Manusia itu seperti barang atau karavan atau unta yang berjalan membawa barang-barang, ada
yang mempu membawa beban berat, ada yang ringan. Yang paling baik adalah yang
membawa paling berat. Nanti dia akan membawa manfaat untuk yang lain.
Dalam QS. An Nisa, Allah berfirman bahwa godaan setan tidak berpengaruh bagi orang yang
ikhlas. Dalam QS. Al Isra: 64, Allah berfirman pada setan membolehkan untuk menggoda
manusia. Setan akan menggoda seluruh manusia kecuali orang-orang yang ikhlas dan
bertawakal kepada Allah. Orang-orang yang terpengaruh gangguan setan adalah orang yang
menyekutukan Allah, menjadikan setan sebagai penolongnya. Saat ini sedang ngetrend spirit
Di ayat 85, Allah menjelaskan tentang orang bertaqwa dan orang-orang yang durhaka.
Kata wafda, adalah bentuk jamak dari kata wafid yang berarti rusak. Kata itu digunakan untuk
menunjukkan rombongan yang datang menemui tokoh terhormat. Sebagian ulama yang lain
menjelaskan maksud kata wafda adalah berkendaraan. Ayat 86, kata nasuuqu berasal dari
kata saw'un, artinya berada di belakang untuk menggiring binatang menuju tempat tertentu,
wirda adalah bentuk jamak dari kata warid yaitu seseorang yang memberi jalan ke sumber air,
Guide Light Batch 5 Page 2
wirda adalah bentuk jamak dari kata warid yaitu seseorang yang memberi jalan ke sumber air,
kata wirda di sini dipahami rombongan manusia yang berjalan dalam keadaan haus. Di ayat 87,
kata syafa'ah diambil dari kata genap, wasysyaf'i wal watr, ada ulama yang memahami sebagai
pembicaraan orang kafir sehingga pembelaan dan pemberian syafaat yang menafikkan adalah
dari siapapun. Ada pendapat yang menyebutkan dari siapapun untuk siapapun. Harus dicatat,
tidak semuanya bisa memberi dan menerima syafaat, memberi dan menerima syafaat atas izin
Allah dan keputusannya harus haq dan bijaksana sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah. Ayat
ini berbicara untuk melanjutkan kisah, bahwa orang-orang kafir dan orang yang diazab oleh
Allah maka Allah akan memberikan azab itu, mereka Allah ulur, lalu pada saat akan Allah
hancurkan mereka. Maka jangan menyangka bahwa orang zhalim akan lepas dari siksaan
Allah. Orang-orang yang senantiasa taat dan bersabar, mereka akan masuk ke dalam surganya
Allah. Rasulullah bersabda, Demi Dzat Yang Menggenggam Jiwaku, sesungguhnya orang-
orang yang bertakwa dan dibangkitkan dari kubur mereka, mereka disambut dengan kuda putih
yang mempunyai sayap dan kakinya dibuat dari emas, lalu Rasulullah membaca ayat 85 ini. Di
ayat yang lalu, cara digiringnya orang-orang yang durhaka dengan cara berlutut. Orang yang
mendapat syafaat adalah orang yang mengadakan perjanjian di sisi Allah, 'ahda artinya
perjanjian kalimat syahadatain, dan tidak hanya mengucapkan kalimat itu, tapi dia juga
menegakkan esensi tauhid dalam kehidupannya, lalu mengajak kepada orang lain. Di
pertemuan pekan lalu, setiap manusia akan melewati jembatan shirath, kalau kita bawa ayat ini
ke konteks hari ini, pesannya kuat, karena Allah memberikan satu ilustrasi bagaimana Allah
memuliakan orang-orang yang memuliakan Allah dan Allah akan menghinakan orang-orang
yang menghinakan Allah.
Di ayat ini, Allah memberikan ilustrasi gambaran orang-orang yang menghinakan dan orang-
orang yang memuliakan Allah.
Membaca ayat 88-89 tidak boleh diwashal. Harus diwaqafkan. Maknanya berbicara yang lain,
maka tidak boleh dibaca washal. Allah tidak akan memberikan syafaat kepada orang musyrik
yang mengira Allah mempunyai anak. Orang-orang musyrik mengimani sifat Ar Rahman nya
Allah, tapi mereka keliru dalam penempatannya. Di ayat 89, menggambarkan marahnya Allah,
makna idda adalah sesuatu yang sangat mungkar. Ayat sebelumnya menegaskan bahwa
mereka tidak mendapatkan syafaat, disampaikan itu kepada orang-orang musyrik, lalu orang-
orang musyrik menanyakan mengapa mereka tidak mendapatkan syafaat kan Allah Maha
Ayat yang lalu menjelaskan tentang buruknya pendapat bahwa adanya anak bagi tuhan,
Ar Rahman adalah sifat Dzatiyahnya Allah. Ayat 93, berisi alasan syar'inya, ayat ini merupakan
uraian tentang ketiadaan anak dan sekutu bagi Allah. Ayat ini menegaskan bahwa tidak
mungkin bagi Ar Rahmah mengambil anak atau mengangkat anak, karena apabila tuhan
memiliki anak, itu cerminan kebutuhan, sedangkan tidak bisa dibayangkan, Tuhan Yang Maha
Kaya membutuhkan sesuatu. Ini jawaban dalil naqli, semua makhluk Allah adalah 'abdun atau
hamba. Di juz 25, Allah berfirman di akhir surat Az Zukhruf:81, Allah berfirman bahwa jika
memang ada anak tuhan, maka Allah sendiri yang pertama kali mengakui anak itu, tapi Maha
Suci Allah dari pengandaian dan kejadian seperti itu.
Dari tafsir Al Munir, ayat 93 adalah dalil bahwa tidak boleh seorang anak dimiliki sepenuhnya
oleh ayah, sesungguhnya Allah menjelaskan ketidakmungkinan antara punya anak atau
kerajaan, dan jika seorang ayah memiliki anaknya dengan salah satu jenis dari jenis-jenis
muamalah, dia harus membebaskan anak ini segera. Imam Muslim meriwayatkan hadits,
Rasulullah bersabda bahwa tidak boleh seorang anak membalas kepada ayahnya kecuali jika
memang ayahnya memilikinya, maka jika ada kejadian seperti ini anaknya harus dibebaskan.
Maksudnya, ketidakbolehan adopsi anak, kemudian dibeli, dibayar, dijadikan budak. Kita semua
adalah hamba Allah, bukan hamba manusia. Konteksnya, dalam membantah penisbatan anak
tuhan adalah kalau Allah punya anak, maka seakan-akan anak ini ada masanya dibeli oleh
orang lain.
Ayat 95 menjelaskan bahwa semua makhluk akan datang kepada Allah dalam keadaan hina
Tentang cinta Allah kepada hambaNya, Rasulullah bersabda jika Allah sudah mencintai
seorang hamba, maka Allah akan memanggil Jibril dan berkata sungguh Aku telah mencintai
seorang hamba, maka cintai dia sebagaimana aku mencintainya, lalu Jibril memanggil
penduduk langit, kemudian Allah menurunkan rasa cintaNya kepada penduduk bumi agar
mereka mencintai hamba yang Allah cintai.
Tidaklah seseorang datang menghadap kepada Allah dengan hatinya dan cintanya, kecuali
setelah itu Allah akan menerima cinta si hamba ini lalu membalas cinta si hamba ini dengan
cinta semua ahli iman hingga tidak ada tersisa satupun ahli iman yang hidup di muka bumi ini
kecuali mencintai orang itu.
Maka, kita cenderung menyukai orang-orang shalih,karena mereka sudah dicintai oleh Allah,
maka kita yang melihatnya merasa senang.
Cinta kepada Al Quran, mesti dibarengi dengan mencintai ilmu bahasa Al Quran, dengan itu
kita akan lebih giat untuk mengajak nahi mungkar