Eddy Sudirmana
a
Politeknik Trisila Dharma, Indonesia
* Corresponding author e-mail: eddysudirman7@gmail.com
ARTICLEINFO ABSTRACT
https://doi.org/10.32502/jimn.v9i2.2 Small and medium businesses (SMEs) face the biggest challenges since the rise
554 of online system sales. Shifting mindset and patterns of public service to the
needs of an item needs to make SMEs who do not understand the development
Article history: of information technology become worse and close their businesses. However,
Received: actually the phenomenon that occurs in society is only the marketing pattern
20 Maret 2020 but production remains a necessary factor. This type of descriptive qualitative
Accepted: research with the aim of getting an in-depth overview of the phenomena that
30 Mei 2020 occur then linked with journals to find solutions to these problems. The
Available online: methodology used in research journals. The novelty model concept is found in
15 Juni 2020 this study, the dimensions of the model concept are explained in detail.
Keywords:
Kecil Menengah,Pemasaran, ABSTRAK
Strategi Teknologi Informasi,
Kinerja UKM.
Usaha kecil menengah (UKM) menghadapi tantangan terbesar
sejak maraknya penjualan sistem on line. Bergesernya pola pikir
dan pola layanan masyarakat terhadap kebutuhan suatu kebutuhan
barang membuat pelaku UKM yang tidak menegrti perkembangan
teknologi informasi menjadi terpuruk dan menutup usahanya.
Namun, sebetulnya fenomena yang terjadi di masyarakat hanya
pola pemasaran akan tetapi produksi tetap sebagai faktor yang
diperlukan. Jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan tujuan
ingin mendapatkan gambaran secara mendalam tentang fenomena
yang terjadi kemudian dihubungkan dengan jurnal – jurnal untuk
dicarikan solusi dari permasalahan tersebut. Methodologi yang
digunakan jurnal riset. Konsep model kebaharuan menjadi temuan
dalam penelitian ini, dimensi konsep model dijelaskan secara
detail.
Page 142
Jurnal Ilmu Manajemen, Volume 9, issue 2
Juni 2020,
Page 142-151
Page 143
Eddy Sudirman
Strategi Usaha Kecil Menengah Menghadapi Digitalisasi Pemasaran
Page 144
Jurnal Ilmu Manajemen, Volume 9, issue 2
Juni 2020,
Page 142-151
Faktor penentu keberhasilan pengelolaan Ancaman pendatang baru, Ancaman produk
UKM adalah penguasaan teknologi atau layanan pengganti, Tawar menawar
informasi. Kemajuan teknologi adalah salah pelanggan (pembeli), Tawar menawar
satu langkah yang diterima secara teoritis kekuatan pemasok dan Intensitas persaingan
yang diterapkan untuk menghilangkan kompetitif. Sedangkan Keunggulan
hambatan perbatasan ekonomi karena hal itu kompetitif terdiri atas Strategi kepemimpinan
membantu meningkatkan produktivitas dan biaya, Strategi diferensiasi, Strategi inovasi
efisiensi faktor-faktor produksi ekonomi — dan Strategi efektifitas operasional/
tenaga kerja, modal, dan sumber daya Persekutuan/ aliansi.
lainnya, dan meningkatkan penggunaan input
produksi dalam produksi (Prasanna et al. Aliansi strategis dibentuk dengan
2019). Kemajuan teknologi membantu dalam mengembangkan hubungan antara dua atau
proses pemasaran produk – produk yang di lebih pihak independen yang setuju untuk
hasilkan oleh UKM dan merupakan berbagi sumber daya untuk mencapai
penemuan efisiensi dalam perekonomian. beberapa tujuan bersama. Karena persaingan
Penemuan ini berarti penemuan ilmiah yang global dan permintaan yang terus tumbuh
diperlukan untuk meningkatkan sistem untuk teknologi baru, aliansi strategis
produksi ekonomi, sementara UKM menjadi populer dan penting karena
memanfaatkan penemuan untuk pemanfaatan tujuannya adalah untuk mendukung daya
terobosan ilmiah baru untuk tujuan komersial saing (Zamir, Sahar, and Zafar 2014).
dari output. Menurut Al-Damoe, Hamid, and Perusahaan kecil dan menengah adalah
Omar (2015) tantangan kompetitif yang perusahaan manufaktur, pemrosesan atau
dihadapi oleh entitas industri dalam ekonomi jasa, yang menciptakan kemandirian,
global saat ini diklasifikasikan menjadi tiga, kemandirian, harapan pendapatan dan
yaitu, tantangan keberlanjutan, tantangan sebagainya bagi pemilik. Mereka memainkan
global, dan tantangan teknologi. peran penting dalam pembangunan ekonomi
negara. Mereka adalah pusat dan vitalitas
Strategi teknologi informasi (TI) adalah bagi perkembangan ekonomi masyarakat
bidang yang banyak digunakan UKM untuk mana pun. Usaha kecil dan menengah
menghadapi tantangan kompetitif. Strategi bermetamorfosis menjadi bisnis skala besar.
adopsi teknologi berbasis web mengurangi Onyeaghala (2017) menjelaskan bahwa
biaya operasional, meningkatkan layanan hampir semua perusahaan raksasa
kepada pelanggan, meningkatkan kecepatan multinasional adalah perusahaan kecil,
respons antara produsen dan pelanggan, tumbuh ketika industri mereka tumbuh.
produsen dan pemasok input, meningkatkan
kecerdasan pasar, dan meningkatkan Kinerja menjadi ukuran sukses tidaknya suatu
hubungan dengan mitra dagang (Quayle and usaha yang dijalankan suatu individu,
Christiansen 2004). Namun, penelitian ini organisasi dan perusahaan. Secara umum
tidak mengkonfirmasi saling melengkapi aset kinerja diukur secara keuangan dan non
TI dengan sumber daya manusia, bisnis dan keuangan. Tingkat kegagalan usaha kecil dan
kemampuan dinamis dan mencatat ancaman menengah (UKM) yang tinggi sebagian
investasi berlebih oleh UKM dalam aset TI disebabkan oleh penggunaan ukuran kinerja
(Prasanna et al. 2019). Startegi teknologi yang tidak tepat. Studi ini berupaya untuk
informasi adalah strategi yang menentukan jenis ukuran kinerja yang
menggabungkan antara Lima kekuatan digunakan oleh UKM, tujuan yang digunakan
dengan Keunggulan kompetitif, kerangka untuk mengukur kinerja, efektivitas yang
kerja yang berupaya menganalisis tingkat dirasakan dari ukuran kinerja yang digunakan
persaingan dalam pengembangan strategi dan faktor-faktor yang dapat menghambat
industri dan bisnis (Porter 2010). Lima UKM dari menggunakan ukuran kinerja
kekuatan yang dimaksud porter adalah keuangan dan non-keuangan (Maduekwe and
Page 145
Eddy Sudirman
Strategi Usaha Kecil Menengah Menghadapi Digitalisasi Pemasaran
Page 146
Jurnal Ilmu Manajemen, Volume 9, issue 2
Juni 2020,
Page 142-151
Tahunan. Definisi UKM di Indonesia sesuai Teknologi digitalisasi hanyalah merupakan
dengan Undang-Undang No. 20/2008, Usaha alat untuk membantu pekerjaan manusia
Kecil adalah; Memiliki kekayaan bersih lebih namun faktor utama UKM mampu bersaing
dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta adalah bagaimana kemampuan dan keahlian
rupiah) sampai dengan paling banyak sumber daya manusia yang mengoperasikan
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) alat. Pengetahuan adalah kunci untuk
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat memajuakan usaha dan pengetahuan tacit ada
usaha; atau Memiliki hasil penjualan tahunan pada sumber daya manusia unggul. Kinerja
lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta UKM yang unggul ketika mampu mneyerap
rupiah) sampai dengan paling banyak tenaga kerja yang lebih banyak sehingga
Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus UKM mampu berkembang dalam
juta rupiah). Sedangkan Kriteria Usaha kondisiapapun termasuk menghadapi krisis.
Menengah adalah adalah; Memiliki Kinerja adalah seberapa baik organisasi
kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 dikelola dan nilai yang diberikan organisasi
(lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling untuk pelanggan dan pemangku kepentingan
banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar lainnya (A.Ebenezer 2015). Definisi menurut
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan Balance Scorecard kinerja terdiri dari empat
tempat usaha; atau Memiliki hasil penjualan perspektif, yaitu; perspektif pelanggan,
tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua perspektif keuangan, perspektif internal dan
miliar lima ratus juta rupiah) sampai dengan inovasi dan perspektif pembelajaran (Allen
paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima 1997). Persaingan yang semakin komplek
puluh miliar rupiah). Sedangkan definisi memerlukan perpaduan dalam pengukuran
UKM menurut Badan Pusat Statistik (BPS) kinerja, kinerja memunculkan dua kutub
memberikan definisi UMKM berdasarkan penting, kinerja keuangan dan non keuangan
penggunaan jumlah tenaga kerja pada setiap (Martins 2006). Kinerja non keuangan
unit usaha yaitu: Usaha kecil merupakan unit menjadi fenomena yang berkembang di era
usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja abad 21 setelah kegagalan perusahaan –
lima sampai dengan 19 orang dan Usaha perusahaan elektronik dalam mengelola
menengah merupakan unit usaha yang keuangannya (motorola, nokia), Sebagian
memiliki tenaga kerja 20 sampai dengan 99 besar dari mereka gagal untuk menangkap
orang. secara sederhana dapat disimpulkan biaya nyata yang terjadi untuk memenuhi
bahwa Undang-Undang No. 20/2008 persyaratan pelanggan. Kinerja UKM adalah
mendefinisikan UKM dari sisi keuangan dan seberapa besar mereka mampu untuk
definisi UKM menurut Badan Pusat Statistik mengembangkan usahanya dengan makin
(BPS) dari sisi non keuangan. meningkatnya tenaga kerja yang dimilikinya.
Bukan merupakan suatu rahasia bahwa
Berdasarkan efek yang ditimbulakn dan laporan keuangan adalah sumber utama
tujuan dari dibentuknya UKM maka informasi tentang kinerja perusahaan namun
penelitian ini fokus pada definisi UKM dari kelemahan laporan keuangan yang dibuat
perspektif non keuangan dengan beberapa dimanupulasi oleh sumber daya yang tidak
alasan yang mendasar. Pertama, UKM kompeten dan jujur dan hanya berdasarkan
mampu menyerap tenaga kerja 97% total padanya kegiatan bisnis dan posisi keuangan
tenaga kerja dari 99% total lapangan kerja perusahaan dievaluasi. Namun, di bawah
yang ada. Kedua, jumlah UKM yang kondisi perkembangan ekonomi kontemporer
bertahan dari krisis sampai hari ini sebanyak manajemen perusahaan tidak dapat hanya
843. 834 unit (Indrawan 2019) dan ketiga, mengandalkan sistem evaluasi indikator
mengkaitkan perkembangan UKM dari sisi keuangan untuk mengelola perusahaan
keuangan bertolak belakang dari tujuan dan dengan sukses. Indikator utama kegiatan
efek yang ditimbulkan. bisnis tidak hanya ditemukan dalam data
keuangan. Indikator seperti kualitas,
Page 147
Eddy Sudirman
Strategi Usaha Kecil Menengah Menghadapi Digitalisasi Pemasaran
kepuasan klien, inovasi, pangsa pasar cukup besar, Strategi Kompetitif (Porter 1985) dan
sering mengungkapkan posisi ekonomi Kekuatan Kompetitif (Porter 2008).
perusahaan dan peluang untuk pertumbuhan
yang lebih baik daripada indikator keuangan Kerangka kerja lima kekuatan Porter
kinerja perusahaan yang direfleksikan dalam (Kekuatan Kompetitif) terdiri atas menyaingi
laporan. Ketidakcukupan dalam ukuran pesaing yang ada, ancaman pendatang baru,
kinerja keuangan telah menyebabkan inovasi kekuatan pemasok dan pembeli, produk dan
mulai dari indikator non-finansial dari "aset layanan pengganti, didasarkan pada persepsi
tidak berwujud" dan "modal intelektual" bahwa strategi organisasi harus menghadapi
hingga " balanced scorecards" (Ittner 2000). peluang dan ancaman dalam pengaturan
Indikator keuangan adalah teknik pengukuran eksternal organisasi. Strategi kompetitif harus
kinerja tradisional yang digunakan oleh bertumpu pada pemahaman tentang struktur
perusahaan yang meliputi laba, laba atas industri dan cara mereka berubah. Tujuannya
investasi, penjualan, ROA, ROI dan lain lain. adalah untuk mengenali dan menangani
Indikator non-keuangan, faktor-faktor pada lingkungan yang kompetitif dengan secara
pelanggan, pertumbuhan karyawan, pemasok, langsung melihat pesaing, atau untuk
hubungan baik dengan konsumen, ikatan merenungkan perspektif yang lebih luas yang
kekeluargaan dan jaringan. Kombinasi dari bersaing dengan organisasi (Bruijl 2018).
indikator keuangan dan non-keuangan dapat Michael Porter telah menetapkan serangkaian
menyebabkan pengukuran kinerja yang taktik yang berisi tiga macam strategi
seimbang di lingkungan bisnis (Mohd Harif keseluruhan yang biasanya dijalankan oleh
et al. 2012). bisnis untuk mencapai dan mempertahankan
keunggulan kompetitif terdiri atas;
Pertumbuhan karyawan yang baik dan Kepemimpinan Biaya, Aliansi, Diferensiasi,
bekelanjutan pada UKM menandakan bahwa Inovasi (Subrahmanyam and Azad 2019).
UKM tersebut mampu bertahan menjalankan Secara mudah integrasi teori kinerja UKM
usahanya. Pertumbuhan karyawan mampu (Harash 2017) dan strategi teknologi
menjadi Keuntungan dalam menghadapi informasi (Porter 2008) dapat digambarkan
digitalisasi pemasaran. Keuntungan yang sebagai berikut;
diperoleh dari pertumbuhan karyawan yang
semakin meningkat dapat digunakan sebagai
strategi menyebarkan berbagai keunggulan
yang dimiliki oleh UKM melalui strategi
teknologi informasi (Porter and Roach 1996).
Startegi menurut porter terdiri atas dua sub
Page 148
Jurnal Ilmu Manajemen, Volume 9, issue 2
Juni 2020,
Page 142-151
Strategic Alliance Non-Finansial adalah pengetahuan tacit yang dimiliki oleh pemilik UKM
dalam bertahan, berkembang dan maju menghadapi digitalisasi pemasaran yang berfokus pada
kerjasama, aliansi, penguatan skill dan pengalaman antar karyawan UKM. Konsep model dalam
dalam penelitian ini adalah:
Strategic Alliance Non-Finansial menekankan pada kekompakan antara pemilik UKM dengan
karyawan untuk bekerjasama berfokus pada kerjasama, aliansi, penguatan skill dan pengalaman
antar karyawan UKM konsekwensinya kinerja akan meningkat. Strategic Alliance Non-Finansial
merupakan pengetahuan tacit yang sulit untuk ditiru oleh perusahaan lain karena bersumber pada
perbedaan sumber daya manusia yang dimiliki.
Page 149
Eddy Sudirman
Strategi Usaha Kecil Menengah Menghadapi Digitalisasi Pemasaran
Page 150
Jurnal Ilmu Manajemen, Volume 9, issue 2
Juni 2020,
Page 142-151
3(1):155–67. Retrieved Frameworks, Issues and Implications.
(https://www.researchgate.net/publicatio Subrahmanyam, Satya and Sara Azad. 2019.
n/279406954_Kelas_Menengah_Middle “Carrefour’s Competitive Strategy- Cost
_Class_dan_Implikasinya%0Ahttp://ww Leadership and Differentiation: A Case
w.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/026 Study.” Pacific Business Review
42060903078750%0Ahttp://www.ssrn.c International 11(8):137–45.
om/abstract=385245). Uinversity of Bradford. 2019. “Information
Porter, M. E. 2008. “The Five Forces That Technology Strategy 2016 – 2019
Shape Competition.” Harvard Business Contents :” Information Technology
Review (80):2–23. Strategy 2016 – 2019.
Porter, Michael. 2010. “Five Forces Model Zamir, Zainab;, Arooj; Sahar, and Fareeha.
That Shape Strategy.” Havard Business Zafar. 2014. “Strategic Alliances; a
Riview 89(1/2):62–77. Comparative Analysis of Successful
Porter, Michael E. 1985. Creating and Alliances in Large and Medium Scale
Sustaining Competitive Advantage: Enterprises around the World.”
Management Logics, Business Models, Educational Research International
and Entrepreneurial Rent. 3(1):25–39. Retrieved
Porter, Michael E. and Stephen S. Roach. (http://www.erint.savap.org.pk/PDF/Vol
1996. “What Is Strategy? The Executive .3(1)/ERInt.2014(3.1-03).pdf).
as Coach the Questions Every
Entrepreneur Must Answer What Holds
the Modern Company. Profits for
Nonprofits: Find a Corporate Partner the
Future of Interacting Marketing.”
Harvard Business Review 1–20.
Prasanna, R. P. I. R. et al. 2019.
“Sustainability of SMEs in the
Competition: A Systemic Review on
Technological Challenges and SME
Performance.” Journal of Open
Innovation: Technology, Market, and
Complexity 5(4):1–18.
Prayitno, Prayitno, Hesti Widianti, and
Tabrani Tabrani. 2019. “Peran
Politeknik Mengembangkan Umkm
Dalam Persaingan Global.” Monex :
Journal Research Accounting Politeknik
Tegal 8(1):315.
Prayitno, Sutrisno. 2018. “KNOWLEDGE
OF COMMUNICATION
ADAPTATION AS STABILIZATION
OF PERFORMANCE ON
INDUSTRIAL DISTRICT.” Ijibe,
Unissula 4(1):595–600.
Quayle, M. and John K. Christiansen. 2004.
“Business Issues in the 21st Century: An
Empirical Study of E-Commerce
Adoption in UK and Denmark SMEs.”
Electronic Commerce in Small to
Medium-Sized Enterprises:
Page 151