Anda di halaman 1dari 10

Eddy Sudirman

Strategi Usaha Kecil Menengah Menghadapi Digitalisasi Pemasaran

JURNAL ILMU MANAJEMEN


Published every June and December
e-ISSN: 2623-2081, p-ISSN: 2089-8177
Journal homepage: http://jurnal.um-palembang.ac.id/ilmu_manajemen

Strategi Usaha Kecil Menengah Menghadapi Digitalisasi Pemasaran

Eddy Sudirmana
a
Politeknik Trisila Dharma, Indonesia
* Corresponding author e-mail: eddysudirman7@gmail.com

ARTICLEINFO ABSTRACT

https://doi.org/10.32502/jimn.v9i2.2 Small and medium businesses (SMEs) face the biggest challenges since the rise
554 of online system sales. Shifting mindset and patterns of public service to the
needs of an item needs to make SMEs who do not understand the development
Article history: of information technology become worse and close their businesses. However,
Received: actually the phenomenon that occurs in society is only the marketing pattern
20 Maret 2020 but production remains a necessary factor. This type of descriptive qualitative
Accepted: research with the aim of getting an in-depth overview of the phenomena that
30 Mei 2020 occur then linked with journals to find solutions to these problems. The
Available online: methodology used in research journals. The novelty model concept is found in
15 Juni 2020 this study, the dimensions of the model concept are explained in detail.

Keywords:
Kecil Menengah,Pemasaran, ABSTRAK
Strategi Teknologi Informasi,
Kinerja UKM.
Usaha kecil menengah (UKM) menghadapi tantangan terbesar
sejak maraknya penjualan sistem on line. Bergesernya pola pikir
dan pola layanan masyarakat terhadap kebutuhan suatu kebutuhan
barang membuat pelaku UKM yang tidak menegrti perkembangan
teknologi informasi menjadi terpuruk dan menutup usahanya.
Namun, sebetulnya fenomena yang terjadi di masyarakat hanya
pola pemasaran akan tetapi produksi tetap sebagai faktor yang
diperlukan. Jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan tujuan
ingin mendapatkan gambaran secara mendalam tentang fenomena
yang terjadi kemudian dihubungkan dengan jurnal – jurnal untuk
dicarikan solusi dari permasalahan tersebut. Methodologi yang
digunakan jurnal riset. Konsep model kebaharuan menjadi temuan
dalam penelitian ini, dimensi konsep model dijelaskan secara
detail.

Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Page 142
Jurnal Ilmu Manajemen, Volume 9, issue 2
Juni 2020,
Page 142-151

Pendahuluan berdampak pada UKM yang terpecah


Usaha kecil menengah (UKM) menjadi menjadi dua kubu yaitu, UKM tradisioanal,
obyek penelitian para akademisi dan UKM milenial dan UKM modern. UKM
laboratorium hidup para praktisi dan pelaku tradisional hanya berfokus pada produksi,
usaha untuk menerapkan ide, konsep model tidak mengerti teknologi informasi,
dan kebijakan. Penilaian yang tendensius keterbatasan kemampuan sumber daya
hitam dan putih menjadikan UKM bukan manusia, memiliki keahlian luar biasa. UKM
semakin baik namun semakin terpuruk hanya milenial hanya berfokus pada pemasaran
pada pusat kesalahan dalam menejemen menggunakan sistem on line, memiliki
disaat UKM mengalami kegagalan tetapi kemampuan sumber daya manusia yang baik
menjadi pengakuan berbagai badan, peneliti tapi skill UKM yang rendah dan yang
dan birokrat manakala UKM itu berhasil. terakhir UKM modern merupakan gabungan
Namun, secara real UKM berkontribus utama dari UKM tradisional dan milenial karena
dalam penyerapan tenaga kerja dan memiliki kekuatan dalam hal keuangan
penyumbang terbanyak kepada pendapatan (Prayitno 2018).
asli daerah di seluruh dunia. Saat kondisi
mengalami kegagalan UKM hanya sebagai UKM tradisional menjadi yang terkuat dalam
obyek penelitian dan pada akhirnya peneliti menghadapi krisis keuangan pada 1998.
mengambil kesimpulan sendiri bahwa UKM Jumlah unit UKM pada tahun 2010 mencapai
tidak mampu untuk bertahan dalam 53,83 juta unit usaha atau 99,99% dari total
menghadapi krisis yang dialaminya. Faktanya jumlah unit usaha nasional, rata-rata
Hasil penelitian studi kasus Hong and Li pertumbuhan usaha kecil dan menengah
(2016) menunjukkan bahwa UKM, meskipun masing-masing sebesar 4,96% dan 3,77%,
memiliki keterbatasan sumber daya dan kontribusi UMKM mencapai 57,12%
posisi pasar yang relatif lemah, menunjukkan sedangkan usaha besar sebesar 42,88%
respons pasar yang tangguh. Selanjutnya, (Badan Kebijakan Fiskal 2012). Dua puluh
ketangguhan dalam menghadapi krisis, UKM satu tahun sejak terjadi krisis keuangan, tahun
lebih menunjukkan efektif melibatkan pola 2019 menjadi tahun tersulit bagi UKM yang
pikir bisnis yang proaktif untuk pertumbuhan masih menggunakan pengelolaan secara
yang berkelanjutan dan ekspansi tradisional dimana pemilik UKM dikalahkan
berkelanjutan. dengan sistem pemasaran produk secara
digitalisasi (on line). UKM yang
Di Indonesia mulai tahu 2004 an UKM berkontribusi pada negara sebesar 60,34 %
mengalami perbaikan anggapan dari total PDB Nasional, 14,17% total ekspor,
masyarakat. Kondisi negara mengalami krisis mampu menyerap 97% total tenaga kerja dari
keuangan tinggi, perusahaan melakukan 99% total lapangankerja yang ada (Indrawan
pemutusan hubungan kerja (PHK) secara 2019) akan tetapi keberadaanya dikalahkan
besar – besaran maka terjadi pengangguran, oleh 2% pemilik modal. Pemilik modal
berlimpahnya pengangguran dalam waktu menggunakan strategi teknologi informasi.
bersamaan membuat seseorang berpikir Teknologi informasi memiliki peran penting
bagaimana untuk menciptakan lapangan kerja untuk dimainkan dalam realisasi strategi
sendiri untuk memenuhi kehidupan sendiri sebagai faktor utama yang mendukung
terlebih dahulu maka UKM penjadi pilihan. banyak hal yang dilakukan universitas
Usaha yang awalnya trial and error menjadi dengan informasi, otomasi, dan transfer
umum dilakukan oleh masyarakat korban pengetahuan. Namun, itu akan berdampak
PHK dan yang sulit mencari pekerjaan pada sejumlah atau tujuan strategis lebih
(Prayitno, Widianti, and Tabrani 2019). khusus terhadap Keunggulan, Keberlanjutan,
Namun, perkembangan teknologi informasi Internasionalisme, Kesetaraan, dan

Page 143
Eddy Sudirman
Strategi Usaha Kecil Menengah Menghadapi Digitalisasi Pemasaran

Keanekaragaman (Uinversity of Bradford penelitian menyebutkan bahwa TI memiliki


2019). Mengembangkan strategi Teknologi pengaruh pada hubungan perusahaan dengan
Informasi atau Sistem Informasi (TI / IS) konsumen lebih operatif. Penelitian Pezeshki
yang dapat didukung oleh strategi bisnis et al. (2011) menyebutkan bahwa
sangat penting dalam menghasilkan nilai menyatakan bahwa TI dapat mengenali dan
bisnis dan TI dalam organisasi saat ini. menghargai konsumen. Pelaku UKM juga
Mengingat lingkungan bisnis yang terus dapat menggunakan TI untuk mengenali
berubah dan TI yang terus berkembang, rekan kerja, sponsor, staf, dan pemasok.
UKM masih belum belajar bagaimana Menggunakan teknologi informasi di semua
mengembangkan dan menerapkan Strategi TI jenis perusahaan dapat memiliki dampak
yang efektif . Strategi Teknologi Iinformasi yang signifikan pada peningkatan
adalah rencana semua termasuk yang produktivitas (Hadadi and Almsafir 2013).
digunakan spesialis manajemen teknologi Namun, penelitian terbaru menyebutkan
informasi untuk memandu dan menyusun bahwa pemasaran menggunakan strategi
organisasi mereka (Paul Kahoro Kariguh informasi memiliki kelemahan, pemasaran
2018). Strategi TI adalah rencana menggunakan teknologi informasi berbiaya
keseluruhan yang terdiri dari tujuan, prinsip mahal, memerlukan sumber daya manusia
dan taktik yang berkaitan dengan penggunaan tinggi (Johnson and Gueutal 2017). Hal
teknologi dalam organisasi tertentu. Strategi tersebut bertolak belakang dengan kondisi
tersebut terutama berfokus pada teknologi itu UKM yang ada di Indonesia, pelaku UKM
sendiri dan dalam beberapa kasus orang- awalnya merupakan usaha trial and error
orang yang secara langsung mengelola bukan by design (Prayitno et al. 2019),
teknologi tersebut. Strategi dapat sumber daya manusia pelaku UKM
diimplikasikan dari perilaku organisasi tradisional berpendidikan rendah, kurangnya
terhadap keputusan teknologi, dan dapat modal, pengetahuan teknis yang tidak
dituliskan dalam dokumen (Duan et al. 2017). memadai, utilitas dasar, dan teknologi yang
Strategi teknologi informasi mempengaruhi sesuai atau ditingkatkan, dan pelatihan yang
kinerja UKM. UKM menggunakan rendah dan pengembangan keterampilan,
kecanggihan teknologi memiliki jangkauan dapat dipandang sebagai masalah yang
pemasaran yang tak terbatas, memungkinkan menghambat kinerja pertumbuhan UKM
pelaku UKM tidak hanya mencapai target (Prasanna et al. 2019).
pasar yang lebih luas daripada metode
tradisional, tetapi secara substansial Penelitian fokus pada bagaimana UKM
mengurangi biaya pemasaran juga, yang tradisional menghadapi digitalisasi
dapat berarti perbedaan antara keberhasilan pemasaran menggunakan strategi teknologi
atau kegagalan dalam usaha kecil menengah informasi sehingga mampu bersaing dengan
(UKM). Beberapa studi telah menyelidiki UKM modern pendatang baru yang fokus
praktik tradisional dan e-marketing, namun, pada pelayanan menggunakan teknologi
beberapa studi telah fokus pada praktik informasi karena memiliki keunggulan dalam
pemasaran UKM dan penggunaan strategi bidang modal. UKM tradisional
pemasaran TI. Hasil utama penelitian menggunakan keunggulan non keuangan
menunjukkan bahwa pemilik UKM tidak yaitu keahlian dan pengalaman tenaga kerja
memiliki pilihan dalam menggunakan alat dan strategi bekerjasama dengan UKM
tradisional atau pemasaran menggunakan tradisional lainnya. Penelitian melahirkan
strategi TI, mayoritas lebih suka konsep model untuk daya tangkal bersaing
menggunakan keduanya. Namun, sebagian dengan UKM modern dan perusahaan besar.
besar alat pemasaran yang digunakan dan
menerima peringkat paling efektif menurut
pemilik UKM diarahkan untuk menggunakan
strategi TI (Manley 2015). Beberapa Kajian Literatur

Page 144
Jurnal Ilmu Manajemen, Volume 9, issue 2
Juni 2020,
Page 142-151
Faktor penentu keberhasilan pengelolaan Ancaman pendatang baru, Ancaman produk
UKM adalah penguasaan teknologi atau layanan pengganti, Tawar menawar
informasi. Kemajuan teknologi adalah salah pelanggan (pembeli), Tawar menawar
satu langkah yang diterima secara teoritis kekuatan pemasok dan Intensitas persaingan
yang diterapkan untuk menghilangkan kompetitif. Sedangkan Keunggulan
hambatan perbatasan ekonomi karena hal itu kompetitif terdiri atas Strategi kepemimpinan
membantu meningkatkan produktivitas dan biaya, Strategi diferensiasi, Strategi inovasi
efisiensi faktor-faktor produksi ekonomi — dan Strategi efektifitas operasional/
tenaga kerja, modal, dan sumber daya Persekutuan/ aliansi.
lainnya, dan meningkatkan penggunaan input
produksi dalam produksi (Prasanna et al. Aliansi strategis dibentuk dengan
2019). Kemajuan teknologi membantu dalam mengembangkan hubungan antara dua atau
proses pemasaran produk – produk yang di lebih pihak independen yang setuju untuk
hasilkan oleh UKM dan merupakan berbagi sumber daya untuk mencapai
penemuan efisiensi dalam perekonomian. beberapa tujuan bersama. Karena persaingan
Penemuan ini berarti penemuan ilmiah yang global dan permintaan yang terus tumbuh
diperlukan untuk meningkatkan sistem untuk teknologi baru, aliansi strategis
produksi ekonomi, sementara UKM menjadi populer dan penting karena
memanfaatkan penemuan untuk pemanfaatan tujuannya adalah untuk mendukung daya
terobosan ilmiah baru untuk tujuan komersial saing (Zamir, Sahar, and Zafar 2014).
dari output. Menurut Al-Damoe, Hamid, and Perusahaan kecil dan menengah adalah
Omar (2015) tantangan kompetitif yang perusahaan manufaktur, pemrosesan atau
dihadapi oleh entitas industri dalam ekonomi jasa, yang menciptakan kemandirian,
global saat ini diklasifikasikan menjadi tiga, kemandirian, harapan pendapatan dan
yaitu, tantangan keberlanjutan, tantangan sebagainya bagi pemilik. Mereka memainkan
global, dan tantangan teknologi. peran penting dalam pembangunan ekonomi
negara. Mereka adalah pusat dan vitalitas
Strategi teknologi informasi (TI) adalah bagi perkembangan ekonomi masyarakat
bidang yang banyak digunakan UKM untuk mana pun. Usaha kecil dan menengah
menghadapi tantangan kompetitif. Strategi bermetamorfosis menjadi bisnis skala besar.
adopsi teknologi berbasis web mengurangi Onyeaghala (2017) menjelaskan bahwa
biaya operasional, meningkatkan layanan hampir semua perusahaan raksasa
kepada pelanggan, meningkatkan kecepatan multinasional adalah perusahaan kecil,
respons antara produsen dan pelanggan, tumbuh ketika industri mereka tumbuh.
produsen dan pemasok input, meningkatkan
kecerdasan pasar, dan meningkatkan Kinerja menjadi ukuran sukses tidaknya suatu
hubungan dengan mitra dagang (Quayle and usaha yang dijalankan suatu individu,
Christiansen 2004). Namun, penelitian ini organisasi dan perusahaan. Secara umum
tidak mengkonfirmasi saling melengkapi aset kinerja diukur secara keuangan dan non
TI dengan sumber daya manusia, bisnis dan keuangan. Tingkat kegagalan usaha kecil dan
kemampuan dinamis dan mencatat ancaman menengah (UKM) yang tinggi sebagian
investasi berlebih oleh UKM dalam aset TI disebabkan oleh penggunaan ukuran kinerja
(Prasanna et al. 2019). Startegi teknologi yang tidak tepat. Studi ini berupaya untuk
informasi adalah strategi yang menentukan jenis ukuran kinerja yang
menggabungkan antara Lima kekuatan digunakan oleh UKM, tujuan yang digunakan
dengan Keunggulan kompetitif, kerangka untuk mengukur kinerja, efektivitas yang
kerja yang berupaya menganalisis tingkat dirasakan dari ukuran kinerja yang digunakan
persaingan dalam pengembangan strategi dan faktor-faktor yang dapat menghambat
industri dan bisnis (Porter 2010). Lima UKM dari menggunakan ukuran kinerja
kekuatan yang dimaksud porter adalah keuangan dan non-keuangan (Maduekwe and

Page 145
Eddy Sudirman
Strategi Usaha Kecil Menengah Menghadapi Digitalisasi Pemasaran

Kamala 2016). Indikator keuangan adalah pekerja terampil dan kerjasama/


teknik pengukuran kinerja tradisional yang persekutuan/aliansi.
digunakan oleh perusahaan yang meliputi
laba, laba atas investasi, penjualan, ROA, Metode Penelitian
ROI dan lain lain. Indikator non-keuangan, Penelitian ini adalah jenis penelitian
faktor-faktor pada pelanggan, karyawan, kualitatif. Penelitian kualitatif berkaitan
pemasok, hubungan baik dengan konsumen, dengan penilaian subyektif dari sikap,
ikatan kekeluargaan dan jaringan. Kombinasi pendapat dan perilaku peneliti (Mohd Harif et
dari indikator keuangan dan non-keuangan al. 2012). Penelitian dalam situasi seperti ini
dapat menyebabkan pengukuran kinerja yang adalah fungsi dari wawasan dan kesan
seimbang di lingkungan bisnis (Mohd Harif, peneliti. Secara umum, penelitian kualitatif
Hoe, and Ahmad 2012). lebih cenderung terjadi di lingkungan alami.
Lebih lanjut, penelitian kualitatif dikatakan
UKM di Indonesia secara yuridis bersifat eksploratif yang merupakan
menurutUndang-Undang No. 20/200, pengumpulan, analisis dan interprestasi data
mengklasifikasikan menjadi keuangan dan dari riset jurnal. Penelitian ilmiah ini
non keuangan. Kinerja keuangan, apabila menggunakan pendekatan teoritis induktif,
UKM telah mampu memperoleh pendapatan tujuan seorang peneliti adalah untuk
>Rp 300 juta – 2,5 milyar dan memiliki asset menyimpulkan konsep dan pola teoritis dari
>Rp 50 juta – 500 juta untuk usaha kecil data yang diamati. Tingkat teoritis berkaitan
sedangkan usaha menengah apabila memiliki dengan pengembangan konsep abstrak
pendapatan >Rp 2,5 milyar – 50 milyar dan tentang fenomena alam atau sosial dan
asset >Rp 500 juta – 10 milyar (Indrawan hubungan antara konsep-konsep tersebut
2019). Kinerja UKM secara non keuangan (yaitu, membangun "teori"), sedangkan
apabila berdasarkan penggunaan jumlah tingkat empiris berkaitan dengan menguji
tenaga kerja pada setiap unit usaha yaitu: konsep-konsep teoritis dan hubungan untuk
Usaha kecil merupakan unit usaha yang melihat seberapa baik mereka mencerminkan
memiliki jumlah tenaga kerja lima sampai pengamatan kami. realitas, dengan tujuan
dengan 19 orang. Usaha menengah akhirnya membangun teori yang lebih baik
merupakan unit usaha yang memiliki tenaga (Anol Bhattacherjee 2012).
kerja 20 sampai dengan 99 orang (Badan
Kebijakan Fiskal 2012). Sedangkan meurut
Mohd Harif et al. (2012) mengidentifikasi Hasil Dan Pembahasan
lima indikator keuangan untuk pengukuran Usaha kecil menengah (UKM) memiliki
kinerja yang digunakan dalam lingkungan definisi berbeda beda pada tiap negara.
perusahaan: profitabilitas, posisi arus kas, Pengertian UKM secara global menurut
laba atas investasi, perputaran persediaan dan National Small Business Act, UKM adalah
anggaran versus kinerja aktual dan ada empat entitas bisnis yang terpisah dan berbeda,
indikator non-keuangan yang dapat termasuk perusahaan koperasi dan organisasi
digunakan sebagai pengukuran kinerja bagi non-pemerintah, yang dikelola oleh satu
perusahaan: kepuasan pelanggan, kualitas pemilik atau lebih yang, termasuk cabang
produk atau layanan, pangsa pasar dan atau anak perusahaannya, jika ada, secara
efisiensi karyawan. Namun, menurut OECD dominan dijalankan di sektor apa pun atau
(1996) Hambatan utama untuk subsektor ekonomi (Maduekwe and Kamala
pengembangan UKM terletak pada aspek 2016). Kesalahan menentukan definisi UKM
non-keuangan pada saat pertumbuhan tinggi akan berdampak pada keberhasilan dan
adalah kegagalan produk di pasar, peraturan kegagalan UKM itu sendiri. Secara garis
pemerintah, biaya tenaga kerja tidak besar untuk menentukan definisi UKM terdiri
langsung, akses ke pasar luar negeri, dan atas jumlah Karyawan, Total Aset yang
kesulitan dalam merekrut staf berkualitas, dimiliki dan seberapa banyak Penjualan

Page 146
Jurnal Ilmu Manajemen, Volume 9, issue 2
Juni 2020,
Page 142-151
Tahunan. Definisi UKM di Indonesia sesuai Teknologi digitalisasi hanyalah merupakan
dengan Undang-Undang No. 20/2008, Usaha alat untuk membantu pekerjaan manusia
Kecil adalah; Memiliki kekayaan bersih lebih namun faktor utama UKM mampu bersaing
dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta adalah bagaimana kemampuan dan keahlian
rupiah) sampai dengan paling banyak sumber daya manusia yang mengoperasikan
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) alat. Pengetahuan adalah kunci untuk
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat memajuakan usaha dan pengetahuan tacit ada
usaha; atau Memiliki hasil penjualan tahunan pada sumber daya manusia unggul. Kinerja
lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta UKM yang unggul ketika mampu mneyerap
rupiah) sampai dengan paling banyak tenaga kerja yang lebih banyak sehingga
Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus UKM mampu berkembang dalam
juta rupiah). Sedangkan Kriteria Usaha kondisiapapun termasuk menghadapi krisis.
Menengah adalah adalah; Memiliki Kinerja adalah seberapa baik organisasi
kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 dikelola dan nilai yang diberikan organisasi
(lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling untuk pelanggan dan pemangku kepentingan
banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar lainnya (A.Ebenezer 2015). Definisi menurut
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan Balance Scorecard kinerja terdiri dari empat
tempat usaha; atau Memiliki hasil penjualan perspektif, yaitu; perspektif pelanggan,
tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua perspektif keuangan, perspektif internal dan
miliar lima ratus juta rupiah) sampai dengan inovasi dan perspektif pembelajaran (Allen
paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima 1997). Persaingan yang semakin komplek
puluh miliar rupiah). Sedangkan definisi memerlukan perpaduan dalam pengukuran
UKM menurut Badan Pusat Statistik (BPS) kinerja, kinerja memunculkan dua kutub
memberikan definisi UMKM berdasarkan penting, kinerja keuangan dan non keuangan
penggunaan jumlah tenaga kerja pada setiap (Martins 2006). Kinerja non keuangan
unit usaha yaitu: Usaha kecil merupakan unit menjadi fenomena yang berkembang di era
usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja abad 21 setelah kegagalan perusahaan –
lima sampai dengan 19 orang dan Usaha perusahaan elektronik dalam mengelola
menengah merupakan unit usaha yang keuangannya (motorola, nokia), Sebagian
memiliki tenaga kerja 20 sampai dengan 99 besar dari mereka gagal untuk menangkap
orang. secara sederhana dapat disimpulkan biaya nyata yang terjadi untuk memenuhi
bahwa Undang-Undang No. 20/2008 persyaratan pelanggan. Kinerja UKM adalah
mendefinisikan UKM dari sisi keuangan dan seberapa besar mereka mampu untuk
definisi UKM menurut Badan Pusat Statistik mengembangkan usahanya dengan makin
(BPS) dari sisi non keuangan. meningkatnya tenaga kerja yang dimilikinya.
Bukan merupakan suatu rahasia bahwa
Berdasarkan efek yang ditimbulakn dan laporan keuangan adalah sumber utama
tujuan dari dibentuknya UKM maka informasi tentang kinerja perusahaan namun
penelitian ini fokus pada definisi UKM dari kelemahan laporan keuangan yang dibuat
perspektif non keuangan dengan beberapa dimanupulasi oleh sumber daya yang tidak
alasan yang mendasar. Pertama, UKM kompeten dan jujur dan hanya berdasarkan
mampu menyerap tenaga kerja 97% total padanya kegiatan bisnis dan posisi keuangan
tenaga kerja dari 99% total lapangan kerja perusahaan dievaluasi. Namun, di bawah
yang ada. Kedua, jumlah UKM yang kondisi perkembangan ekonomi kontemporer
bertahan dari krisis sampai hari ini sebanyak manajemen perusahaan tidak dapat hanya
843. 834 unit (Indrawan 2019) dan ketiga, mengandalkan sistem evaluasi indikator
mengkaitkan perkembangan UKM dari sisi keuangan untuk mengelola perusahaan
keuangan bertolak belakang dari tujuan dan dengan sukses. Indikator utama kegiatan
efek yang ditimbulkan. bisnis tidak hanya ditemukan dalam data
keuangan. Indikator seperti kualitas,

Page 147
Eddy Sudirman
Strategi Usaha Kecil Menengah Menghadapi Digitalisasi Pemasaran

kepuasan klien, inovasi, pangsa pasar cukup besar, Strategi Kompetitif (Porter 1985) dan
sering mengungkapkan posisi ekonomi Kekuatan Kompetitif (Porter 2008).
perusahaan dan peluang untuk pertumbuhan
yang lebih baik daripada indikator keuangan Kerangka kerja lima kekuatan Porter
kinerja perusahaan yang direfleksikan dalam (Kekuatan Kompetitif) terdiri atas menyaingi
laporan. Ketidakcukupan dalam ukuran pesaing yang ada, ancaman pendatang baru,
kinerja keuangan telah menyebabkan inovasi kekuatan pemasok dan pembeli, produk dan
mulai dari indikator non-finansial dari "aset layanan pengganti, didasarkan pada persepsi
tidak berwujud" dan "modal intelektual" bahwa strategi organisasi harus menghadapi
hingga " balanced scorecards" (Ittner 2000). peluang dan ancaman dalam pengaturan
Indikator keuangan adalah teknik pengukuran eksternal organisasi. Strategi kompetitif harus
kinerja tradisional yang digunakan oleh bertumpu pada pemahaman tentang struktur
perusahaan yang meliputi laba, laba atas industri dan cara mereka berubah. Tujuannya
investasi, penjualan, ROA, ROI dan lain lain. adalah untuk mengenali dan menangani
Indikator non-keuangan, faktor-faktor pada lingkungan yang kompetitif dengan secara
pelanggan, pertumbuhan karyawan, pemasok, langsung melihat pesaing, atau untuk
hubungan baik dengan konsumen, ikatan merenungkan perspektif yang lebih luas yang
kekeluargaan dan jaringan. Kombinasi dari bersaing dengan organisasi (Bruijl 2018).
indikator keuangan dan non-keuangan dapat Michael Porter telah menetapkan serangkaian
menyebabkan pengukuran kinerja yang taktik yang berisi tiga macam strategi
seimbang di lingkungan bisnis (Mohd Harif keseluruhan yang biasanya dijalankan oleh
et al. 2012). bisnis untuk mencapai dan mempertahankan
keunggulan kompetitif terdiri atas;
Pertumbuhan karyawan yang baik dan Kepemimpinan Biaya, Aliansi, Diferensiasi,
bekelanjutan pada UKM menandakan bahwa Inovasi (Subrahmanyam and Azad 2019).
UKM tersebut mampu bertahan menjalankan Secara mudah integrasi teori kinerja UKM
usahanya. Pertumbuhan karyawan mampu (Harash 2017) dan strategi teknologi
menjadi Keuntungan dalam menghadapi informasi (Porter 2008) dapat digambarkan
digitalisasi pemasaran. Keuntungan yang sebagai berikut;
diperoleh dari pertumbuhan karyawan yang
semakin meningkat dapat digunakan sebagai
strategi menyebarkan berbagai keunggulan
yang dimiliki oleh UKM melalui strategi
teknologi informasi (Porter and Roach 1996).
Startegi menurut porter terdiri atas dua sub

Gambar 1. Integrasi teori Kinerja UKM dan Strategi IT

Page 148
Jurnal Ilmu Manajemen, Volume 9, issue 2
Juni 2020,
Page 142-151
Strategic Alliance Non-Finansial adalah pengetahuan tacit yang dimiliki oleh pemilik UKM
dalam bertahan, berkembang dan maju menghadapi digitalisasi pemasaran yang berfokus pada
kerjasama, aliansi, penguatan skill dan pengalaman antar karyawan UKM. Konsep model dalam
dalam penelitian ini adalah:

Gambar 2: Konsep Model

Strategic Alliance Non-Finansial menekankan pada kekompakan antara pemilik UKM dengan
karyawan untuk bekerjasama berfokus pada kerjasama, aliansi, penguatan skill dan pengalaman
antar karyawan UKM konsekwensinya kinerja akan meningkat. Strategic Alliance Non-Finansial
merupakan pengetahuan tacit yang sulit untuk ditiru oleh perusahaan lain karena bersumber pada
perbedaan sumber daya manusia yang dimiliki.

Simpulan Dan Saran Keterbatasan penelitian ini tidak bisa


Kinerja UKM berbeda dengan kinerja diterapkan pada sudut pandang perbankan
perusahaan pada umumnya yang hanya yang menekankan pada penilainan kinerja
menekankan kinerja keuangan sebagai UKM pada keuangan untuk tujuan
sumber perhitungan secara akuntansi dan mendapatkan pinjaman. Penelitian
dinyatakan profit. Kegagalan kinerja selanjutnya perlu untuk pengkajian dimensi –
keuangan terbukti pada krisis tahun 1998 dimensi Strategic Alliance Non-Finansial
yang tidak mampu untuk beroperasi kembali pada sektor UKM dengan obyek dan wilayah
dan tutup namun usaha kecil menengah yang berbeda.
(UKM) secara menyakinkan beroperasi
sampai hari ini. Namun, banyak peneliti
tentang UKM lebih banyak menggunakan Acknowledgement
sudut pandang secara keuangan sehingga
secara akademik dan teori UKM yang diteliti
tidak sehat dan tidak signifikan akan tetapi Daftar Pustaka
secara praktik UKM terus berjalan dan A. Ebenezer, C.Collins. 2015. “Measuring
pertumbuhan karyawan semakin meningkan, Performance in Small and Medium
mampu menyerap tenaga kerja terus menerus. Scale Enterprises in the Manufacturing
Penelitian ini menghasilkan konsep model Industry in Ghana.” International
Strategic Alliance Non-Finansial, peneliti Journal of Research in Business Studies
fokus pada sudut pandang sumber daya and Management 2(12):34–43.
manusia dalam menghadapi digitalisasi Al-Damoe, Fathi Mohamed Abduljlil, Kamal
pemasaran. Ab Hamid, and Khairi Mohamed Omar.
2015. “Human Resource Management
Practices on Human Resource Outcomes

Page 149
Eddy Sudirman
Strategi Usaha Kecil Menengah Menghadapi Digitalisasi Pemasaran

in Libyan Firms: Empirical Evidence.” Kementerian KUKM RI.


Asian Social Science 11(23):51–58. Ittner, Christopher. 2000. “Non-Financial
Allen, Bryce. 1997. “The Balance Scorecard: Performance Measures : What Works
Translating Strategy into Action.” The and What Doesn â€TM T.” 1–4.
Journal of Academic Librarianship Johnson, Richard D. and Hal G. Gueutal.
23(1):53. 2017. “SHRM Foundation’s Effective
Anol Bhattacherjee, Ph. D. 2012. SOCIAL Practice Guidelines Series The Use of E-
SCIENCE RESEARCH: PRINCIPLES, HR and HRIS in Organizations
METHODS, AND PRACTICES. Second Transforming HR Through
Edi. Creative Commons Attribution- Technology.” Retrieved
NonCommercial-ShareAlike 3.0 (www.shrm.org/foundation.).
Unported Maduekwe, Caroline Chidinma and Peter
Licensehtp://scholarcommons.usf.edu/oa Kamala. 2016. “Performance
_textbooks/3. Measurement by Small and Medium
Badan Kebijakan Fiskal. 2012. “Kebijakan Enterprises in Cape Metropolis, South
Antisipasi Krisis Tahun 2012 Melalui Africa.” Problems and Perspectives in
Program Kredit Usaha Rakyat.” 47. Management 14(2).
Bruijl, Gerard H.Th. 2018. “The Relevance Manley, L. 2015. “The Use of Traditional
of Porter’s Five Forces in Today’s Versus E-Marketing in Smes in a
Innovative and Changing Business Developing Country: A Comparative
Environment.” SSRN Electronic Journal Analysis.” Journal of Governance and
(January). Regulation 4(4):202–12.
Duan, Peibo, Guoqiang Mao, Changsheng Martins, Roberto Antonio. 2006. “Non-
Zhang, and Bin Zhang. 2017. “Applying Financial and Non - Financial
DCOP to User Association Problem in Performance Measures in Six Sigma
Heterogeneous Networks with Markov Initiatives.” Production 2006(June
Chain Based Algorithm.” (6). Retrieved 2014).
(http://arxiv.org/abs/1701.01289). Mohd Harif, Mohd Amy Azhar, Chee Hee
Hadadi, Kiandokht and Mahmoud Khalid Hoe, and Mohamad Izham Ahmad.
Almsafir. 2013. “The Relationship 2012. “The Financial and Non-Financial
between Information Technology and Performance Indicators of Paddy
Marketing.” Proceedings - 2013 Farmers’ Organizations in Kedah.”
International Conference on Advanced SSRN Electronic Journal 3(1):80–102.
Computer Science Applications and OECD. 1996. “Small Businesses, Job
Technologies, ACSAT 2013 (December Creation and Growth: Facts, Obstacles
2013):238–43. and Best Practices.” Small 1–54.
Harash, Emad. 2017. “Accounting Onyeaghala, Obioma H. 2017. “Aligning
Performance of SMEs and Effect of of Small and Medium Enterprises for
Accounting Information System: A Competitiveness in Nigeria : The Role
Conceptual Model.” Global Journal of of Strategic Alliance.” Review of Public
Management and Business Research (D) Administration and Management 5(2).
17(3):21–26. Paul Kahoro Kariguh, Eric Gacheru Kariuki.
Hong, Paul C. and Bo Li. 2016. “Crisis 2018. “Developing Information
Management for SMEs : An Illustration Technology Strategy for Business
Crisis Management for SMEs : Insights Value.” Journal of Information
from a Multiple-Case Study Paul Hong , Technology XVIII(October):49–58.
Chenglei Huang * and Bo Li.” (April). Pezeshki, Vahid et al. 2011. “The Role of
Indrawan, Rully. 2019. “Sinergitas Relationship Marketing in Customer
Pengembangan KUMKM Melalui Orientation Process in the Banking
Penguatan Peran Antar Lembaga.” Industry with Focus on Loyalty.” Ssrn

Page 150
Jurnal Ilmu Manajemen, Volume 9, issue 2
Juni 2020,
Page 142-151
3(1):155–67. Retrieved Frameworks, Issues and Implications.
(https://www.researchgate.net/publicatio Subrahmanyam, Satya and Sara Azad. 2019.
n/279406954_Kelas_Menengah_Middle “Carrefour’s Competitive Strategy- Cost
_Class_dan_Implikasinya%0Ahttp://ww Leadership and Differentiation: A Case
w.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/026 Study.” Pacific Business Review
42060903078750%0Ahttp://www.ssrn.c International 11(8):137–45.
om/abstract=385245). Uinversity of Bradford. 2019. “Information
Porter, M. E. 2008. “The Five Forces That Technology Strategy 2016 – 2019
Shape Competition.” Harvard Business Contents :” Information Technology
Review (80):2–23. Strategy 2016 – 2019.
Porter, Michael. 2010. “Five Forces Model Zamir, Zainab;, Arooj; Sahar, and Fareeha.
That Shape Strategy.” Havard Business Zafar. 2014. “Strategic Alliances; a
Riview 89(1/2):62–77. Comparative Analysis of Successful
Porter, Michael E. 1985. Creating and Alliances in Large and Medium Scale
Sustaining Competitive Advantage: Enterprises around the World.”
Management Logics, Business Models, Educational Research International
and Entrepreneurial Rent. 3(1):25–39. Retrieved
Porter, Michael E. and Stephen S. Roach. (http://www.erint.savap.org.pk/PDF/Vol
1996. “What Is Strategy? The Executive .3(1)/ERInt.2014(3.1-03).pdf).
as Coach the Questions Every
Entrepreneur Must Answer What Holds
the Modern Company. Profits for
Nonprofits: Find a Corporate Partner the
Future of Interacting Marketing.”
Harvard Business Review 1–20.
Prasanna, R. P. I. R. et al. 2019.
“Sustainability of SMEs in the
Competition: A Systemic Review on
Technological Challenges and SME
Performance.” Journal of Open
Innovation: Technology, Market, and
Complexity 5(4):1–18.
Prayitno, Prayitno, Hesti Widianti, and
Tabrani Tabrani. 2019. “Peran
Politeknik Mengembangkan Umkm
Dalam Persaingan Global.” Monex :
Journal Research Accounting Politeknik
Tegal 8(1):315.
Prayitno, Sutrisno. 2018. “KNOWLEDGE
OF COMMUNICATION
ADAPTATION AS STABILIZATION
OF PERFORMANCE ON
INDUSTRIAL DISTRICT.” Ijibe,
Unissula 4(1):595–600.
Quayle, M. and John K. Christiansen. 2004.
“Business Issues in the 21st Century: An
Empirical Study of E-Commerce
Adoption in UK and Denmark SMEs.”
Electronic Commerce in Small to
Medium-Sized Enterprises:

Page 151

Anda mungkin juga menyukai