Kelompok 11
Garuda Indonesia (IDX:GIAA) (PT Garuda Indonesa (Persero) Tbk) adalah maskapai
penerbangan nasional Indonesia. Sejak Juni 2007, maskapai ini, bersama dengan maskapai
Indonesia lainnya, dilarang menerbangi rute Eropa karena alasan keselamatan. Namun, larangan
ini dicabut dua tahun kemudian, tahun 2009. Setahun sebelumnya, maskapai ini telah menerima
sertifikasi IATA Operational Safety Audit (IOSA) dari IATA, yang berarti bahwa Garuda telah
seluruhnya memenuhi standar keselamatan penerbangan internasional. Garuda masuk dalam
daftar maskapai bintang empat dari Skytrax, yang berarti memiliki kinerja dan pelayanan yang
bagus.
Permasalah
Pilot-pilot PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) di bawah Asosiasi (APG), Kamis (28/7/2011)
berencana melakukan mogok karena gaji yang diterima lebih kecil daripada gaji pilot asing yang
dikontrak manajemen Garuda Indonesia. Direktur Operasi Garuda Indonesia, Ari Sapari
mengatakan manajemen Garuda akan memenuhi tuntutan para pilot yang meminta penyesuaian
gaji dengan pilot asing yang dipekerjakan Garuda. Manajemen Garuda Indonesia lalu
mengeluarkan ilustrasi simulasi penggajian penerbang garuda. Dalam ilustrasi itu disebut
penerbang lokal mendapatkan gaji perbulannya Rp47,7 juta sedangkan penerbang asing
USD8.100 setara Rp68,8 juta per bulan. Flight allowance yang diterima penerbang lokal Rp10
juta (dengan asumsi 60 jam terbang), sedangkan penerbang asing tidak mendapatkan karena
termasuk di gaji. Benefit cash seperti THR hingga insentif-bonus yang diterima penerbang lokal
sebesar 3,5 dikali gaji per tahun atau sebesar Rp13,9 juta per bulan. Sedangkan penerbang asing
sama sekali tidak mendapatkannya. Sementara total uang yang diterima bagi penerbang lokal per
tahun mencapai Rp860 juta sedangkan penerbang asing Rp826 juta. Dengan demikian, selisih
gaji yang bagi penerbang lokal Rp12,3 juta per bulan sedangkan penerbang asing hanya Rp2,25
juta per bulan. Penerbang lokal tidak mendapatkan housing allowance, sedangkan penerbang
mendapatkannya sebesar USD1.200 atau setara dengan Rp10 juta per bulan. Pilot lokal
mendapatkan medical allowance, personal accident assurance, lost of flying licence, iuran
pensiun, Jamsostek, kesehatan pensiun, penghargaan pensiun. Sedangkan pilot asing tidak, kata
Ari. Saat saat itu, Garuda Indonesia memperkerjakan sebanyak 43 pilot kontrak dan 34
diantaranya pilot asing. Direktur Operasi Garuda Indonesia, Ari Sapari, menjelaskan, status pilot
asing di Garuda hanya bersifat kontrak dengan perjanjian kerja selama 12 bulan. Selama masa
kerja tersebut, pilot asing tersebut menerima pendapatan dalam mata uang dolar Amerika
Serikat. PT Garuda Indonesia Tbk mengklaim jumlah gaji yang didapatkan oleh pilot-pilot
lokalnya lebih besar ketimbang gaji pilot asing yang dikontraknya. Dalam sebulan gaji pilot lokal
mencapai Rp 71 juta, sementara pilot asing Rp 68,8 juta/bulan. Demikian disampaikan oleh Vice
President Corporate Communication Garuda Pujobroto.
Salah satu penyebab terjadinya aksi mogok ini, kata Presiden Asosiasi Pilot Garuda,
Stephanus, karena selama ini telah terjadi sikap diskriminasi yang dilakukan Manajemen Garuda
Indonesia terkait soal pendapatan antara pilot lokal dan asing yang menyebabkan kesenjangan di
antara mereka. Selain itu, terus bertambahnya jumlah pesawat tidak diimbangi dengan jumlah
penerbang yang memadai menyebabkan sangat padatnya jadwal terbang bagi pilot. Kondisi
tersebut dapat menyebabkan kelelahan yang kemudian dapat membahayakan keselamatan
penerbangan.
Penyelesaian
Manajemen Garuda akhirnya menyetujui usulan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Menakertrans) Jacob Nuwa Wea untuk mengalokasikan dana sebesar 35% dari pos gaji untuk
memperbaiki sistem penggajian para pilot. Persetujuan tersebut disampaikan Deputi Menteri
Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Bidang Logistik dan Pariwisata Ferdinand
Nainggolan di lantai 21 Gedung Garuda Indonesia, kemarin. Pernyataan setuju tersebut
disampaikan Ferdinand di depan para wartawan setelah melakukan pertemuan dengan para
direksi dan perwakilan 10 forum pekerja yang ada di lingkungan maskapai penerbangan Garuda.
Yaitu, Serikat Karyawan Garuda (Sekarga), Forum Komunikasi Teknis, Ikatan Teknisi Pesawat
Udara, Forum Komunikasi Garuda Aviation Training & Education, Forum Komunikasi Garuda
Sentra Medika, Forum Komunikasi Sistem Informasi, Forum Komunikasi Keuangan, Ikatan
Profesi Niaga, Ikatan Awak Kabin Garuda, dan Forum Komunikasi Flight Engineer.
Karyawan nonpenerbang Garuda rela bila kenaikan gajinya yang semula diusulkan 27%
menjadi hanya 25%. Mereka menganggap semua posisi di Garuda itu penting.
Dengan kesepakatan tersebut, komposisi gaji minimal kopilot menjadi Rp6,7 juta dan
maksimalnya Rp11,6 juta. Sementara gaji minimal pilot Rp13,47 juta dan maksimal Rp23,3 juta.
Komposisi tersebut sedikit lebih besar dari yang diusulkan manajemen sebelumnya. Untuk
gaji minimal kopilot Rp6,5 juta dan maksimal Rp11,3 juta. Sementara gaji pilot minimal Rp13,1
juta, maksimal Rp22,7 juta.
Kesan belum maksimalnya keputusan manajemen tersebut memang wajar. Pasalnya, bila
perbaikan sistem penggajian yang diusulkan APG dikabulkan dengan mengalokasikan pos gaji
sebesar 39%, gaji minimal kopilot akan mencapai Rp6,9 juta, maksimal Rp11,9 juta. Sedangkan
gaji pilot minimal Rp13,8 juta, dan maksimal Rp24,06 juta.
Awalnya, para pilot menuntut jatah 39% dari pos gaji karyawan, tapi akhirnya menyetujui
angka 35% yang diusulkan Menakertrans. Angka ini juga yang akhirnya disetujui manajemen.
Daftar Pustaka
Research Gate, 2019. “Siklus Produksi dan Manajemen Sumber Daya Manusia dan Penggajian”.
file:///C:/Users/hp/Downloads/SISTEMPRODUKSIDANSUMBERDAYAMANUSIA.pdf,
diakses pada 17 Mei 2021 jam 23:10.