A. Konsep Titrasi:
1
B. Titrasi Asam Kuat-Basa Kuat
Asam kuat dititer dengan basa kuat, artinya konsentrasi asam ditentukan
dengan mentiter asam kuat menggunakan basa kuat yang konsentrasinya telah
diketahui seperti pada gambar 2.1. Misalnya larutan HCl x M dititer dengan larutan
NaOH 0,1 M. Untuk menentukan titik akhir titrasi dapat digunakan indikator BTB
dengan trayek pH(6,0-7,6) dengan warna kuning-biru. Dapat juga digunakan
indikator fenolftalein(PP) dengan trayek pH(8,3-10) dengan tak berwarna-merah.
Mengapa dua indikator ini cocok untuk menentukan titik ekivalen? Pada titrasi
asam kuat oleh basa buat atau sebaliknya, titik ekivalen berada pada pH=7,0 atau
larutan bersifat netral.
Seperti pada contoh gambar 1.2, HCl sebagai titrat ditaruh pada erlenmeyer
diisi indikator, lalu dititer(ditetesi) larutan NaOH 0,1 M tetes demi tetes sampai
terjadi perubahan warna indikator. Titik ekivalen terjadi pada pH=7,0 dengan reaksi
yang terjadi adalah:
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)
Jika digunakan indikator BTB [pH= 6,0(kuning) – 7,6(biru)] maka HCl + BTB
berwana kuning, sehingga titik akhir titrasi dicapai pada warna hijau, dengan
perkiraan pH larutan =7, karena pH titik ekivalen titrasi HCl oleh NaOH adalah 7.
Jika digunakan indikator PP[pH=8,0(tak berwarna) – 10,0(merah)], maka HCl + PP
tak berwarna, sehingga titik akhir titrasi dicapai pada warna pink(merah muda)
dengan perkiraan pH larutan mendekati 8 lebih sedikit, sudah lewat dari pH titik
ekivalen. Grafik pH terhadap volume NaOH yang ditambahkan seperti pada
gambar 1.3 berikut
2
Untuk menggambar grafik(kurva) pH terhadap volume titran(NaOH) dapat
dilakukan menghitung pH setiap penambahan volume titran. Perhitungan saat titik
ekivalen digunakan rumus sebagai berikut
mmol ion H+ = mmol ion OHˉ
a x Ma x Va = b x Mb x Vb
dengan a = valensi asam b = valensi basa
Ma = molaritas asam Mb = molaritas basa
Va = mililiter asam Vb = mililter basa
Setiap 1 tetes larutan dari buret = 0,1 mL , maka penambahan NaOH harus cermat
dan hati-hati agar tidak banyak terjadi kesalahan.
Misalnya; titrasi 40 mL HCl 0,1 M dengan NaOH 0,1 M maka grafik pH larutan HCl
terhadap mL NaOH yang ditambahkan dapat dibuat setiap tetesan NaOH seperti
berikut
pH HCl 0,1 M sebelum ditambah NaOH = -log 0,1 = 1
pH HCl setelah ditambah 10 mL NaOH :
[H+] = (40 -10)mL x 0,1M / 50 mL = 0,06 M
pH = -log 0,06 = 1,22
pH HCl setelah ditambah 20 mL NaOH:
[H+] = (40 -20)mL x 0,1M / 60 mL = 0,033 M
pH = -log 0,033 = 1,47
pH HCl setelah ditambah 30 mL NaOH:
[H+] = (40 -30)mL x 0,1M / 70 mL = 0,014 M
pH = -log 0,014 = 1,85
pH HCl setelah ditambah 39,9 mL NaOH, kurang 0,1 mL mencapai TE :
[H+] = (40-39,9)mL x 0,1 M / 79,9 mL = 1,25.10-4 M
pH = –log 1,25.10-4 = 3,90
pH setelah ditambah 40 mL NaOH, tercapai titik ekivalen :
[H+] = [OH‾] = 1.10-7 M == > pH = log 10-7 = 7,0
pH setelah ditambah 40,1 ml NaOH ; kelebihan 0,1 mL NaOH ( 1 tetes)
melewati titik ekivalen(TE)
[OH‾] = (40,1 -40) ml x 0,1 M /80,1 mL = 1,25.10-4 M
pOH = -log 1,25.10-4 M = 3,90 == > pH = 14 -3,9 = 10,1
Kita dapat menentukan pH sebelum dan sesudah tercapai titik ekivalen. Satu
tetes (0,1 mL)NaOH 0,1 M sebelum tercapai titik ekivalen pH larutan masih 3,9
dengan perbedaan 3,1 satuan pH untuk mencapai titik ekivalen. Keadaan pH ini
berada pada rentang pH indikator metil merah(4,2 -6,2) sehingga indikator metil
merah tidak cocok untuk menentukan titik akhir titrasi.
Pada penambahan 40 mL NaOH maka HCl ekivalen dengan NaOH dan tercapai
titik ekivalen dengan pH tepat = 7,0. Keadaan pH ini sesuai dengan rentang pH
indikator bromtimolbiru(BTB) dengan trayek pH 6,0-7,6 dengan perubahan warna
dari kuning menjadi biru. Warna biru menunjukkan pH larutan sudah melewati
7,0 karena itu titrasi dihentikan pada warna indikator berwarna hijau karena pH
3
larutan sekitar 7,0. Karena itu indikator BTB sangat cocok untuk menentukan titik
akhir titrasi.
Jika terjadi kesalahan dengan kelebihan penambahan NaOH satu tetes(0,1
mL) maka pH larutan sudah menjadi 10,1 dengan perbedaan pH dengan pH titik
ekivalen sebesar 3,1 satuan pH. Keadaan ini sudah melewati rentang pH indikator
fenolftalein(8,3-10) dengan perubahan warna dari tak berwarna menjadi merah.
Kelebihan penambahan larutan NaOH 0,1 mL terjadi kesalahan relatif 0,25% dan
masih dapat ditoleransi, oleh karena itu indikator fenolftalein(PP) dapat digunakan
untuk menentukan titik akhir titrasi.
Perhitungan pH tersebut di atas dapat digunakan untuk menggambar kurva
titrasi seperti pada gambar 1.3.
mmol asam
[ H ] Ka.
mmol garam
(asam) (garam)
pH -log [Ka. pKa log
(garam) (asam)
Saat titik ekivalen , dimana mmol H+ sama dengan mmol OH‾ , larutan akan
terhidrolisis dan bersifat basa. Akibatnya pH larutan lebih besar dari 7(basa).
Perhitungan pH saat titik ekivalen(TE), menggunakan konsep hidrolisis bersifat
basa.
Kw
[OH ] [ garam]
Ka
Pemilihan indikator dalam menentukan titik ekivalen, dan titik akhir titrasi
adalah indikator dengan trayek pH di atas 7, sehingga indikator yang cocok
adalah penolftalein(PP)dengan trayek pH 8,0 -10,0. Karena pentiter(titran)
adalah basa kuat,seperti NaOH, dan titran adalah asam lemah seperti asam
asetat, maka NaOH ditaruh pada buret yang diteteskan tetes demi tetes kedalam
titran. Titran diisi indikator diletakkan dalam labu erlenmeyer dengan keadaan
tak berwarna.
4
Grafik atau kurva pH larutan terhadap volume basa yang ditambahkan pada
titrasi asam lemah dengan basa kuat seperti pada gambar 1.5 berikut
Gambar 1.4 Titrasi asam lemah oleh Gambar 1.5 Grafik pH terhadap volume NaOH
basa kuat
Untuk membuat kurva pH terhadap volume basa kuat yang ditambahkan dapat
dilakukan perhitungan seperti berikut
Sebagai contoh; Sebanyak 25 mL larutan CH3COOH 0,1 M(Ka = 1.10-5 )
dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 M dengan indikator PP. Reaksi adalah sebagai
berikut
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) CH3COONa(aq) + H2O(l)
Sebelum titik ekivalen tercapai larutan akan bersifat penyangga, sehingga
perhitungan pH menggunakan konsep larutan penyangga. Perhitungan pH
adalah;
pH CH3COOH 0,1 M sebelum ditambah NaOH :
5
pH setelah ditambah 24,9 mL NaOH,kurang 0,1 mL NaOH untuk mencapai
titik ekivalen
[asam] (25 - 24,9)(0,1)
[ H ] Ka. 10-5 4.10-8
[ garam] (24,9)(0,1)
pH - log 4.10-8 7,4
6
mmol basa
[OH ] Kb.
mmol garam
(basa) (garam)
pOH -log [Kb. pKb log
(garam) (basa)
pH 14 pOH
Saat titik ekivalen , dimana mmol H+ sama dengan mmol OH‾ , larutan akan
terhidrolisis dan bersifat asam. Akibatnya pH larutan lebih kecil dari 7.
Perhitungan pH saat titik ekivalen(TE), menggunakan konsep hidrolisis bersifat
asam.
Kw
[H ] [ garam]
Kb
Pemilihan indikator dalam menentukan titik ekivalen, dan titik akhir titrasi
adalah indikator dengan trayek pH di bawah 7, sehingga indikator yang cocok
adalah metil merah(MM) dengan trayek pH 4,2 -6,2 atau metil jingga(MJ)
dengan trayek pH 3,1 -4,4.
Pentiter(titran) adalah asam kuat,seperti HCl, dan titrat adalah basa lemah
seperti amonia, maka HCl ditaruh pada buret yang diteteskan tetes demi tetes
kedalam titrat. Titrat diisi indikator diletakkan dalam labu erlenmeyer,kemudian
titrasi pelan-pelan sampai terjadi perubahan warna indikator. Jika menggunakan
indikator metil merah, titrat ditambah indikator akan berwarna kuning dan titrasi
dihentikan saat larutan menjadi merah.
Grafik atau kurva pH larutan terhadap volume asam yang ditambahkan pada
titrasi basa lemah dengan asam kuat seperti pada gambar 1.7 berikut
HCl(aq)
NH4OH(aq)
Gambar 1.6 Titrasi basa lemah oleh Gambar 1.7 Grafik pH terhadap volume HCl
asam kuat
7
Untuk membuat kurva pH terhadap volume asam kuat yang ditambahkan dapat
dilakukan perhitungan seperti berikut
Sebagai contoh; Sebanyak 50 mL larutan NH4OH 0,1 M(Kb = 1.10-5 )
dititrasi dengan larutan HCl 0,1 M dengan indikator metil merah. Reaksi adalah
sebagai berikut
HCl(aq) + NH4OH(aq) NH4Cl(aq) + H2O(l)
Sebelum titik ekivalen tercapai larutan akan bersifat penyangga basa, sehingga
perhitungan pH menggunakan konsep larutan penyangga. Perhitungan pH
adalah;
pH larutan NH4OH 0,1 M sebelum ditambah HCl 0,1 M :
[OH ] 1.10 5 .0,1 10 -3 M
pOH - log 10 -3 3
pH 14 - 3 11
pH setelah ditambah 10 mL HCl 0,1 M , larutan bersifat penyangga
(garam)
pOH pKb log
(basa)
(10)(0,1)
5 log 4,4
(50 - 10)(0,1)
pH 14 pOH 9,6
pH setelah ditambah 20 mL HCl, larutan masih bersifat penyangga
(garam)
pOH pKb log
(basa)
(20)(0,1)
5 log 4,8
(50 - 20)(0,1)
pH 14 pOH 9,17
8
Setelah ditambah 50 mL HCl 0,1 M, tercapai titik ekivalen, larutan
terhidrolisis sifat asam; dengan [garam] = 5 mmol /100 mL = 0,05
pCg = -log 0,05 = 1,3 dan pKw = -log 1.10-14 = 14 ; pKb = 5
sehingga pH saat titik ekivalen adalah ;
Titrasi asam lemah oleh basa lemah atau sebaliknya, dalam menentukan titik
akhir titrasi sangat tergantung pada harga Ka asam dan Kb basa. Karena
pemilihan indikator akan menjadi sulit jika harga Ka dan Kb sangat kecil.
Rentang kecuraman kurva titrasi sangat pendek sehingga titik ekivalen dan titik
akhir titrasi memiliki rentang yang sangat kecil. Semakin kecil harga Ka dan Kb
maka titrasinya kurang layak dilakukan.
Misalnya kita ambil contoh titrasi larutan NH4OH 0,1 M (Kb= 1.10 -5) dengan
larutan CH3COOH 0,1 M ( Ka=1.10-5). Larutan pada saat titik ekivalen mengalami
hidrolisis total, sehingga perhitungan pH-nya menggunakan konsep pH larutan
garam hidrolisis total yakni
Kw. Ka Kw. Ka
H Kb dan pH - log
Kb
atau pH = 1/2pKw + 1/2pKa -1/2pKb
Pemilihan indikator untuk menentukan titik akhir titrasi sangat tergantung pada
kecuraman kurva titrasi. Semakin lebar kecuraman kurva semakin leluasa kita
dalam memilih indikator yang cocok.
9
Kurva titrasi 25 mL NH4OH 0,1 M dengan larutan CH3COOH 0,1 M titik ekivalen
berada pada pH = 7 karena harga Ka sama dengan harga Kb. Kurvanya adalah
seperti pada gambar 1.8 berikut
10
pH saat titik ekivalen yaitu pada penambahan 25 mL CH3COOH 0,1 M
dengan reaksi
CH3COOH(aq) + NH4OH(aq) CH3COONH4(aq) + H2O(l)
dan larutan terhidrolisis total dengan konsentrasi H+ adalah
Kw . Ka 1.10 -14 . 1 . 10 5
H 10 - 7
Kb 1 . 10 5
Uji pemahaman
1. Pada titrasi larutan NaOH dengan larutan HCl sebagai standar, maka sebagai
titrat adalah ...
a. HCl
b. NaOH
c. garam NaCl
d. campuran HCl dengan NaOH
e. HCl yang berisi indikator
2. Larutan NaOH sering digunakan sebagai larutan standar pada titrasi. Namun
harus distandarisasi terlebih dahulu karena mudah menyerap uap air dari
udara. Yang digunakan untuk menstandarisasi NaOH adalah asam
oksalat,H2C2O4.2H2O(Mr=126). Larutan NaOH x M distandarisasi dengan
mentitrasi dengan larutan asam oksalat 0,1 M dengan reaksi:
11
No Volume NaOH x M Volume H2C2O4 0,1 M
1 25 mL 12,5 mL
2 25 mL 13,0 mL
3 25 mL 12,0 mL
Larutan NaOH yang telah distandarkan tersebut digunakan untuk mentitrasi
larutan HCl yang konsentrasinya belum diketahui. Sebanyak 20 mL larutan x
M HCl menghabiskan 15 mL larutan NaOH. Maka konsentrasi larutan HCl
adalah...
a. 1,25 M
b. 0,25 M
c. 0,1 M
d. 0,025 M
e. 0,075 M
3. Pada titrasi larutan NaOH 0,1 M dengan larutan HCl 0,2 M maka indikator
yang paling tepat digunakan menentukan titik ekivalen adalah...
a. Brom timol biru
b. metil jingga
c. metil merah
d. timolftalein
e. merah fenol
4. Sebanyak 20 mL larutan HCl dititrasi dengan larutan Ca(OH)2 0,1 M. Data
hasil titrasi adalah sebagai berikut
Percobaan Volume HCl ( mL) Volume Ca(OH)2 0,1 M ( mL)
1 20 10
2 20 12
3 20 14
pH larutan HCl pada saat penambahan 10 mL Ca(OH)2 adalah ...
a. 11,77
b. 10,12
c. 7,0
d. 1,88
e. 1,50
5. Berikut data hasil titrasi larutan HCl dengan larutan NaOH 0,1 M
Percobaan Volume HCl ( mL) Volume NaOH 0,1 M ( mL)
1 20 15
2 20 14
3 20 16
12
Berdasarkan data tersebut, konsentrasi larutan HCl adalah...
a. 0,070 M
b. 0,075 M
c. 0,080 M
d. 0,133 M
e. 0,143 M
6. Diketahui data beberapa indikator dan trayek pH nya sebagai berikut
Indikator Metil jingga Brom timol biru Fenolftalein
Trayek pH 3,1 – 4,4 6,0 – 7,6 8,3 – 10,0
Warna merah-jingga kuning-biru tdk berwarna -merah
Titrasi asam basa diperoleh kurva titrasi seperti berikut
13
a. 23,76%
b. 21,75%
c. 20,40%
d. 17,57%
e. 17,22%
8. Asam laktat,C3H6O3 adalah asam lemah yang terdapat pada susu masam atau
minuman anggur. Untuk menentukan Ka asam laktat dilakukan titrasi dengan
menggunakan larutan NaOH 0,1 M. Titrasi 100 mL asam laktat diperoleh
grafik/kurva seperti dibawah. pH larutan setelah penambahan 50 mL NaOH
adalah 4,87.
S T
Q
P
a.
b.
15
c.
d.
e.
13. Titrasi larutan Ba(OH)2 dengan larutan HNO3 0,5 M, data hasil percobaan
percobaan adalah seperti berikut.
Percobaan Volume Ba(OH)2 Volume HNO3 0,5 M Indikator yang dipakai
yang dititrasi yang digunakan
1 10 mL 15 mL Brom timol biru
2 10 mL 14 mL metil merah
3 10 mL 16 mL fenolftalein
4 10 mL 16 mL metil jingga
5 10 mL 14 mL merah fenol
Percobaan yang paling tepat sesuai dengan titik ekivalen adalah...
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
14. Titrasi 50 mL larutan NH4OH 0,2 M(Kb=1.10-5) dengan larutan HCl 0,2 M,
maka pH larutan pada saat titik ekivalen adalah...
a. 9
b. 8
c. 7
d. 6
e. 5
16
15. Titrasi larutan HCOOH 0,1 M dengan larutan KOH 0,2 M , maka indikator
yang paling tepat digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi agar sesuai
dengan titik ekivalen adalah...
a. metil merah
b. brom timol biru
c. fenolftalein
d. metil jingga
e. bromfenol biru
16. Pada titrasi larutan H2SO4 0,1 M sebanyak 25 mL dengan larutan Ba(OH)2 0,1
M.Setelah penambahan larutan Ba(OH)2 sebanyak 24,5 mL titrasi dihentukan.
Besar kesalahan relatif dari percobaan titrasi adalah...
a. 0,02%
b. 0,2%
c. 2%
d. 2,2%
e. 20%
17