Anda di halaman 1dari 8

JRSDD, Edisi September 2018, Vol. 6, No.

3, Hal:1 - 8

Evaluasi Kinerja Jaringan Jalan Di Wilayah Kota Bandar Lampung

Setiana1)
Aleksander Purba2)
Sasana Putra3)

Abstract
Evaluation of the performance of the road network is necessary to achieve the objectives of the
ministry of road transport towards the realization of Traffic and Transportation are secure, safe,
orderly, smooth, and integrated with other transport modes to stimulate the national economy.
This research aims to know the road network performances in Bandar Lampung city by use two
ways called Road Facilities Index (IPJ) and Minimum Service Standard (SPM). Road facilities
index is use four variables and also indicator called Road Facilities Available (Ktj), Road
Network Performance (Knj), Traffic Load (Bln) and Road Serviceability (Pyp). The SPM reviewed
from Accessibility Index and Mobility Index. The result (scores) of IPJ and SPM will compare
with several regions. This
research result showed the IPJ score for Bandar Lampung city on 2016 equals to 6,16 (good
category) based on national minimum score is 6.00 and national average score is 5.68. For index
accessibility, SPM in Bandar Lampung city already qualify (4,57>1,50) and mobility index still
below of requirement (0,92<5,00).

Keywords : Road network system, Road Facilities Index (IPJ), Minimum Service Standard (SPM)

Abstrak
Evaluasi kinerja jaringan jalan diperlukan guna mencapai tujuan penyelenggaraan transportasi
jalan yaitu terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman,selamat, tertib,
lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja jaringan jalan di Kota Bandar Lampung yang
dilakukan dengan 2 cara yaitu menggunakan Indeks Prasarana Jalan (IPJ) dan Standar Pelayanan
Minimal (SPM). Indeks prasarana jalan menggunakan empat variabel yang juga merupakan
indikator penilaian yaitu Ketersediaan Prasarana Jalan (Ktj), Kinerja Jaringan Jalan (Knj), Beban
Lalulintas (Bln) dan Pelayanan Prasarana Jalan (Pyp). Sedangkan SPM ditinjau dari Indeks
Aksesibilitas dan Indeks Mobilitas. Hasil nilai (skor) IPJ dan SPM akan dibandingkan dengan
beberapa wilayah. Hasil penelitian menunjukkan skor IPJ Kota Bandar Lampung tahun 2016
(6,16) dikatakan baik berdasarkan nilai minimum nasional (6,00) dan nilai rata-rata nasional
(5,68). SPM Kota Bandar Lampung untuk indeks aksesbilitas sudah memenuhi syarat (4,57>1,50)
dan indeks mobilitas masih dibawah syarat yang ada (0,92<5,00).

Kata Kunci : Sistem Jaringan Jalan, Indeks Prasarana Jalan (IPJ), Standar Pelayanan Minimal
(SPM).

1. PENDAHULUAN
1)
Mahasiswa pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung.
Surel: unilasetiana@gmail.com
2)
Staf pengajar pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung. Jalan. Prof. Sumantri
Brojonegoro 1. Gedong Meneng Bandar lampung. 35145. Surel : Aleksander.purba@eng.unila.ac.id
3)
Staf pengajar pada Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Lampung. Jalan Prof. Sumantri
Brojonegoro 1. Gedong Meneng Bandar Lampung. 35145 . Surel : Sasana69@gmail.com
tudi
Evaluasi Kinerja Jaringan Jalan Di Wilayah Kota Bandar
Setiana,
LampungAlexsander Purba, Sasana Putra.
Aleksander

Jalan merupakan prasarana pengangkutan yang penting untuk memperlancar dan


mendorong kegiatan perekonomian. Semakin meningkatnya usaha pembangunan
menuntut pula peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk
dan memperlancar lalu lintas barang dari suatu daerah ke daerah lain. Penelitian ini akan
membahas tentang kinerja jaringan jalan di wilayah Kota Bandar Lampung. Evaluasi
kinerja jaringan jalan dilakukan untuk mengetahui seberapa efisienkah kinerja jaringan
jalan Kota Bnadar Lampung dan efektifitasnya. Apakah kinerja jaringan jalan di Kota
Bandar Lampung sesuai dengan indikator - indikator berdasarkan Indeks Prasarana Jalan
(IPJ) dan Standar Pelayanan Minimum (SPM).

Tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja jaringan
jalan Kota Bandar Lampung sesuai dengan indikator – indikator berdasarkan Indeks
Prasarana Jalan (IPJ) dan Standar Pelayanan Minimum (SPM).

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Indeks Prasarana Jalan (IPJ)
IPJ merupakan alat/instrumen dalam kebijakan penanganan jalan. Hasil dari IPJ tersebut
adalah kebijakan penanganan jalan (identifikasi kebutuhan penanganan dan input bagi
kebijakan alokasi dana) dimana sasarannya adalah ketersediaan prasarana jalan dan
kemantapan prasarana jalan. Evaluasi kinerja jaringan jalan dihitung dengan suatu
perhitungan yang mewakili kondisi suatu jalan. Evaluasi ini memunculkan suatu nilai
kinerja yang disebut Indeks Prasarana Jalan (IPJ) yang merupakan hasil pembobotan nilai
setiap variabel indikator berikut ini:
1. Ketersediaan jalan : panjang total jaringan jalan perluas wilayah (km/km2)
dengan notasi Ktj.
2. Kinerja jaringan jalan : panjang jalan mantap pertotal panjang jaringan jalan
(%) dengan notasi Knj.
3. Beban lalulintas : panjang total jaringan jalan per jumlah kendaraan
(km/smp) dengan notasi Bln.
4. Pelayanan prasarana jalan : panjang total jaringan jalan per jumlah penduduk
(km/orang) dengan notasi Pyp.

Dalam studi ini terdapat beberapa metode/teknik yang ditelaah, yakni :


1. Metoda kualifikasi variabel / indicator
2. Metode pembobotan variabel / indikator
Rumusan indikator Indeks Prasarana Jalan yang digunakan dalam studi ini adalah sebagai
berikut :

IPJ =a∗skor (Ktj )+b∗skor (Knj )+c∗skor ( Bln)+ d ∗skor (Pyp) (1)

dimana :
Skor : Sebuah fungsi dari model kualifikasi variabel / indikator
Ktj : variabel / indikator ketersediaan jalan
Knj : Variabel / indikator kinerja jaringan jalan
Bln : Variabel / indikator beban lalu lintas jalan
Pyp : Variabel / indiktor pelayanan prasarana jalan
a : bobot tingkat kepentingan dari variabel Ktj
b : bobot tingkat kepentingan dari variabel Knj
c : bobot tingkat kepentingan dari variabel Bln hujan pendek).
d : bobot tingkat kepentingan dari variabel Pyp

2
Setiana, Aleksander Purba, SasanaBuktin
Putra.

2.2 Interpretasi Skor IPJ


Setelah diperoleh skor IPJ, maka nilai tersebut dapat diinterpretasikan untuk
membandingkan kondisi prasarana jalan di suatu wilayah. Kaidah umum dalam
menginterpretasikan hasil estimasi skor IPJ adalah sebagai berikut:
a) Skor IPJ mempresentasikan kondisi umum penyediaan prasarana jalan di suatu
wilayah, terkait dengan kuantitas relatif terhadap luas wilayah, jumlah kenderaan, dan
jumlah penduduk, serta kondisi fisik jalan.
b) Semakin tinggi skor IPJ disuatu wilayah maka kondisi umum penyediaan prasarana
jalan di wilayah tersebut semakin baik
c) Skor IPJ merupakan hasil pembobotan dari beberapa skor variabel (Ktj, Knj, Bln, Pyp)
sehinggga untuk mengidentifikasi permasalahan dari skor IPJ tertentu harus dilihat/di-
breakdown ke level variabel untuk dapat mengetahui akar permasalahannya.

2.3 Analisis Kebijakan


Rata-rata skor IPJ Nasional = 5,68 masih berada di bawah ambang nilai cukup secara
psikologis, yakni rata-rata IPJ = 6,00. Hasil interpretasi skor IPJ diaplikasikan dalam
analisis kebijakan penanganan jalan (PT. Reka Desindo Mandiri, 2004):
a. Indikasi kebutuhan program penanganan jalan dari skor IPJ yang ditunjukkan suatu
wilayah dilakukan dengan kaidah:
• Jika skor IPJ rendah (dibawah rata-rata pulau atau nasional), maka secara umum
wilayah tersebut membutuhkan program penanganan jalan yang lebih ekstensif.
• Jenis kebutuhan penangan jalan untuk suatu wilayah ditentukan oleh skor dari setiap
variabel: skor Knj (% mantap) digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan
pemeliharaan/peningkatan jalan, sedangkan skor Ktj, Bln, Pyp untuk
mengidentifikasi kebutuhan pembangunan jalan.

2.4 Standar Pelayanan Minimal (SPM) Prasarana Jalan


SPM jalan didefinisikan sebagai ukuran teknis fisik jalan yang sesuai dengan kriteria
teknis yang ditetapkan, yang harus dicapai oleh setiap jaringan jalan dan ruas-ruas jalan
yang ada didalamnya, dalam kurun waktu yang ditentukan, melalui penyediaan prasarana
jalan (Iskandar, 2011). Dalam PP No. 34 Tahun 2006 pasal 112 yang membahas tentang
SPM (Standar Pelayanan Minimal) meliput:
(1) Pelayanan jalan umum ditentukan dengan kriteria yang dituangkan dalam standar
pelayanan minimal yang terdiri dari standar pelayanan minimal jaringan jalan dan
standar pelayanan minimal ruas jalan.
(2) Standar pelayanan minimal jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi aksesibilitas, mobilitas, dan keselamatan.
(3) Standar pelayanan minimal ruas jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi kondisi jalan dan kecepatan.
(4) Standar pelayanan minimal jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan standar pelayanan minimal ruas jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diwujudkan dengan penyediaan prasarana jalan dan penggunaan jalan yang
memadai.
(5) Standar pelayanan minimal jaringan jalan dan standar pelayanan minimal ruas
jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dievaluasi secara berkala berdasarkan
hasil pengawasan fungsi dan manfaat.

Kondisi jalan merupakan nilai kerataan permukaan jalan dan dinyatakan dengan IRI
(International Roughness Index). IRI adalah kerataan permukaan jalan yang dinyatakan

3
tudi
Evaluasi Kinerja Jaringan Jalan Di Wilayah Kota Bandar
Setiana,
LampungAlexsander Purba, Sasana Putra.
Aleksander

dengan jumlah perubahan vertikal permukaan jalan untuk setiap satuan panjang
jalan (mm/km). Kecepatan dinyatakan dalam pemenuhan kondisi jalan sesuai dengan
kecepatan rencana. Penyediaan prasarana jalan berkaitan dengan kondisi fisik jalan yang
mendukung tercapainya kriteria standar pelayanan minimal, baik jaringan jalan
maupun ruas jalan. Penggunaan jalan berkaitan langsung dengan kriteria standar
pelayanan minimal keselamatan dan kecepatan. Pemanfaatan ruang manfaat jalan dan
penggunaan ruang di ruang pengawasan jalan mempengaruhi pencapaian kriteria standar
pelayanan minimal keselamatan dan kecepatan.

Ada 3 (Tiga) indikator sebagai kriteria SPM jaringan jalan:


1. Aksesbilitas
Aksesbilitas adalah suatu ukuran kemudahan bagi pengguna jalan untuk mencapai
suatu pusat kegiatan (PK) atau simpul-simpul kegiatan di dalam wilayah yang
dilayani jalan. Dievaluasi dari keterhubungan antar pusat kegiatan oleh jalan dalam
wilayah yang dilayani jalan dan diperhitungkan nilainya terhadap luas wilayah yang
dilayani.
2. Mobilitas
Mobilitas adalah ukuran kualitas pelayanan jalan yang diukur oleh kemudahan per
individu masyarakat melakukan perjalanan melalui jalan untuk mencapai tujuannya.
Ukuran mobilitas adalah panjang jalan dibagi oleh jumlah orang yang dilayaninya.
3. Keselamatan
Keselamatan dalam konteks pelayanan adalah keselamatan pengguna jalan melakukan
perjalanan melalui jalan dengan segala unsur pembentuknya, yaitu pengguna jalan,
kendaraan (sarana), dan jalan dengan kelengkapannya (bangunan pelengkap dan
perlengkapan jalan), serta lingkungan jalan.

Peranan jalan yang sangat strategis untuk melayani pergerakan arus orang dan barang,
sehingga agar prasarana jalan dapat berfungsi dengan baik dalam melayani lalulintas,
diperlukan penyelenggaran terhadap jaringan jalan yang ada dengan baik dan benar.
Maka dari itu, diperlukan suatu standar pelayanan yang dalam dikeluarkan oleh
Kementrian Pemerintah (Kepmen, 2001) mengeluarkan Pedoman Penentuan Standar
Pelayanan Minimal bidang penataan ruang, perumahan dan permukiman, dan pekerjaan
umum. Dengan memperhatikan nilai minimal pelayanan prasarana jalan dalam SPM dan
variabel IPJ terdapat beberapa nilai minimal yang dapat ditetapkan untuk setiap indikator
seperti dalam Tabel 1.

Tabel 1. Nilai-nilai minimum dari SPM


Variabel IPJ Nilai Minimal SPM
Ketersediaan Indeks aksesibilitas (km/km2)
prasarana jalan
Kepadatan penduduk Minimal Indeks Aksesibilitas
(Ktj) 2
(km/km ) (km/km2)
Sangat tinggi >5000 > 5,00
Tinggi >1000 > 1,50
Sedang >500 > 0,5
Rendah >100 > 0,15
Sangat Rendah < 100 > 0,05
Tabel 1. Nilai-nilai minimum dari SPM (Lanjutan)

4
Setiana, Aleksander Purba, SasanaBuktin
Putra.

Variabel IPJ Nilai Minimal SPM


Kinerja Jaringan Kemantapan fisik jalan
Jalan (Knj) Kondisi fisik jalan minimal sedang dengan syarat:
Lebar jalan minimum Volume Lalu Lintas NIlai IRI,RCI
(m) (LHR=smp/hari) (m/km,N/A)
2*7 20000 IRI<6,00/RCI>6,50
7 8000-20000 IRI<6,00/RCI>6,50
6 3000-8000 IRI<8,00/RCI>5,50
4,50 < 3000 IRI<8,00/RCI>5,50
Beban Lalu Kemantapan layanan jalan,
Lintas (Bln) Nilai VCR ruas jalan maksimal 0,85 dengan syarat
Fungsi jalan (A,K,L) Kecepatan minimal (km/jam)
Jalan arteri (primer dan sekunder) 25
Jalan Kolektor (primer dan sekunder) 20
Jalan Lokal (primer dan sekunder) 20
Pelayanan Jalan Indeks Mobilitas (km/1000 penduduk)
(Pyp) PDRB perkapita Minimal Indeks Mobilitas
(jutaRp/kap/th) (km/1000 penduduk)
Sangat tinggi > 10 > 5,00
Tinggi > 5 > 2,00
Sedang > 2 > 1,00
Rendah > 1 > 0,50
Sangat rendah < 1 > 0,2
Sumber : Kepmen, 2001

III. METODE PENELITIAN


3.1 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan suatu cara atau proses yang sistematis dalam
pengumpulan, pencatatan, dan penyajian fakta untuk mencapai tujuan tertentu.
Tujuan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh faktor- faktor
untuk melakukan evaluasi kinerja jaringan jalan.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:


• Data Sekunder
Data yang dikumpulkan dari pihak ketiga atau dari sumber lain yang telah tersedia
sebelum penelitian ini dilakukan. Data dalam penelitian ini berupa data instansional dari
sejumlah instansi terkait di wilayah Kota Bandar Lampung. Data yang diperlukan antara
lain:
1. Data Sosial Ekonomi:
a. Data luas wilayah dan penggunaan lahan
b. Data populasi penduduk dan strukturnya
c. Data populasi kendaraan menurut jenis
d. Data PDRB wilayah

2. Data Prasarana dan Operasi Jalan


a. Panjang jalan menurut fungsi, status, kondisi

3. Data Peta

5
tudi
Evaluasi Kinerja Jaringan Jalan Di Wilayah Kota Bandar
Setiana,
LampungAlexsander Purba, Sasana Putra.
Aleksander

a. Peta dasar kewilayahan


Data yang diperlukan untuk melakukan analisis ini adalah:
1. Luas wilayah secara keseluruhan
2. Total panjang jalan yang ada di wilayah tersebut
3. Jumlah penduduk
4. Panjang jalan dengan kondisi mantap (baik sampai sedang)
5. Jumlah kendaraan yang ada di wilayah tersebut
• Analisis Standar Pelayanan Minimal (SPM) Jalan
Data yang diperlukan untuk melakukan analisis ini adalah:
1. Luas wilayah secara keseluruhan
2. Total panjang jalan yang ada di wilayah tersebut
3. Jumlah penduduk
4. PDRB/kapita

IV. HASIL DAN PEMBAHASAAN


4.1 Analisa Indeks Prasarana Jalan (IPJ)
4.1.1 Model Estimasi Indikator IPJ
Dari hasi kualifikasi variabel IPJ sampai dengan pembobotan variabel IPJ yang
disampikan pada Sub Bab 2.6.1 dapat disusun estimasi IPJ yang digunakan pada studi
ini,yakni sebagai berikut:

IPJ =a∗skor (Ktj )+b∗skor (Knj )+c∗skor ( Bln)+ d ∗skor (Pyp) (2)

Dalam hal ini satuan untuk masing–masing nilai adalah:


a = (Nilai Ktj) dalam km/km2
b = (Nilai Knj) dalam % jalan mantap
c = (Nilai Bln) dalam km/1000 smp
d = (Nilai Pyp) dalam km/1000 penduduk

4.4.2 Manual Perhitungan IPJ


a. Menghitung Nilai Ktj
Nilai Knj = (Jumlah panjang jalan total)/(total luas wilayah)
= (901,484 km )/(197,22 km2)
= 4,57

b. Menghitung Nilai Knj


Nilai Knj = (Jumlah panjang Jalan Mantap)/(jmlah panjang jalan total)
= (842,674 )/901,484
= 93,47 %

c. Menghitung Nilai Bln


Nilai Bln = (Jumlah panjang Jalan Total X 1000)/(Total jumlah Kendaraan)
= (901,484 X 1000)/48.992
= 18,40

d. Menghitung Nilai Pyp


Nilai Pyp = (Jumlah panjang jalan total x 1000)/(Total Jumlah penduduk)
= (901,484 x 1000)/979287
= 0,92
4.1.3 Menghitung IPJKota Bandar Lampung

6
Setiana, Aleksander Purba, SasanaBuktin
Putra.

IPJ = 0,28*nilai (Ktj))+ 0,27*nilai (Knj)+ 0,24*nilai (Bln)+ 0,21*nilai (Pyp)


= 0,28*4,57 + 0,27*0,9347+ 0,24*18,40+ 0,21*0,92
= 6,14

4.2 AnalisaStandarPelayananMinimum
Standar Pelayanan Minimum (SPM) meliputi beberapa penilaian seperti yang sudah
dijelaskan dalam penjelasan sebelumnya. Tabel 1 menyajikan nilai-nilai minimum dari
SPM yang dikaitkan dengan variabel IPJ.

4.2.1 Indeks Aksesibilitas


Indeks aksesbilitas dalam SPM sama dengan skor ketersediaan prasarana jalan (Ktj).
Minimal indeks aksesbilitas (km/km²) berkaitan dengan kepadatan penduduk (jiwa/km²).
Kepadatan penduduk Kota Bandar Lampung adalah 4.965 jiwa/km², memiliki nilai
minimal indeks aksesibilitas 1,50. Tabel 1 menyajikan pencapaian nilai indeks
aksesibilitas penyediaan jaringan jalan di Kota Bandar Lampung.

Tabel 2. Analisis Pencapaian SPM untuk Indeks Aksesibilita


Luas Wilayah (km2) Panjang Jalan (km) Indeks Aksesbilitas (km/km2) M/ TM
Eksist Syarat

197,22 901,484 4,57 >1,50 M

Keterangan: M = memenuhi TM= tidak memenuhi

Dari tabel tersebut terlihat bahwa dari sisi kuantitas penyediaan jaringan jalan (relatif
terhadap luas wilayah dari kepadatan penduduk) untuk tingkat Kota Bandar Lampung
berada diatas Standar Pelayanan Minimum (indeks aksesibilitas eksisting = 4,57>1,50).
Berdasarkan SPM, syarat untuk indeks aksesibiliitas dipengaruhi oleh kepadatan
penduduk. Indeks aksesibilitas merupakan perbandingan panjang jalan terhadap luas
wilayah.

4.2.2 Indeks Mobilitas


Indeks mobilitas dalam SPM sama dengan skor pelayanan jalan (Pyp). Minimal indeks
mobilitas (km/1000 penduduk) berkaitan dengan PDRB perkapita (jutaRp/kap/th). PDRB
perkapita Kota Bandar Lampung adalah Rp.39.174.880,2 atau sama dengan 39,174
(jutaRp/kap/th), memiliki nilai minimal indeks mobilitas 5,00. Tabel 1 menyajikan
pencapaian nilai indeks mobilitas penyediaan jaringan jalandi Kota Bandar Lampung.

Tabel 3. Analisis Pencapaian SPM Jaringan untuk Indeks Mobilitas


Jumlah Panjang Jalan Indeks Mobilitas (km/1000 penduduk) M/ TM
Penduduk (jiwa) (km)
Eksist Syarat

979.287 901,484 0.92 >5,00 TM

Keterangan:M =memenuhi TM=tidak memenuhi


Dari tabel tersebut terlihat bahwa dari sisi kuantitas penyediaan jaringan jalan (relatif
terhadap jumlah penduduk dan PDRB perkapita) untuk tingkat Kota Bandar Lampung
masih dibawah Standar Pelayanan Minimum (indeks mobilitas eksisting = 0,92 < 5, 0 0).

7
tudi
Evaluasi Kinerja Jaringan Jalan Di Wilayah Kota Bandar
Setiana,
LampungAlexsander Purba, Sasana Putra.
Aleksander

Hal ini menunjukkan kecenderungan bahwa penyebaran penduduk dan pencapaian PDRB
perkapita tidak merata.

V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dari uraian penelitian ini, maka dapat disimpulkan:
1. Berdasarkan hasil perhitungan nilai IPJ (Indeks Pelayanan Jalan) Kota Bandar
Lampung 6,14. Nilai tersebut sudah memenuhi syarat berdasarkan nilai minimum
nasional (6,00) dan nilai rata-rata nasional (5,68).
2. Pencapaian SPM jaringan jalan di Kota Bandar Lampung, untuk indeks aksesibilitas
sebesar 4,57 sudah lebih besar dari persyaratan SPM yaitu > 1,50 namun indeks
mobilitas yang dicapai adalah sebesar 0,92 masih jauh dari syarat yang ditetapkan
yaitu (syarat > 5,00).

5.2. Saran
1. Perlunya perhatian yang besar dari pemerintah sebagai pihak yang berwenang dalam
memperhatikan kinerja jaringan jalan khususnya program peningkatan (struktur)
jalan untuk memperbaiki tingkat kemantapan prasarana jalan mengingat jalan sebagai
salah satu faktor penunjang keberhasilan perekonomian penduduk.

DAFTAR PUSTAKA
Iskandar, Hikmat, 2011, Kajian Standar Pelayanan Minimal Jalan untuk Jalan Umum
Non-Tol, Pusat Litbang Jalan dan Jembatan, Bandung.
Kepmen, 2001, Standar Pelayanan Minimal, Kepmenkimpraswil, Jakarta.
PT. Reka Desindo Mandiri, 2004, Laporan Akhir Pengembangan Indikator Efektivitas
Pelaksanaan Program Prasarana Wilayah, Departemen Permukiman dan
Prasarana Wilayah Sekretariat Jenderal, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai