Anda di halaman 1dari 64

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

Penelitian ini dilakukan di ruas jalan La Ode Hadi, Kota kendari, Sulawesi

Tenggara. Data kecelakaan selama tiga tahun terakhir didapat dari Kepolisian Resort

Kota Kendari. Pengumpulan data di lapangan akan dilakukan dengan cara manual,

dengan melakukan pengukuran (lebar jalur, lebar bahu jalan dan lain sebagainya),

pengecekan (rambu-rambu lalulintas, lampu jalan, dan lain sebagainya). Membagi

ruas jalan yang diinspeksi menjadi segmen-segmen dengan panjang per segmen 400

meter

4.2 Analisa Tingkat Kecelakaan Lalu lintas

Analisis tingkat kecelakaan lalu lintas pada ruas jalan yang ditinjau dalam

penelitian ini adalah satuan kecelakaan lalu lintas per sejuta kendaraan kilometer.

kejadian tingkat kecelakaan yang tinggi bisa disebabkan oleh berbagai macam faktor,

baik faktor yang berasal dari diri manusia itu sendiri maupun dari faktor yang timbul

akibat dari kesalahan teknis. Biasanya faktor tersebut adalah kesalahan manusia,

seperti pelanggaran yang dilakukan oleh pengemudi kendaraan dan penjalan kaki.

Faktor jalan dan lingkungan seperti keadaan lingkungan disekitar jalan, keadaan lalu

lintas, perencanaan geometrik dan jarak pandang yang kurang bagus. Serta faktor

kendaraan, seperti ban pecah, patah as, kegagalan rem, over load.

Analisa tingkat kecelakaan lalu lintas ditunjukan lebih lanjut dengan prosedur

yang mencakup data laporan kecelakaan lalu lintas untuk masa tertentu, kondisi
cuaca, kondisi jalan, jenis kecelakaan lalu lintas (sudut, samping, belakang), jenis

kendaraan yang terlibat, tindakan pengemudi, serta informasi lainnya. Pola peristiwa

kecelakaan lalu lintas, data volume lalu lintas harian rata-rata, sifat-sifat lokasi dan

mengamati pola arus lalu lintas.

4.2.1 Karateristik Kecelakaan

Tabel 4.1 menyajikan data jumlah kecelakaan yang terjadi di ruas jalan La

Ode Hadi Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. dalam kurun waktu 3 tahun terakhir.

Data tersebut dikeluarkan oleh Kepolisian Resort Kota Kendari periode tahun 2017-

2019.

Tabel 4.1 Data kecelakaan Ruas Jalan La Ode Hadi priode tahun 2017-2019
No Tahun Jumlah
1 2017 5
2 2018 8
3 2019 9
Sumber : Kepolisian Resort kota kendari, 2019.

Gambar 4.1 diatas menjelaskan bahwa pada tahun 2019 terjadi paling banyak

kecelakaan yaitu sebanyak 9 orang, disusul pada tahun 2018 sebanyak 8 orang dan

yang terakhir pada tahun 2017 sebanyak 5 orang.

4.2.2 Kecelakaan Berdasarkan Korban

Jumlah korban selama periode lima tahun (2017 – 2019) pada ruas jalan La

Ode Hadi Kota Kendari, Sulawesi Tenggara sebanyak 22 kejadian kecelakaan lalu

lintas dan menyebabkan 26 korban jiwa.


Table 4.2 Jumlah korban selama periode lima tahun (2017 – 2019) pada ruas jalan
La Ode Hadi Kota Kendari, Sulawesi Tenggara
Tahun Meninggal Dunia Luka Berat Luka Ringan Jumlah

2017 1 2 3 6
2018 1 2 6 9
2019 2 3 6 11
Sumber : Kepolisian Resort Kota Kendari, 2020

Jumlah korban kecelakaan lalu lintas yang terjadi selama kurun waktu tiga

periode (2017 – 2019) mencapai 26 korban jiwa yang dibagi dalam tiga kategori

dengan rincian sebagai berikut :

a. Pada tahun 2017 didapati korban meninggal dunia sebanyak 1 jiwa, korban yang

mengalami luka berat sebanyak 2 jiwa dan korban jiwa yang mengalami luka

ringan sebanyak 3 jiwa.

b. Pada tahun 2018 didapati korban meninggal dunia sebanyak 1 jiwa, korban yang

mengalami luka berat sebanyak 2 jiwa dan korban jiwa yang mengalami luka

ringan sebanyak 6 jiwa.

c. Pada tahun 2019 didapati korban meninggal dunia sebanyak 2 jiwa, korban yang

mengalami luka berat sebanyak 3 jiwa dan korban jiwa yang mengalami luka

ringan sebanyak 6 jiwa.


6

4
MD
3 LB
LR
2

1 LR

0 LB
2017 MD
2018
2019

Gambar 4.2 Jumlah kecelakaan lalu lintas ruas jalan La Ode Hadi Kota Kendari

Sumber : Kepolisian Resort Kota Kendari, 2020

Dari gambar 4.2 dapat dilihat tingkat kecelakaan selama Tiga tahun yaitu :

tahun 2017 (5) kejadian, tahun 2018 (8) kejadian, tahun 2019 (9) kejadian kecelakaan

lalu lintas. Sedangkan untuk jumlah korban kecelakaan lalu lintas selama tiga tahun

terdapat 26 korban jiwa, dimana 4 jiwa meninggal dunia, 7 jiwa luka berat, 15 jiwa

luka ringan.

Berikut persentase dari jumlah korban kecelakaan lalu lintas selama Tiga

tahun (2017 -2019) :


KEJADIAN KECELAKAAN
2017
2018
2019

Gambar 4.3 Persentase korban kecelakaan 3 tahun (2017-2019)

Sumber : Kepolisian Resort Kota Kendari, 2020

Dari gambar diagram 4.3 menunjukkan persentase korban kecelakaan lalu

lintas pada ruas jalan La Ode Hadi Kota Kendari yaitu pada tahun 2017 korban

kecelakaan lalu lintas mencapai 27,7%, tahun 2018 mencapai 36,4%, dan tahun 2019

mencapai 40,9%.

4.3 Uji laik fungsi jalan

Penelitian mengenai analisis uji laik fungsi jalan telah banyak dilakukan oleh

peneliti-peneliti sebelumnya.Penelitian yang dilakukan oleh Pandey (2013)

mengatakan bahwa uji laik fungsi jalan merupakan amanat Undang-undang yang

mampu memberikan jaminan jalan yang berkeselamatan bagi pengguna jalan dan

memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraannya.

Menurut Indriastuti, dkk (2011) mengatakan bahwa faktor penyebab

kecelakaan terbesar adalah faktor manusia dalam bentuk pelanggaran dari

pengemudi, sementara itu penanganan yang dapat dilakukan untuk mencegah

terjadinya kecelakaan adalah dengan melengkapi jalan dengan rambu, pemasangan


pagar pengaman, dan melakukan pengecatan ulang terhadap marka serta. Sementara

itu penelitian yang pelebaran terhadap bahu jalan. diakukan oleh Afrianto (2014)

pada ruas jalan batas Kota Senggau-Sekadau menyimpulkan bahwa ruas jalan

tersebut masuk dalam kategori laik fungsi yang fungsi yang disertai dengan perbaikan

teknis yang meliputi tindakan perbaikan teknis komponen jalan, pemeliharaan rutin

dan pengadaan komponen jalan yang diperlukan.

Hasil analisis uji laik fungsi jalan secara teknis dalam mewujudkan jalan yang

berkeselamatan untuk ruas jalan La Ode Hadi Kota Kendari dengan metode analisis

deskriptif kualitatif menggunakan tabel komponen uji laik fungsi jalan, yang terbagi

dalam 6 (enam) segmen. Hasil survey dilapangan yang menghasilkan 3 (tiga) kategori

yaitu laik fungsi (LF), laik fungsi bersyarat (LS) dan tidak laik fungsi (TL).

Laik Fungsi Jalan (LF) adalah kondisi suatu ruas jalan yang memenuhi persyaratan

teknis kelaikan untuk memberikan keselamatan bagi penggunanya, dan persyaratan

administratif yang memberikan kepastian hukum bagi penyelenggara jalan dan

pengguna jalan, sehingga jalan tersebut dapat dioperasikan untuk umum.

Laik Fungsi Bersyarat (LS) adalah kondisi suatu ruas jalan yang memenuhi sebagian

persyaratan teknis laik fungsi jalan sebagaimana disyaratkan tetapi masih mampu

memberikan keselamatan bagi pengguna jalan dan atau memiliki paling tidak

dokumen penetapan status jalan.

Tidak laik fungsi (TL) adalah kondisi suatu ruas jalan yang sebagian komponen

jalannya tidak memenuhi persyaratan teknis dan pernyataan administratif sehingga

ruas jalan tersebut tidak mampu memeberikan keselematan bagi pengguna jalan, dan
atau tidak memiliki dokumen jalan sama sekali.

Berikut ini merupakan gambar dan tabel komponen uji laik fungsi jalan La Ode

Hadi Kota Kendari untuk segmen 1 sampai segmen 6, yang menggambarkan

komponen- komponen jalan yang diuji, fokus pengujian, perbandingan antara hasil

uji lapangan dengan standar teknis (sesuai dengan peraturan perundang-undangan).

Gambar 4.3 Ruas jalan La Ode Hadi segmen 1 sampai segmen 6

Sumber : Google Earth, 2020


Tabel 4.3 Uji Komponen Laik Fungsi Jalan Segmen 01 (0+000 – 0+400)

TEKNIS GEOMETRI JALAN


KOMPONEN JALAN HASIL UJI IDENTIFIKASI DAN
STANDAR TEKNIS FOTO KONDISI LAPANGAN KATEGORI
YANG DI UJI LAPANGAN EVALUASI

Hasil ukur lebar lajur


Lebar Jalur 3,50 m 3,50 m sudah sesuai dengan LF
persyaratan teknis

Lebar bahu jalan sudah


Lebar bahu jalan 1,50-2,5 m 2,30 m memenuhu syarat standar LF
teknis jalan raya
Median jalan jalan sudah
Lebar median jalan 1,20 m 1,30 m memenuhu syarat standar LF
jalan raya

Selokan sudah memenuhi


Lebar selokan >1,00 m 1,2 m LF
standar

Lebar ambang Tidak ada ambang


>1,00 m - Tidak di nilai
pengaman pengaman

Jarak pandang lurus


sudah memenuhu syarat
Jarak pandang lurus 75 m vr : 60 km/jam 75 m vr : 60 km/jam LF
standar perencanaan
geometrik jalan
Jarak pandang tikungan
Jarak pandang sudah memenuhu syarat
27 m vr : 30 km/jam 27 m vr : 30 km/jam LF
tikungan standar perencanaan
geometrik jalan

TEKNIS STRUKTUR PERKERASAN JALAN


KOMPONEN JALAN HASIL UJI IDENTIFIKASI DAN
STANDAR TEKNIS FOTO KONDISI LAPANGAN KATEGORI
YANG DI UJI LAPANGAN EVALUASI
Jenis Perkerasan 100% 100% Sudah memenuhi LF
persyaratan teknis dengan
spesifikasi prasarana jalan
raya
Kedalaman Lubang Min 50 mm - Tidak terdapat lubang LF
TEKNIS BAGIAN-BAGIAN JALAN
KOMPONEN JALAN HASIL UJI IDENTIFIKASI DAN
STANDAR TEKNIS FOTO KONDISI LAPANGAN KATEGORI
YANG DI UJI LAPANGAN EVALUASI
Rumaja L : 24 m T : 5 m L : 24 m T : - Kelas prasarana jalan LF
adalah kelas jalan raya
dan sudah sesuai dengan
minimum persyaratan
untuk jalan raya
Rumija 25 m 26 m Kelas prasarana jalan LF
adalah kelas jalan raya
dan sudah sesuai dengan
minimum persyaratan
untuk jalan ray

TEKNIS PERLENGKAPAN JALAN


KOMPONEN JALAN HASIL UJI IDENTIFIKASI DAN
STANDAR TEKNIS FOTO KONDISI LAPANGAN KATEGORI
YANG DI UJI LAPANGAN EVALUASI
Marka pembagi jalur
sudah lengkap tetapi perlu
Standar marka Harus jelas Tidak jelas LS
adanya pengecetan ulang
pada semua marka

Standar rambu Rambu larangan,


perintah, peringatan,
0,6 m dari tepi bahu sementara tidak di
Tidak ada LS
jalan perlukan tetapi perlu
adanya rambu petunjuk di
karenakan adanya u-turn
Standar trortoar Tidak adanya trotoar dan
25 m - tidak di perlukanya Tidak di nilai
trotoar untuk pejalan kaki

Sudah memenuhi syarat


Lampu penerangan 0,60 m dari tepi jalan 0,65 m dari tengah
teknis menurut dirjen LF
jalan atau tengah median median
perhubungan darat

Sumber : hasil survey, 2020


Tabel 4.4 Uji Komponen Laik Fungsi Jalan Segmen 02 (0+400 – 0+800)

TEKNIS GEOMETRI JALAN


KOMPONEN JALAN HASIL UJI IDENTIFIKASI DAN
STANDAR TEKNIS FOTO KONDISI LAPANGAN KATEGORI
YANG DI UJI LAPANGAN EVALUASI

Hasil ukur lebar lajur


Lebar Jalur 3,50 m 3,50 m sudah sesuai dengan LF
persyaratan teknis

Lebar bahu jalan sudah


Lebar bahu jalan 1,50-2,5 m 2,30 m memenuhu syarat standar LF
teknis jalan raya
Median jalan jalan sudah
Lebar median jalan 1,20 m 1,30 m memenuhu syarat standar LF
jalan raya

Selokan sudah memenuhi


Lebar selokan >1,00 m 1,2 m LF
standar

Lebar ambang Tidak ada ambang


>1,00 m - Tidak di nilai
pengaman pengaman

Jarak pandang lurus


sudah memenuhu syarat
Jarak pandang lurus 75 m vr : 60 km/jam 75 m vr : 60 km/jam LF
standar perencanaan
geometrik jalan
Jarak pandang tikungan
Jarak pandang sudah memenuhu syarat
27 m vr : 30 km/jam 27 m vr : 30 km/jam LF
tikungan standar perencanaan
geometrik jalan

TEKNIS STRUKTUR PERKERASAN JALAN


KOMPONEN JALAN HASIL UJI IDENTIFIKASI DAN
STANDAR TEKNIS FOTO KONDISI LAPANGAN KATEGORI
YANG DI UJI LAPANGAN EVALUASI
Jenis Perkerasan 100% 100% Sudah memenuhi LF
persyaratan teknis dengan
spesifikasi prasarana jalan
raya
Kedalaman Lubang Min 50 mm - Tidak terdapat lubang LF
TEKNIS BAGIAN-BAGIAN JALAN
KOMPONEN JALAN HASIL UJI IDENTIFIKASI DAN
STANDAR TEKNIS FOTO KONDISI LAPANGAN KATEGORI
YANG DI UJI LAPANGAN EVALUASI
Rumaja L : 24 m T : 5 m L : 24 m T : - Kelas prasarana jalan LF
adalah kelas jalan raya
dan sudah sesuai dengan
minimum persyaratan
untuk jalan raya
Rumija 25 m 26 m Kelas prasarana jalan LF
adalah kelas jalan raya
dan sudah sesuai dengan
minimum persyaratan
untuk jalan ray

TEKNIS PERLENGKAPAN JALAN


KOMPONEN JALAN HASIL UJI IDENTIFIKASI DAN
STANDAR TEKNIS FOTO KONDISI LAPANGAN KATEGORI
YANG DI UJI LAPANGAN EVALUASI
Marka pembagi jalur
sudah lengkap tetapi perlu
Standar marka Harus jelas Tidak jelas LS
adanya pengecetan ulang
pada semua marka

Standar rambu Rambu larangan,


perintah, peringatan,
0,6 m dari tepi bahu sementara tidak di
Tidak ada LS
jalan perlukan tetapi perlu
adanya rambu petunjuk di
karenakan adanya u-turn
Standar trortoar Tidak adanya trotoar dan
25 m - tidak di perlukanya Tidak di nilai
trotoar untuk pejalan kaki

Sudah memenuhi syarat


Lampu penerangan 0,60 m dari tepi jalan 0,65 m dari tengah
teknis menurut dirjen LF
jalan atau tengah median median
perhubungan darat

Sumber : hasil survey, 2020


Tabel 4.5 Uji Komponen Laik Fungsi Jalan Segmen 03 (0+800 – 1+200)

TEKNIS GEOMETRI JALAN


KOMPONEN JALAN HASIL UJI IDENTIFIKASI DAN
STANDAR TEKNIS FOTO KONDISI LAPANGAN KATEGORI
YANG DI UJI LAPANGAN EVALUASI

Hasil ukur lebar lajur


Lebar Jalur 3,50 m 3,50 m sudah sesuai dengan LF
persyaratan teknis

Lebar bahu jalan sudah


Lebar bahu jalan 1,50-2,5 m 2,30 m memenuhu syarat standar LF
teknis jalan raya
Median jalan jalan sudah
Lebar median jalan 1,20 m 1,30 m memenuhu syarat standar LF
jalan raya

Selokan sudah memenuhi


Lebar selokan >1,00 m 1,2 m LF
standar

Lebar ambang Tidak ada ambang


>1,00 m - Tidak di nilai
pengaman pengaman

Jarak pandang lurus


sudah memenuhu syarat
Jarak pandang lurus 75 m vr : 60 km/jam 75 m vr : 60 km/jam LF
standar perencanaan
geometrik jalan
Jarak pandang tikungan
Jarak pandang sudah memenuhu syarat
27 m vr : 30 km/jam 27 m vr : 30 km/jam LF
tikungan standar perencanaan
geometrik jalan

TEKNIS STRUKTUR PERKERASAN JALAN


KOMPONEN JALAN HASIL UJI IDENTIFIKASI DAN
STANDAR TEKNIS FOTO KONDISI LAPANGAN KATEGORI
YANG DI UJI LAPANGAN EVALUASI
Jenis Perkerasan 100% 100% Sudah memenuhi LF
persyaratan teknis dengan
spesifikasi prasarana jalan
raya
Kedalaman Lubang Min 50 mm - Tidak terdapat lubang LF
TEKNIS BAGIAN-BAGIAN JALAN
KOMPONEN JALAN HASIL UJI IDENTIFIKASI DAN
STANDAR TEKNIS FOTO KONDISI LAPANGAN KATEGORI
YANG DI UJI LAPANGAN EVALUASI
Rumaja L : 24 m T : 5 m L : 24 m T : - Kelas prasarana jalan LF
adalah kelas jalan raya
dan sudah sesuai dengan
minimum persyaratan
untuk jalan raya
Rumija 25 m 26 m Kelas prasarana jalan LF
adalah kelas jalan raya
dan sudah sesuai dengan
minimum persyaratan
untuk jalan ray

TEKNIS PERLENGKAPAN JALAN


KOMPONEN JALAN HASIL UJI IDENTIFIKASI DAN
STANDAR TEKNIS FOTO KONDISI LAPANGAN KATEGORI
YANG DI UJI LAPANGAN EVALUASI
Marka pembagi jalur
sudah lengkap tetapi perlu
Standar marka Harus jelas Tidak jelas LS
adanya pengecetan ulang
pada semua marka

Standar rambu Rambu larangan,


perintah, peringatan,
0,6 m dari tepi bahu sementara tidak di
Tidak ada LS
jalan perlukan tetapi perlu
adanya rambu petunjuk di
karenakan adanya u-turn
Standar trortoar Tidak adanya trotoar dan
25 m - tidak di perlukanya Tidak di nilai
trotoar untuk pejalan kaki

Sudah memenuhi syarat


Lampu penerangan 0,60 m dari tepi jalan 0,65 m dari tengah
teknis menurut dirjen LF
jalan atau tengah median median
perhubungan darat

Sumber : hasil survey, 2020


Tabel 4.6 Uji Komponen Laik Fungsi Jalan Segmen 04 (1+200 – 1+600)

TEKNIS GEOMETRI JALAN


KOMPONEN JALAN HASIL UJI IDENTIFIKASI DAN
STANDAR TEKNIS FOTO KONDISI LAPANGAN KATEGORI
YANG DI UJI LAPANGAN EVALUASI

Hasil ukur lebar lajur


Lebar Jalur 3,50 m 3,50 m sudah sesuai dengan LF
persyaratan teknis

Lebar bahu jalan sudah


Lebar bahu jalan 1,50-2,5 m 2,30 m memenuhu syarat standar LF
teknis jalan raya
Median jalan jalan sudah
Lebar median jalan 1,20 m 1,30 m memenuhu syarat standar LF
jalan raya

Selokan sudah memenuhi


Lebar selokan >1,00 m 1,2 m LF
standar

Lebar ambang Tidak ada ambang


>1,00 m - Tidak di nilai
pengaman pengaman

Jarak pandang lurus


sudah memenuhu syarat
Jarak pandang lurus 75 m vr : 60 km/jam 75 m vr : 60 km/jam LF
standar perencanaan
geometrik jalan
Jarak pandang tikungan
Jarak pandang sudah memenuhu syarat
27 m vr : 30 km/jam 27 m vr : 30 km/jam LF
tikungan standar perencanaan
geometrik jalan

TEKNIS STRUKTUR PERKERASAN JALAN


KOMPONEN JALAN HASIL UJI IDENTIFIKASI DAN
STANDAR TEKNIS FOTO KONDISI LAPANGAN KATEGORI
YANG DI UJI LAPANGAN EVALUASI
Jenis Perkerasan 100% 100% Sudah memenuhi LF
persyaratan teknis dengan
spesifikasi prasarana jalan
raya
Kedalaman Lubang Min 50 mm - Tidak terdapat lubang LF
TEKNIS BAGIAN-BAGIAN JALAN
KOMPONEN JALAN HASIL UJI IDENTIFIKASI DAN
STANDAR TEKNIS FOTO KONDISI LAPANGAN KATEGORI
YANG DI UJI LAPANGAN EVALUASI
Rumaja L : 24 m T : 5 m L : 24 m T : - Kelas prasarana jalan LF
adalah kelas jalan raya
dan sudah sesuai dengan
minimum persyaratan
untuk jalan raya
Rumija 25 m 26 m Kelas prasarana jalan LF
adalah kelas jalan raya
dan sudah sesuai dengan
minimum persyaratan
untuk jalan ray
TEKNIS PERLENGKAPAN JALAN
KOMPONEN JALAN HASIL UJI IDENTIFIKASI DAN
STANDAR TEKNIS FOTO KONDISI LAPANGAN KATEGORI
YANG DI UJI LAPANGAN EVALUASI

Marka pembagi jalur


sudah lengkap tetapi perlu
Standar marka Harus jelas Tidak jelas LS
adanya pengecetan ulang
pada semua marka

Standar rambu Rambu larangan,


perintah, peringatan,
0,6 m dari tepi bahu sementara tidak di
Tidak ada LS
jalan perlukan tetapi perlu
adanya rambu petunjuk di
karenakan adanya u-turn
Standar trortoar Tidak adanya trotoar dan
25 m - tidak di perlukanya Tidak di nilai
trotoar untuk pejalan kaki

Sudah memenuhi syarat


Lampu penerangan 0,60 m dari tepi jalan 0,65 m dari tengah
teknis menurut dirjen LF
jalan atau tengah median median
perhubungan darat

Sumber : hasil survey, 2020


Tabel 4.7 Uji Komponen Laik Fungsi Jalan Segmen 05 (1+600 – 2+000)

TEKNIS GEOMETRI JALAN


KOMPONEN JALAN HASIL UJI IDENTIFIKASI DAN
STANDAR TEKNIS FOTO KONDISI LAPANGAN KATEGORI
YANG DI UJI LAPANGAN EVALUASI

Hasil ukur lebar lajur


Lebar Jalur 3,50 m 3,50 m sudah sesuai dengan LF
persyaratan teknis

Lebar bahu jalan sudah


Lebar bahu jalan 1,50-2,5 m 2,30 m memenuhu syarat standar LF
teknis jalan raya
Median jalan jalan sudah
Lebar median jalan 1,20 m 1,30 m memenuhu syarat standar LF
jalan raya

Selokan sudah memenuhi


Lebar selokan >1,00 m 1,2 m LF
standar

Lebar ambang Tidak ada ambang


>1,00 m - Tidak di nilai
pengaman pengaman

Jarak pandang lurus


sudah memenuhu syarat
Jarak pandang lurus 75 m vr : 60 km/jam 75 m vr : 60 km/jam LF
standar perencanaan
geometrik jalan
Jarak pandang tikungan
Jarak pandang sudah memenuhu syarat
27 m vr : 30 km/jam 27 m vr : 30 km/jam LF
tikungan standar perencanaan
geometrik jalan

TEKNIS STRUKTUR PERKERASAN JALAN


KOMPONEN JALAN HASIL UJI IDENTIFIKASI DAN
STANDAR TEKNIS FOTO KONDISI LAPANGAN KATEGORI
YANG DI UJI LAPANGAN EVALUASI
Jenis Perkerasan 100% 100% Sudah memenuhi LF
persyaratan teknis dengan
spesifikasi prasarana jalan
raya
Kedalaman Lubang Min 50 mm - Tidak terdapat lubang LF
TEKNIS BAGIAN-BAGIAN JALAN
KOMPONEN JALAN HASIL UJI IDENTIFIKASI DAN
STANDAR TEKNIS FOTO KONDISI LAPANGAN KATEGORI
YANG DI UJI LAPANGAN EVALUASI
Rumaja L : 24 m T : 5 m L : 24 m T : - Kelas prasarana jalan LF
adalah kelas jalan raya
dan sudah sesuai dengan
minimum persyaratan
untuk jalan raya
Rumija 25 m 26 m Kelas prasarana jalan LF
adalah kelas jalan raya
dan sudah sesuai dengan
minimum persyaratan
untuk jalan ray

TEKNIS PERLENGKAPAN JALAN


KOMPONEN JALAN HASIL UJI IDENTIFIKASI DAN
STANDAR TEKNIS FOTO KONDISI LAPANGAN KATEGORI
YANG DI UJI LAPANGAN EVALUASI
Marka pembagi jalur
sudah lengkap tetapi perlu
Standar marka Harus jelas Tidak jelas LS
adanya pengecetan ulang
pada semua marka

Standar rambu Rambu larangan,


perintah, peringatan,
0,6 m dari tepi bahu sementara tidak di
Tidak ada LS
jalan perlukan tetapi perlu
adanya rambu petunjuk di
karenakan adanya u-turn
Standar trortoar Tidak adanya trotoar dan
25 m - tidak di perlukanya Tidak di nilai
trotoar untuk pejalan kaki

Sudah memenuhi syarat


Lampu penerangan 0,60 m dari tepi jalan 0,65 m dari tengah
teknis menurut dirjen LF
jalan atau tengah median median
perhubungan darat

Sumber : hasil survey, 2020


Tabel 4.8 Uji Komponen Laik Fungsi Jalan Segmen 06 (2+000 – 2+400)

TEKNIS GEOMETRI JALAN


KOMPONEN JALAN HASIL UJI IDENTIFIKASI DAN
STANDAR TEKNIS FOTO KONDISI LAPANGAN KATEGORI
YANG DI UJI LAPANGAN EVALUASI

Hasil ukur lebar lajur


Lebar Jalur 3,50 m 3,50 m sudah sesuai dengan LF
persyaratan teknis

Lebar bahu jalan sudah


Lebar bahu jalan 1,50-2,5 m 2,30 m memenuhu syarat standar LF
teknis jalan raya
Median jalan jalan sudah
Lebar median jalan 1,20 m 1,30 m memenuhu syarat standar LF
jalan raya

Selokan sudah memenuhi


Lebar selokan >1,00 m 1,2 m LF
standar

Lebar ambang Tidak ada ambang


>1,00 m - Tidak di nilai
pengaman pengaman

Jarak pandang lurus


sudah memenuhu syarat
Jarak pandang lurus 75 m vr : 60 km/jam 75 m vr : 60 km/jam LF
standar perencanaan
geometrik jalan
Jarak pandang tikungan
Jarak pandang sudah memenuhu syarat
27 m vr : 30 km/jam 27 m vr : 30 km/jam LF
tikungan standar perencanaan
geometrik jalan

TEKNIS STRUKTUR PERKERASAN JALAN


KOMPONEN JALAN HASIL UJI IDENTIFIKASI DAN
STANDAR TEKNIS FOTO KONDISI LAPANGAN KATEGORI
YANG DI UJI LAPANGAN EVALUASI
Jenis Perkerasan 100% 100% Sudah memenuhi LF
persyaratan teknis dengan
spesifikasi prasarana jalan
raya
Kedalaman Lubang Min 50 mm - Tidak terdapat lubang LF
TEKNIS BAGIAN-BAGIAN JALAN
KOMPONEN JALAN HASIL UJI IDENTIFIKASI DAN
STANDAR TEKNIS FOTO KONDISI LAPANGAN KATEGORI
YANG DI UJI LAPANGAN EVALUASI
Rumaja L : 24 m T : 5 m L : 24 m T : - Kelas prasarana jalan LF
adalah kelas jalan raya
dan sudah sesuai dengan
minimum persyaratan
untuk jalan raya
Rumija 25 m 26 m Kelas prasarana jalan LF
adalah kelas jalan raya
dan sudah sesuai dengan
minimum persyaratan
untuk jalan ray
TEKNIS PERLENGKAPAN JALAN
KOMPONEN JALAN HASIL UJI IDENTIFIKASI DAN
STANDAR TEKNIS FOTO KONDISI LAPANGAN KATEGORI
YANG DI UJI LAPANGAN EVALUASI
Marka pembagi jalur
sudah lengkap tetapi perlu
Standar marka Harus jelas Tidak jelas LS
adanya pengecetan ulang
pada semua marka

Standar rambu Rambu peringatan sudah


0,6 m dari tepi bahu
Tidak ada sesuai dengan standar LF
jalan
yang di tentukan
Standar trortoar Tidak adanya trotoar dan
25 m - tidak di perlukanya Tidak di nilai
trotoar untuk pejalan kaki

Sudah memenuhi syarat


Lampu penerangan 0,60 m dari tepi jalan 0,65 m dari tengah
teknis menurut dirjen LF
jalan atau tengah median median
perhubungan darat

Sumber : hasil survey, 2020


Tabel 4.9 Rekapitulasi Uji Komponen Laik Fungsi Jalan Seluruh Segmen

TEKNIS GEOMETRI JALAN


Segme Segme Segme
Komponen Yang Segmen Segmen Segmen
n n n
Di Uji 1 4 6
2 3 5
Lebar Jalur LF LF LF LF LF
LF
Lebar bahu jalan LF LF LF LF LF
LF
Lebar median jalan LF LF LF LF LF
LF
Lebar selokan LF LF LF LF LF
LF
Lebar ambang - - - - -
-
pengaman
Jarak pandang LF LF LF LF LF LF
lurus
Jarak pandang LF LF LF LF LF LF
tikungan
TEKNIS STRUKTUR PERKERASAN JALAN
Segme Segme Segme
Komponen Yang Segmen Segmen Segmen
n n n
Di Uji 1 4 6
2 3 5
Jenis Perkerasan LF LF LF LF LF LF
Kedalaman LF LF LF LF LF LF
Lubang
TEKNIS BAGIAN-BAGIAN JALAN
Segme Segme Segme
Komponen Yang Segmen Segmen Segmen
n n n
Di Uji 1 4 6
2 3 5
Rumaja LF LF LF LF LF LF
Rumija LF LF LF LF LF LF
TEKNIS PERLENGKAPAN JALAN
Segme Segme
Komponen Yang Segmen Segmen Segmen Segmen
n n
Di Uji 1 4 5 6
2 3
Standar marka LS LS LS LS LS LS
Standar rambu LS LS LS LS LS LF
Standar trortoar LF LF LF LF LF LF
Lampu penerangan LF LF LF LF LF LF
jalan
Sumber : hasil survey, 2020

Keterangan :
LF : Laik Fungsi Jalan

LS : Laik Fungsi Bersyarat

Pembahasan uji komponen laik fungsi jalan segmen 1 sampai segmen 6 secara

menyeluruh adalah sebagai berikut :

A.1 Teknis geometrik jalan (Segmen 1 – Segmen 6)

A.1.1 Lajur lalu lintas (kategori LF)

Hasil ukuran lebar lajur 4,30 m lebih besar dari standar 3,50 m. standar

tersebut sudah sesuai dengan persyaratan teknis jalan raya berdasarkan petunjuk laik

fungsi jalan dirjen bina marga (2018)

A.1.2 Bahu jalan (kategori LF)

Lebar bahu dengan tidak ada trotoar 1,50 m – 2,50 m hasil pengukuran km

0+000 – km 2+400 2,30 m (sudah persyaratan teknis geometrik jalan raya). Posisi

muka bahu terhadap permukaan jalan menerus dengan permukaan jalan.

A.1.3 Median jalan (kategori LF)

Hasil pengukuran lapangan km 0+000 – km 2+400 lebar median yang di

tinggikan pada kelas jalan raya (JR) 1,20 m > 1,30 m (sudah sesuai dengan

persyaratan teknis jalan raya )

A.1.4 Selokan samping (kategori LF)

Lebar selokan samping pada km 0+000 – km 2+400 sudah sesuai dengan

standar permen PU No. 19/PRT/M2/2011 1,20 m ≥ 1,00

m. sedangkan bentuk selokan sampingnya juga sudah sesuai spersyaratan teknis

(trapesium) dan fungsi pengalirannya mengalirkan air / atau tidak tersumbat.


A.1.5 Ambang pengaman (kategori LF)

Ambang pengaman tidak ada pada KM 0+000 - KM 2+400 sesuai standar

teknis berdasarkan permen PU pengaman konstruksi jalan tidak ada dan tidak

diperlukan. Jika jalan yang sudah beroprasi tidak memiliki ambang pengaman maka

kelaikan untuk ambang pengaman dinyatakan dengan laik fungsi

A.1.6 Bagian lurus (kategori LF)

Panjang bagian jalan yang lurus 330 m ≤ 2000, 420 m ≤ 2000 dan 1450 m ≤

2000 m, ( sesuai dengan persyaratan teknis jalan kolektor sekunder. Hasil ukur jarak

pandang henti (JPH) 75 m untuk VR = 60 km/jam. Pada ruas km 0+000 – km 2+400,

(sesuai dengan persyaratan teknis jalan kolektor sekunder). Untuk lingkungan jalan

pada bagian lurus alinyemen horizontal adalah kawasan pemukiman dan kawasan

komersial.

A.1.7 Bagian tikungan (kategori LF)

Hasil ukur jarak pandang henti (JPH) 27 m untuk V R = 30 km/jam. Pada ruas

km 0+000 – km 2+400, (sesuai dengan persyaratan teknis jalan arteri sekunder)

A.2 Teknis Struktur perkerasan jalan (Segmen 1 – Segmen 6)

A.2.1Jenis perkerasan jalan (kategori LF)

Jenis perkerasan jalan yang di uji dari km 0+000 – km 2+400 adalah beton

beraspal dengan perkerasan beraspal sesuai dengan standar teknis dan spesifikasi

prasarana jalan raya (JR)


A.2.2 Kondisi perkerasan jalan (kategori LF)

Berdasarkan survey visual dari km 0+000 – km 2+400 tidak terdapat

permukaan perkerasan yang berlubang (sesuai persyaratan teknis). Berdasarkan hasil

survey visual km +000 – km 2+400 tidak terdapat permukaan perkerasan yang retak

(sesuai dengan persyaratan teknis).

A.3 Teknis bagian-bagian jalan (Segmen 1 – Segmen 6)

A.3.1 Ruang manfaat jalan (kategori LF)

Kelas prasarana jalan yang diuji dari km 0+000 – km 2+400 adalah kelas jalan

raya (JR). Hasil ukur rumaja dengan standar 24 m yaitu 24 m sudah sesuai dengan

peryaratan teknis lebar rumaja.

A.3.2 Ruang milik jalan (kategori LF)

Kelas prasarana yang diuji dari km 0+000 – km 2+400 adalah kelas jalan raya

(JR). hasil ukur rumija 25,0 m > 26,0 m (sesuai dengan standar minimal lebar rumija

untuk jalan raya). Jaringan utilitas semua berada diluar Rumija disisi kanan dan kiri

badan jalan.

A.4 Teknis perlengkapan jalan (Segmen 1 – Segmen 6)

A.4.1Marka (kategori LS)

Berdasarkan hasil survey dilapangan dari km 0+000 – km 2+400 bahwa

marka pembagi jalur, lajur marka tepi luar semua sudah lengkap, atau sudah sesuai

dengan standar teknis permanfaatan bagian-bagian jalan. Hanya diperlukan

pengecetan ulang pada semua marka dan zebra cross.

A.4.2 Rambu (kategori LS)


Hasil uji lapangan dari km 0+000 – km 2+400 terkait kebutuhan

penyelenggaraan manajemen lalu lintas ada beberapa rambu yang harus di tambahkan

yaitu rambu peringatan adanya persimpangan pada km 1+260, 1+970 di tambahkan

juga rambu peringatan adanya putar balik arah pada km 0+250, 0+660, 1+100 dan

peringatan adanya jembatan pada km 1+300.

A.4.3 Trotoar (kategori Tidak ada)

Pada km 0+000 – km 2+400 tidak memiliki trotoar dan tidak perlu adanya

pembuatan trotoar.

4.2 Aspek jalan berkeselamatan

Pengaruh aspek jalan berkeselamatan terhadap kategori laik fungsi bersyarat

(LS) yang dihasilkan setelah uji laik fungsi jalan untuk jalan La Ode Hadi Kota

Kendari, dengan panjang ruas jalan 2.400 meter adalah sebagai berikut :

1. Self-explanning : setiap jalan yang menggunakan lalu lintas wajib dilengkapi

dengan perlengkapan jalan yang bertujuan untuk memandu pengguna jalan tanpa

adanya komunikasi secara langsung dengan penyelenggara jalan (Pasal 25 UU

No. 22 tahun 2009 tentang lalu lintas angkutan jalan)

a. Rambu Lalu Lintas

Rambu lalu lintas adalah bagian perlengkapan jalan yang berupa

lambing, huruf, angka, kalimat dan panduan yang berfungsi sebagai peringatan,

larangan perintah atau petunjuk pengguna jalan (Pasal 1 Permenhub 13

tahun 2014). Rambu berdasarkan jenisnya terdiri atas : a. rambu peringatan; b.

rambu larangan ; c.rambu petunjuk.


Berikut rambu yang wajib terpasang disebelah kiri sepanjang ruas jalan

La Ode Hadi Kota kendari dari arah Lampu merah Pasar Baru yang berada

didepan Maxel – Lampu depan Merah Hotel Dragon (km 0+000 – km 2+400)

agar jalan La Ode Hadi Kota Kendari memenuhi aspek self-explanning :

a. Rambu peringatan yang harus terpasang

1) Rambu peringatan adanya persimpangan pada km 1+260 , 1+660 dan 1+

970 km. Syarat rambu peringatan : warna dasar kuning, garis tepi hitam,

lambang hitam.

2) Peringatan adanya putar balik arah pada km 0+250, 0+660 dan 1+100 km

3) Peringatan adanya jembatan di km 1+300 km

b. Marka

Marka Jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan jalan atau di

atas permukaan jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis

membujur, garis melintang, garis serong, serta lambang yang berfungsi untuk

mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas

(Dirjen Perhubungan Darat)

Berikut marka yang wajib terpenuhi sepanjang ruas jalan La Ode Hadi Kota

kendari dari arah Lampu merah Pasar Baru yang berada didepan Maxel – Lampu

depan Merah Hotel Dragon (km 0+000 – km 2+400) agar jalan LA Ode Hadi

Kota Kendari memenuhi aspek self-explanning :

1) Perluya pengecetan ulang pada marka melintang (zebra cross) pada km 2+400

yang terdapat rambu penyebrang jalan dan pada APILL (alat pemberi isyarat
lampu lalu lintas)

2) Perlunya pengecetan ulang pada marka pembagi jalur, lajur dan tepi luar. Pada

seluruh ruas jalan dari km 0+000 – 2+400

c. Alat penerangan jalan

Lampu penerangan jalan adalah bagian dari bangunan pelengkap jalan yang

dapat diletakkan di samping di tengah bagian jalan yang digunakan untuk

menerangi jalan pada malam hari.

Untuk memenuhi aspek self-explanning perlu penambahan beberapa antara lain:

1) Perlu memperbaiki beberapa lampu penerangan agar pada malam hari tidak

gelap.

2. Self-enforcing : yaitu kegiatan penyelenggara jalan berupa pengaturan, pembinaan,

pembangunan, dan pengawasan prasarana jalan dengan tujuan mampu

menciptakan kepatuhan pada pengguna jalan tanpa peringatan kepada pengguna

jalan tersebut (Pasal 8 UU No.22 tahun 2009 tentang lalu lintas jalan raya);

Berdasarkan hasil survey lapangan yang digambarkan dalam segmen 1

sampai 6 pada (bab 4) maka berikut ini adalah rekomendasi perbaikan atau

penambahan pada beberapa komponen uji yang harus dilakukan penyelenggara

jalan La Ode Hadi, agar memenuhi aspek self-enfocing;

a. Memperlebar selokan samping yang tidak memenuhi persyaratan teknis yaitu

pada (km 0+230) dan memperbaiki lantai dasar dan dinding pada selokan

samping agar lebih memadai mengalirkan debit air.

b. Perlu adanya pengecetan ulang pada marka pembagi lajur, marka tepi luar dan
tepi dalam, dan zebra cross pada rambu penyebrang jalan pada km 2+400.

c. Melengkapi rambu-rambu sesuai dengan manajemen lalu lintas.

3. Forgiving road yaitu jalan yang dioprasikan harus memenuhi laik fungsi jalan

secara teknis dan administrasi yang wajib dilaksanakan oleh penyelenggara jalan,

baik maupun sebelum jalan dioprasikan dengan tujuan untuk meminimalisir

tingkat keparahan korban akibat kecelakaan (pasal 22 UU No. 22 tahun 2009

tentang lalu lintas angkutan jalan).

4.3 Analisis Resiko Kecelakaan

Ditjen bina marga (2007a) dalam Mulyono dkk (2009b;2009c) telah membuat

klasifikasi nilai dampak keparahan korban kecelakaan dan klasifikasi untuk

mengukur penyimpangan desain bagian-bagian ruang jalan terhadap standar yang

berlaku,didasarkan pada tingkat kemungkinan dan tingkat ancaman. tingkat

kemungkinan digunakan untuk menilai temuan defisiensi yang tidak memiliki riwayat

kecelakaan sebelumnya di tempat yang diaudit. Tingkat ancaman digunakan untuk

menilai temuan defisiensi yang telah secara nyata mengakibatkan kecelakaan karena

memiliki riwayat kecelakaan.

Persentase penyimpangan (%) nilai selisih antara standar teknis keselamatan

dikurang dengan hasil ukur dan pengamatan dibagi dengan nilai standar teknis

keselamatan dikali 100. Adapun rumus penyimpangan (%) sebagai berikut :

PP (%) = STK – HUDP X100

STK
Keterangan :

PP = persentase penyimpangan

STK = standar teknis keselamatan

HUDP = hasil ukur dan pengamatan

Perhitungan penyimpangan untuk aspek jarak pandang henti pada tabel 4.13

sebagai berikut :

PP (%) = 75 – 122 X100

75

PP (%) = −0,6266 X 100

PP (%) = −62,66 %

Untuk mengetahui nilai peluang yaitu berdasarkan hasil nilai persentase

penyimpangan (%) pada tabel berikut ini :

Tabel 4.10 Peluang defisiensi keselamatan infrastruktur jalan terhadap potensi

kejadian kecelakaan berkendaraan di jalan raya berdasarkan data ukur

lapangan

Hasil ukur dimensi dan tata letak ruang bagian- Nilai


bagian Nilai kualitatif kuantitafif
infrastruktur jalan
Perbedaan yang terukur di lapangan lebih kecil Tidak pernah terjadi 1
dari 10% terhadap standar teknisnya kecelakaan
Perbedaan yang terukur di lapangan antara 10%- Terjadi kecelakaan sampai 5 2
40% terhadap standar teknis kali pertahun
Perbedaan yang terukur di lapangan antara 40% - Terjadi kecelakaan 5-10 kali 3
70% terhadap standar teknisnya per tahun
Perbedaan yang terukur di lapangan antara 70% - Terjadi kecelakaan 10-15 4
100% terhadap standar teknisnya kali per tahun
Perbedaan yang terukur di lapangan lebih besar di Terjadi kecelakan lebih dari 5
lapangan dari 100 % terhadap standar teknis 15 kali per tahun
Sumber: Mulyono dkk (2009b;2009c)

Untuk hasil perhitungan penyimpangan persentase (%) di atas termasuk dalam

nilai kuantitatif 3 karena perbedaan yang terukur di lapangan antara 40% - 70%

terhadap standar teknisnya yaitu -62,66%.

Menurut Mulyono (2009) jika menghasilkan nilai negatif menunjukkan

adanya resiko yang masih berupa potensi karena tidak adanya riwayat kecelakaan

sebelumnya di titik defisiensi tersebut.

Setelah itu mengalikan antara nilai peluang dengan nilai dampak terjadinya

kecelakaan, dengan rumus sebagai berikut :

R= P x D

Keterangan :

R = Resiko kejadian kecelakaan

P = Peluang

D = Dampak terjadinya kecelakaan

Untuk nilai dampak didapat dari data anatomi kecelakaan dari kepolisian

setelah itu dilihat apakah terjadi kecelakaan akibat defisiensi atau tidak. Untuk nilai

dampak dapat dilihat pada tabel 4.11 :


Tabel 4.11 Dampak Keparahan Korban Kecelakaan Berkendaraan di jalan Raya Berdasarkan

Tingkat Fatalitas dan Kepentingan Penanganannya

Hasil evakuasi korban kecelakaan berkendaraan di jalan Nilai kualitatif Nilai kuantitatif

raya
Korban tidak mengalami luka apapun kecuali kerugian Amat ringan 1

Material
Korban mengalami luka ringan dan kerugian material Ringan 10
Korban mengalami luka berat dan tidak berpotensi cacat Sedang 40

anggota tubuh, serta ada atau tidak ada kerugian material


Korban mengalami luka berat dan berpotensi meninggal Berat 70

dunia dalam proses perawatan di rumah sakit atau tempat

penyembuhan, serta ada atau tidak ada kerugian material


Korban meninggal dunia di tempat kejadian kecelakaan, Amat berat 100

serta ada atau tidak ada kerugian material


Sumber : Mulyono, et al. (2008b)dan Mulyono dkk (2009b;2009c)

Perhitungan nilai resiko pada aspek jarak pandang henti pada tabel 4.12

adalah sebagai berikut :

R= P x D

R= 3 x 1

R= 3

Untuk nilai kategori dan resiko dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut :

Tabel 4.12 Nilai dan kategori resiko beserta tingkat penanganan defisiensi
keselamatan infrastruktur jalan

Analisis resiko
Nilai resiko Kategori resiko **) Tingkat kepentingan penanganan **)
*)
< 125 Tidak berbahaya Monitoring rutin dengan inspeksi keselamatan jalan yang

(TB) terjadwal pada titik-titik yang berpotensi terhadap

kejadian
Kecelakaan

125 – 250 Cukup berbahaya Perlu penanganan teknis yang tidak terjadwal berdasarkan

(CB) hasil inspeksi keselamatan jalan di lokasi kejadian dan

sekitarnya
250 – 375 Berbahaya (B) Perlu penanganan teknis yang terjadwal maksimal 2 (dua)

bulan sejak hasil audit keselamatan jalan disetujui


>375 Sangat berbahaya Perlu penanganan teknis secara total dengan stakeholder

(SB) terkait maksimal 2 (dua) minggu sejak hasil audit

keselamatan jalan disetujui


Sumber: *) Ditjen Bina Marga (2007a:2007b) dan**) Mulyono dkk (2009b;2009c)
4.3.1 Nilai Resiko Kecelakaan Berkendaraan Ditinjau Dari Aspek Geometrik Jalan

Tabel 4.13 Hasil ukur dan pengamatan lapangan kondisi geometrik jalan terhadap defisiensi keselamatan infrastruktur jalan di lokasi

penelitian

Fatalitas korban
Pengamatan dan pengukuran Standar teknis Hasil ukur dan Penyimpangan Nilai
(orang)** Nilai dampak
keselamatan* pengamatan terhadap standar Peluang
Aspek satuan MD LB LR

Jarak pandang meter 75 122 -62.7 3 1


Lebar lajur lalu lintas meter 3.5 3.5 0 1 1
Lebar bahu jalan meter 2,5 2.30 -8,0 1 1
Jarak pandang tikungan meter 35 70 -100.0 4 1
Sumber : hasil survey, 2020
*) Sumber: Ditjen Bina Marga (2007.a)
**) Sumber: Mulyono dkk (2009); MD = meninggal dunia, LB = luka berat, LR = luka ringan

Tabel 4.14 Hasil audit keselamatan jalan terhadap defisiensi kondisi geometrik jalan

Nilai Nilai Nilai Kat.


Aspek yang di audit peluang dampak resiko Resiko*) Program aksi mengurangi defisiensi keselamatan
Monitoring rutin dengan inspeksi keselamatan jalan yang
Jarak pandang 3 1 3 TB terjadwal
pada titik-titik yang berpotensi terhadap kejadian kecelakaan
Monitoring rutin dengan inspeksi keselamatan jalan yang
Lebar bahu jalan 1 1 1 TB terjadwal
pada titik-titik yang berpotensi terhadap kejadian kecelakaan
Monitoring rutin dengan inspeksi keselamatan jalan yang
Lebar lajur 1 1 1 TB terjadwal
pada titik-titik yang berpotensi terhadap kejadian kecelakaan
Monitoring rutin dengan inspeksi keselamatan jalan yang
Jarak pandang tikungan 4 1 4 TB terjadwal
pada titik-titik yang berpotensi terhadap kejadian kecelakaan
*) Kat = Kategori; TB = Tidak berbahaya; CB = cukup berbahaya; B = berbahaya; SB = sangat berbahaya
Tabel pembahasan 4.13 dan 4.14 nilai resiko kecelakaan berkendaraan

ditinjau dari aspek geometrik jalan

Nilai peluang potensi kejadian kecelakaan dari aspek geometrik dapat

dihitung dari besaran penyimpangan hasil pengukurannya di lapangan terhadap

standar teknis geometrik jalan yang berlaku. Nilai peluang potensi kejadian

kecelakaan dari sub-aspek jarak pandang henti sebesar 3 atau hasil ukur di lapangan

terjadi perbedaan pada rentang 40% - 70% terhadap standar teknisnya, tepatnya

adalah 62,66%. Demikian juga sub-aspek jarak pandang henti tikungan memiliki

nilai peluang sebesar 4 atau hasil ukur di lapangan terjadi perbedaan pada rentang

70%-100% terhadap standar teknisnya. Sedangkan sub-aspek lebar lajur lalu lintas

dan lebar bahu jalan memiliki nilai peluang sebesar 3 dan 3 atau hasil ukur di

lapangan tidak terjadi perbedaan untuk sub-aspek lebar lajur lalulintas dan lebar bahu

jalan terhadap standar teknisnya. potensi kejadian kecelakaan yang disebabkan oleh

penyimpangan pada jarak pandang henti tikungan, walaupun nilai peluangnya sebesar

4 tetapi dalam laporan anatomi kecelakaan tidak ada korban MD, LB, dan LR

sehingga nilai dampaknya sebesar 1 (satu). Selanjutnya dianalisis nilai resiko

kecelakaan dari aspek geometrik jalan berdasarkan perkalian antara nilai peluang dan

nilai dampak, sebagaimana disajikan dalam Tabel 4.13 dan 4.14.


4.3.2 Nilai Resiko Kecelakaan Berkendaraan Ditinjau Dari Aspek Harmonisasi Perlengkapan Jalan

Tabel 4.15 Hasil ukur dan pengamatan lapangan kondisi harmonisasi perlengkapan jalan terhadap defisiensi keselamatan infrastruktur jalan

di lokasi penelitian

Pengamatan dan pengukuran Standar teknis Hasil ukur Fatalitas korban


keselamatan*) dan Penyimpangan Nilai (orang)**) Nilai
Aspek Satuan MD LB LR
pengamatan terhadap standar peluang dampak
A. Rambu
1. Ketersediaan Ada Ada Ada 0 1 1
2. Kondisi % 100 80 20 2 1
B. Marka
1. Ketersediaan Ada Ada Ada 0 1 1
2. Kondisi % 100 40 60 3 1
C. Lampu penerangan
1. Ketersediaan Ada Ada Ada 0 1 1
2. Jarak lampu ke tepi jalam Meter 0,6 0,65 -8,33 2 1
D. Median
1. Lebar Meter 1,20 1,30 -1.07 2 1
E. Trotoar
1. Lebar Meter 1,5 0 0 0 0
2. Tinggi Meter 0.25 0 0 0 0
Sumber : hasil survey, 2020

*) Sumber: Ditjen Bina Marga (2007.a)

**) Sumber: Mulyono dkk (2009); MD = meninggal dunia, LB = luka berat, LR = luka ringan

Tabel 4.16. Hasil audit keselamatan jalan terhadap defisiensi kondisi harmonisasi perlengkapan jalan
Aspek nilai nilai nilai Kat. *) Program aksi mengurangi defisiensi keselamatan
peluang dampak resiko resiko
Monitoring rutin dengan inspeksi keselamatan jalan yang
a. Rambu 2 1 2 TB terjadwal pada titik-titik yang berpotensi terhadap kejadian
kecelakaan
Monitoring rutin dengan inspeksi keselamatan jalan yang
b. Marka 3 1 3 TB terjadwal pada titik-titik yang berpotensi terhadap kejadian
kecelakaan dan pengecetan marka jalan
Monitoring rutin dengan inspeksi keselamatan jalan yang
c. Lampu penerangan 2 1 2 TB terjadwal pada titik-titik yang berpotensi terhadap kejadian
kecelakaan
Monitoring rutin dengan inspeksi keselamatan jalan yang
d. Median 2 1 2 TB terjadwal pada titik-titik yang berpotensi terhadap kejadian
kecelakaan
*) Kat = Kategori; TB = Tidak berbahaya; CB = cukup berbahaya; B = berbahaya; SB = sangat berbahaya
Pembahasann tabel 4.15 dan 4.16 Nilai resiko kecelakaan berkendaraan

ditinjau dari aspek harmonisasi perlengkapan jalan. Nilai peluang potensi kejadian

kecelakaan dari aspek harmonisasi perlengkapan jalan dapat dihitung dari besaran

penyimpangan hasil pengukurannya di lapangan. Nilai peluang potensi kejadian

kecelakaan dari sub-aspek Rambu dan Lampu penerangan masing-masing

berkontribusi sebesar 2 atau hasil ukur di lapangan terjadi perbedaan pada rentang

10% - 40% terhadap standar teknisnya, tepatnya adalah 20%. Demikian juga sub-

aspek marka memiliki nilai peluang sebesar 3 atau hasil ukur di lapangan terjadi

perbedaan pada rentang 40%-70% terhadap standar teknisnya tepatnya adalah

60,00%. Sedangkan sub-aspek median jalan memiliki nilai peluang sebesar 2 atau

hasil ukur di lapangan terjadi perbedaan pada rentang 10%-40% terhadap standar.

potensi kejadian kecelakaan yang disebabkan oleh penyimpangan marka, walaupun

nilai peluangnya sebesar 3 tetapi dalam laporan anatomi kecelakaan tidak ada korban

MD, LB, dan LR sehingga nilai dampaknya sebesar 1 (satu). Selanjutnya dianalisis

nilai resiko kecelakaan dari aspek harmonisasi perlengkapan jalan berdasarkan

perkalian antara nilai peluang dan nilai dampak, sebagaimana disajikan dalam Tabel

4.15 dan 4.16

Hasil kajian keselamatan pada ruas jalan La Ode Hadi Kota Kendari, secara

komprehensif dapat dijelaskan bahwa tingkat fatalitas korban kecelakaan adalah

rendah atau TB ”Tidak Berbahaya” dikarenakan dari laporan anatomi kecelakaan dari

kepolisian artinya tidak ada korban MD ”Meninggal Dunia” LB ”Luka Berat” dan LR

”Luka Ringan yang disebabkan oleh yang diaudit.


Menurut mulyono dkk (2009b; 2009c) menyatakan jika setelah direalisasi

program aksi tersebut nyata masih terjadi kecelakaan dilokasi yang sama maka perlu

di audit ulang, sebaliknya jika setelah realisasi program aksi ternyata tidak terjadi

kecelakaan akibat defisiensi maka lokasi jalan yang di audit sudah memenuhi kriteria

jalan yang berkeselamatan (Forgiving road, self explanning dan self enfocing)
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat ditarik

kesimpulan yakni :

1. Kategori jalan La Ode Hadi Kota Kendari adalah jalan laik fungsi bersyarat (LS)

atau laik dengan beberapa rekomendasi dengan beberapa item yang harus

dilengkapi.

2. Hasil audit keselamatan jalan pada ruas jalan La Ode Hadi Kota Kendari

menggunakan analisis resiko kejadian kecelakaan menunjukkan bahwa semua

fasilitas jalan berada dalam kategori “TB” (Tidak Berbahaya). Jadi kecelakaan

yang terjadi di ruas jalan La Ode Hadi Kota Kendari terjadi akibat kelalaian para

pengemudi.

5.2 Saran

Berdasarkan dari analisa dan kesimpulan, maka peneliti dapat memberikan

masukan atau saran yang bertujuan untuk mengurangi dan menekan banyaknya

kejadian kecelakaan yang terjadi.

1. Hendaknya penegakan hukum agar lebih diperketat lagi dan kejujuran yang

dalam menjalankan prosedur yang berlaku dapat ditingkatkan lagi, sehingga

tidak ada lagi pelanggaran-pelanggaran yang terjadi.

2. Pada setiap para pengemudi kendaraan hendaknya sebelum melakukan perjalan

di jalan raya baik perjalanan dekat ataupun jauh kondisi kendaran penting untuk
dikontrol lagi sehingga pada dalam perjalanan tidak ada masalah pada

kendaraannya walaupun masih ada tapi tidak terlalu membahayakan kemudian

cepat-cepat diperbaiki. Sarana dan prasarana lalu lintas harus diperbaiki dan

ditambah pada ruas jalan yang belum memiliki fasilitas lalu lintas.

Kesadaran dari para pengguna jalan itu sangat penting karena pengguna

jalanlah yang langsung mengendarai kendarannya. Dengan ilmu tentang berlalu

lintas yang telah diketahui hendaknya mentaati agar keselamatan tetap terjaga.
DAFTAR PUSTAKA

Abubakar. 1996. Menuju Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan yang Tertib. Jakarta : Direktorat Jendral

Perhubungan Darat.

Ahmad Arief, 2010. Audit Defisiensi Keselamatan

Infrastruktur Jalan Nasional KM 29-KM 30

Jalur Pantura Jawa. Universitas Gajah Mada

Alfrianto Rifli, Analisis Kelaikan Fungsi Jalan

Secara Teknis Dengan Metode Kuantitatif

(Studi Kasus : Ruas Jalan Nasional Batas

Kota Sanggau-Sekadau, Kalimantan Barat).

Fakultas Teknik, Universitas Gajah Mada,

Kota Yogyakarta. Allsop, R., and European

Transport Safety Council. 1995. Reducing

Traffic Injuries Resulting From Excess and

Inappropriate Speed. Brussels : European

Transport Safety Council.

Australian Transport Council (ATC), 2011. National

Road Safety Strategy 2011- 2020. Department

of Infrastructure and Transport, Australia.


AUSTROADS, 1992. Pavement Design, A Guide to

the Structural Design of Pavements.

Clarkson H. Oglesby & R. Gary Hicks, 1988, Teknik

Jalan Raya, Erlangga, Jakarta. Carter, E., C.

and Homburger, W.S. ,1978. Introduction to

Transportation Engineering, Institute of

Transportation Engineers, Inc.

Coffman. J.S.Z. and Warren. D., 1998. Synthesis of

Safety Research Related to Speed and Speed

Management .

Direktorat Jendral Bina Marga, 1997. Tata Cara

Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota

no.38/TBM/1997, Departemen Pekerjaan

Umum, Jakarta.

Direktorat Jenderal Bina Marga (1997). Manual

Kapasitas Jalan Indonesia ( MKJI). Bina

Karya . Jakarta.

Direktorat Jenderal Bina Marga, 2014. Pedoman

Kapasitas Jalan Indonesia (PKJI). Jakarta.

Departemen Pekerjaan Umum, 1997. Manual


Kapasitas Jalan Indonesia ,Ditjen Bina

Marga, Jakarta.

Departemen Pekerjaan Umum, 2011. Petunjuk

Teknis Pelaksanaan Laik Fungsi Jalan, Ditjen

Bina Marga, Jakarta.

Departemen Perhubungan, 1990. Pedoman

Penyusunan Lokasi Rawan Kecelakaan Lalu

Lintas, Jakarta.

Departemen Perhubungan, 1993. Peraturan

pemerintah No. 43 Tahun 1993 Tentang

Prasarana dan Lalu lintas, Jakarta.

Departemen Perhubungan, 1993. Keputusan Menteri

Perhubungan Nomor Km 60 Tahun 1993

Tentang Marka jalan, Jakarta.

Dirjen Hubungan Darat DLLAJ, 1997. Proyek

Penegakan Hukum Keselamatan Lalulintas

Jalan Serta Berat Dan Ukuran Kendaraan

Kertas Kerja No. 28 Buku Pedoman Pelatihan

Untuk Unit-Unit Kecelakaan , Jakarta.


Departemen Perhubungan, 2004. Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004

Tentang Jalan, Jakarta.

Departemen Perhubungan, 2006. Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia nomor 34

tahun 2006, tentang jalan, Jakarta.

Departemen Perhubungan, 2009. Undang-undang

Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan,, Jakarta.

Direktorat Jendral Perhubungan Darat , 2006.

Panduan Penempatan Fasilitas Perlengkapan

Jalan. Jakarta.

Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 2007.

Pedoman Operasi Unit Penelitian Kecelakaan

Lalu Lintas. Jakarta

Desi Widianty, dkk, 2017. Analisis Tingkat

Penanganan Kecelakaan Pada Tikungan

Berdasarkan Peluang Dan Resiko Akibat

Defisiensi Jarak Pandangan Henti (Studi


Kasus Ruas Jalan Mataram-Senggigi-

Pemenang), Universitas Mataram.

Dwiyogo dan Prabowo, 2006. Studi Identifikasi

Daerah Rawan Kecelakaan (Black Spot dan

Blacksite) Pada Jalan Tol Jagorawi :

Universitas Diponegoro Semarang.

Effendi, 2016. Analisis Tingkat Keselamatan Jalan

Pada Ruas Ahmad Yani Dalam Kota

Pangkalpinang, Universitas Bangka Belitung.

Fachurrozy, 2001. Keselamatan Lalu Lintas,

Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Hobbs,

FD., 1997. Perencanaan dan Teknik Lalu

lintas, Gajah Mada Unversity Press,

Yogyakarta.

Indriastuti A. K., dkk., 2011, Karakteristik

Kecelakaan dan Audit Keselamatan Jalan

Pada Ruas Jalan Ahmad Yani Surabaya, Jurnal

Rekayasa Sipil, Vol 5 No.1-2011 ISSN 1978-

5658.

Mulyono, A.T., Kushari B., Faisol, Kurniawati dan


Gunawan, H.E., 2008a, Modul Pelatihan

Inspeksi Keselamatan Jalan (IKJ) dalam

Penyelenggaraan Jalan Berkeselamatan,

FSTPT (Forum Studi Transportasi antar

Perguruan Tinggi), Semarang.

Mulyono, A. T., Kushari B., Agustin J., 2008b,

Monitoring and evaluating infrastructure

safety deficiencies towards integrated road

safety improvement in Indonesia, Proceedings.

2008 Australasian Road Safety Research,

Policing and Education Conference, ISBN 1

876346 56 6.

Mulyono, A.T., 2009, Sistem Keselamatan Jalan

untuk Mengurangi Defisiensi Infrastruktur

Jalan Menuju Jalan Berkeselamatan, Prosiding

Konferensi Nasional Teknik Sipil-3

(KoNTekS-3), ISBN 927-979-15429-3-7,

Jakarta

Mulyono, A.T., Agustin, J., Berlian, K., Tjahyono,

T., 2009a, Systemic Approach to Monitoring

and Evaluation System of Road Infrastructure


Safety Deficiency, Proceeding of the Eastern

Asia for Transportation Studies, Vol.7, 2009.

Mulyono, A.T., Berlian, K., Gunawan, H.E., 2009b,

Penyusunan Model Audit Defisiensi

Keselamatan Infrastruktur Jalan untuk

Mengurangi Potensi Terjadinya Kecelakaan

Berkendaraan, Laporan Hibah Kompetitif

Penelitian sesuai Prioritas Nasional Batch II,

Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat (DP2M), Ditjen Pendidikan Tinggi

dan LPPM UGM, Yogyakarta.

Mulyono,A.T., Berlian,K., Gunawan,H.E., 2009c,

Audit Keselamatan Infrastruktur Jalan (Studi

Kasus Jalan Nasional KM78-KM79 Jalur

Pantura Jawa, Kabupaten Batang), Jurnal

Teknik Sipil, Vol.6, No.3, Halaman 163-174,

ISSN 0853-2982, SK Terakreditasi

No.83/DIKTI/Kep/2009.

Mulyono, A.T., Berlian, K., Gunawan, H.E., 2010,

Penyusunan Model Audit Defisiensi

Keselamatan Infrastruktur Jalan untuk


Mengurangi Potensi Terjadinya Kecelakaan

Berkendaraan, Laporan Penelitian Hibah

Strategis Nasional Lanjutan Bidang

Infrastruktur, Transportasi, dan Industri

Pertahanan, Direktorat Penelitian dan

Pengabdian kepada Masyarakat (DP2M),

Ditjen Pendidikan Tinggi dan LPPM UGM,

Yogyakarta.

Mulyono. 2013. Tuntutan Jalan Berkeselamatan

Dan Berkepastian Hukum Untuk Mendukung

Kelaikan Fungsi Jalan Daerah. Kementrian

Pekerjaan Umum, Direktorat Bina Marga .

Munawar, A. ,2004. Manajemen Lalu Lintas

Perkotaan. Beta Offset , Yogyakarta. Nazir,

Moh. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia

Indonesia.

Pandey, Sisca V. 2013. Kerusakan Jalan Daerah

Akibat Beban Overloading. Teknik Sipil, Vol.

11, No. 58

Peraturan Mentri 96 Tahun 2015 Tentang

Manajemen Dan Rekayasa Lalu Lintas


Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Nomor

07/T/BNKT/1990 Tentang Petunjuk

Perencanaan Trotoar.

Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Nomor

19/PRT/M/2011 Tentang Persyaratan Teknis

Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :

03/PRT/M//2011 Tentang Pedoman

Perencanaan, Penyediaan, Dan Pemanfaatan

Prasarana Dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki

Di Kawasan Perkotaan

Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Nomor

22/T/BM/1999 Tentang Persyaratan

Aksesibilitas Pada Jalan Umum.

Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia

Nomor PM 27 Tahun 2018. Alat Penerangan

Jalan Penempatan Dan Pemasangan Alat

Penerangan

Rochman, 2017. Inspeksi Keselamatan Jalan (Studi

Kasus: Jalan Yogyakarta-Wates Km 15-22,


Sentolo, Kulonprogo, Daerah Istimewa

Yogyakarta), Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta.

RoSPA, 1992. Road Safety Engineering Manual,

Royal Society for The Prevention of Accident,

Birmingham.

Sukirman Silvia, 2010. Perencanaan Tebal Struktur

Perkerasan Lentur, Penerbit Nova, Bandung.

Sujanto, S., & Mulyono, A. T. (2010). Inspeksi

Keselamatan Jalan di Jalan Lingkar Selatan

Yogyakarta. Jurnal Transportasi, 10(1).

Sukirman, S, 1994. Dasar-Dasar Perencanaan

Geometrik Jalan Raya, Nova, Bandung.

Suryadharma H, dan Susanto B., 1999, Rekayasa

Jalan Raya, Yogyakarta, Penerbitan

Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Theeuwes, J., and Godthelp, H., 1995. Self

Explaining Roads. Safety Science. Weller.G.,

Schlag.B., Friedel,T., Rammin,C. 2008.

Behaviorrally Relevant Road


Categorisation A Step Towards Self Explaining

Rural Roads. Accident Analysis & Prevention.

Widianty Desi, dkk, 2017. Analisis Tingkat

Penanganan Kecelakaan Pada Tikungan

Berdasarkan Peluang Dan Resiko Akibat

Defisiensi Jarak Pandang Hentin (Studi Kasus

Ruas Jalan Mataram-Senggigi-Pemenang),

Universitas Mataram.

Anda mungkin juga menyukai