Anda di halaman 1dari 5

System Development Lyfe Cycle (SDLC)

Oleh
Nike Yolanda
NIM: 1710536026
S1 Akuntansi – Intake Diploma III
Universitas Andalas

Pendahuluan
Era teknologi sudah tidak dapat lagi dihindarkan. Sekarang ini kita tidak hanya butuh
perangkat yang bisa membuat hidup lebih mudah, namun komunikasi dan konektivitas
mulai menjadi kebutuhan tetap kita. Hal ini membuat para developer berlomba dalam
pengembangan software aplikasi dan sistem informasinya. Sofware aplikasi merupakan
program software yang menjalankan sebuah perangkat yang fungsinya sudah terintegrasi
satu sama lain, misalnya aplikasi pada android. Sedangkan sistem informasi adalah
seperangkat komponen yang saling terkait yang mampu mengumpulkan data, proses
kejadian, penyimpanan, serta mampu menghasilkan output berupa informasi yang
dibutuhkan dalam proses bisnis/ kegiatan.
Membangun sistem informasi sama halnya dengan membangun sebuah gedung
(Dennis, Wixom, & Roth,2012, hal. 10). Dalam membangun sistem informasi dibutuhkan
sistem analis yang menganalisa kebutuhan pemakai serta merancang sistem, programer
yang menulis program komputer sesuai rancangan yang telah dibuat sistem analis
menggunakan bahasa tertentu, dan staf pendukung teknis hingga terbentuklah sistem
informasi yang dibutuhkan oleh penggunanya.
Dalam mengatur proyek antara analis, programer, staf pendukung, dan segala
aktifitas pengembangan dalam membangun sistem ini maka dibutuhkanlah sebuah
kerangka manajemen untuk memandu dan mengkoordinasi pekerjaan sebuah tim
(Satzinger, Jackson & Burd, 2012, hal.6). Kerangka panduan ini dikenal dengan istilah SDLC.
Sebuah System Development Life Cycle (SDLC) dapat mengidentifikasi segala aktifitas yang
dibutuhkan dalam membangun, meluncurkan, dan me-maintain sebuah sistem informasi.
Biasanya, SDLC memasukkan seluruh aktifitas yang merupakan bagian dari sistem analis,
sistem desain, programer, testing, pemeliharaan sistem, dan juga proses proyek manajemen
lainnya yang dibutuhkan untuk melancarkan dan menyebarkan sistem informasi baru
(Satzinger, Jackson & Burd, 2012, hal.6).

Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menjelaskan tahapan-tahapan atau langkah-
langkah dalam membangun sistem dengan mengikuti siklus kehidupan sistem.

Outline
Pada awalnya pengembangan software hanyalah sebuah pekerjaan membuat kode-
kode program oleh programmer untuk memecahkan masalah, dan umumnya masih bersifat
parsial. Saat ini sistem sudah sangat besar dan kompleks sehingga para perancang, analis,
programer dan juga user harus bekerja sama untuk membuat berjuta-juta baris kode
program yang dapat menghasilkan solusi terbaik dan memiliki nilai unggul. Untuk
melakukan pekerjaan tersebut, diciptakan beberapa aplikasi pendekatan sistem untuk
pengembangan sistem berbasis komputer kemudian dikenal dengan istilah System
Development Life Cycle (jurnal Fasilkom Vol. 2 No. 1, 2004)
SDLC adalah sebuah fase pendekatan terhadap analis dan desain yang merancang
sistem dan memastikan sistem tersebut dikembangkan dengan baik melewati langkah-
langkah khusus dari analis dan pengguna (Kendall and Kendall, 2008, hal. 8). Fase SDLC
diproses dalam jalur yang logis dari awal hingga akhir. Tim proyek berpindah melalui
langkah-langkah yang berurutan, bertahap, berulang-ulang, atau dalam pola lainnya. Tiap
proyek berbeda dapat menegaskan bagian berbeda dari SDLC atau pendekatan SDLC dalam
berbagai bentuk, namun semua fase mengandung 4 elemen yaitu perencanaan, analisa,
desain dan implementasi (Dennis, Wixom, & Roth,2012, hal. 10)
Berdasarkan kepada Kendall dan Kendall (2008), ada tujuh (7) tahap dalam
pembagian siklus SDLC. Meskipun tiap fase disajikan berlainan, namun hal ini tidak akan
memenuhinya sebagai langkah yang terpisah. Malahan beberapa aktivitas dapat terjadi
secara bersamaan, dan aktivitasnya mungkin saja terulang. Tujuh tahap berdasarkan Kendall
dan Kendall (2008), adalah:
1. Mengidentifikasi masalah, peluang, dan tujuan.
Pada tahap pertama ini, analis memperhatikan dengan benar masalah yang
diidentifikasi, peluang, serta tujuan. Tahap ini sangat penting untuk kesuksesan
proyek berikutnya. Orang-orang yang terlibat diantaranya adalah pengguna, analis,
dan manajer koordinator sistem proyek ini.
2. Menentukan informasi yang dibutuhkan oleh user.
Tahap berikutnya yang dilalui analis adalah menentukan informasi yang dibutuhkan,
menggunakan beberapa alat untuk mengetahui bagaimana user berinteraksi dalam
konteks kerja dengan sistem informasi sebelumnya. Analis akan menggunkan
metode langsung seperti wawancara, sampel, investigasi data, dan kusioner. Orang-
orang yang terlibat diantaranya adalah pengguna, manajer operasi khusus, dan staf
operasi.
3. Menganalisa kebutuhan sistem.
Tahap berikutnya adalah sistem analis melakukan analisa sistem yang dibutuhkan.
Beberapa alat dan bantuan teknis membantu analis membuat penentuan
kebutuhan. Alatnya berupa aktifitas diagram untuk memperlihatkan urutan kejadian,
ilustrasi sistem yang terstruktur, dan form grafik.
4. Mendesain sistem yang telah direkomendasikan.
Dalam tahap ini, sistem analis menggunakan informasi yang telah dikumpulkan
sebelumnya untuk memenuhi desain dari sistem informasi. Analis mendesain
prosedur yang ditujukan ke pengguna untuk membantu mereka memasukkan data
yang benar sehingga data yang ada pada sistem informasi adalah valid.
5. Membangun dan mendokumentasikan software.
Pada tahap ini, analis bersama programer untuk membangun software yang
dibutuhkan. Selama tahap ini analis bekerja dengan pengguna membangun
dokumentasi yang efektif untuk software, termasuk prosedur manual, bantuan
secara online, dan situs web yang telah dilengkapi dengan Frequently Asked
Question (FAQ).
6. Menguji dan memperbaiki sistem.
Sebelum sistem informasi digunakan, harus diuji dulu. Sebagian pengujian telah
dilakukan programer, dan sebagian lagi oleh sistem analis bersama programer.
Sedangkan perbaikan sistem dan dokumentasinya dimulai juga pada tahap ini dan
dilakukan secara rutin sepanjang pengembangan sistem informasi.
7. Menjalankan serta mengevaluasi sistem.
Pada tahap terakhir ini, analis membantu menjalankan sistem informasi. Tahap ini
juga termasuk training kepada pengguna dalam menjalankan sistem.
Evaluasi lebih mengarah kepada diskusi, sebenarnya evaluasi selalu dilakukan dalan
tiap tahapan. Kriteria yang harus dipenuhi adalah apakah pengguna memang
membutuhkan sistem tersebut.
Harus diperhatikan bahwa sistem bekerja haruslah berurutan. Saat analis
menyelesaikan satu tahapmpengembangan sistem kemudian menemukan masalah, maka
analis harus kembali ke tahap sebelumnya dan hingga masalah tersebut terselesaikan
(Kendall dan Kendall, 2008. Hal. 12).
Ada banyak cara dalam menerapkan tahapan inti dari SDLC ini. Sebagian besar dari
sistem informasi yang akan dibangun adalah untuk memecahkan masalah organisasi yang
biasanya sangat rumit sehingga sulit untuk dilakukan perencanaan dan pengembangan
proyeknya. Faktanya, banyak proyek yang berakhir jauh lebih besar dari yang diharapkan,
sehingga mengakibatkan keterlambatan pengembangannya dan biayanya melebihi nilai
anggaran sebelumnya. Dalam sepuluh tahun terakhir, beberapa proses pengembangan
sistem informasi terbaru dibangun untuk memudahkan analis dalam meningkatkan
keberhasilan proyek (Satzinger, Jackson & Burd, 2012, hal.6).
Beberapa pendekatan SDLC berdasarkan Kendall dan Kendall (2008):
1. Menggunakan Case Tools
Case Tools adalah sofware untuk membantu membangun sistem. Analis yang
mengadopsi pendekatan SDLC sering diuntungkan dengan adanya alat yang disebut
Computer Aided Software Engineering (CASE) yang dibuat untuk meningkatkan
pekerjaan rutin melalui bantuan otomatis. Analis mengandalkan CASE untuk
meningkatkan produktifitas, komunikasi lebih efektif dengan user, dan adanya
integrasi kerja yang mereka lakukan pada sistem dari awal hingga akhir siklus.
2. Pendekatan Agile
Pendekatan Agile adalah pendekatan pengembangan software berdasarkan pada
nilai, prinsip, dan latihan inti. Empat nilainya adalah komunikasi, kesederhanaan,
umpan balik, dan keberanian. Pendekatan ini direkomendasikan kepada analis untuk
mengadopsi nilai tersebut terhadap semua proyek yang dikerjakan, tidak hanya
digunakan saat mengadopsi pendekatan agile saja.
3. Object-Oriented
Baik orang IT maupun pakar bisnis harus bekerja sama untuk menemukan teknologi
untuk mendukung kebutuhan bisnis mereka. Dengan cara ini, organisasi dapat
memanfaatkan teknologi menarik yang tersedia sambil memastikan proyek mereka
dikerjakan dengan tujuan bisnis yang nyata seperti meningkatkan penjualan, meningkatkan
layanan pelanggan, dan mengurangi biaya operasi. Pada akhirnya sistem informasi
dibutuhan untuk mempengaruhi dasar organisasi saat bisnis yang kuat butuh akan
informasi.
Referensi
Kendall, Kenneth E., and Julie E. Kendall. (2008). Systems Analysis and Design 8th edition.
New Jersey, USA: Prentice Hall.

Satzinger, John W., Jackson, Robert B., and Burd, Stephen D. (2012). System Analysis and
Design in a Changing World 6th edition. Boston, USA: Course Technology.

Dennis, Alan., Wixom, Barbara Haley., and Roth, Roberta M. (2012). Systems Analysis and
Design 5th edition. New Jersey, USA: John Wiley & Sons, Inc.

Dewanto, Joko I. (2004). “System Development Life Cycle dengan Beberapa Pendekatan”.
Jurnal FASILKOM Vol. 2 No. 1: 39-47.

Anda mungkin juga menyukai