Konsep Perancangan Sistem Kontrol
Konsep Perancangan Sistem Kontrol
mekanisme kerja sistem kontrol dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu: regulator
dan servomekanis. Mekanisme kerja regulator, bertujuan supaya nilai respon keluaran
dijaga konstan sesuai nilai yang diinginkan. Namun mekanisme kerja servomekanis,
sistem kontrol dapat digolongkan kedalam dua bagian besar, yaitu : sistem kontrol
loop tertutup (closed loop) dan sistem kontrol loop terbuka (open loop). Sistem
kontrol loop terbuka adalah konfigurasi dari sistem kontrol yang tidak memerlukan
gambar berikut:
7
r p q
Controller Actuator Plant
kontrol, dimana kondisi keluaran selalu diukur dan diumpanbalikan pada terminal
input. Ilustrasi diagram blok sistem kontrol loop tertutup ditunjukan melalui gambar
berikut:
p
Actuator
Plant
e = r-b
Controller
r
q
b
Sensor
Merujuk pada kedua gambar diatas, setiap jenis sinyal yang bekerja pada
konfigurasi diagram blok terdiri dari : sinyal input (r), sinyal kontrol (p), sinyal
output (q) dan sinyal umpan balik (b). Pada prakteknya konfigurasi rancangan sistem
kontrol yang sering digunakan adalah, konfigurasi sistem kontrol loop tertutup.
8
Konfigurasi rancangan sistem kontrol loop tertutup lebih tahan terhadap gangguan
dibandingkan rancangan sistem kontrol loop terbuka. Hal ini terjadi karena pada
rancangan sistem kontrol loop tertutup respon keluaran selalu diawasi sehingga dapat
mengkompensasi sinyal kontrol (u) yang akan diberikan pada plant. Dengan
demikian peluang ketercapaian untuk mencapai nilai set point relatif lebih besar
makalah ini. Dalam dunia nyata, implementasi perancangan sistem kontrol dapat
berupa: sistem elektronik, sistem mekanik, dan sistem hydraulic. Pada pembahasan
sistem kontrol berkaitan dengan sifat fisis sinyal-sinyal input-output yang bekerja
dalam sistem elektronik. Keunikan dari sistem berbasis komputer ini adalah, data-
9
data proses pengukuran dan pengontrolan harus berupa data digital. Berikut ilustrasi
DAC Vq Actuator
Dq
Computer Plant
Dt
Vt
ADC Sensor
Merujuk pada gambar 2.3, komputer berperan sebagai pusat pengolahan data digital.
transmitter dan manipulasi data untuk menghasilkan sinyal kontrol Dq. Informasi
mengenai nilai variabel fisis dalam plant ditunjukan melalui data digital Dt. Data
analog Vt dari sensor perlu diubah menjadi data digital Dt, setelah terlebih dahulu
berbasis komputer adalah kualitas data. Kualitas data yang dikirm dari sensor
10
bergantung dari resolusi penyamplingan ADC. Penjelasan mengenai penyamplingan
Merujuk pada gambar 2.4, dijelaskan bahwa banyaknya data analog yang
Jika n menyatakan jumlah bit yang dipkai ADC, maka banyaknya data hasil
penyamplingan sebanyak 7 buah data digital. Pada gambar 3.1, variasi nilai digital 3
bit ADC ditunjukan dengan kode 000 sampai 111. Setiap kode data digital hasil
KodeDataDigital
Data Analog = xVref (2.2)
JumlahDataSampling
Idealnya lebar tangga ( gambar 2.4) penyampling baik vertikal maupun horizontal
adalah sama, lebar tangga tersebut direpresentasikan lewat nilai 1 LSB (Least
11
Significant Bit) . Nilai 1 LSB menyatakan selang terkecil data analog yang bisa
disampling. Sehingga resolusi dari ADC dapat ditentukan dengan memberikan nilai 1
sebagai kode data digital dalam persamaan 2.2. Resolusi nilai ADC inilah yang
analasis teoritik melalui pendekatan matematik terhadap sistem yang akan dibangun.
dengan hasil yang diharapkan dan hal tersebut berkaitan dengan kriteria performansi
yang diinginkan. Berikut beberapa tahapan yang perlu dilakukan dalam perancangan
12
Gambar 2.5 : Alur proses perancangan sistem kontrol konvensional
kontrol banyak disebabkan oleh kesalahan dalam rangka memodelkan sistem. Dalam
13
2.3.1 Karakteristik Sistem
gambaran utuh mengenai sistem yang akan ditinjau dalam kaitan perancangan sistem
kontrol. Model sistem yang pertama adalah model LTI (Linear Time Invariant).
Model sistem tersebut menyatakan kondisi sistem dimana perubahan kondisi output
akibat variasi kondisi input bersifat linier dan tak tergantung waktu. Penjelasan
kelakuan sistemnya menjadi sukar diprediksi. Dengan demikian prinsip super posisi
pejumlahan tidak dapat dilakukan pada sistem non-liear. Ciri khas dari sistem non-
sistem kontrol ada dua. Pertama adalah metode fungsi transfer dan metode ruang
keadaan. Namun terdapat persamaan pada kedua metode tersebut terhadap jenis
sistem yang ditinjau, yaitu sistem harus berupa sistem linear. Pendekatan matematis
mengenai sistem non-linear tak dapat dilakukan melalui dua pendekatan tadi.
14
Pada prakteknya analisis fungsi transfer diterapkan dengan cara
terhadap waktu. Tinjaulah sebuah sistem dengan fungsi karakteristik dinamik, seperti
ilustrasi berikut :
d 2x y(t)
x(t) m× 2
dt
Merujuk pada gambar 2.6, karakteristik sistem dapat ditentukan melalui hubungan
Y (s)
G(s) = = ms 2 (2.3)
X (s)
15
mudah jika menganalisis respon keluaran yang terjadi. Respon keluaran yang
dimaksud disini adalah keadaan yang terjadi pada keluaran sistem untuk setiap
periode waktu tertentu. Respon keluaran dari suatu sistem sangat dipengaruhi oleh
jenis dan kondisi variabel input yang masuk pada masukan. Olehkarena itu dengan
mengetahui respon keluaran suatu sistem, dapat dilakukan optimasi dari performansi
sistem kontrol yang dibangun. Beberapa parameter yang digunakan sebagai kriteria
penilaian performansi sebuah sistem kontrol adalah : error steady state, settling time,
tentang error steady state. Error diartikan sebagai selisih antara nilai set point dengan
dimana,
t; adalah waktu
Error steady state terjadi ketika keadaan sistem sudah tunak (steady) atau dengan
merujuk persamaan 2.3, keadaan tersebut terjadi ketika waktu t menuju tak
16
berhingga. Dengan demikian error steady state merupakan nilai error dimana
Kadangkala nilai set point yang diberikan berubah menjadi nilai set point
yang baru. Hal ini disebabkan adanya gangguan yang tidak bisa diprediksi dan
keadaan sistem saat dipengaruhi oleh gangguan disebut dengan respon transien sistem
C(t)
Overshoot
emax
tD
Pada gambar 2.5 terlihat bahwa terdapat perubahan sistem sehingga dihasil error
sebesar emax. Namun setelah selang waktu tD sistem kembali pada posisi awal, yaitu
nilai set pointnya. Waktu yang dibutuhkan bagi sistem kontrol untuk kembali kepada
nilai set point disebut dengan settling time , dengan kata lain delay atau tD
17
Overshoot merupakan nilai yang dicapai sistem kontrol ketika pertama kali
mencapai nilai set point, dan selalu lebih besar dari nilai set point. Secara logika
sistem kontrol yang baik selalu memiliki settling time minimum, namun hal ini tidak
selalu benar karena mungkin settling time minimum akan menyebabkan overshoot.
C(t)
Stabil Tidak
Stabil t
Beberapa pendekatan matematik yang sering dipakai dalam analisis kestabilan sistem
adalah : metode root locus, metode pole placement, dan metode lypunov. Namun
18
2.4.4 Keteramatan dan keterkontrolan
Sistem dikatakan dapat diamati jika untuk setiap waktu t, variabel keadaan
sistem yang dikontrol dapat terukur dengan baik. Sistem dikatakan dapat dikontrol
jika untuk setiap waktu t terdapat respon keluaran yang disebabkan oleh variasi nilai
19
20