i
Lembar Pengesahan
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Mengetahui
ii
Lembar Pengesahan
Menyetujui
Pembimbing Lapangan
iii
KATA PENGANTAR
Penulis
iv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 CV. Bali Info Data .............................................................................. 1
1.1.1 Gambaran Umum Perusahaan ................................................. 1
1.1.2 Gambaran Khusus Kerja Praktek ............................................ 3
1.1.3 Struktur Organisasi ................................................................. 4
1.2 Tujuan ................................................................................................. 5
1.3 Ruang Lingkup .................................................................................... 5
v
3.1.2 Tampilan pada UniFi Controller ............................................ 25
3.1.2.1 Menu Devices .............................................................. 25
3.1.2.2 Menu Clients ............................................................... 28
3.1.2.3 Menu Statistics ............................................................ 30
3.1.2.4 Menu Insight ............................................................... 32
3.2 Konfigurasi Access Point .................................................................... 32
3.3 Trouble Handling Saat Terjadi Kendala pada Perangkat
Access Point ............................................................................. ........ 35
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan ............................................................................................. 39
4.2 Saran .................................................................................................... 39
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Bagian dalam Kantor CV. Bali Info Data ............................... 2
Gambar 1.2 Struktur Organisasi CV. Bali Info Data .................................. 4
Gambar 2.1 Logo WiFi pada Standar IEEE 802.11b .................................. 7
Gambar 2.2 Logo WiFi pada Standar IEEE 802.11a .................................. 8
Gambar 2.3 Logo WiFi pada Standar IEEE 802.11g .................................. 8
Gambar 2.4 Logo WiFi pada Standar IEEE 802.11n .................................. 8
Gambar 2.5 Format Header IPv4 ................................................................ 12
Gambar 2.6 IP Address Kelas A ................................................................. 13
Gambar 2.7 IP Address Kelas B ................................................................. 14
Gambar 2.8 IP Address Kelas C ................................................................. 14
Gambar 2.9 Tabel CIDR (Classless Inter Domain Routing) ...................... 16
Gambar 2.10 Ilustrasi Cara Kerja DNS ........................................................ 18
Gamabr 2.11 Struktur Database DNS .......................................................... 20
Gamabr 3.1 Tampilan Halaman Website Ubiquiti ...................................... 22
Gambar 3.2 Langkah untuk Membuka UniFi-Discover ............................. 22
Gambar 3.3 Tampilan UniFi-Discover yang Mendeteksi AP .................... 23
Gambar 3.4 Langkah untuk Membuka UniFi Controller ........................... 23
Gambar 3.5 Tampilan dari UniFi Controller .............................................. 24
Gambar 3.6 Tampilan Login pada UniFi Controller .................................. 24
Gambar 3.7 Halaman Utama UniFi Controller .......................................... 25
Gambar 3.8 Tampilan Menu Devices ......................................................... 26
Gambar 3.9 Tampilan Menu Devices Overview ......................................... 26
Gambar 3.10 Tampilan Menu Devices Configuration .................................. 27
Gambar 3.11 Tampilan Menu Devices Performance .................................... 27
Gambar 3.12 Tampilan Menu Clients ........................................................... 29
Gamabr 3.13 Tampilan Menu Clients Wireless 2G Guest ............................ 30
Gambar 3.14 Tampilan Menu Statistics ........................................................ 31
Gambar 3.15 Tampilan Menu Insight ........................................................... 32
Gambar 3.16 Tampilan Menu Config pada Configuration ............................ 33
vii
Gambar 3.17 Tampilan Menu Network pada Configuration ......................... 34
Gambar 3.18 Konfigurasi Access Point ........................................................ 35
Gambar 3.19 Kendala yang Dialamu Access Point ...................................... 36
Gambar 3.20 Penanganan Access Point yang Mengalami Adopt Failed ...... 37
Gambar 3.21 Tampilan menu Advanced Option............................................ 38
viii
DAFTAR TABEL
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Foto tampilan dalam ruangan kantor CV. Bali Info Data dapat dilihat pada
gambar 1.1 di bawah ini.
1
2
Berbagai jenis aplikasi ataupun sistem informasi telah dikerjakan oleh CV.
Bali Info Data sesuai dengan kebutuhan pengguna jasa baik dari kalangan
lembaga pemerintah, lembaga pendidikan ataupun pihak swasta, seperti:
a. Sistem Informasi Manajemen Keuangan Perguruan Tinggi, Hotel dan
Villa
b. Sistem Informasi Geografis
c. Sistem Informasi Rumah Sakit/Klinik, Lembaga Penelitian, Kepegawaian,
Koperasi, Farmasi, Lembaga Perkreditan Desa
d. Sistem Informasi Pajak Bumi dan Bangunan
e. Sistem Informasi Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
f. Sistem Informasi Pembayaran Pajak Daerah
g. Point of Sales Restourant
h. Web Design
d. Jasa instalasi jaringan fiber optic untuk kawasan pekantoran, hotel dan
pusat pemerintahan
e. Jasa instalasi jaringan komunikasi Voice over Internet Protocol (VoIP)
f. Jasa instalasi jaringan WIFI (Wireless Fidelity)
g. Jasa instalasi IP Camera SCCTV
h. Jasa instalasi aplikasi OpenSource Network Monitoring System (NMS)
informasi dan kebutuhan akan internet dengan kecepatan akses yang baik menjadi
salah satu faktor pendorong diadakannya proyek pemasangan access point/WiFi
(Wireless Fidelity) di seluruh dinas yang ada di Pusat Pemerintah Kabupaten
Badung.
Dari semua tahap pembangunan infrastruktur hotspot di kawasan Pusat
Pemerintahan (Puspem) Kabupaten Badung, diangkat topik untuk laporan kerja
praktek yaitu network monitoring serta konfigurasi pada access point dengan
menggunakan UniFi Controller.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan kerja praktek yang dilaksanakan di
CV. Info Bali Data pada proyek pengembangan pembangunan infrastruktur
hotspot di kawasan Pusat Pemerintahan (Puspem) Kabupaten Badung yaitu untuk
memudahkan dalam mengatur jaringan WiFi dan mengkonfigurasi perangkat
access point secara benar, serta dapat melakukan trouble handling dengan
menggunakan UniFi Controller.
6
7
a. IEEE 802.11
Standar 802.11 adalah standar pertama yang menerangkan tentang
pengoperasian Wireless LAN. Standar ini berisis semua teknologi transmisi yang
tersedia termasuk di dalamnya Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS),
Frequency Hopping Spread Spectrum (FHSS) dan Infrared. IEEE 802.11
Compliant Product beroperasi pada 2,4GHz ISM Band antara 2.400 MHz dan
2.483,50 MHz
b. IEEE 802.11b
Pada Oktober 1999 muncul standar wireless network dengan maksimum
data transfer rate 5,5 Mbps sampai dengan 11 Mbps dan bekerja pada frekuensi
2,4 GHz. Pada prakteknya kecepatan maksimum yang dapat diraih mencapai 5,9
Mbps pada protokol TCP dan 7,1 Mbps pada protokol UDP. Metode transmisi
yang digunakannya adalah DSSS (Direct-Sequence Spread Spectrum). Logo dari
WiFi pada Standar IEEE 802.11b dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut.
c. IEEE 802.11a
Pada awal tahun 2000 telah selesai diratifikasi dan dirilis standar wireless
network dengan maksimum data transfer rate 54 Mbps dan bekerja pada
frekuensi 5 GHz. Metode transmisi yang digunakan adalah Orthogonal Frequency
Division Multiplexing (OFDM) yang mengizinkan pentransmisian data secara
8
paralel di dalam sub-frekuensi. Logo dari WiFi pada Standar IEEE 802.11a dapat
dilihat pada gambar 2.2 di bawah.
d. 802.11g
Standar IEEE 802.11g dipublikasikan pada bulan Juni 2003 yang mampu
mencapai kecepatan hingga 54 Mbps pada pita frekuensi 2,4 GHz, sama seperti
IEEE 802.11b. Standar wireless network yang digunakan hampir sama dengan
802.11b hanya metode transmisi yang digunakan adalah OFDM. Gambar logo
dari WiFi pada Standar IEEE 802.11g dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut.
e. IEEE 802.11n
Standar IEEE 802.11n dirilis 11 September 2009. Secara teoritis dapat
mencapai kecepatan 600 Mbps, namun ternyata hanya mampu mencapai
kecepatan maksimum 450 Mbps. Standar ini bekerja pada frekuensi 2,4 GHz atau
5 GHz. Sama seperti teknologi MIMO (multiple-input multiple-output), 802.11n
bekerja dengan cara mengutilisasi banyak komponen pemancar dan penerima
sinyal sehingga transmisi data dapat dilakukan paralel untuk meningkatkan nilai
throughput. Gambar 2.4 berikut menunjukkan logo dari WiFi pada Standar IEEE
802.11n.
2.2.1 IP Address
IP Addrees adalah deretan angka biner antar 32-bit sampai 128-bit yang
dipakai sebagai alamat identifikasi untuk tiap komputer host dalam jaringan
internet. Panjang dari angka ini adalah 32-bit untuk IPv4 dan 128-bit untuk IPv6
yang menunjukkan alamat dari komputer tersebut pada jaringan internet berbasis
TCP/IP. Fungsi IP address dibagi menjadi dua, pertama, sebagai alat identifikasi
host atau antarmuka jaringan dan kedua, sebagai alamat lokasi jaringan.
IP address sendiri dibagi menjadi 2, yaitu private IP dan public IP. Private
IP digunakan pada jaringan lokal yang didapatkan setelah melakukan subnetting.
Perangkat dengan private IP tidak dapat terhubung langsung ke internet dan
sebaliknya, jaringan luar tidak dapat terhubung langsung dengan perangkat yang
menggunakan private IP tersebut. Untuk untuk menghubungkan dua jaringan
pribadi dapat menggunakan router atau perangkat serupa yang mendukung
network address translation.
Public IP biasanya digunakan dalam skala besar untuk dapat terhubung ke
jaringan internet. Host yang menggunakan public IP dapat diakses oleh seluruh
user melalui internet baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui
proxy/NAT). Sebuah alamat IP publik dapat berupa statis atau dinamis. Sebuah
alamat IP publik yang statik tidak dapat berubah karena server memakai alamat IP
ini dan mungkin mempunyai pemetaan DNS menunjuk kepada server tersebut.
Sedangkan alamat IP publik dinamis dapat berubah-ubah. Alamat IP dinamik
diberi secara otomatis menggunakan protokol Dynamic Host Configuration
Protocol (DHCP), atau Point-to-Point Protocol (PPP), bergantung pada tipe
sambungan internet. Node yang menggunakan DHCP terlebih dulu meminta
alamat IP dari jaringan dan otomatis mengkonfigurasi antarmuka jaringannya.
Alamat IP bisa diberi secara acak dari kumpulan alamat IP yang diberikan oleh
ISP (Internet Service Provider) atau mungkin diberi menurut sebuah kebijakan.
Alamat IP yang menggunakan protokol DHCP berlaku untuk waktu yang
ditetapkan yang dikenal sebagai waktu sewa (leased time). Node harus
memperbarui sewa DHCP sebelum waktu sewa berakhir, dan setelah diperbaharui
12
node mungkin menerima alamat IP yang sama atau yang berbeda dari kumpulan
alamat IP yang disediakan.
Sebuah data IP terdiri atas header IP dan muatan IP (payload). Sebelum
dikirimkan di dalam saluran jaringan, datagram IP akan "dibungkus" dengan
header protokol lapisan antarmuka jaringan dan trailer-nya, untuk membuat
sebuah frame jaringan. Terdapat 2 jenis versi IP yakni IPv4 dan IPv6, namun yang
banyak digunakan adalah IP versi 4 (IPv4) sehingga pada gambar 2.5 berikut
dijelaskan mengenai format Header IPv4.
Detail dan fungsi masing-masing field pada Header IPv4 (gambar 2.5)
dapat dijelaskan melalui tabel 2.1 di bawah ini.
2.2.2 Pengelompokan IP
IP Address dapat dipisahkan menjadi 2 bagian, yakni bagian network
(network ID) dan bagian host (host ID). Network ID berperan dalam identifikasi
suatu network dari network yang lain, sedangkan host ID berperan untuk
identifikasi host dalam suatu network. Jadi, seluruh host yang tersambung dalam
jaringan yang sama memiliki network ID yang sama. Sebagian dari bit-bit bagian
awal dari IP address merupakan network bit or network number, sedangkan
sisanya untuk host. Garis pemisah antara bagian network dan host tidak tetap,
bergantung kepada kelas network. IP address dibagi ke dalam lima kelas, yaitu
kelas A, kelas B, kelas C, kelas D dan kelas E. Kelas D dan E tidak digunakan
secara umum karena kelas D digunakan bagi jaringan multicast dan kelas E untuk
keprluan eksperimental sehingga berikut penjelasan pembagian IP menurut kelas
A, B dan C.
a. IP Address Kelas A
Bit pertama IP address kelas A adalah 0, dengan panjang network ID 8 bit
dan panjang host ID 24 bit. Jadi byte pertama IP address kelas A mempunyai
range dari 0-127. Jadi pada kelas A terdapat 127 network dengan tiap network
dapat menampung sekitar 16 juta host (255x255x255). IP address kelas A
diberikan untuk jaringan dengan jumlah host yang sangat besar. Penomeran IP
address kelas A dapat dilihat pada gambar 2.6 berikut.
14
c. IP Address Kelas C
IP address kelas C mulanya digunakan untuk jaringan berukuran kecil
seperti LAN. Tiga bit pertama IP address kelas C selalu diatur 111. Network ID
terdiri dari 24 bit dan host ID 8 bit sisanya sehingga dapat terbentuk sekitar 2 juta
network dengan masing-masing network memiliki 256 host. IP address kelas C
digunakan untuk keperluan multicasting, dengan 4 bit pertama IP address kelas C
selalu diatur 1110 sehingga byte pertamanya berkisar antara 224-247, sedangkan
bit-bit berikutnya diatur sesuai keperluan multicast group yang menggunakan IP
address ini. Dalam multicasting tidak dikenal istilah network ID dan host ID.
Penomeran IP address kelas C dapat dilihat pada gambar 2.8 berikut.
15
2.3 Subnetting
Subnetting merupakan proses memecah satu kelas IP address menjadi
beberapa subnet dengan jumlah host yang lebih sedikit, dan untuk menentukan
batas network ID dalam suatu subnet digunakan subnet mask. Network address
yang telah diberikan oleh lembaga IANA (Internet Assigned Numbers Authority)
jumlahnya sangat terbatas, biasanya suatu perusahaan baik instansi pemerintah,
swasta yang terkoneksi ke jaringan internet hanya memilik network ID tidak lebih
dari 5 7 network ID (public IP). Untuk menangulangi hal tersebut maka dapat
dilakukan subnetting oleh administrator, dimana tujuan dari adanya subnetting
adalah:
a. Untuk mengefisienkan alokasi IP address dalam sebuah jaringan supaya
bisa memaksimalkan penggunaan IP address
b. Mengatasi masalah perbedaan hardware dan media fisik yang digunakan
daam suatu network, karena IP router hanya dapat mengintegrasikan
berbagai network dengan media fisik yang berbeda jika setiap network
memiliki address network yang unik.
c. Meningkatkan security dan mengurangi terjadinya kongesti akibat terlalu
banyaknya host dalam suatu network.
d. Untuk mengefisienkan pengalamatan
e. Membagi satu kelas netwok atas sejumlah subnetwork
efisien. Teknik subnetting membuat skala jaringan lebih luas dan tidak dibatas
oleh kelas-kelas IP A, B, dan C yang sudah diatur. Jumlah host yang ada dalam
sebuah jaringan dapat ditentukan dengan subnetting. Proses subnetting sendiri
dilakukan dengan menggunakan nilai CIDR (Classless Inter Domain Routing)
CIDR merupakan sebuah proses sebagai solusi untuk mengefisiensi dalam
pengalamatan alokasi IP address yang dilakukan pada pengkelasan IP address
yang ada. CIDR juga dapat memungkinkan IP address pada suatu kelas dapat
menampung jumlah seperti kelas lainnya apabila dalam implementasinya terdapat
penyesuaian atau penambahan host yang tidak terduga sebelumnya. Pada gambar
2.9 berikut dapat dilihat table CIDR untuk keperluan subnetting.
DNS menggunakan relasi client server untuk resolusi nama. Pada saat
client mencari satu host maka akan dingirimkan query ke server DNS. Query
adalah satu permintaan untuk resolusi nama yang dikirimkan ke server DNS.
a. Pada komputer client, sebuah program aplikasi misalnya http, meminta
pemetaan IP address (forward lookup query). Sebuah program aplikasi
pada host yang mengakses domain system disebut sebagai resolver.
Resolver menghubungi DNS server, yang biasa disebut name server.
b. Name server memeriksa ke local database. Jika IP address ditemukan,
maka name server mengembalikan IP address ke resolver. Jika IP address
tidak ditemukan akan meneruskan query tersebut ke name server root
server.
c. Client bisa secara langsung menghubungi sebuah website atau server yang
diminta dengan menggunakan IP address yang diberikan oleh DNS server.
Jika permintaan tidak ada pada database, name server akan menghubungi
server root dan server lainnya dengan cara yang diterangkan pada gambar 2.10
sebagai berikut :
b. Awalnya, name server akan menghubungi server root. Jika server root
tidak mengetahui IP address dari domain tersebut, maka akan diberikan IP
address server .edu.
c. Name server akan bertanya lagi pada server .edu mengenai IP address dari
domain neon.cs.virginia.edu. Jika server .edu tidak mengetahui IP address
tersebut, maka akan diberikan IP Address server .virginia.edu.
d. Name server akan bertanya kembali pada server .virginia.edu mengenai IP
address dari domain neon.cs.virginia.edu. Jika server .virginia.edu tidak
mengetahui IP address tersebut, maka akan diberikan IP Address server
.cs.virginia.edu.
e. Selanjutnya, name server akan bertanya ke server .cs.virginia.edu tentang
IP address neon.cs.virginia.edu. Dan barulah server .cs.virginia.edu
mengetahui dan memberikan IP address domain tersebut
f. Setelah mengetahui IP address domain tersebut, maka komputer client
secara langsung dapat menghubungi domain neon.cs.virginia.edu dengan
menggunakan IP address yang diberikan oleh server .cs.virginia.edu.
g. IP address milik neon.cs.virginia.edu kemudian akan disimpan sementara
oleh DNS server untuk keperluan nanti. Proses ini disebut caching yang
berguna untuk mempercepat pencarian nama domain yang telah
dikenalnya.
c. Second-Level Domains
Second-level domains dapat berisi host dan domain lain, yang disebut
dengan subdomain.
d. Host Names
Domain name yang digunakan dengan host name akan menciptakan Fully
Qualified Domain Name (FQDN) untuk setiap komputer.
BAB III
PEMBAHASAN
21
22
c. Klik start menu, pilih all programs, cari folder UniFi dan klik UniFi.
Langkah-langkah membuka Unifi dapat dilihat pada gambar 3.4 berikut.
e. UniFi secara otomatis terbuka pada web browser. Masukan username dan
password yang sudah didaftarkan sebelumnya. Tampilan halaman login
pada UniFi Controller dapat dilihat pada gambar 3.6
f. Setelah login selesai, akan muncul tampilan utama UniFi seperti terlihat
pada gambar 3.7 berikut.
25
Pada gambar 3.10 dapat dilihat tampilan menu Device Configuration yang
menujukkan konfigurasi setiap access point.
Pada menu Device terdapat fitur Refresh Rate yang mengatur pembaruan
status access point dan items per page untuk mengatur jumlah access point yang
dapat ditampilkan pada 1 halaman. Pada Gambar 3.9 terlihat bahwa Refresh Rate
diatur 15 seconds, berarti setiap 15 detik status dari setiap access point akan
diperbarui secara otomatis. Refresh Rate dapat diatur menjadi beberapa pilihan
waktu sesuai kebutuhan admin yakni 15 detik, 2 menit, 5 menit, 10 menit dan
never auto refresh ataupun dilakukan secara manual dengan meng-klik icon
refresh. Item per page diatur menjadi 200 yang berarti dalam 1 halaman dapat
menampilkan 200 access point dan dapat diubah menjadi 10, 50, 100 atau 200 per
page. Melalui menu Device dapat dilkukan restart tanpa harus mencari perangkat
access point-nya serta dapat mengetahui lokasi access point dengan meng-klik
tombol Locate sehingga ditampilkan denah bersangkutan.
Pada menu Clients juga terdapat terdapat fitur Refresh Rate dan items per
page sama seperti pada menu Devices. Refresh Rate diatur 15 detik dan items per
pages menjadi 200. Selain itu terdapat tambahan drop down menu yang berisi
pilihan untuk menampilkan klien berdasarkan access point yang digunakan.
Seperti pada gambar 3.12 terlihat klien yang ditampilkan yakni all access point.
3.1.2.3 Statistics
Menu Statistic pada UniFI berfungsi untuk melihat traffic data dan jumlah
klien setiap access point dikawasan Pusat Pemerintah Kabupaten Badung yang
ditampilkan dalam bentuk diagram lingkaran seperti gambar 3.14 berikut.
31
3.1.2.4 Insights
Menu Insights pada UniFI berfungsi untuk melihat status perangkat dari
klien yang menggunakan access point. Dengan menu ini dapat diketahui
perangkat mana saja yang mengalami Blocked, Noted maupun perangkat yang
dianggap sebagai Guest atau User baik pada jaringan wireless dan jaringan wired.
Tampilan pada Menu Insights dapat dilihat pada gambar 3.15 di bawah ini.
Pada menu Insight ini dapat dilihat MAC Address dan jenis/merk
perangkat yang menggunakan access point, status perangkat apakah sebagai guest
atau sebagai user serta kecepatan uplink dan downlink-nya. Selain itu,terdapat
terdapat fitur Refresh Rate dan items per page sama seperti pada menu Devices
dan Clients, Refresh Rate diatur 15 detik dan items per pages menjadi 50 dan juga
terdapat tambahan Blocked button yang berfungsi untuk memblokir perangkat
agar tidak dapat terkoneksi ke jaringan dishibkominfo menggunakan access
point.
d. Pilih Network. Klik pilihan yang ada pada Configure IP dan ubah menjadi
static IP seperti pada gambar 3.17.
34
e. Isi IP address sesuai dengan yang telah ditentukan pada Tabel 3.1
g. Klik Apply
3.3 Trouble Handling Saat Terjadi Kendala pada Perangkat Access Point
Selama proses kerja praktek berlangsung, seringkali access point
mengalami masalah sehingga klien tidak dapat mengakses. Masalah pada access
point ini harus segera diatasi sehingga tidak mengganggu kegiatan di area Pusat
Pemerintahan Kabupaten Badung karena hampir seluruh klien yang menggunakan
jaringan adalah para pegawai untuk mengerjakan tugas kantor. Beberapa kendala
pada access point dapat dilihat pada gambar 3.19 di bawah ini.
Pada gambar 3.19 diatas terlihat 3 masalah (berwarna merah) yang paling
sering terjadi pada access point yakni isolated, disconnected dan adoption failed.
a. Disconnected
Disconnected adalah kondisi dimana access point mati total yang dapat
disebabkan oleh ganguan pada switch ataupun mati listrik sehingga perangkat
tidak bisa bekerja sama sekali. Untuk menangani hal ini dilakukan pemeriksaan
langsung menuju lokasi dimana access point tersebut sehingga diketahui
penyebab disconnected.
37
b. Isolated
Isolated adalah gangguan yang disebabkan adanya masalah pada access
point tersebut sehingga tidak dapat bekerja dengan baik. Untuk menangani
masalah ini harus dilakukan pemeriksaan langsung menuju lokasi dimana access
point tersebut dan melakukan restart access point secara manual. Jika setelah di-
restart masih mengalami masalah, maka kabel harus di crimping ulang untuk
memperbaikinya.
c. Adopt Failed
Adopt Failed adalah kondisi dimana access point tidak bisa tersambung
dengan server (admin) atau bisa diartikan perangkat masih bisa digunakan hanya
saja server (admin) tidak bisa mengambil data dari perangkat begitu juga
sebaliknya perangkat tidak bisa mengirim data ke server (admin) dikarenakan
perangkat tidak bisa menjangkau default gateway, port 8080 (common web cache
dan port server proxy web) dalam keadaan sibuk. Adopt failed dapat diatasi
melalui UniFi dengan melakukan re-adopt, berikut adalah cara adopt:
- Pilih dan klik pada access point yang mengalami adopt failed, hingga
muncul tampilan seperti pada gambar 3.20 berikut.
- Klik Adopt dan tunggu beberapa saat hingga proses adopting selesai.
- Jika proses adopting berhasil maka status access point tersebut akan
berubah menjadi connected, namun jika gagal maka statusnya akan
kembali menjadi adopt failed dan perlu dilakukan pemeriksaan
langsung ke access point tersebut.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Dari pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Pada UniFi Controller terdapat beberapa menu yang dapat digunakan
untuk network monitoring yakni menu Devices untuk memantau kinerja
perangkat access point , Clients untuk mengawasi klien yang
menggunakan access point, Statistics untuk melihat data statistik traffic
dan jumlah klien dalam bentuk diagram dan menu Insight untuk melihat
kondisi/status dari perangkat klien.
b. Sebelum perangkat access point dipasang pada titik-titik yang sudah
ditentukan, terlebih dahulu harus dikonfigurasi agar dapat berfungsi
sebagaimana mestinya. Konfigurasi ini berupa pengaturan SSID,
pemberian IP address, subnet, gateway dan DNS yang dilakukan dengan
menggunakan UniFi Controller.
c. Dengan UniFi Controller dapat diketahui access point mana yang
mengalami gangguan dan harus segera ditangani. Masalah yang dapat
terjadi pada access point yakni berupa isolated dan disconnected yang
ditangani dengan cara memeriksa langsung access point yang bermasalah
ke lokasi serta adopt failed yang dapat diatasi secara tidak langsung
melalui UniFi Controller.
4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan yakni agar lebih mendalami fitur dan menu
yang tersedia pada UniFi Controller sehingga akan lebih mudah dan cepat dalam
melakukan konfigurasi khususnya yang menggunakan perangkat Ubiquiti UniFi
dapat dilakukan dengan lebih optimal. Selain itu dengan mengetahui ganguan
yang sering dialami access point selama kerja praktek dan penanganannya
diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu refrensi ataupun pertimbangan
dalam kegiatan kerja praktek selanjutnya.
39
40
DAFTAR PUSTAKA
42