Anda di halaman 1dari 26

TUGAS : OBAT-OBAT PREKURSOR DAN OBAT-OBAT TERTENTU

DOSEN : MASDIANA THAHIR, S.Farm., M.Si., Apt.

NAMA : ABDUL KADIR


NIM : 15120200029
APOTEKER ANGKATAN : IX

APOTEKER ANGKATAN IX
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2020
1. Pengelolaan Obat-Obat Prekursor dan Obat Obat Tertentu.

A. Obat- Obat Prekursor


Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan
Makanan Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2013 Tentang Pedoman
Pengelolaan Prekursor Farmasi dan Obat Mengandung Prekursor Farmasi.
Prekursor Farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang
dapat digunakan sebagai bahan baku/penolong untuk keperluan proses
produksi Industri Farmasi atau produk antara, produk ruahan dan
produk jadi yang mengandung efedrin, pseudoefedrin,
norefedrin/fenilpropanolamin, ergotamin, ergometrin, atau potassium
permanganat.
Selanjutnya dijelaskan bahwa Pengelolaan Prekursor Farmasi
dan/atau Obat mengandung Prekursor Farmasi meliputi kegiatan:
a. Pengadaan;
b. Penyimpanan;
c. Pembuatan;
d. Penyaluran;
e. Penyerahan;
f. Penanganan obat kembalian;
g. Penarikan kembali obat (recall);
h. Pemusnahan;
i. Pencatatan dan pelaporan; dan
j. Inspeksi diri.
Kegiatan Pengelolaan Obat-Obat Prekursor Farmasi dilakukan oleh
Industri Farmasi, Pedagang Besar Farmasi (PBF), Apotek, Instalasi Farmasi
Rumah Sakit (RS) dan Toko Obat Berizin.

1. Pengelolaan obat-obat Prekursor Farmasi di Industri Farmasi


a. Pengadaan
 Dapat dilakukan melalui impor langsung atau melalui Importir
Terdaftar Prekursor Farmasi (IT Prekursor Farmasi).
 Melalui impor langsung dapat dilakukan bila industri farmasi telah
memiliki izin sebagai Importir Produsen Prekursor Farmasi (IP
Prekursor Farmasi).
 Harus berdasarkan rencana kebutuhan produksi tahunan Prekursor
Farmasi.
 Harus dilengkapi dengan AHP dan SPI sesuai dengan ketentuan
dalam peraturan menteri Kesehatan No 10 Tahun 2013 tentang
Ekspor dan Impor Narkotika Psikotropika dan Prekursor Farmasi
dan ketentuan dalam Peraturan Kepala Badan POM No 32
Tahun 2013 tentang Persyaratan dan Tata Cara Permohonan
Analisa Hasil Pengawasan dalam Rangka Impor dan
Ekspor Narkotika Psikotropika dan Prekursor Farmasi.
 Pengadaan Prekursor Farmasi kepada industri farmasi dalam
negeri yang memproduksi prekursor farmasi dan melalui IT harus
dilengkapi dengan surat pesanan (yang asli dan lengkap).
 Prekursor tidak boleh dipindahtangankan kepada pihak lain
walaupun dalam satu grup.
 Pada saat penerimaan harus dilakukan pemeriksaan kesesuaian
antara fisik dan data dalam faktur, Surat Pengiriman Barang (SPB)
dan/atau Certificate of Analysis.
 Apabila tidak sesuai maka dapat ditolak, direekspor, dimusnahkan
atau diretir ke IT.
 Setelah diperiksa. Maka ditimbang kembali (bruto).
 Diambil sampel untuk pengawasan mutu.

b. Penyimpanan
 Wajib disimpan di gudang yang aman, terpisah dari penyimpanan
bahan obat lain, diberi penandaan yang jelas, terkunci serta
mempunyai penanggung jawab yang ditunjuk.
 Memisahkan dan menyimpan dengan aman serta terkunci
selama proses investigasi dan/atau sebelum dimusnahkan (produk
tertolak)
 Melakukan stock opname sekurang- kurangnya 6 (enam) bulan
sekali.
 Melakukan pencatatan dan investigasi apabila terdapat selisih
stok saat stock opname dan dilaporkan ke Badan POM.
 Membatasi akses hanya untuk personil ke gudang.

c. Pembuatan

 Perencanaan produksi harus memperhatikan jeda waktu antara


penimbangan, penyimpanan di ruang penyimpanan hasil timbang,
dan proses pembuatan.
 Bukti dokumen penyerahan (bagian gudang ke bagian produksi)
harus ditandatangani oleh sekurang-kurangnya supervisor produksi.
 Penimbangan harus disaksikan oleh sekurang-kurangnya
supervisor.
 Bahan obat yang telah ditimbang untuk keperluan produksi
harus disimpan di ruang penyimpanan hasil timbang dengan aman,
terpisah dan terkunci.
 Sebelum dicampur harus dilakukan verifikasi kesesuaian
penimbangan oleh operator produksi disaksikan oleh
sekurang-kurangnya supervisor dan dicatat dalam catatan
pengolahan bets untuk memastikan tidak ada diversi dalam tahap
tersebut.
 Penambahan bahan obat ke dalam campuran harus diketahui
oleh sekurang-kurangnya supervisor dan dicatat dalam catatan
pengolahan bets.
 Pembuatan dan/atau analisis berdasarkan kontrak.

d. Penyaluran
 Obat (precursor) yang akan diedarkan di dalam negeri wajib
memiliki nomor izin edar dari Kepala Badan.
 Surat Pesanan (SP) obat prekursor harus terpisah dengan pesanan
obat lainnya
 Pemesanan yang dilakukan melalui telepon , faksimili atau
emai maka surat pesanan asli harus diberikan pada saat serah
terima barang.
 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melayani pesanan yaitu
dengan pembayaran tunai, dalam jumlah besar dan berulang-ulang,
penawaran yang lebih tinggi, meminta pengemasan yang tidak
lazim dan tidak memilki izin.
 Pesanan yang dilayani ditanda tangani oleh Apoteker penanggung
jawab produksi.
 Pengeluaran barang dari gudang berdasarkan FEFO.
 Pengiriman wajib dilengkapi dengan faktur penjualan.
 Ekspor hanya dapat dilakukan yang memiliki izin eksportir produsen
EP Prekursor Farmasi.

e. Penanganan Obat Kembali


 Obat Penanganan obat kembalian harus dilakukan oleh
Apoteker Penanggung Jawab
 harus disertai surat pengembalian barang dari fasilitas yang
mengembalikan dengan dilengkapi fotokopi faktur penjualan
dan/atau SPB.
 Harus dilakukan Verifikasi
 Obat kembalian harus dikarantina

f. Pemeriksaan Kembali (recall)


Sesuai Peraturan Kepala Badan POM Nomor HK.04.1.33.12.11.09938
tanggal 2 Desember 2011 tentang Kriteria dan Tata Cara
Penarikan Obat yang Tidak Memenuhi Standar dan/atau Persyaratan.

g. Pemusnahan
 Pemusnakah dilakukan terhadap prekursor yang ditolak,
kadaluwarsa, sisa produksi debu hasil produksi, sisa sampel, yang
dibatalkan izin edarnya dan hasil percobaan.
 Tersedia inventaris bahan yang akan dimusnahkan
 Kebenaran kan dimusnahkan dibuktikan dengan dokumen yang
disetujui kepala bagian pemastian mutu
 Memperhatikan lingkungan dalam proses pemusnahan

h. Pencatatan dan Pelaporan


 Pengelola wajib menyimpan catatan dan melaporkan
 Pencatatan dilakukan disetiap tahapan pengelolaan
 Dokumen disatukan (pengadaan, penyaluran berdasarkan nomor
urut
 Dokumen ada yang manual dan elektronik
 Dokumen wajib disimpan sekurang-kurangnya satu (1) Tahun

i. Inspeksi Diri
 Dilakukan untuk mengevaluasi diri
 Dapat dilakukan bersama dengan pengelola obat lainnya diindustri
farmasi yang bersangkutan.
 Dilakukan sekurang-kurangnya satu (1) kali dalam setahun
 Inspeksi mencakup seluruh proses pengelolaan.

2. Pengelolaan obat-obat Prekursor Farmasi di PBF


a. Pengadaan
 Dapat dilakukan melalui impor atau dari Industri Farmasi dalam
negeri yang memproduksi obat tersebut
 Melalui impor langsung dapat dilakukan bila PBF telah memiliki izin
sebagai Importir Terdaftar Prekursor Farmasi (IT Prekursor
Farmasi).
 Harus dilengkapi dengan AHP dan SPI sesuai dengan ketentuan
dalam peraturan menteri Kesehatan No 10 Tahun 2013 tentang
Ekspor dan Impor Narkotika Psikotropika dan Prekursor Farmasi
dan ketentuan dalam Peraturan Kepala Badan POM No 32
Tahun 2013 tentang Persyaratan dan Tata Cara Permohonan
Analisa Hasil Pengawasan dalam Rangka Impor dan
Ekspor Narkotika Psikotropika dan Prekursor Farmasi.
 Pengadaan Prekursor Farmasi kepada industri farmasi dalam
negeri yang memproduksi prekursor farmasi harus dilengkapi
dengan Surat Pesanan (SP) (yang asli dan lengkap).
 Pemesanan Obat precursor harus disertai SP ke industi atau PBF
yang lain.
 Pada saat penerimaan harus dilakukan pemeriksaan kesesuaian
antara fisik dan data dalam faktur, Surat Pengiriman Barang (SPB)
dan/atau Certificate of Analysis.
 Apabila tidak sesuai maka dapat ditolak, direekspor, dimusnahkan
atau diretir ke Industri Farmasi yang bersangkutan
 Obat Mengandung Prekursor Farmasi harus ditempatkan di area
“karantina ditolak” sebelum diretur ke pemasok.
 Setelah diperiksa. penanggung jawab PBF harus menandatangani
faktur dan/atau SPB dengan mencantumkan nama lengkap, nomor
SIKA dan stempel perusahaan.

b. Penyimpanan
 Wajib disimpan di tempat yang aman, terpisah dari penyimpanan
bahan obat lain, diberi penandaan yang jelas, terkunci serta
mempunyai personil khusus yang ditunjuk.
 Memisahkan dengan status yang jelas antara obat precursor recall,
kadaluwarsa, rusak dan obat kembalian.
 Melakukan stock opname sekurang- kurangnya 6 (enam) bulan
sekali.
 Melakukan pencatatan dan investigasi apabila terdapat selisih
stok saat stock opname dan dilaporkan ke Badan POM.
 Membatasi akses hanya untuk personil ke gudang.

c. Penyaluran

 PBF penyalur bahan baku


 Penerima pesanan prekursor harus memperhatikan
kelengkapan SP (keaslian, tandatangan apoteker penanngung
jawab nomor dan tanggal, SIKA dll) dan tujuan penggunaan
 Pengiriman ke Pengguna / end user, precursor yang diimpor
oleh PBF Importir harus sesegera mungkin didistribusikan ke
Industri Farmasi pengguna akhir. Tidak boleh dipindah
tangankan ke IT prekursor lain walaupun dalam satu grup.
 PBF Obat jadi
 Penerima pesanan perlu memperhatikan : SP dari sarana
pesanan harus terpisah dengan obat lain, Kelengkapan SP
serta kewajan jumlah dan frekuensi pesanan.
 Hal yang perlu diwaspadai dalam melayani pesanan pembeli :
pembeli dating langsung dengan pembayaran tunai,
pembayaran tunai meskipun jumlahnya banyak dan pesanan
dala jumlah banyak dan berulang-ulang.
 Pengeluaran dari gudang menggnakan prinsip First Expired
First Out (FEFO)
 Pengiriman harus dielengkapi dengan dokumen yang lengkap
foto kopi SP, faktur penjualan / SPB. Apabila menggunakan
pihak ketiga harus ada kontrak tertulis.
 Ekspor
 Hanya dimungkinkan untuk reekspor prekursor yang rusak
penandaan dan segel, terbuka atau tdak sesuai SP.
 Reekspor hanya dapat dilakukan oleh PBF yang memiliki izin
sebagai Eksportir Terdaftar (ET) prekursor farmasi.
 Reeksportasi Prekursor Farmasi harus dilengkapi dengan AHP
dan SPI sesuai dengan ketentuan dalam peraturan menteri
Kesehatan No 10 Tahun 2013 tentang Ekspor dan Impor
Narkotika Psikotropika dan Prekursor Farmasi dan ketentuan
dalam Peraturan Kepala Badan POM No 32 Tahun 2013
tentang Persyaratan dan Tata Cara Permohonan
Analisa Hasil Pengawasan dalam Rangka Impor dan
Ekspor Narkotika Psikotropika dan Prekursor Farmasi.
d. Penanganan Obat Kembali
 Penanggung jawab PBF bertanggung jawab atas penanganan
obat kembalian
 Penanggung jawab yang ditunjuk harus melakukan verifikasi
kesesuaian terhadap surat pengembalian barang dan fotokopi
faktur penjualan dan/atau SPB.
 Verifikasi meliputi nama produsen, nama produk, bentuk
dan kekuatan sediaan, jumlah obat, nomor bets, dan tanggal
daluwarsa obat yang dikembalikan
 Obat kembalian harus dikarantina

e. Pemeriksaan Kembali (recall)


PBF wajib melakukan penarikan kembali obat (recall) sesuai
pemberitahuan dari pemilik izin edar.

f. Pemusnahan
 Pemusnakah dilakukan terhadap prekursor yang tidak dapat
direekspor, mengandung bahan yang rusak, kadaluwarsa dan obat
kembalian yang tidak dapat dikembalikan
 Tersedia inventaris bahan yang akan dimusnahkan
 Memperhatikan lingkungan dalam proses pemusnahan
 Berita acara pemusnahan yang menggunakan pihak ketiga harus
ditandatangani oleh saksi pihak ketiga.

g. Pencatatan dan Pelaporan


 PBF Pengelola wajib menyimpan catatan dan melaporkan
 Pencatatan dilakukan disetiap tahapan pengelolaan
 Dokumentasi meliputi setiap tahapan
 Dokumen ada yang manual dan elektronik
 Dokumen wajib disimpan sekurang-kurangnya satu (1) Tahun

h. Inspeksi Diri
 Dilakukan untuk mengevaluasi diri.
 Dilakukan sekurang-kurangnya satu (1) kali dalam setahun.
 Dilakukan oleh personel yang kompeten.
 Dibuat daftar periksa (check list).

3. Pengelolaan obat-obat Prekursor Farmasi di Apotek


a. Pengadaan
 Pengadaan obat mengandung Prekursor Farmasi harus
berdasarkan Surat Pesanan (SP).
 SP harus asli, ditandatangi oleh Apoteker penanggung jawab
Apotek dengan identitas yang jelas dan lengkap
 Apotek dalam satu grup masing-masing membuat SP.
 Apabila SP batal maka diarsipkan.
 Apabila SP apotek tidak dilayani, maka apotek meminta surat
penolakan pesanan.
 Pada saat penerimaan harus harus diperiksa kesesuaian antara
obat dan faktur.
 Setelah dilakuakan pemeriksaan, Apoteker penanggung jawab
menandatangi faktur penjualan Surat Pengiriman Barang (SPB)

b. Penyimpanan
 Disimpan ditempat yang aman berdasarkan analisis risiko Apotek
 Ditandai bila obat prekursor disimpan diwadah bukan aslinya.
 Memisahkan penyimpanan obat prekiursor misalnya ada yang
rusak, kadaluarsa dan izin edarnya dicabut.
 Stock opname secara berkala sekurang-kurangnya nya 6 bulan
sekali
 Melakukan ivestigasi adanya selisih stok dengan fisik.

c. Penyerahan
 Penyerahan harus mempertimbangkan kewajaran jumlah, harus
sesuai kebutuhan terapi.
 Penyerahan obat precursor diluar kewajaran dilakukan oleh APA /
Apoteker Pendamping setelah diskrining.
 Hal-hal yang perlu diwaspadai adalah Pembelian dalam jumlah
besar (sales dari PBF) dan berulang-ulang (frekuensi tidak wajar.
d. Pemeriksaan Kembali (recall)
Apotek wajib melakukan penarikan kembali obat (recall)
sesuai pemberitahuan dari pemilik izin edar.

e. Pemusnahan
 Pemusnakah dilakukan terhadap prekursor yang ditolak,
kadaluwarsa, sisa produksi debu hasil produksi, sisa sampel, yang
dibatalkan izin edarnya dan hasil percobaan.
 Tersedia inventaris bahan yang akan dimusnahkan
 Kebenaran kan dimusnahkan dibuktikan dengan dokumen yang
disetujui kepala bagian pemastian mutu
 Memperhatikan lingkungan dalam proses pemusnahan

f. Pencatatan dan Pelaporan


 Dilakukan terhadap setiap tahapan pengelolaan mulai dari
pengadaan, penyimpanan, penyerahan, penarikan kembali obat
(recall), dan pemusnahan. Serta disahkan oleh Apoteker
penangguang Jawab.
 Apoteker penanggung jawab wajib membuat dan menyimpan
catatan serta mengirim laporan pemasukan dan pengeluaran obat
mengandung prekursor faramasi efedrin dan pseudoeedrin.
 Laporan yang dimaksud adalah laporan pengeluaran dan
pemasukan, laporan kehilangan dan laporan pemusnahan.

4. Pengelolaan obat-obat Prekursor Farmasi di Instalasi Farmasi RS


a. Pengadaan
 Pengadaan obat mengandung Prekursor Farmasi harus
berdasarkan Surat Pesanan (SP).
 SP harus asli, ditandatangi oleh Apoteker Kepala Instalasi farmasi
Rumah Sakit dengan status yang jelas
 RS yang tergabung dalam satu grup masing-masing membuat SP.
 Apabila SP batal maka diarsipkan.
 Apabila SP RS tidak dilayani, maka RS meminta surat penolakan
pesanan.
 Pada saat penerimaan harus harus diperiksa kesesuaian antara
obat dan faktur.
 Setelah dilakuakan pemeriksaan, Kepala instalasi Farmasi RS atau
tenaga teknis kefarmasian wajib menandatangi faktur penjualan
Surat Pengiriman Barang (SPB) disertai indentitas jelas.

b. Penyimpanan
 Disimpan ditempat yang aman berdasarkan analisis risiko RS
 Ditandai bila obat prekursor disimpan diwadah bukan aslinya.
 Memisahkan penyimpanan obat prekiursor misalnya ada yang
rusak, kadaluarsa dan izin edarnya dicabut.
 Stock opname secara berkala sekurang-kurangnya nya 6 bulan
sekali
 Melakukan ivestigasi adanya selisih stok dengan fisik.

c. Penyerahan
 Penyerahan obat prekursor harus dilakukan oleh tenaga
kefarmasian yang berwenagn di instansi RS.
 Penyerahan obat mengandung prekurso antar depo/unit : rawat
inap, rawat jalan, kamar operasi dan IGD harus disertai bukti serah
terima.
 mempertimbangkan kewajaran jumlah, harus sesuai kebutuhan
terapi.
 Penyerahan obat precursor diluar kewajaran dilakukan oleh
Apoteker setelah dilakukan screening.
 Hal-hal yang perlu diwaspadai adalah Pembelian dalam jumlah
besar dan berulang-ulang (frekuensi tidak wajar.

d. Pemeriksaan Kembali (recall)


Instalasi Farmasi Rumah Sakit wajib melakukan penarikan kembali
obat (recall) sesuai pemberitahuan dari pemilik izin edar.

e. Pemusnahan
 Pemusnakah dilakukan terhadap prekursor yang rusak dan
kadaluwarsa.
 Tersedia inventaris bahan yang akan dimusnahkan
 Memperhatikan lingkungan dalam proses pemusnahan serta berita
acara yang ditanda tangani pelaku dan saksi.
 Jika menggunakan pihak ketiga harus ditandatangani juga oleh
saksi dari pihak ketiga

f. Pencatatan dan Pelaporan


 Dilakukan terhadap setiap tahapan pengelolaan mulai dari
pengadaan, penyimpanan, penyerahan, penarikan kembali obat
(recall), dan pemusnahan. Serta disahkan oleh Apoteker
penangguang Jawab.
 Dokumentasi semua tahap pengeloaan
 Apoteker kepala instalasi Faramasi RS wajib membuat dan
menyimpan catatan serta mengirimkan laporan pemasukan dan
pengeluaran obat mengandung prekursor Farmasi efedrin dan
Pseudoefedrin..

g. Ispeksi diri
 Dilakukan untuk mengevaluasi diri.
 Dilakukan sekurang-kurangnya satu (1) kali dalam setahun.
 Dilakukan oleh personel yang kompeten.
 Dibuat daftar periksa (check list).

5. Pengelolaan obat-obat Prekursor Farmasi di Toko Obat Berizin


a. Pengadaan
 Pengadaan obat mengandung Prekursor Farmasi harus
berdasarkan Surat Pesanan (SP).
 SP harus asli, ditandatangi oleh Tenaga Teknis Kefarmasian
dengan identitas yang jelas dan lengkap (nama, alamat, SIKTTK
dll).
 Toko Obata berizin dalam satu grup masing-masing harus
membuat SP.
 Apabila SP tidak dapat digunakan, maka SP yang tidak digunakan
tersebut harus tetap diarsipkan dengan diberi tanda pembatalan
yang jelas.
 Apabila SP Toko Obat Berizin tidak bisa dilayani, Toko Obat Berizin
harus meminta surat penolakan pesanan dari Industri Farmasi/PBF.
 Pada saat penerimaan obat mengandung Prekursor Farmasi,
harus dilakukan pemeriksaan kesesuaian antara fisik obat dengan
faktur penjualan dan/atau SPB.
 Setelah dilakukan pemeriksan Tenaga Teknis Kefarmasian wajib
menandatangani faktur penjualan dan/atau SPB dilengkapi dengan
stempel Toko Obat Berizin

b. Penyimpanan
 Disimpan ditempat yang aman berdasarkan manajemen risiko
masing-masing Toko Obat Berizin.
 Ditandai bila obat prekursor disimpan diwadah bukan aslinya.
 Memisahkan penyimpanan obat prekiursor misalnya ada yang
rusak, kadaluarsa dan izin edarnya dicabut.
 Stock opname secara berkala sekurang-kurangnya nya 6 bulan
sekali
 Melakukan ivestigasi adanya selisih stok dengan fisik.

c. Penyerahan
 Penyerahan harus mempertimbangkan kewajaran jumlah, harus
sesuai kebutuhan terapi.
 Hal-hal yang perlu diwaspadai adalah Pembelian dalam jumlah
besar (sales dari PBF) dan berulang-ulang (frekuensi tidak wajar.

d. Pemeriksaan Kembali (recall)


Toko Obat Berizin wajib melakukan penarikan kembali obat (recall)
sesuai pemberitahuan dari pemilik izin edar.
e. Pemusnahan
 Pemusnakah dilakukan terhadap prekursor yang rusak dan
kadaluwarsa.
 Tersedia inventaris bahan yang akan dimusnahkan
 Memperhatikan lingkungan dalam proses pemusnahan serta berita
acara yang ditanda tangani pelaku dan saksi.
 Jika menggunakan pihak ketiga harus ditandatangani juga oleh
saksi dari pihak ketiga

f. Pencatatan dan Pelaporan


 Pencatatan dilakukan terhadap setiap tahapan pengelolaan mulai
dari pengadaan, penyimpanan dan penyerahan secara tertib dan
akurat serta disahkan oleh penanggung jawab Toko Obat Berizin.
 Dokumentasi semua tahap pengeloaan di Toko Obat Berizin
 Toko Obat Berizin wajib menyimpan dokumen dan informasi
seluruh kegiatan terkait pengelolaan Obat Mengandung Prekursor
Farmasi secara tertib dan tertelusur
 Toko Obat Berizin pengelola obat mengandung Prekursor Farmasi
wajib membuat dan menyimpan catatan penyerahan atau
pengeluaran obat mengandung Prekursor Farmasi Efedrin dan
Pseudoefedrin.
B. Obat-Obat Tertentu
Berdasarkan Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor
10 Tahun 2019 Tentang Pedoman Pengelolaan Obat-Obat Tertentu Yang
Sering Disalahgunakan. Obat-Obat Tertentu yang Sering Disalahgunakan
yang selanjutnya disebut dengan Obat-Obat Tertentu adalah obat yang
bekerja di sistem susunan syaraf pusat selain narkotika dan psikotropika,
yang pada penggunaan di atas dosis terapi dapat menyebabkan
ketergantungan dan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Selanjutnya dijelaskan bahwa kegiatan pengelolaan Obat-obat tertentu
meliputi:
a. Pengadaan;
b. Penyimpanan;
c. Pembuatan;
d. Penyaluran;
e. Penyerahan;
f. Penanganan obat kembalian;
g. Penarikan kembali obat (recall);
h. Pemusnahan; dan
i. Pencatatan dan pelaporan

Kriteria Obat-Obat Tertentu dalam Peraturan Badan ini terdiri atas obat
atau Bahan Obat yang mengandung: tramadol; triheksifenidil;
klorpromazin; amitriptilin; haloperidol; dan dekstrometorfan.
Pengaturan Pengelolaan Obat-Obat Tertentu dalam Peraturan
Badan ini meliputi pengelolaan Obat-Obat Tertentu di Fasilitas Produksi
(Industri farmasi); Fasilitas Distribusi (PBF, PBF cabang dan Instalasi
farmasi); dan Fasilitas Pelayanan Kefarmasian (Apotek, Instalasi faramasi
Rumah Sakit, Pusat Kesehatan Masyarakat, Toko Obat, Instalasi Farmasi
Klinik).

1. Pengelolaan obat-obat Tertentu Farmasi di Industri Farmasi


a. Pengadaan
 Dapat dilakukan melalui impor langsung sesuai peraturan per
undang-undangan.
 Dapat juga melalui PBFsesuai peraturan perundangan.
 Melalui impor harus mendapatkan persetujuan dari Kepala Badan
berupa SKI Border sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
 Pengadaan Bahan Obat dari PBF harus berdasarkan SP yang
ditandatangani APA dengan data identitas yang jelas.
 Bahan hasil impor tidak boleh dipindahtangannkan meskipun dalam
satu grup kecuai ada izin khusu dari BPOM.
 Penerimaan Bahan Obat atau Obat-Obat Tertentu harus dilakukan
pemeriksaan kesesuaian antara fisik dan dokumen
pengadaan.
 Obat tertentu yang tidak lolos pemeriksaan ditempatkan di area
karantina menggu investigasi dari pemastian mutu.
 Setelah pemeriksaan APA yang ditunjuk menandatangani
fakturpengiriman barang.

b. Penyimpanan
 Bahan Obat dan Obat-Obat Tertentu termasuk produk antara,
produk ruahan, sampel pertinggal dan baku pembanding baik yang
dalam status karantina maupun yang sudah diluluskan, wajib
disimpan di gudang yang aman berdasarkan analisis risiko masing-
masing Industri Farmasi.
 Penyimpanan Bahan Obat/Obat-Obat Tertentu yang rusak atau
kedaluwarsa disimpan di tempat yang aman dan terpisah dari
Bahan Obat/Obat-Obat Tertentu lainnya, memberi penandaan yang
jelas, dan membuat daftar Bahan Obat/Obat-Obat Tertentu yang
rusak dan kedaluwarsa.
 Melakukan investigasi apabila terdapat selisih stok saat stock
opname. Hasil investigasi dan tindakan perbaikan/pencegahan
harus didokumentasikan.Melakukan pencatatan dan investigasi
apabila terdapat selisih stok saat stock opname dan dilaporkan ke
Badan POM.
 Setiap kehilangan Bahan Obat/Obat-Obat Tertentu selama
penyimpanan harus dilaporkan ke Badan POM.

c. Pembuatan

 Setiap penyerahan Bahan Obat dari bagian gudang ke bagian


produksi harus dilengkapi dengan dokumen serah terima.
 Penimbangan harus disaksikan oleh sekurang-kurangnya
supervisor.
 Penegelolaan dan analisis sesuai CPOB terkini.
 Setiap pelulusan Obat-Obat Tertentu harus didahului
dengan pengkajian catatan bets secara seksama oleh APA.
 Selain sesuai CPOB terkini, harus pula diperhatikan kelengkapan
perjanjian kontrak, serah terima harus diverifikasi, pengadaan obat
oleh pemberi kontrak dan setelah menjadi produk harus
dikembalikan ke pemilik kontrak sebelum disalurkan.

d. Penyaluran
 Obat-Obat Tertentu yang akan diedarkan di wilayah Indonesia wajib
memiliki izin edar.
 Industri Farmasi harus memastikan bahwa Obat-Obat Tertentu
hanya disalurkan ke PBF, Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit,
Instalasi Farmasi Klinik, dan Toko Obat sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
 Obat-Obat Tertentu yang disalurkan ke fasilitas distribusi, harus
dipastikan bahwa fasilitas tersebut menerapkan prinsip Cara
Distribusi Obat yang Baik.
 verifikasi terhadap Surat Pesanan Obat-Obat Tertentu oleh
Apoteker Penanggung Jawab.
 Hal-hal yang harus diwaspadai dalam melayani pesanan pembeli :
Pembeli datang langsung dengan pembayaran tunai, Pembayaran
secara tunai meskipun pesanan dalam jumlah besar, Pesanan
dalam jumlah tidak wajar dan berulang-ulang, Pembeli
menawarkan harga lebih tinggi untuk pengiriman segera,
Pembeli meminta pengiriman dengan kemasan yang tidak lazim
dan Perusahaan pemesan tidak dapat menunjukan izin.
 Apabila dilakukan penolakan terhadap pesanan, Industri Farmasi
harus mengirimkan surat penolakan pesanan yang ditandatangani
oleh Apoteker Penanggung Jawab Pemastian Mutu kepada
pemesan paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya
pesanan.
 Sebelum dilakukan pengiriman, harus dilakukan pemeriksaan oleh
Apoteker Penanggung jawab Pemastian Mutu.
 Apabila menggunakan jasa pihak ketiga/ekspedisi harus dibuat
kontrak.

e. ekspor
Eksportasi Obat-Obat Tertentu hanya dapat dilakukan oleh Industri
Farmasi yang memiliki izin untuk mengekspor obat sesuai peraturan
perundang-undangan.

f. Obat Kembalian
 Pengembalian harus disertai surat yang diketahui oleh Apoteker
Penanggung Jawab.
 Verifikasi Obat-obat tertentu kembalian oleh personil khusus yang
ditunjuk.
 Obat kembalian harus dikarantina

g. Pemeriksaan Kembali (recall)


Tata cara penarikan kembali Obat-Obat Tertentu mengacu
kepada ketentuan peraturan perundang-undangan.

h. Pemusnahan
 Pemusnakah dilakukan terhadap prekursor yang ditolak,
kadaluwarsa, sisa produksi debu hasil produksi, sisa sampel, yang
dibatalkan izin edarnya dan hasil percobaan.
 Tersedia inventaris bahan yang akan dimusnahkan
 Kebenaran kan dimusnahkan dibuktikan dengan dokumen yang
disetujui kepala bagian pemastian mutu
 Memperhatikan lingkungan dalam proses pemusnahan
 Khusus untuk Obat-Obat Tertentu yang ditarik dari peredaran harus
dilakukan pemusnahan mengacu kepada ketentuan peraturan
perundang-undangan

i. Pencatatan dan Pelaporan


 Pencatatan
 Industri Farmasi wajib membuat pencatatan secara tertib disetiap
tahap pengelolaan obat-obat tertentu.
 Dokumen ada yang manual dan elektronik
 Dokumen wajib disimpan sekurang-kurangnya satu (1) Tahun
 Pelaporan
 Industri Farmasi wajib membuat pencatatan dan peloporan
secara tertib disetiap tahap pengelolaan obat-obat tertentu.
 Laporan yang dimaksud adalah Laporan pemasukan dan
penggunaan Bahan Obat untuk produksi, Laporan penyaluran
hasil produksi Obat-Obat Tertentu, Laporan penarikan kembali
obat dari peredaran, Laporan kehilangan Bahan Obat/Obat-
Obat Tertentu beserta laporan hasil investigasi.

2. Pengelolaan obat-obat Tertentu Farmasi di PBF


a. Pengadaan
 Obat
 Dapat melaui industry Farmasi, PBF lain atau melaui importasi.
 Pengadaan Obat-Obat Tertentu melalui impor harus
mendapatkan persetujuan dari Kepala Badan berupa SKI Border
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Penerimaan Bahan Obat atau Obat-Obat Tertentu harus
dilakukan pemeriksaan kesesuaian antara fisik dan
dokumen pengadaan.
 Apa bila pemerikasaan obat sesui Apoteker penanggungjawab
PBF harus menandatangani faktur dan/atau SPB.
 Apabila pemeriksaan tidak sesuai obat dikembalikan disesuaikan
dengan bukti retur dan dikonfirmasi ketidak sesuaian dengan
pihak pemasok.
 Bahan Obat
 Dapat melaui industry Farmasi, PBF lain atau melaui importasi.
 Pengadaan Bahan Obat Tertentu melalui impor harus
mendapatkan persetujuan dari Kepala Badan berupa SKI Border
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Pengadaan Bahan Obat dari PBF lain harus berdasarkan Surat
Pesanan dan rencana penyaluran
 Pengadaan Bahan Obat melalui Industri Farmasi Bahan Obat
harus dilengkapi dengan Surat Pesanan dan rencana penyaluran
 Apabila pemeriksaan tidak sesuai bahan obat disimpan ditempat
karantina menunggu keputusan apoteker penanggung jawab.
 Apa bila pemerikasaan obat sesui Apoteker penanggungjawab
PBF harus menandatangani faktur dan/atau SPB.

b. Penyimpanan
 Kondisi penyimpanan untuk Bahan Obat/Obat-Obat Tertentu harus
sesuai dengan rekomendasi dari Industri Farmasi yang
memproduksi Bahan Obat/Obat-Obat Tertentu.
 Penyimpanan Bahan Obat/Obat-Obat Tertentu harus
aman berdasarkan analisis risiko masing-masing PBF.
 Penyimpanan Bahan Obat/Obat-Obat Tertentu yang rusak atau
kedaluwarsa disimpan di tempat yang aman dan terpisah dari
Bahan Obat/Obat-Obat Tertentu lainnya, memberi penandaan yang
jelas, dan membuat daftar Bahan Obat/Obat-Obat Tertentu yang
rusak dan kedaluwarsa.
 Melakukan pencatatan dan investigasi adanya selisih stok saat
stock opname dan mendokumentasikan hasilnya
 Setiap kehilangan Bahan Obat/Obat-Obat Tertentu selama
penyimpanan harus dilaporkan ke Badan POM.

c. Penyaluran
 PBF harus memastikan bahwa Obat-Obat Tertentu hanya
disalurkan ke Industri Farmasi pemegang izin edar.
 verifikasi terhadap Surat Pesanan Obat-Obat Tertentu oleh
Apoteker Penanggung Jawab.
 Hal-hal yang harus diwaspadai dalam melayani pesanan pembeli :
Pembeli datang langsung dengan pembayaran tunai, Pembayaran
secara tunai meskipun pesanan dalam jumlah besar, Pesanan
dalam jumlah tidak wajar dan berulang-ulang, Pembeli
menawarkan harga lebih tinggi untuk pengiriman segera,
Pembeli meminta pengiriman dengan kemasan yang tidak lazim
dan Perusahaan pemesan tidak dapat menunjukan izin.
 Apabila dilakukan penolakan terhadap pesanan, Industri Farmasi
harus mengirimkan surat penolakan pesanan yang ditandatangani
oleh Apoteker Penanggung Jawab Pemastian Mutu kepada
pemesan paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya
pesanan.
 Sebelum dilakukan pengiriman, harus dilakukan pemeriksaan oleh
Apoteker Penanggung jawab Pemastian Mutu.
 Apabila menggunakan jasa pihak ketiga/ekspedisi harus dibuat
kontrak.

d. Obat Kembalian

 Penanggung jawab PBF bertanggung jawab atas penanganan


Bahan Obat/Obat-Obat Tertentu kembalian.
 Penerimaan Bahan Obat/Obat-Obat Tertentu yang dikembalian
harus disertai surat pengembalian barang.
 Apoteker penanggung jawab PBF atau personil yang ditunjuk harus
melakukan verifikasi kesesuaian terhadap surat
pengembalian barang dan fotokopi faktur penjualan dan/atau surat
pengiriman barang.
 Obat kembalian harus dikarantina

e. Pemeriksaan Kembali (recall)


Tata cara penarikan kembali obat mengacu kepada ketentuan
peraturan perundang-undangan

f. Pemusnahan
 Pemusnahan Bahan Obat/Obat-Obat Tertentu dilakukan oleh
Apoteker penanggung jawab PBF dan disaksikan oleh petugas
Balai Besar/Balai POM atau Dinas Kesehatan setempat dsertai
berita acara.
 Harus tersedia daftar inventaris Bahan Obat dan Obat-Obat
Tertentu yang akan dimusnahkan.
 Memperhatikan lingkungan dalam proses pemusnahan
Berita Acara Pemusnahan yang menggunakan pihak ketiga harus
ditandatangani juga oleh pihak ketiga.
g. Pencatatan dan Pelaporan
 Pencatatan dilakukan terhadap setiap tahapan pengelolaan.
 Apoteker Penanggung Jawab wajib memverifikasi seluruh dokumen
pencatatan.
 Pencatatan mutasi obat/bahan obat tertentu wajib dilakukan dengan
tertib dan akurat.
 Apoteker Penanggung Jawab wajib membuat dan menyimpan
catatan serta mengirimkan laporan.
 Dokumen wajib disimpan di tempat yang aman dalam jangka waktu
sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dan mudah diperlihatkan pada
saat pelaksanaan audit atau diminta oleh pemeriksa.
 Apabila dokumen disimpan oleh pihak ketiga, wajib dapat
diperlihatkan pada saat pemeriksaan.
2. Nama Obat-Obat Generik dan Paten Setiap Golongan Untuk Obat-Obat
Prekursor dan Obat-Obat Tertentu

A. OBAT-OBAT PREKURSOR
No. Zat Aktif Prekursor (generik) Nama Obat Golongan Obat
1 Efedrin ASMADEX (Dexa Medica) T
Indikasi : ASMANO (Corsa) T
Obstruksi saluran napas yang ASMASOLON (Probus) T
reversibel. ASTHMA SOHO (Soho) T
BRONCHITIN (Nufarindo) T
COLD (Nufarindo) T
EPHEDRIN HCL (Ethical) T
ERSYLAN (Kimia Farma) T
EXCOSIN (Mecosin) T
KAFSIR (Prima Hexal) T
KOFFEX/KOFFEX FOR CHILDREN T
(Alpharma)
MIXADIN (Dankos) T
NEO DILAKRIS (Bernofarm) T
NEO NAPACIN (Konimex) T
NIRITON (Pharos) T
NOSCAPAX (Nicholas) T
OBB (Tempo Scan Pacific) T
OSKADRYL (Supra Ferbindo) T
PHENADEX (Dexa Medica) T
PONCOLIN (Armoxindo Farma) T
PONCOLIN D (Armoxindo T
Farma)
PRINASMA (Medikon) T
THEOCODIL (Global Multi T
Pharmalab)
THYMCAL (Nufarindo) T

2 Pseudoefedrin ACITIFED (Glaxo Smith Kline) T


Indikasi : ACITIFED DM (Glaxo Smith T
Mengurangi gejala hidung Kline)
tersumbat, bersin, rinorea, ACTIFED EXPECTORANT (Glaxo T
lakrimasi yang berkaitan Smith Kline)
dengan rhinitis alergi dan flu. ACTIGESIC (Glaxo Smith Kline) T
ALCO (Interbat) T
ALERFED (Guardian T
Pharmatama)
BENADRYL DMP CHILD (Pfizer) T
CIRRUS (UCB Pharma) T
CLARINASE (Schering Plough) T
COLPICA (Tropica Mas Pharma) T
CROFED ( Coronet) T
DICOMDAY/DICOM NIGHT T
No. Zat Aktif Prekursor (generik) Nama Obat Golongan Obat
(Novell Pharma)
DIMACOL (Bernofarm) T
DISUDRIN (Medifarma) T
DRIXORAL (Schering Plough) T
EFLIN (Meprofarm) T
GLANOS (Glaxo Smith Kline) T
INZA (Konimex) T
LAPIFED (Lapi) T
LAPIFED DM (Lapi) T
LAPIFED EXPECTORAN (Lapi) T
MECOFED (Mecosin) T
NAFARIN (Medifarma/UAP) T
NASAFED (Medikon) T
NASAFED PLUS (Medikon) T
NEO TRIAMINIC (Novartis) T
NICHOFED (Nicholas) T
NOSTEL (Pyridam) T
NOZA (Phapros) T
PARATUSIN (Prafa) T
POLARAMINE EXPECTORAN T
(Schering Plough)
RHINIE (Bernofarm) T
RHINOFED (Dexa Medica) T
RHINOS SR (Dexa Medica) T
SILABAT (Bernofarm) T
SUDAFED (Glaxo Smith Kline) T
SUDAFED EXPECTORAN (Glaxo T
Smith Kline)
TELFAST PLUS (Aventis Pharma) T
TERMOREX PLUS (Konimex) T
TREMENZA (Sanbe) T
TRIAMINIC BATUK (Novartis) T
TRIAMINIC EXPECTORAN T
(Novartis)
TRIAMINIC PILEK (Novartis) T
TRIFED (Interbat) T
ZEROFED (Konimex) T
PULMICORT (Astra Zeneca) T
PULMOBRON (Mugi Labs) T
PULMODEX (Dexa Medica) T
PULMOLIN (Pharos) T
PULNA/PULNA FORTE T
(Landson)
PUMPITOR (Sanbe) T
PUREGON (Organon) T
PURICEMIA (Sanbe) T
PURIFARM (Sunthi Sepuri) T
PURUBRX (Eisai) T
PYCAMETH (Tropica Mas T
No. Zat Aktif Prekursor (generik) Nama Obat Golongan Obat
Pharma)
PYDERMA (Pyridam) T
PYLAQUIN (Roi Surya Prima) T
PYLOR (Pyridam) T
PYOGENTA (Kalbe Farma) T
PYRADEXON (Pyridam) T
PYRALVEX (Alpharma/Norgine) T

3 Norefedrin/Fenilpropanolami AGRIPPIN (Bernofarm) T


n
Indikasi : ALLERIN (United American) T
Pilek, demam, sakit kepala, ANADEX (Interbat) T
hidung tersumbat. ANAKONIDIN (Konimex) T
ANTIZA (Coronet) T
ASTAFLU (ASTA Medica) T
BENILIN (Medikon) T
BESTOCOL (Tanabe) T
BODREXIN (Tempo Scan Pasific) T
BRONCOPHEN (Sunthi Sepuri) T
CALOREX SYRUP (Konimex) T
COLFIN (Nufarindo) T
COLLERIN EXPECTORAN T
(Coronet)
COLZA (Bintang Toedjoe) T
COMBIFLU (Combiphar) T
CONTAC 500 (Pharos/Glaxo T
Smith Kline)
CONTREX (Supra Ferbindo) T
CORSAGRIP (Corsa) T
COSYR (United American) T
COUGH EN EXPECTORAN T
(Metiska Farma)
DECOLGEN (Probus) T
DECOLSIN (Probus) T
DECONAL (Apex Pharma) T
DEXOPHAN (Mecosin) T
FARAPON (Fahrenheit) T
FLU-TAB (Guardian T
Pharmatama)
FLUCYL (Tempo T
ScanPasific/Bode)
FLUDANE/FLUDANE T
FORTE/FLUDANE PLUS
(Armoxindo Farma)
FLUDEXIN (Dexa Medica) T
FLUGESIC (Ikapharmindo) T
FLUMECO (Mecosin) T
FLUTAMOL/FLUTAMOL-P T
(Pyridam)
No. Zat Aktif Prekursor (generik) Nama Obat Golongan Obat
FLUVIT C (Rocella) T
FORTAFLU (Soho) T
GUNACOLD (Sunthi Sepuri) T
INTUNAL (Meprofarm) T
INTUNAL F (Meprofarm) T
INZA (Konimex) T
KALIBEX (Konimex) T
KIDIFLU (Mecosin) T
KOLDEX (Novell Pharma) T
KOMIX (Bintang Toedjoe) T
KONTRABAT (Bernofarm) T
LACOLDIN (Lapi) T
LAPISIV (Lapi) T
MECOZA (Mecosin) T
MIXAFLU (Dankos) T
MIXAGRIP (Dankos) T

4 Ergotamin BELLAPHEEN (Soho) K


Indikasi : CAFERGOT (Novartis) K
Serangan migren akut dan ERICAF (Tempo Scan Pacific) K
migren varian yang tidak ERGOTIKA (Ikapharmindo) K
responsive terhadap analgesik ERICAF (Tempo Scan pacific) K
ERITHROMEC (Mecosin) K
EROS (Phapros) K
ERPHALIVITA (Erlimpex) K
ERPHAMOL (Erlimpex) K
ERPHAMOXY (Erlimpex) K
ERPHATROCIN (Erlimpex) K
ERPHATRIM (Erlimpex) K
ERSYLAN (Kimia Farma) K
ERYCOAT FORTE (Nufarindo) K
ERYDERM (Abbott) K
ERYMED (SDM Labs) K
ERYPENT 400 (Sunthi K
Sepuri/Mepha)
ERYSANBE (Sanbe) K
ERYTHRIN (Interbat) K
ERYTHROCIN/ERYTHROCIN K
FORTE/ERYTHROCIN EES
(Abbott)

5 Ergometrin MATHERINAL (Pertiwi Agung) K


Indikasi :
Menginduksi Kontraksi uterus

6 Potassium Permanganat PERMANGANAS KALIUM (PK) B


No. Zat Aktif Prekursor (generik) Nama Obat Golongan Obat
(Ciobros Farma)
Indikasi :
Membersihkan dan
menghilangkan bau reaksi
eksim bernanah dan luka

B. OBAT-OBAT TERTENTU
No Zat Aktif OOT (Generik) Nama Produk Golongan Obat
.
1 Tramadol ANDALPHA (Alpharma) K
Indikasi : BELLATRAM (Soho) K
Nyeri sedang sampai berat DOLANA (Combiphar) K
DOLIKA (Ikapharmindo) K
DOLOCAP (Erlimpex) K
DOLSIC (Phaphros) K
FORGESIC (Bernofam) K
KAMADOL (Kimia Farma) K
NONALGES (Tempo Scan Pacific) K
NUFAPOTRAM (Nufarindo) K
ORASIC (Otto) K
RADOL (Pyridam) K
SEMINAC/SEMINAC CONTINUS K
(Mahakam Beta Farma)
SIMATRAL (Ethica) K
TRADONAL (ASTA Medica) K
TRADOSIK (Sanbe) K
TRADYL (Interbat) K
TRAGESIK (Dankos) K
TRAMADOL INDO FARMA (Indo K
Farma)
TRAMAL (Pharos/Grunenthal) K
TRASIK (Fahrenheit) K
TRAUMASIK (Medikon) K
TRUNAL DX (Ferron/Heumann) K
TUGESAL (Meprofarm) K
ZEPHANAL (Zenith) K
ZUMATRAM (Prima Hexal) K

2 Triheksifenidil ARKINE (Pyridam) K


Indikasi : ARTANE (Lederie) K
Parkinsonisme, gangguan HEXYMER (Mersifarma TM) K
ekstrapiramidal karena obat TRIJEC (Landson) K
(kecuali tardive dyskinesia) TRILAFON (Schering Plough) K
TRILEPTAL (Nofartis) K
TRIMADAN (Dankos) K
TRIMATE-E (Sankyo) K
No Zat Aktif OOT (Generik) Nama Produk Golongan Obat
.
3 Klorpromazin CEPEZET (Mersifarma) K
Indikasi : LARGACTIL (Aventis Pharma) K
Lihat pada dosis; antiemetic, MEPROSETIL (Meprofarm) K
penggunaan prabedah. PROMACTIL (Combiphar) K

4 Amitriptilin AMITRIPTILINA HCL/TRILIN K


Indikasi : AMITRIPTYLINE K
Depresi, terutama bila
diperlukan sedasi; nocturnal
enuresis pada anak
5 Haloperidol DORES (Pyridam) K
Indikasi : GOVOTIL (Guardian K
Obat anti psikotik (mayor Pharmatama)
transquilizer), digunakan juga HALDOL/HALDOL DECANOAS K
untuk control penyakit (Janseen)
Tourette pada anak-anak dan LODOMER (Mersifarma TM) K
dewasa. SERENACE (Pfizer/Pharmacia) K

6 Deksrometorfan ACTIFED DM (Glaxo Smith Kline) T


Indikasi : ALCO (Interbat) T
Batuk kering tidak produktif ANADEX (Interbat) T
ANAKONIDIN (Konimex) T
ANDONEX (Meprofarm) T
ANTIZA (Coronet) T
BENACOL DTM (Dankos) T
BENADRYL DMP (Pfizer) T
BENADRYL DMP CHILD (Pfizer) T
BENILIN (Medikon) T
BRONCHOPHEN (Subthi Sepuri) T
COLFIN (Nufarindo) T
CORSAGRIP (Corsa) T
CORSAMYL (Corsa) T
COSYR (United American) T
COUGH EN PLUS (Metiska T
Farma)
DECOLSIN (Probus) T
DEKORIN (Mecosin) T
DEXOPHAN (Mecosin) T
DEXTROFEN (Phapros) T
DEXTROMEX (Apex Pharma) T
DEXTROSIN (Otto) T
DIMACOL (Bernofarm) T
DOMERYL (Combiphar) T
DONEXAN-DX (Meprofarm) T
EKSEDRYL PLUS (Ethica) T
ERSYLAN (Kimia Farma) T
FARAPON (Fahrenheit) T
FLUDANE/FLUDANE T
No Zat Aktif OOT (Generik) Nama Produk Golongan Obat
.
FORTE/FLUDANE PLUS
(Armoxindo Farma)
FLUDEXIN (Dexa Medica) T
FLUMECO (Mecosin) T
FLUTAMOL/FLUTAMOL-P T
(Pyridam)
FLUVIT C (Rocella) T
HALMEZIN (Coronet) T
IKADRYL DMP (Ikapharmindo) T
INTUNAL (Meprofarm) T
INTUNAL F (Meprofarm) T
KALIBEX (Konimex) T
KIDIFLU (Mecosin) T
KOMIX (Bintang Toedjoe) T
KOMIX PACK (Bintang Toedjoe) T
KONIDIN (Konimex) T
KONTRABAT (Bernofarm) T
LACOLDIN (Lapi) T
LAPIFED DM (Lapi) T
LAPISIV (Lapi) T
LODECON/LODECON FORTE T
(Solas)
MERSIDRYL (Mersifarma TM) T
MIXADIN (Dankos) T
MIXAFLU (Dankos) T
T

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat Dan Makanan.2019. Peraturan No. 10 Tahun 2019 Tentang
Pedoman Pengelolaan Obat-Obat Tertentu Yang Sering Disalahgunakan.

Hardjasaputra, Purwanto. 2002. DOI : Data Obat di Indonesia. Grafidian Mediapress.


Jakarta.

http://pionas.pom.go.id

Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2008.


Peraturan No. 40 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pengelolaan Prekursor
Farmasi dan Obat Mengandung Prekursor Farmasi.

Anda mungkin juga menyukai