Anda di halaman 1dari 17

TITRASI ASAM BASA

A. Konsep Titrasi:

Titrasi merupakan prosedur menentukan konsentrasi suatu larutan dengan


larutan lain yang konsentrasinya telah diketahui secara tepat (distandarisasi) dan
mengukur volumenya yang bereaksi secara tepat dengan alat yang disebut buret.
Larutan yang konsentrasinya telah diketahui disebut
titran(pentiter), dan larutan yang ditentukan konsentrasinya disebut
titrat(dititer). Biasanya titran dimasukkan dalam buret dan
diteteskan kedalam titrat yang ditempatkan dalam labu erlenmeyer
di bawah buret. Titran diteteskan perlahan dengan membuka
krannya. Larutan titrat dalam erlenmeyer diisi indikator yang
bertujuan untuk mengetahui berapa banyak(mL)titran ditambahkan
ke dalam titrat. Apabila warna indikator telah berubah, maka
penambahan titran dihentikan, dan saat penghentian penambahan
titran ini disebut titik akhir titrasi.
Jika titrasi menyangkut penentuan asam dan basa disebut
titrasi asidimetri –alkalimetri. Saat melakukan titrasi asam basa
Gambar 1.1 Buret akan terjadi reaksi antara asam dengan basa sampai asam
bereaksi ekivalen dengan basa, artinya jumlah ion H+ tepat habis
bereaksi dengan ion OHˉ.
Saat asam telah ekivalen dengan basa disebut titik ekivalen (TE), dan titrasi
dihentikan. Titik ekivalen diharapkan berimpit dengan titik akhir titrasi, namun
sangat sulit dicapai. Gambar 1.2 adalah contoh titrasi larutan
asam basa dengan NaOH sebagai titran dan HCl sebagai titrat.
Untuk menentukan titik akhir titrasi,digunakan indikator
asam basa seperti bromtimol biru(BTB), fenolftalein(PP),metil
merah(MM), atau metil jingga(MJ), tergantung jenis titrasi yang
dilakukan. Pemilihan indikator ditentukan oleh titik ekivalen
titrasi, yang tergantung pada jenis asam basa yang bereaksi
saat titrasi. Ada titrasi asam kuat-basa kuat, titrasi asam lemah-
basa kuat, dan titrasi asam kuat-basa lemah serta jenis titrasi
lainnya. Selanjutnya kita bahas jenis titrasi seperti tersebut di
atas.

Gambar 1.2 Titrasi HCl


dengan NaOH

1
B. Titrasi Asam Kuat-Basa Kuat

Asam kuat dititer dengan basa kuat, artinya konsentrasi asam ditentukan
dengan mentiter asam kuat menggunakan basa kuat yang konsentrasinya telah
diketahui seperti pada gambar 2.1. Misalnya larutan HCl x M dititer dengan larutan
NaOH 0,1 M. Untuk menentukan titik akhir titrasi dapat digunakan indikator BTB
dengan trayek pH(6,0-7,6) dengan warna kuning-biru. Dapat juga digunakan
indikator fenolftalein(PP) dengan trayek pH(8,3-10) dengan tak berwarna-merah.
Mengapa dua indikator ini cocok untuk menentukan titik ekivalen? Pada titrasi
asam kuat oleh basa buat atau sebaliknya, titik ekivalen berada pada pH=7,0 atau
larutan bersifat netral.
Seperti pada contoh gambar 1.2, HCl sebagai titrat ditaruh pada erlenmeyer
diisi indikator, lalu dititer(ditetesi) larutan NaOH 0,1 M tetes demi tetes sampai
terjadi perubahan warna indikator. Titik ekivalen terjadi pada pH=7,0 dengan reaksi
yang terjadi adalah:
HCl(aq) + NaOH(aq)  NaCl(aq) + H2O(l)
Jika digunakan indikator BTB [pH= 6,0(kuning) – 7,6(biru)] maka HCl + BTB
berwana kuning, sehingga titik akhir titrasi dicapai pada warna hijau, dengan
perkiraan pH larutan =7, karena pH titik ekivalen titrasi HCl oleh NaOH adalah 7.
Jika digunakan indikator PP[pH=8,0(tak berwarna) – 10,0(merah)], maka HCl + PP
tak berwarna, sehingga titik akhir titrasi dicapai pada warna pink(merah muda)
dengan perkiraan pH larutan mendekati 8 lebih sedikit, sudah lewat dari pH titik
ekivalen. Grafik pH terhadap volume NaOH yang ditambahkan seperti pada
gambar 1.3 berikut

Gambar 1.3 Grafik pH terhadap volume NaOH

2
Untuk menggambar grafik(kurva) pH terhadap volume titran(NaOH) dapat
dilakukan menghitung pH setiap penambahan volume titran. Perhitungan saat titik
ekivalen digunakan rumus sebagai berikut
mmol ion H+ = mmol ion OHˉ
a x Ma x Va = b x Mb x Vb
dengan a = valensi asam b = valensi basa
Ma = molaritas asam Mb = molaritas basa
Va = mililiter asam Vb = mililter basa
Setiap 1 tetes larutan dari buret = 0,1 mL , maka penambahan NaOH harus cermat
dan hati-hati agar tidak banyak terjadi kesalahan.
Misalnya; titrasi 40 mL HCl 0,1 M dengan NaOH 0,1 M maka grafik pH larutan HCl
terhadap mL NaOH yang ditambahkan dapat dibuat setiap tetesan NaOH seperti
berikut
 pH HCl 0,1 M sebelum ditambah NaOH = -log 0,1 = 1
 pH HCl setelah ditambah 10 mL NaOH :
[H+] = (40 -10)mL x 0,1M / 50 mL = 0,06 M
pH = -log 0,06 = 1,22
 pH HCl setelah ditambah 20 mL NaOH:
[H+] = (40 -20)mL x 0,1M / 60 mL = 0,033 M
pH = -log 0,033 = 1,47
 pH HCl setelah ditambah 30 mL NaOH:
[H+] = (40 -30)mL x 0,1M / 70 mL = 0,014 M
pH = -log 0,014 = 1,85
 pH HCl setelah ditambah 39,9 mL NaOH, kurang 0,1 mL mencapai TE :
[H+] = (40-39,9)mL x 0,1 M / 79,9 mL = 1,25.10-4 M
pH = –log 1,25.10-4 = 3,90
 pH setelah ditambah 40 mL NaOH, tercapai titik ekivalen :
[H+] = [OH‾] = 1.10-7 M == > pH = log 10-7 = 7,0
 pH setelah ditambah 40,1 ml NaOH ; kelebihan 0,1 mL NaOH ( 1 tetes)
melewati titik ekivalen(TE)
[OH‾] = (40,1 -40) ml x 0,1 M /80,1 mL = 1,25.10-4 M
pOH = -log 1,25.10-4 M = 3,90 == > pH = 14 -3,9 = 10,1
Kita dapat menentukan pH sebelum dan sesudah tercapai titik ekivalen. Satu
tetes (0,1 mL)NaOH 0,1 M sebelum tercapai titik ekivalen pH larutan masih 3,9
dengan perbedaan 3,1 satuan pH untuk mencapai titik ekivalen. Keadaan pH ini
berada pada rentang pH indikator metil merah(4,2 -6,2) sehingga indikator metil
merah tidak cocok untuk menentukan titik akhir titrasi.
Pada penambahan 40 mL NaOH maka HCl ekivalen dengan NaOH dan tercapai
titik ekivalen dengan pH tepat = 7,0. Keadaan pH ini sesuai dengan rentang pH
indikator bromtimolbiru(BTB) dengan trayek pH 6,0-7,6 dengan perubahan warna
dari kuning menjadi biru. Warna biru menunjukkan pH larutan sudah melewati
7,0 karena itu titrasi dihentikan pada warna indikator berwarna hijau karena pH

3
larutan sekitar 7,0. Karena itu indikator BTB sangat cocok untuk menentukan titik
akhir titrasi.
Jika terjadi kesalahan dengan kelebihan penambahan NaOH satu tetes(0,1
mL) maka pH larutan sudah menjadi 10,1 dengan perbedaan pH dengan pH titik
ekivalen sebesar 3,1 satuan pH. Keadaan ini sudah melewati rentang pH indikator
fenolftalein(8,3-10) dengan perubahan warna dari tak berwarna menjadi merah.
Kelebihan penambahan larutan NaOH 0,1 mL terjadi kesalahan relatif 0,25% dan
masih dapat ditoleransi, oleh karena itu indikator fenolftalein(PP) dapat digunakan
untuk menentukan titik akhir titrasi.
Perhitungan pH tersebut di atas dapat digunakan untuk menggambar kurva
titrasi seperti pada gambar 1.3.

C. Titrasi Asam Lemah –Basa Kuat;


Titrasi antara asam lemah, seperti asam cuka,CH3COOH dengan basa kuat
seperti NaOH sebelum tercapai titik ekivalen akan terdapat campuran asam
lemah dengan garam dari asam lemah tersebut sehingga larutan bersifat
buffer(penyangga). Hal ini akibat dari adanya asam lemah yang bersisa.
Karena itu perhitungan pH sebelum titik ekivalen (TE) menggunakan konsep
pH larutan penyangga:

mmol asam
[ H  ]  Ka.
mmol garam
(asam) (garam)
pH  -log [Ka.  pKa  log
(garam) (asam)

Saat titik ekivalen , dimana mmol H+ sama dengan mmol OH‾ , larutan akan
terhidrolisis dan bersifat basa. Akibatnya pH larutan lebih besar dari 7(basa).
Perhitungan pH saat titik ekivalen(TE), menggunakan konsep hidrolisis bersifat
basa.

Kw
[OH  ]  [ garam]
Ka

pH  14 - 1/2pKw  1/2pKa - 1/2pCg


 7  1/2pKa - 1/2pCg

Pemilihan indikator dalam menentukan titik ekivalen, dan titik akhir titrasi
adalah indikator dengan trayek pH di atas 7, sehingga indikator yang cocok
adalah penolftalein(PP)dengan trayek pH 8,0 -10,0. Karena pentiter(titran)
adalah basa kuat,seperti NaOH, dan titran adalah asam lemah seperti asam
asetat, maka NaOH ditaruh pada buret yang diteteskan tetes demi tetes kedalam
titran. Titran diisi indikator diletakkan dalam labu erlenmeyer dengan keadaan
tak berwarna.

4
Grafik atau kurva pH larutan terhadap volume basa yang ditambahkan pada
titrasi asam lemah dengan basa kuat seperti pada gambar 1.5 berikut

Gambar 1.4 Titrasi asam lemah oleh Gambar 1.5 Grafik pH terhadap volume NaOH
basa kuat

Untuk membuat kurva pH terhadap volume basa kuat yang ditambahkan dapat
dilakukan perhitungan seperti berikut
Sebagai contoh; Sebanyak 25 mL larutan CH3COOH 0,1 M(Ka = 1.10-5 )
dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 M dengan indikator PP. Reaksi adalah sebagai
berikut
CH3COOH(aq) + NaOH(aq)  CH3COONa(aq) + H2O(l)
Sebelum titik ekivalen tercapai larutan akan bersifat penyangga, sehingga
perhitungan pH menggunakan konsep larutan penyangga. Perhitungan pH
adalah;
 pH CH3COOH 0,1 M sebelum ditambah NaOH :

[ H  ]  1.10 5 .0,1  10 -3 M   pH  - log 10 -3  3


 pH setelah ditambah 10 mL NaOH
[asam] (25 - 10)(0,1)
[ H  ]  Ka.  10-5  1,5.10-4
[ garam] (10)(0,1)
pH  - log 1,5 .10-4  3,82

 pH setelah ditambah 12,5 mL NaOH


[asam] (12,5)(0,1)
[ H  ]  Ka.  10-5  10-5
[ garam] (12,5)(0,1)
pH  pKa  -log10-5  5

5
 pH setelah ditambah 24,9 mL NaOH,kurang 0,1 mL NaOH untuk mencapai
titik ekivalen
[asam] (25 - 24,9)(0,1)
[ H  ]  Ka.  10-5  4.10-8
[ garam] (24,9)(0,1)
pH  - log 4.10-8  7,4

 pH setelah ditambah 25 mL NaOH , maka tercapai titik ekivalen dengan


larutan mengalami hidrolisis bersifat basa
pH = 7 + 1/2pKa – 1/2pCg ( Cg= konsentrasi garam)
Cg = (25/50) x 0,1 M = 0,05 M , pCg = -log 0,05 = 1,3
pH = 7 + 1/2(5) – 1/2(1,3)
= 8,85 == > pH saat titik ekivalen
Hal ini dapat dilihat pada gambar 1.5 di atas, dengan selisih pH dari
kekurangan 0,1 mL NaOH sebelum titik ekivalen adalah 1,45 satuan pH.
 pH setelah ditambah 25,1 mL NaOH, maka terjadi kelebihan NaOH 0,1 mL
dari titik ekivalen, sehingga
[OH‾] =( 0,1/50,1) mL x 0,1 M = 2.10-4 M
pOH = -log 2.10-4 = 3,7
pH = 14 – 3,7 = 10,3
Dari perhitungan pH , ternyata 0,1 mL NaOH sebelum titik ekivalen , pH = 7,4
dan 0,1 mL setelah titik ekivalen pH = 10,3 dan pH saat titik ekivalen = 8,85,
sehingga indikator yang cocok adalah fenolftalein (PP) dengan trayek pH :
8,0(TB) – 10,0 (merah), karena itu warna indikator pada titik akhir titrasi adalah
warna pink(merah muda). Kekurangan atau kelebihan NaOH 0,1 mL
menyebabkan kesalahan relatif (0,1/25) x 100% = 0,4 %.

D. Titrasi Basa Lemah –Asam Kuat


Titrasi antara basa lemah, seperti amonia,NH4OH dengan asam kuat seperti
HCl sebelum tercapai titik ekivalen akan terdapat campuran basa lemah
dengan garam dari basa lemah tersebut sehingga larutan bersifat buffer
(penyangga basa). Hal ini akibat dari adanya basa lemah yang bersisa. Karena
itu perhitungan pH sebelum titik ekivalen (TE) menggunakan konsep pH
penyangga:

6
mmol basa
[OH  ]  Kb.
mmol garam
(basa) (garam)
pOH  -log [Kb.  pKb  log
(garam) (basa)
pH  14  pOH

Saat titik ekivalen , dimana mmol H+ sama dengan mmol OH‾ , larutan akan
terhidrolisis dan bersifat asam. Akibatnya pH larutan lebih kecil dari 7.
Perhitungan pH saat titik ekivalen(TE), menggunakan konsep hidrolisis bersifat
asam.

Kw
[H  ]  [ garam]
Kb

pH  1/2pKw - 1/2pKb  1/2pCg


 7 - 1/2pKb  1/2pCg

Pemilihan indikator dalam menentukan titik ekivalen, dan titik akhir titrasi
adalah indikator dengan trayek pH di bawah 7, sehingga indikator yang cocok
adalah metil merah(MM) dengan trayek pH 4,2 -6,2 atau metil jingga(MJ)
dengan trayek pH 3,1 -4,4.
Pentiter(titran) adalah asam kuat,seperti HCl, dan titrat adalah basa lemah
seperti amonia, maka HCl ditaruh pada buret yang diteteskan tetes demi tetes
kedalam titrat. Titrat diisi indikator diletakkan dalam labu erlenmeyer,kemudian
titrasi pelan-pelan sampai terjadi perubahan warna indikator. Jika menggunakan
indikator metil merah, titrat ditambah indikator akan berwarna kuning dan titrasi
dihentikan saat larutan menjadi merah.
Grafik atau kurva pH larutan terhadap volume asam yang ditambahkan pada
titrasi basa lemah dengan asam kuat seperti pada gambar 1.7 berikut

HCl(aq)

NH4OH(aq)

Gambar 1.6 Titrasi basa lemah oleh Gambar 1.7 Grafik pH terhadap volume HCl
asam kuat

7
Untuk membuat kurva pH terhadap volume asam kuat yang ditambahkan dapat
dilakukan perhitungan seperti berikut
Sebagai contoh; Sebanyak 50 mL larutan NH4OH 0,1 M(Kb = 1.10-5 )
dititrasi dengan larutan HCl 0,1 M dengan indikator metil merah. Reaksi adalah
sebagai berikut
HCl(aq) + NH4OH(aq)  NH4Cl(aq) + H2O(l)
Sebelum titik ekivalen tercapai larutan akan bersifat penyangga basa, sehingga
perhitungan pH menggunakan konsep larutan penyangga. Perhitungan pH
adalah;
 pH larutan NH4OH 0,1 M sebelum ditambah HCl 0,1 M :
[OH  ]  1.10 5 .0,1  10 -3 M
pOH  - log 10 -3  3
pH  14 - 3  11
 pH setelah ditambah 10 mL HCl 0,1 M , larutan bersifat penyangga
(garam)
pOH  pKb  log
(basa)
(10)(0,1)
 5  log  4,4
(50 - 10)(0,1)
pH  14  pOH  9,6
 pH setelah ditambah 20 mL HCl, larutan masih bersifat penyangga
(garam)
pOH  pKb  log
(basa)
(20)(0,1)
 5  log  4,8
(50 - 20)(0,1)
pH  14  pOH  9,17

 pH setelah ditambah 25 mL HCl, berarti sisa basa = garam = 2,5 mmol


pOH = pKb = 5
pH = 14- 5 = 9
 pH setelah ditambah 49,9 mL HCl; yang berarti kurang 0,1 mL untuk
mencapai titik ekivalen, larutan masih bersifat penyangga.
dengan sisa basa = 0,1 x 0,1 = 0,01 mmol dan garam = 49,9 x 0,1 =
4,99 mmol
(garam)
pOH  pKb  log
(basa)
4,99
 5  log  7,7
0,01
pH  14  pOH  6,3

8
 Setelah ditambah 50 mL HCl 0,1 M, tercapai titik ekivalen, larutan
terhidrolisis sifat asam; dengan [garam] = 5 mmol /100 mL = 0,05
pCg = -log 0,05 = 1,3 dan pKw = -log 1.10-14 = 14 ; pKb = 5
sehingga pH saat titik ekivalen adalah ;

pH  1/2pKw - 1/2pKb  1/2pCg


 7 - 5/2  1,3/2  5,15
 pH setelah ditambah 50,1 mL HCl 0,1 M ; yang berarti telah kelebihan
penambahan HCl 0,1 mL.
maka [H+] = 0,01 mmol/100,1 mL = 1 . 10-4 M
pH = -log 1 . 10-4 = 4

Dari perhitungan pH ternyata kekurangan 0,1 mL HCl (1 tetes )sebelum titik


ekivalen pH = 6,3 dengan perbedaan 1,1 satuan pH terhadap pH titik ekivalen
dan larutan masih berwarna kuning . Kelebihan 0,1 mL HCl setelah titik ekivalen
pH = 4 larutan akan menjadi berwarna merah dengan perbedaan 1,2 satuan pH
terhadap pH titik ekivalen sehingga indikator yang cocok adalah metil merah
dengan trayek pH : 4,2(merah) – 6,2 (kuning), karena itu warna indikator pada
titik akhir titrasi adalah warna merah . Kekurangan atau kelebihan HCl 0,1 mL
menyebabkan kesalahan relatif (0,1/50) x 100% = 0,2 % yang masih ditoleransi.

E. Titrasi Basa Lemah –Asam Lemah

Titrasi asam lemah oleh basa lemah atau sebaliknya, dalam menentukan titik
akhir titrasi sangat tergantung pada harga Ka asam dan Kb basa. Karena
pemilihan indikator akan menjadi sulit jika harga Ka dan Kb sangat kecil.
Rentang kecuraman kurva titrasi sangat pendek sehingga titik ekivalen dan titik
akhir titrasi memiliki rentang yang sangat kecil. Semakin kecil harga Ka dan Kb
maka titrasinya kurang layak dilakukan.
Misalnya kita ambil contoh titrasi larutan NH4OH 0,1 M (Kb= 1.10 -5) dengan
larutan CH3COOH 0,1 M ( Ka=1.10-5). Larutan pada saat titik ekivalen mengalami
hidrolisis total, sehingga perhitungan pH-nya menggunakan konsep pH larutan
garam hidrolisis total yakni

   Kw. Ka Kw. Ka
H   Kb dan pH  - log
  Kb
atau pH = 1/2pKw + 1/2pKa -1/2pKb
Pemilihan indikator untuk menentukan titik akhir titrasi sangat tergantung pada
kecuraman kurva titrasi. Semakin lebar kecuraman kurva semakin leluasa kita
dalam memilih indikator yang cocok.

9
Kurva titrasi 25 mL NH4OH 0,1 M dengan larutan CH3COOH 0,1 M titik ekivalen
berada pada pH = 7 karena harga Ka sama dengan harga Kb. Kurvanya adalah
seperti pada gambar 1.8 berikut

Volume CH3COOH 0,1 M


Gambar 1.8 Grafik pH terhadap volume CH3COOH
Kurva menunjukan bahwa kecuramannya sangat sedikit disekitar titik ekivalen
sehingga agar sulit memilih indikator dalam menentukan titik akhir titrasi.
Perhitungan pH dapat dilakukan sebagai berikut:
 pH larutan NH4OH 0,1 M sebelum ditambah CH3COOH:
OH  
-
Ka .Cb  1.10 -5.0,1  10 -3
pOH  - log 10 -3  3
pH  14 - 3  11
 pH setelah ditambah 20 mL CH3COOH 0,1 M akan ada sisa basa 5 mL x
0,1 M = 0,5 mmol dengan volume 20 + 25 = 45 mL sehingga basa
konsentrasi adalah 0,5 mmol/45 mL = 0,011 M dan
OH  
-
Ka .Cb  1.10 -5.0,011  3,3 .10 -4
pOH  - log 3,3.10 -4  3,48
pH  14 - 3  10,52
 pH setelah ditambah 24,9 mL CH3COOH 0,1 M akan ada sisa basa 0,1 ml x
0,1 M = 0,01 mmol dengan volume 24,9 + 25 = 49,9 mL sehingga
konsentrasi basa adalah 0,01 mmol/49,9 mL = 2.10-4 M dan
OH  
-
Ka .Cb  1.10 -5. 2.10 -4  4,47 .10 -5
pOH  - log 4,7. 10 -5  4,35
pH  14 - 3  9,65

10
 pH saat titik ekivalen yaitu pada penambahan 25 mL CH3COOH 0,1 M
dengan reaksi
CH3COOH(aq) + NH4OH(aq)  CH3COONH4(aq) + H2O(l)
dan larutan terhidrolisis total dengan konsentrasi H+ adalah

  Kw . Ka 1.10 -14 . 1 . 10  5
H     10 - 7
  Kb 1 . 10  5

pH = -log 10-7 = 7 ( perhatikan kurva pada gambar 1.8 )


 pH setelah ditambah 25,1 mL CH3COOH 0,1 M dengan ada kelebihan
penambahan 0,1 mL CH3COOH atau 0,01 mmol dalam volume 50,1 mL
sehingga konsentrasi asam adalah 0,01/50,1 = 2.10 -4 M dan
H  
-
Ka .Ca  1.10-5. 2.10-4  4,47 . 10 -5
pH  - log 4,7.10 -5  4,35
Dari perhitunga pH dapat dianalisis bahwa pada 0,1 mL kekurangan penambahan
asam lemah dari titik ekivalen pH larutan 9,65 dan kelebihan 0,1 mL penambahan
asam lemah dari titik ekivalen pH larutan 4,35 sehingga ada rentang sekitar 5
satuan pH. Dari kurva pada gambar 1.8, rentang perubahan pH sebelum dan
sesudah titik ekivalen dari 6 – 8 yakni sekitar 2 satuan pH. Oleh karena itu
pemilihan indikator untuk menentukan titik akhir titrasi sangat sedikit. Indikator
yang cocok digunakan adalah bromtimolbiru(BTB) dengan rentang pH 6,0- 7,6
dimana larutan dalam erlenmeyer berwarna biru saat titik ekivalen berubah
menjadi hijau dan kelebihan satu tetes indikator larutan menjadi kuning.

Uji pemahaman
1. Pada titrasi larutan NaOH dengan larutan HCl sebagai standar, maka sebagai
titrat adalah ...
a. HCl
b. NaOH
c. garam NaCl
d. campuran HCl dengan NaOH
e. HCl yang berisi indikator
2. Larutan NaOH sering digunakan sebagai larutan standar pada titrasi. Namun
harus distandarisasi terlebih dahulu karena mudah menyerap uap air dari
udara. Yang digunakan untuk menstandarisasi NaOH adalah asam
oksalat,H2C2O4.2H2O(Mr=126). Larutan NaOH x M distandarisasi dengan
mentitrasi dengan larutan asam oksalat 0,1 M dengan reaksi:

2 NaOH(aq) + H2C2O4(aq)  Na2C2O4(aq) + 2H2O(l)


Data hasil titrasi sebanyak 3 kali diperoleh sebagai berikut

11
No Volume NaOH x M Volume H2C2O4 0,1 M
1 25 mL 12,5 mL
2 25 mL 13,0 mL
3 25 mL 12,0 mL
Larutan NaOH yang telah distandarkan tersebut digunakan untuk mentitrasi
larutan HCl yang konsentrasinya belum diketahui. Sebanyak 20 mL larutan x
M HCl menghabiskan 15 mL larutan NaOH. Maka konsentrasi larutan HCl
adalah...
a. 1,25 M
b. 0,25 M
c. 0,1 M
d. 0,025 M
e. 0,075 M
3. Pada titrasi larutan NaOH 0,1 M dengan larutan HCl 0,2 M maka indikator
yang paling tepat digunakan menentukan titik ekivalen adalah...
a. Brom timol biru
b. metil jingga
c. metil merah
d. timolftalein
e. merah fenol
4. Sebanyak 20 mL larutan HCl dititrasi dengan larutan Ca(OH)2 0,1 M. Data
hasil titrasi adalah sebagai berikut
Percobaan Volume HCl ( mL) Volume Ca(OH)2 0,1 M ( mL)
1 20 10
2 20 12
3 20 14
pH larutan HCl pada saat penambahan 10 mL Ca(OH)2 adalah ...
a. 11,77
b. 10,12
c. 7,0
d. 1,88
e. 1,50
5. Berikut data hasil titrasi larutan HCl dengan larutan NaOH 0,1 M
Percobaan Volume HCl ( mL) Volume NaOH 0,1 M ( mL)
1 20 15
2 20 14
3 20 16

12
Berdasarkan data tersebut, konsentrasi larutan HCl adalah...
a. 0,070 M
b. 0,075 M
c. 0,080 M
d. 0,133 M
e. 0,143 M
6. Diketahui data beberapa indikator dan trayek pH nya sebagai berikut
Indikator Metil jingga Brom timol biru Fenolftalein
Trayek pH 3,1 – 4,4 6,0 – 7,6 8,3 – 10,0
Warna merah-jingga kuning-biru tdk berwarna -merah
Titrasi asam basa diperoleh kurva titrasi seperti berikut

Pasangan asam basa/basa asam dan indikator yang digunakan adalah...


a. KOH - CH3COOH- fenolftalein
b. KOH – HCl – metil jingga
c. NH4OH – HCl – brom timol biru
d. NaOH - HCl – metil jingga
e. CH3NH3 – HCl – fenolftalein
7. Cuka dapur digunakan untuk membuat asinan makanan. Kadar asam cuka
CH3COOH(Mr=60) pada cuka dapur biasanya berkisar 20% sampai 30%.
Untuk mengetahui kadar cuka dapur dapat digunakan titrasi dengan larutan
NaOH standar. Cuka dapur dengan merek “X” dengan massa jenis 1,01
gr/mL, sebanyak 10 mL diencerkan dengan air sampai volumenya 100 mL.
Selanjutnya dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 M dengan data sebagai
berikut
Percobaan Volume cuka ( mL) Volume NaOH 0,1 M ( mL)
1 5 20
2 5 21
3 5 19
Berdasarkan data tersebut, kadar asam cuka pada cuka dapur “X” adalah...

13
a. 23,76%
b. 21,75%
c. 20,40%
d. 17,57%
e. 17,22%
8. Asam laktat,C3H6O3 adalah asam lemah yang terdapat pada susu masam atau
minuman anggur. Untuk menentukan Ka asam laktat dilakukan titrasi dengan
menggunakan larutan NaOH 0,1 M. Titrasi 100 mL asam laktat diperoleh
grafik/kurva seperti dibawah. pH larutan setelah penambahan 50 mL NaOH
adalah 4,87.

Berdasarkan data tersebut, maka tetapan ionisasi(Ka) asam laktat adalah...


a. 2,35 x 10-6
b. 1,35 x 10-5
c. 2,05 x 10-6
d. 1,07 x 10-6
e. 1,05 x 10-5
9. Sebanyak 25 mL larutan CH3COOH 0,1 M( Ka=2.10 -5) dititrasi dengan larutan
NaOH 0,2 M, pH larutan saat penambahan 10 mL NaOH adalah...
a. 8 + log 5
b. 9 – log 2
c. 5 + log 2
d. 6 + log 5
e. 5 – log 2
10. Data hasil titrasi antara larutan H2SO4 dengan larutan KOH 0,2 M sebagai
berikut
Percobaan Volume H2SO4 yang Volume KOH 0,2 M yang
dititrasi digunakan
1 30 mL 15 mL
2 30 mL 17 mL
3 30 mL 13 mL
Konsentrasi larutan H2SO4 dan pH larutan saat titik ekivalen adalah ...
a. 0,1 M , pH = 7
b. 0,05 M, pH = 7
14
c. 0,1 M, pH = 11,6
d. 0,05 M, pH =11,6
e. 0,05 M, pH =2,37
11. Grafik/kurva titrasi larutan CH3COOH 0,2 M( Ka=1.10-5) dengan larutan NaOH
0,2 M adalah sebagai berikut

S T

Q
P

Berdasarkan grafik di atas,larutan yang bersifat penyangga adalah pada


daerah...
a. P-Q
b. Q-R
c. R-S
d. S-T
e. Q-S
12. Seorang siswa melakukan percobaan titrasi antara larutan KOH 0,1M dengan
larutan HNO3 hasilnya disajikan dalam grafik. Maka grafik hasil titrasinya
adalah...

a.

b.

15
c.

d.

e.

13. Titrasi larutan Ba(OH)2 dengan larutan HNO3 0,5 M, data hasil percobaan
percobaan adalah seperti berikut.
Percobaan Volume Ba(OH)2 Volume HNO3 0,5 M Indikator yang dipakai
yang dititrasi yang digunakan
1 10 mL 15 mL Brom timol biru
2 10 mL 14 mL metil merah
3 10 mL 16 mL fenolftalein
4 10 mL 16 mL metil jingga
5 10 mL 14 mL merah fenol
Percobaan yang paling tepat sesuai dengan titik ekivalen adalah...
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
14. Titrasi 50 mL larutan NH4OH 0,2 M(Kb=1.10-5) dengan larutan HCl 0,2 M,
maka pH larutan pada saat titik ekivalen adalah...
a. 9
b. 8
c. 7
d. 6
e. 5
16
15. Titrasi larutan HCOOH 0,1 M dengan larutan KOH 0,2 M , maka indikator
yang paling tepat digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi agar sesuai
dengan titik ekivalen adalah...
a. metil merah
b. brom timol biru
c. fenolftalein
d. metil jingga
e. bromfenol biru
16. Pada titrasi larutan H2SO4 0,1 M sebanyak 25 mL dengan larutan Ba(OH)2 0,1
M.Setelah penambahan larutan Ba(OH)2 sebanyak 24,5 mL titrasi dihentukan.
Besar kesalahan relatif dari percobaan titrasi adalah...
a. 0,02%
b. 0,2%
c. 2%
d. 2,2%
e. 20%

17

Anda mungkin juga menyukai