yang jatuh dari atas.
Berikut gambar helm yang digunakan pada pelaksanaan proyek Fly Over Pasar Tandes.
c. Sarung Tangan
Sarung tangan sangat diperlukan untuk beberapa jenis pekerjaan. Tujuan utama penggunaan
sarung tangan adalah melindungi tangan dari benda-benda keras dan tajam selama
menjalankan kegiatan konstruksi. Salah satu kegiatan yang memerlukan sarung tangan adalah
mengangkat besi tulangan atau kayu. Pekerjaan yang sifatnya berulang seperti mendorong
gerobak cor secara terus-menerus dapat mengakibatkan lecet pada tangan yang bersentuhan
dengan besi pada gerobak sehingga sarung tangan juga diperlukan dalam hal ini.
d. Sabuk Pengaman
Sabuk pengaman digunakan para pekerja saat pengerjaan pada ketinggian tertentu dan pada
posisi yang membahayakan. Misalnya saat pemasangan scaffolding. Fungsi utama tali sabuk
pengaman ini adalah menjaga seorang pekerja dari kecelakaan kerja pada saat bekerja.
e. Rompi kerja
Rompi kerja berfungsi sebagai penanda bagi para pekerja yang sedang bekerja di lapangan
atau juga saat kerja malam.
f. Kacamata Kerja
Kacamata pengaman digunakan untuk melidungi mata dari debu kayu, batu, atau serpih besi
yang beterbangan di tiup angin. Mengingat partikel-partikel debu berukuran sangat kecil yang
terkadang tidak terlihat oleh mata. Oleh karenanya mata perlu diberikan perlindungan.
Biasanya pekerjaan yang membutuhkan kacamata adalah pekerjaan mengelas.
g. Masker
Pelindung bagi pernapasan sangat diperlukan untuk pekerja konstruksi mengingat kondisi
lokasi proyek itu sendiri dimana berbagai material konstruksi berukuran besar sampai sangat
kecil yang merupakan sisa dari suatu kegiatan konstruksi dapat beterbangan dan terhirup oleh
kita sehingga dapat mengganggu saluran pernapasan.
Selain peralatan kerja yang diuraikan diatas juga dibutuhkan rambu-rambu untuk
mengingatkan para pekerja tentang peringatan atau peraturan-peraturan yang harus dipatuhi
dalam proyek pembagunan Fly Over Tandes. Beberapa papan rambu pengingat terletak di
berbagai titik di dalam proyek. Berikut beberapa gambar rambu yang terletak di proyek Fly
Over Pasar Tandes.
Prosedur ini ditetapkan untuk memastikan bahwa seluruh proses tanggap darurat
sehubungan dengan Keselamatan Kesehatan Kerja, Lingkungan dan Mutu (K3LM)
ditetapkan, diterapkan, dan dirawat untuk efektivitas Sistem Manajemen K3LM ( SM-
K3LM). Dinas Pekerjaan Umum telah melakukan identifikasi kondisi darurat sesuai dengan
aktivitas, produk dan jasa serta faktor-faktor alam yang bisa menyebabkan kondisi darurat
serta menetapkan prosedur untuk meresponnya. Berikut ini adalah kondisi darurat yang
teridentifikasi :
a. Kebakaran
b. Demo dan huru-hara
c. Banjir
d. Gempa Bumi
e. Menemukan objek yang mencurigakan
f. Kegagalan konstruksi
Dalam menghadapi bahaya yang mungkin terjadi maka dibentuk tim yang bernama SHE
Tandes. SHE sendiri mrupakan akronim dari Safety and Healthy Engineering. Tim SHE
Tandes mempunyai beberapa program untuk mendukung kesehatan dan keselamatan kerja.
Beberapa program tersebut adalah :
a. SHE Induction
Pengarahan tentang keselamatan kerja kepada tamu dan pekerja sebelum kunjungan atau
pekerjaan dimulai. Setiap tamu atau pekerja baru yang belum pernah masuk ke dalam
pelaksanaan pembangunan Fly Over Tandes diberi pengarahan tentang isi proyek dan hal-hal
apa saja yang mungkin mengancam keselamatan. Selain itu, mereka juga diwajibkan memakai
alat-alat pendukung keselamatan seperti helm proyek dan sepatu safety.
b. SHE Talk
She Talk dilaksanakan seminggu sekali, dimaksudkan untuk mengetahui kendala atau
kejadian apa saja yang telah terjadi di dalam proyek serta pemberian arahan di lapangan.
c. SHE Meeting
SHE Meeting diadakan seminggu sekali di kantor dalam bentuk rapat dengan anggota tim
SHE, untuk meninjau dan memperbaiki kekurangan serta merumuskan solusi dari kejadian
K3 yang terjadi di lapangan.
d. SHE Training
SHE Training dilakukan di proyek dalam bentuk kegiatan pelatihan penggunaan alat
keselamatan kerja, pemadam kebakaran, pengendalian keadaan darurat, dan keterampilan
P3K yang diperuntukkan bagi pelaku konstruksi di proyek Fly Over Tandes.
BAB IV
PELAKSANAAN PROYEK
A. Pekerjaan Persiapan :
Project Management
Mob Demob
Persiapan Lapangan
Perijinan
Fasilitas Proyek, dll
C. Pekerjaan Pemancangan
Dalam pekerjaan ini dilaksanakan juga uji kepadatan tanah untuk mengetahui apakah
kepadatan urugan tanah sudah sesuai dengan kriteria atau belum. Uji kepadatan ini dinamakan
test sand cone.
20. Seluruh tanah hasil galian di masukkan ke dalam kaleng yang tertutup dan telah
diketahui beratnya lalu timbang kaleng beserta tanah
21. Timbang alat dengan pasir di dalamnya
22. Letakkan alat pada daerah yang telah digali pada langkah ke-19 , corong ke bawah di
atas plat corong dan buka kran pelan-pelan sehingga pasir masuk ke dalam lubang.
23. Setelah pasir berhenti mengalir kran ditutup kembali dan timbang alat dengan sisa
pasir (gram).
24. Ambil tanah sedikit dari kaleng untuk penentuan kadar air w %. Pada pelaksanaan di
lapangan, digunakan alat bernama speedy moisturizer untuk menentukan kadar air.
Stressing beton dilakukan sebelum pekerjaan erection girder. Satu girder terdiri
dari 6 lubang di kedua sisinya.
Setelah strand dimasukkan, dilakukan setting angkur balok. Setelah itu, dilakukan
stressing menggunakan hydraulic jack dengan gaya penarikan (jacking force). Penarikan
dilakukan bersamaan pada kedua sisi girder. Mutu baja tulangan bursting ialah BJTD-40 (U-
39). Setelah stressing dilakukan, kelebihan panjang strand kemudian dipotong. Lalu dilakukan
grouting yaitu mengisi lubang pada girder dengan menginjeksi campuran beton. Kemudian
difinishing dengan melapisi kedua sisi girder agar terlihat lebih rapi.
Girder ini sendiri terdiri dari beberapa segmen yang sudah memiliki lubang pada masing –
masing segmen dimana tiap segmen sudah terdapat urutan pemasangannya sehingga saat
jacking, kabel tulangan (strand) dapat dimasukkan ke dalam lubang girder.
Gambar 4.17 Girder 25 m yang terdiri dari beberapa segmen yang digabung
Untuk girder 50 m sendiri belum bisa diereksi disebabkan adanya masalah perizinan dengan
pihak PT KAI. Sebagaimana diketahui, proyek flyover ini membentang di atas perlintasan
kereta api sehingga untuk melakukan erection girder 50 m yang akan diletakkan tepat di atas
rel kereta api memerlukan perijinan. Terdapat 2 perijinan agar girder 50 m ini agar dapat
diereksi, yang pertama ialah ijin prinsip dari kementrian perhubungan dan yang kedua ialah
ijin pengawasan dari PT KAI. Untuk ijin prinsip sendiri sudah didapatkan oleh PT PP
(Persero), Tbk dari kementrian perhubungan sejak beberapa bulan yang lalu. Sedangkan untuk
ijin pengawasan dari PT KAI belum didapatkan. Belum lagi kemungkinan biaya denda yang
harus dikeluarkan oleh pihak PT PP, Tbk apabila proses erection girder menyebabkan
terhambatnya jadwal perjalanan kereta.
Gambar 4.18 Erection girder 50 m yang masih terhambat masalah perijinan PT KAI
Rencananya , erection girder 50 m ini nanti akan menggunakan bantuan 3 crane. Metode
erection girder 50 m adalah :
1. Girder 50 m akan diangkut menggunakan boogie dari stockyard sehari sebelum girder
diereksi. Hal ini bertujuan untuk efisiensi waktu mengingat windows time kereta
tidaklah lama. Windows time ialah waktu dimana lalu lintas kereta sedang lengang
sehingga pada waktu ini diijinkan untuk melakukan erection girder.
2. Erection girder akan dilakukan pada saat windows time terlebar yaitu sekitar pukul
10.00 WIB.
3. Saat windows time, boogie akan bergerak perlahan menuju perlintasan rel kereta api /
lokasi erection. Ada 2 alternatif yang bisa digunakan, yaitu boogie bergerak masuk
secara miring menuju lokasi erection dengan kemiringan minimal 18 ° atau bisa juga
boogie bergerak masuk secara lurus (tegak lurus perlintasan kereta api).
4. Dilakukan pelepasan seling, pelepasan bracing, pengangkatan girder dari boogie
Sehingga boogie bisa bergerak meninggalkan lokasi erection.
5. Girder diangkat menggunakan 3 Crane untuk kemudian dierection pada posisinya.
Digunakan 3 crane dengan tujuan mengamankan tekuk lateral dari girder yang
mempunyai bentang cukup panjang.
6. Jika boogie masuk secara miring, maka ereksi akan dilakukan dengan posisi girder
diagonal. Apabila girder di sisi selatan telah sampai pada perletakannya, girder
diangkat melewati pier head dan girder diluruskan di atas dengan cara crane utara
menggeser secara perlahan dan crane selatan bersifat sebagai poros penggeseran.
7. Setelah girder terpasang pada posisinya kemudian dipasang bracing menggunakan
besi beton yg dilaskan ke pier head untuk keamanan girder.
8. Setelah seluruh girder terpasang satu demi satu, selanjutnya akan dilakukan
pemasangan safety net.
Gambar 4.22 Diafragma (pier head) Gambar 4.23 Proses Erection diafragma
Gambar 4.29 Slump test Gambar 4.30 Ilustrasi hasil slump test
Bersihkan kerucut slump tes slump. Basahi kerucut tes dengan air dan taruh pada plat
landasan tes slump
Kumpulkan beton yang akan dites slump
Dirikan kerucut tes slump dan pegang dengan kedua kaki, isi kerucut tes slump
sebanyak 1/3 dari isi kerucut dan kemudian padatkan dengan tongkat besi dengan cara
ditusuk-tusuk sebanyak 25 kali. Pemadatan dengan car ditusuk-tusuk mulai dari pingir
terus ke bagian tengah
Kemudian isi 2/3 bagian berikutnya dan kembali dipadatkan dengan cara ditusuk-
tusuk dengan pipa besi sebanyak 25 kali. Perlu diingat bahwa pemadatan dengan cara
ditusuk menggunakan pipa besi hanya sampai pada lapis atas 1/3 yang pertama
Isi kembali kerucut sampai penuh kemudian dipadatkan, juga perlu diingat bahwa
pemadatan hanya dilakukan sampai lapis atas pengisian 2/3 bagian yang kedua
Ratakan bagian atas kerucut dengan pipa besi pemadat dengan cara geser dan diputar
pipa tersebut
Tarik dengan hati-hati kerucut tes slump anda dengan menjaga jangan sampai benda
uji anda bergeser
Taruh kerucut tes slump disamping benda uji yang baru saja ditarik kemudian taruh
pipa besi anda
Ukurlah rata-rata ketinggian bagian beton yang telah dites dengan mistar/pengaris.
Selisih ketinggian antara kerucut tes slump dengan beton inilah yang dinamakan nilai
slump.
Gambar 4.31 Variasi nilai slump untuk berbagai jenis komponen struktur
Pengecoran dilakukan dengan menggunakan concrete pump jenis fixed. Beton ready mix dari
concrete mixer truck akan ditumpahkan ke concrete pump yang selanjutnya concrete pump
akan memompanya melalui pipa menuju ke bagian yang lebih tinggi yaitu lantai deck slab
flyover. Untuk mengarahkan pipa itu sendiri, ada dua orang pekerja yang saling
berkoordinasi, dimana salah satu pekerja ada di bagian bawah yang bertugas untuk “menyetir”
pipa, dan satu lagi berada di lantai atas yang bertugas mengarahkan pekerja yang menyetir
pipa tersebut.
Gambar 4.32 Menumpahkan beton dari mixer Gambar 4.33 Conrete Pump
Setelah beton selesai dipompa, digunakan vibrator yang bertujuan untuk memadatkan beton.
Menggunakan vibrator juga tidak bisa sembarangan. Persyaratan pemakaian vibrator adalah :
Harus dimasukkan secara vertikal sehingga penetrasi sampai ke bawah beton dan
menghasilkan konsolidasi.
Harus dikeluarkan secara perlahan dan dimasukkan kembali pada lokasi yang
berdekatan dan berjarak tidak lebih dari 45 cm.
Vibrator tidak boleh dipertahankan berada pada satu lokasi lebih dari 30 detik.
Vibrator tidak boleh digunakan untuk memindahkan beton ke lokasi yang berdekatan
dan tidak boleh menyentuh tulangan.
BAB V
Salah satu definisi terbaik mengenai beton prategang diberi oleh komisi ACI
dalam beton prategang yaitu, beton yang mengalami tegangan internal dengan besar
dan distribusi sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi tegangan yang terjadi
akibat beban eksternal sampai batas tertentu. Pada elemen-elemen beton
bertulang,sistem prategang biasanya dilakukan dengan menarik tulangannya.
Ada tiga konsep yang dapat dipakai untuk menjelaskan dan menganalisis sifat-
sifat dasar dari beton prategang. Ketiga hal ini dapat diterangkan sebagai berikut:
Konsep pertama: sistem Prategang untuk mengubah beton menjadi bahan yang
elastis. Konsep ini memperlakukan beton sebagai bahan yang elastis dan mungkin
merupakan pendapat yang umum dari para insinyur. Ini merupakan buah pemikiran
Eugenen Freyssinet yang memvisualisasikan beton prategang pada dasarnya adalah
beton yang ditransformasikan dari bahan yang getas menjadi bahan yang elastis
dengan memberikan tekanan (desakan) terlebih dahulu (pratekan) pada bahan
tersebut. Beton yang tidak dapat menahan tarikan dan kuat memikul tekanan
(umumnya dengan baja mutu tinggi yang ditarik) sedemikian rupa sehingga beton
yang getas dapat memikul tegangan tarik. Dari konsep ini lahirlah kriteria “tidak ada
tegangan tarik” pada beton. Umumnya telah diketahui bahwa jika tidak ada tegangan
tarik pada beton, berarti tidak akan terjadi retak, dan beton tidak merupakan bahan
yang getas lagi melainkan berubah menjadi bahan yang elastis. Atas dasar pandangan
ini, beton divisualisasikan sebagain benda yang mengalami dua sistem pembebanan
yaitu, gaya internal prategang dan beban eksternal dengan tegangan tarik akibat
beban eksternal dilawan oleh tegangan tekan akibat gaya prategang.
Konsep kedua: Sistem prategang untuk kombinasi baja mutu-tinggi dengan beton.
Konsep ini mempertimbangkan beton prategang sebagai kombinasi (gabungan) dari
baja dan beton seperti pada beton bertulang dimana baja menahan tarikan dan beton
menahan tekanan, dengan demikian kedua bahan membentuk kopel penahan untuk
melawan momen eksternal.
Konsep ketiga: sistem prategang untuk mencapai kesetimbangan beban. Konsep ini
terutama menggunakan prategang sebagai usaha untuk membuat seimbang gaya-gaya
pada sebuah batang.
5.1.2. Klasifikasi dan Jenis Sistem Prategang pada Proyek Pembangunan Jembatan
Tandes
Sistem pasca tarik adalah suatu sistem prategang dimana kabel ditarik setelah
beton mengeras. Jadi sistem prategang hampir selalu dikerjakan terhadap beton yang
mengeras dan tendon-tendon yang diangkurkan pada beton tersebut segera setelah
gaya prategang dilakukan. Cara ini dapat dipakai pada elemen-elemen baik beton
pracetak maupun beton yang dicetak di tempat. Pada proyek Jembatan Tandes sistem
prategang pada balok girder menggunakan sistem post-tension.
(a) (b)
Pracetak
START
INSTALASI PC STRAND
STRESSING
PEMOTONGAN PC STRAND
PATCHING
GROUTING
SELESAI
1 BETON
f’c 80 MPa
Sesuai dengan SNI T 02 2005
2 Hydraulic Pump
3 Hydraulic Jack
Pekerjaan ini bertujuan untuk memposisikan balok PCI girder agar benar-benar
tegak lurus dalam arah horizontal maupun vertical. Adapun tahapan dalm pekerjaan
ini antara lain:
Kondisikan segmental balok diatas bed stressing sesuai dengan nomor urutan
segmen.
Untuk mengecek kelurusan girder pada arah horizontal digunakan benang
memanjang sementara untuk kelurusan vertical gunakan unting-unting.
Untuk leveling balok gunakan hydrolic jack.
Tiap-tiap sambungan dipasang plat luncur yang diolesi dengan grease/setempet.
secara khusus untuk pengerjaan penarikan tendon yang terdiri dari dari sejumlah kabel
dengan ukuran tertentu. Sistem pendongkrakan bervariasi, dari hanya menarik satu
atau dua kabel sampai di atas 100 kabel pada saat yang bersamaan.
Pekerjaan stressing ini diawali dengan pemasangan angkur dan wedges pada
ujung tendon. Wedges berfungsi untuk memegangi strand sehingga strand tetap pada
posisinya.
Setelah angkur dan wedges selesai dipasang maka alat jacking dapat dipasangkan.
Untuk mobilisasi alat jacking ini digunakan portal dan alat bantu berupa chain block. Setelah
portal disiapkan, alat jacking dapat diposisikan pada angkur dan dilakukan penarikan
awal/perapatan. Untuk tahapan stressing selanjutnya sesuai dengan perhitungan yang
disyaratkan. Pasang pengaman / penutup belakang saat kegiatan stressing dilaksanakan. Pada
Girder dengan panjang bentang 50 m ini, stressing dilakukan pada satu sisi dan dilanjutkan
balancing dengan menarik sisi lainnya.
Setelah stressing telah selesai alat jacking dapat dilepas dan dilanjutkan
penarikan tendon berikutnya berdasarkan urutan yang telah direncanakan. Urutan dan
perhitungan pada pekerja stressing dapat dilihat pada lampiran.
Pekerjaan Patching
Pasang bekisting penutup tepi kanan – kiri balok lubang grouting dipasang pipa.
Lubangi bekisiting untuk posisi pipa grouting.
Pekerjaan Grouting