Farhana (Ketua)
Alfonsius
Eva Kristin N.
Rebecca Krista H.
Alif Diaz F.
Dion Peres
4. Alur : Maju
Tahap Kutipan Cerita
Perkenalan Pagi itu tak kuduga kakek ada di
belakangku.
“Biar kutemani … kau tak takut
berjalan sendiri?”
Aku tersenyum menggandeng
kakek dengan tangan kanan. Tangan
kiriku memegang panci.
Penampilan Masalah “Penyapu jalanan itu ayah kawanku
, Kek … Pak Holil namanya. Anaknya
bernama Idi.”
“Pandai dia di sekolah?”
“Itulah, Kek, dia bodoh dan nakal.
Uang sekolahnya sering dibelikannya
kue-kue atau kelereng. Suka berjudi
gambar. Sering membolos ….”
Puncak Ketegangan “Siapa nama kawanmu? Idi? Ajak dia
kerumah, boleh kakek menasihatinya.
Untuk kau sendiri baik juga sambil jalan
kuberitahukan. Mengapa Idi kawanmu itu
berbuat demikian, kau tahu? Ia kurang
santun, kurang khidmat kepada ayah dan
ibunya. Inilah kesalahan yang sangat
besar.”
Ketegangan Menurun Makin erat kugandeng tangan
kakek. Dalam hati, aku berjanji akan
mencoba menginsafkan Idi.
Penyelesaian Apa yang dikatakan kakek tidaklah
semata-mata untuk Idi, kawanku yang
nakal itu,tetapi kiranya perlu juga
untukku. Aku harus menebalkan lagi rasa
khidmat kepada ayah ibuku, karena aku
pun sering lupa dan kadang-kadang
membangkang kalau disuruh ayah atau
ibu.
6. Amanat : “Janganlah kita pernah membuat Orang Tua kita kecewa atas
apa yang telah kita perbuat kepada mereka, seharusnya kita membalas
dengan baik apa yang telah mereka berikan kepada kita dan mengucapkan
terima kasih kepada mereka yang sudah melahirkan kita dan
membesarkan kita”