1. Pengertian
1.1 Barang bukti adalah benda bergerak atau tidak bergerak atau tidak
bergerak, berwujud atau tidak berwujud yang telah dilakukan penyitaan
oleh Penyidik untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan,
penuntutan dan pemeriksaan disidang pengadilan.
1.2 Barang Temuan sebagai barang adalah benda bergerak, berwujud atau
tidak berwujud yang ditinggalkan atau ditemukan masyarakat atau
penyidik baik karena kejahatan maupun bukan karena kejahatan.
1.3 Pengelolaan barang Bukti adalah tata cara atau proses penerimaan,
penyimpanan, pengamanan, pengeluaran dan pemusnahan benda
sitaan dari ruang atau tempat penyimpanan barang bukti.
1.4 Petugas Pengelola Barang Bukti yang selanjutnya disebut Petugas
adalah anggota Polri yang mempunyai tugas dan wewenang untuk
menerima, menyimpan, dan mengamankan, mengeluarkan dan
memusnahkan benda sitaan dari ruang atau tempat penyimpanan
barang bukti.
1.5 Tempat Penyimpanan Barang Bukti adalah ruangan atau tempat khusus
yang disiapkan oleh keTINDAK kerja Penyidik untuk menyimpan benda-
benda sitaan Penyidik berdasarkan sifat dan jenisnya yang dikelola oleh
Petugas Pengelola Barang Bukti.
1.6 Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat
pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-
undang untuk melakukan penyidikan.
1.7 Penyidik pembantu adalah pejabat kepolisian negara Republik
Indonesia yang karena diberi wewenang tertentu dapat melakukan tugas
penyidikan yang diatur dalam undang-undang ini.
2. Pedoman/Acuan
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
RESOR LOMBOK BARAT
2.1 Undang – undang No.2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
2.3 Peraturan Kapolri No. Pol 12 tahun 2009 tentang Pengawasan dan
Pengendalian Penanganan Perkara Pidana di Lingkungan Polri.
5. Prosedur
5.1 Tatacara Proses Penyimpanan dan Perawatan Barang Bukti.
a. Penyidik / Penyidik Pembantu menyerahkan Copy Surat perintah
Sita Barang Bukti dan Berita Acara Penitipan Barang Bukti serta
menyerahkan Surat Tanda Terima BB ke Petugas Pengelola
Barang Bukti dan Petugas pengelola BB melakukan pengecekan
b. Simpan Barang Bukti di Ruang Simpan Barang Bukti
c. Catat dalam buku register
5.2 Tatacara / Proses Pengeluaran dan Penyerahan Barang Bukti.
Barang bukti dikeluarkan dari ruang penyimpanan barang bukti, atas
permintaan penyidik /penyidik pembantu, untuk selanjutnya diserahkan
ke Jaksa Penuntut Umum, untuk dilelang atas ijin Ketua Pengadilan,
untuk dimusnahkan atau diserahkan kembali kepada yang berhak,
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Penyidik menunjukkan Tanda Terima Barang Bukti kepada
petugas.
b. Petugas mengambil barang bukti sesuai dengan permintaan
Penyidik/ Penyidik Pembantu yang tertuang dalam Bon
Pengambilan Barang Bukti, Berita Acara dan Surat Tanda Terima.
c. Penyidik melakukan pengecekan terhadap barang bukti, apakah
sesuai dengan permintaan.
d. Penyidik membuat Berita Acara Pengambilan Barang Bukti yang
ditandatangani oleh Penyidik dan petugas.
e. Petugas mencatat pengambilan barang bukti.
PENYIDIK / PENYIDIK
PEMBANTU
PETUGAS
PENGELOLA
BARANG
BUKTI
SETELAH TERIMA
BARANG BUKTI
LAKUKAN CEK
PETUGAS
SERAHKAN BARANG BUKTI
PENGELOLA
UNTUK SEPERTI SAAT
MENERIMA DALAM KEADAAN BARANG
TERBUNGKUS DAN BERLABEL BUKTI
BARANG BUKTI
PEMERIKSAAN
ADMINISTRASI PINJAM
PAKAI BARANG BUKTI
AMBIL BARANG
CATAT DALAM BUKTI DI RUANG
BUKU REGISTER SIMPAN BARANG
BUKTI
1. Pengertian
3. Tujuan
4. Alat
4.1 Komputer
4.2 Teropong kamera, handycam
4.3 Berbagai alat tulis untuk mencatat hasil penyelidikan
4.4 Alat komunikasi (Handphone, Handy Talky)
4.5. Kendaraan Bermotor
4.6. Senjata Api (Revolver)
5. Prosedur
5.1. Persiapan penyelidikan
1) Pengamatan
2) Wawancara
3) Penyamaran
4) Pembuntutan
AWAL
PENYIDIK
TERIMA LAPORAN BATAS WAKTU
LENGKAPI MINDIK MUDAH : 30 HARI
DAN SP2HP SEDANG : 60 HARI
SULIT : 90 HARI
S. SULIT : 120 HARI
LAPORAN
PENYIDIK TIDAK DIKETEMUKAN BUKTI
1. BUAT PANGGILAN ANALISA PERMULAAN CUKUP (PASAL
(KONFIDENTIAL) LAPORAN 184 KUHP)
2. LIDIK LAPANGAN
PENYIDIK SP2HP
LENGKAPI PELAPOR
ADMINISTRASI NAIK SIDIK
1. Tujuan
Untuk mewujudkan pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan peranan Kepolisian Negara
Republik Indonesia, khususnya penyidik / penyidik pembantu dalam rangka
penyelenggaraan administrasi umum dalam bentuk naskah dinas.
2. Pedoman/Acuan
3. Pengertian
3.1 Naskah dinas adalah semua tulisan yang dikeluarkan oleh pejabat
yang berwenang di lingkungan Polri dalam rangka melaksanakan
tugas, fungsi dan peranan di bidang masing-masing yang disusun
menurut bentuk-bentuk yang telah ditetapkan seperti : peraturan,
keputusan, instruksi, perintah harian/amanat, surat edaran, surat
perintah, surat tugas, laporan, surat biasa/rahasia, nota dinas,
surat telegram, maklumat, pengumuman, surat pengantar,
telahaan staf, 15 naskah dinas lainnya.
3.2 Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat
pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh
undang-undang untuk melakukan penyidikan.
3.3 Penyidik pembantu adalah pejabat kepolisian negara Republik
Indonesia yang karena diberi wewenang tertentu dapat melakukan
tugas penyidikan yang diatur dalam undang-undang ini.
3.4 Penyelidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia yang diberi
wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penyelidikan.
4. Alat
4.1 Komputer
4.2 Mesin scanner, printer dan foto copy
4.3 Berbagai alat tulis untuk mendukung terlaksananya pembuatan Naskah Dinas
4.4 Internet
4.5. Telepon
4.6. Mesin Faximail
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INONESIA
DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
RESOR LOMBOK BARAT
5. Prosedur
e. dilakukan penelitian sehingga terhindar dari salah ketik dan atau salah
penulisan
PERSIAPAN
PEMBUATAN PENDISTRIBUSIAN
PELAKSANAAN
NASKAH DINAS NASKAH DINAS
1. Tujuan
2. Pedoman/Acuan
3. Pengertian
3.1. Penanganan Tempat Kejadian Perkara adalah merupakan tindakan
kepolisian oleh penyelidik atau penyidik atau penyidik pembantu
berupa tindakan kepolisian yang dilakukan ditempat kejadian perkara,
terdiri dari Tindakan Pertama di Tempat Kejadian Perkara (TP-TKP)
dan Pengolahan Tempat Kejadian Perkara (Olah TKP).
3.2. Tindakan Pertama di TKP (TP-TKP) adalah tindakan kepolisian yang
dilakukan segera setelah menerima laporan bahwa terjadi tindak
pidana, dengan maksud untuk melakukan pertolongan/ perlindungan
kepada korban dan pengamanan dan mempertahankan status quo
guna persiapan serta pelaksanaan pengolahan TKP.
3.3. Pengolahan TKP (Olah TKP) adalah tindakan Penyidik/ Penyidik
Pembantu untuk memasuki TKP dalam rangka melakukan
pemeriksaan TKP mencari informasi tentang terjadinya tindak pidana,
mengumpulkan/ mengambil barang-barang bukti yang diduga ada
hubungannya dengan Tindak Pidana yang terjadi untuk disita atau
disimpan guna kepentingan pembuktian.
3.4. Tempat Kejadian Perkara (TKP) adalah tempat dimana suatu tindak
pidana dilakukan atau terjadi dan tempat-tempat lain dimana tersangka
dan atau korban dan atau barang-barang bukti yang berhubungan
dengan tindak pidana tersebut dapat ditemukan.
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
RESOR LOMBOK BARAT
3.5. Tindak Pidana adalah setiap perbuatan atau peristiwa yang diancam
sebagai hukuman kejahatan atau pelanggaran baik yang disebut dalam
KUHP maupun peraturan perundang-undangan lainnya.
3.6 Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat
pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-
undang untuk melakukan penyidikan
3.7 Penyidik pembantu adalah pejabat kepolisian negara Republik Indonesia
yang karena diberi wewenang tertentu dapat melakukan tugas penyidikan
yang diatur dalam undang-undang ini
3.8 Penyelidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia yang diberi
wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penyelidikan
3.9 Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna
kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara
pidana yang ia dengar sendiri, ia Iihat sendiri dan ia alami sendiri
3.10 Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya
berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana
3.11 Barang bukti adalah benda bergerak atau tidak bergerak atau tidak
bergerak, berwujud atau tidak berwujud yang telah dilakukan penyitaan
oleh Penyidik untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan,
penuntutan dan pemeriksaan disidang pengadilan.
3.12 Barang Temuan sebagai barang bukti adalah benda bergerak, berwujud
atau tidak berwujud yang ditinggalkan atau ditemukan masyarakat atau
penyidik baik karena kejahatan maupun bukan karena kejahatan
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
RESOR LOMBOK BARAT
4. Alat
4.1 Peralatan dari Unit Identifikasi dan Inafis (Indonesia Automatic Finger
System):
Sarung Tangan
Alat Pengukur Jarak / Meteran
Tali, Kapur Tulis, Kabel, Lak
4.2 Senpi, Borgol, Pisau, Gunting
4.3 Alat Dokumentasi : Perekam Video (Handycam) dan Kamera.
4.4 Alat Tulis
4.5 Alat pembungkus barang bukti seperti :
Kertas sampul warna coklat
Kantong Plastik berbagai ukuran
Tabung plastik berbagai ukuran
Amplop
4.6 Perlengkapan P3K
4.7 Tape Recorder dan alat-alat elektronika sebagai penolong
pemeriksaan (bila dperlukan)
4.8 Alat Angkutan dan Komunikasi
4.9 Garis Polisi (Police Line)
4.10 Peralatan lainnya yang dianggap perlu dan disesuaikan dengan situasi
TKP dan jenis tindak pidana yang terjadi
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
RESOR LOMBOK BARAT
5. Prosedur
5.1 Perwira siaga baik selaku fungsi maupun selaku penyidik pada
dasarnya bertindak atas nama kepala kesatuan kewilayahan untuk
menangani peristiwa yang terjadi di dalam wilayah hukumnya terutama
TP-TKP dan memberitahukan kepada Sat Reskrim untuk pengolahan
TKP.
5.2 Dalam penanganan Olah TKP perlu memperhatikan urutan tindakan,
namun demikian sesuai dengan situasi dan kondisi dimungkinkan
adanya prioritas tindakan, baik pada waktu tindakan pertama di TKP
maupun pada waktu pengolahannya.
5.3 Penyidik dengan dibantu oleh unsur-unsur bantuan teknis penyidikan
(Labfor Polri, Identifikasi Polri, Dokter Forensik Polri dan ahli lainnya),
bertanggung jawab di dalam pelaksanaan, pengelohan TKP.
5.4 Perwira siaga selama di TKP bertindak mengkoordinasikan petugas
yang ada di TKP dan bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan
TP-TKP
5.5 Segala sesuatu yang didapat dan tindakan-tindakan lain yang
dilakukan dalam TP-TKP harus dituangkan dalam Berita Acara
Pemeriksaan di TKP
5.6 Urutan tindakan penanganan TKP :
5.6.1 Persiapan personil, sarana angkutan, alat komunikasi dan
peralatan yang diperlukan lainnya.
5.6.2 Memberikan perlindungan dan pertolongan kepada korban
5.6.3 Menutup dan mengamankan TKP dengan tujuan
mempertahankan status quo.
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
RESOR LOMBOK BARAT
OLAH TKP
UNSUR BANTUAN
TEKNIS SIDIK :
PENGAMATAN PEMOTRETAN PENANGANAN PENANGANAN
LABFOR POLRI KORBAN, SAKSI
UMUM DAN BARANG BUKTI
INDENTIFIKASI POLRI PEMBUATAN DAN PELAKU
DOKTER FORENSIK POLRI SKETSA
AHLI LAINNYA SESUAI
TINDAK PIDANA YANG
TERJADI PENGAKHIRAN
PENANGANAN
- KONSOLIDASI
- PEMBUKAAN TKP
- BAP DI TKP
- EVALUASI
KEGIATAN
1. Pengertian
2.1 Pasal 7 ayat (1), huruf g, Pasal 11, Pasal 16, Pasal 112 ayat (1) dan
ayat (2) Pasal 113, Undang-undang no. 8 tahun 1981 tentang KUHAP.
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
RESOR LOMBOK BARAT
3. Tujuan
Untuk mewujudkan penyidik Ditreskrim Polda NTB yang profesional, bermoral
dengan menjunjung tinggi supermasi hukum dan hak asasi manusia.
4. Alat
4.1 Komputer
4.2 Printer
4.3 Alat Tulis
4.4 Meja
4.5 Kursi
4.6 Tape Recorder dan alat-alat elektronika sebagai penolong pemeriksaan
(bila dperlukan)
4.7 Kelengkapan Administrasi Penyidikan
5. Prosedur
5.1. Tahap Pembuatan
PENERIMAAN
SAKSI/ SAKSI
AHLI,
TERSANGKA
PENERIMAAN
TAHAP PEMERIKSAAN
- APABILA YANG DIPANGGIL 2 KALI
TETAP MENOLAK MAKA
DIPERLUKAN SURAT PERINTAH
MEMBAWA
1. Pengertian
1.1 Pemeriksaan adalah kegiatan untuk mendapatkan keterangan,
kejelasan dan keidentikan dari tersangka, saksi, ahli tentang barang
bukti maupun unsur – unsur tindak pidana yang telah terjadi sehingga
kedudukan atau peranan seseorang maupun barang bukti didalam
tindak pidana tersebut menjadi jelas dan dituangkan didalam Berita
Acara Pemeriksaan.
1.2 Pemeriksa adalah pejabat yang mempunyai kewenangan untuk
melakukan pemeriksaan baik sebagai penyidik maupun penyidik
pembantu.
1.3 Penyelidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia yang diberi
wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penyelidikan
1.4 Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat
pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh
undang-undang untuk melakukan penyidikan.
1.5 Penyidik pembantu adalah pejabat kepolisian negara Republik
Indonesia yang karena diberi wewenang tertentu dapat melakukan
tugas penyidikan yang diatur dalam undang-undang ini.
1.6 Interogasi adalah salah satu teknik pemeriksaan tersangka atau saksi
dalam rangka penyidikan tindak pidana dengan cara mengajukan
pertanyaan baik lisan maupun tertulis kepada tersangka atau saksi
guna mendapatkan keterangan, petunjuk – petunjuk lainnya serta
kebenaran keterlibatan tersangka, dalam rangka pembuatan Berita
Acara Pemeriksaan/Interogasi.
1.7 Konfrontasi adalah salah satu teknik pemeriksaan dalam rangka
penyidikan dengan cara mempertemukan satu dengan lainnya (antara:
tersangka dengan saksi, saksi dengan saksi, tersangka dengan
tersangka lainnya) untuk menguji kebenaran dan persesuaian
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
RESOR LOMBOK BARAT
2.3 Peraturan Kapolri No. Pol 12 tahun 2009 tentang Pengawasan dan
Pengendalian Penanganan Perkara Pidana di Lingkungan Polri.
3. Tujuan
Untuk digunakan sebagai pedoman bagi petugas Polri dan masyarakat
dalam prosedur pemeriksaan perkara tindak pidana secara transparan dan
akuntabel.
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
RESOR LOMBOK BARAT
4. Alat
4.1 Komputer
4.2 Printer
c. Pemeriksaan Ahli
1) Apabila dalam pemeriksaan suatu tindak pidana terhadap
hal – hal tertentu, (misal : bila ada pengaduan bahwa suatu
surat/tulisan palsu/dipalsukan/ diduga palsu) atau barang-
barang (misal : emas, berlian) atau dalam menangani
seorang korban (luka / keracunan / mati karena peristiwa
yang diduga tindak pidana), yang hanya dapat diterangkan
atau dijelaskan oleh orang ahli atau orang yang memiliki
keahlian khusus dalam bidang tertentu, maka maka
penyidik/ penyidik pembantu dapat meminta pendapat
kepada orang ahli/ yang memiliki keahlian khusus. (vide
pasal 120 ayat (1) KUHAP)
2) Pemeriksaan ahli dilaksanakan setelah penyidik / penyidik
pembantu mendapatkan bukti bukti yang dapat dianalisa
oleh ahli sesuai dengan keahliannya, dengan jalan
mengajukan permintaan tertulis keterangan keahlian atau
dengan jalan memanggil orang ahli/yang memiliki keahlian
khusus.
3) Sebelum memberikan keterangan berdasarkan keahliannya
seorang ahli terlebih dahulu disumpah / mengucapkan janji
dihadapan penyidik/ penyidik pembantu bahwa ia akan
memberikan keterangan menurut pengetahuannya dan
keahliannya
4) Untuk memberikan keterangan itu, ahli mengangkat sumpah
atau mengucapkan janji dihadapan penyidik, kecuali bila
disebabkan karena harkat dan martabat, pekerjaan atau
jabatannya orang mewajibkan menyimpan rahasia, dapat
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
RESOR LOMBOK BARAT
6. MEKANISME PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN / MELAKSANAKAN
PEMERIKSA/PENYIDIK
PEMERIKSA/PENYIDIK PENYIDIK PEMERIKSAAN SESUAI
MEMBUAT RENCANA
MEMPERSIAPKAN DENGAN WAKTU
PERTANYAAN YANG AKAN
DALAM SURAT
DITANYAKAN RUANG PEMERIKSAAN
PANGGILAN
KEPADATERPERIKSA DENGAN RAPI
SETELAH SELESAI
MEMERIKSA PEMERIKSAAN BERSIKAP RAMAH DAN
/ PENYIDIK PEMERIKSA / PENYIDIK SOPAN SERTA
MEMPERLIHATKAN ISI MENGUASAI BERPAKAIAN RAPI
BERITA ACARA PADA WAKTU
PEMERIKSAAN KEPADA
PERSOALAN YANG
TERPERIKSA DISIDIK MEMERIKSA
PEMERIKSA / PENYIDIK
DAN TERPERIKSA
MENANDA TANGANI
BERITA ACARA YANG
TELAH DIBUAT
1. Pengertian
1.1. Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa ditempat tertentu
oleh penyidik atau penuntut umum atau hakim dengan penetapannya,
dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang.
1.2. Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat
pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-
undang untuk melakukan penyidikan.
1.3. Penyidik pembantu adalah pejabat kepolisian negara Republik Indonesia
yang karena diberi wewenang tertentu dapat melakukan tugas penyidikan
yang diatur dalam undang-undang ini.
3. Tujuan
Untuk kepentingan penyidikan dan untuk menghindari tersangka akan
melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti, dan atau mengulangi
tindak pidana serta tersangka tidak koperatif dan atau mempersulit pemeriksaan
4. Alat
4.1 Senpi;
4.2 Borgol;
4.3 Tongkat T Polri;
4.4 Ranmor;
4.5 Handphone.
5. Prosedur
g. Mekanisme
1. Pengertian
1.1 Penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa pengekangan
sementara waktu kebebasan tersangka atau terdakwa apabila terdapat
cukup bukti guna kepentingan penyidikan atau penuntutan dan atau
peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang -
undang.
1.2 Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat
pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh
undang-undang untuk melakukan penyidikan.
1.3 Penyidik pembantu adalah pejabat kepolisian negara Republik
Indonesia yang karena diberi wewenang tertentu dapat melakukan
tugas penyidikan yang diatur dalam undang-undang ini.
1.4 Tertangkap tangan adalah tertangkapnya seorang pada waktu sedang
melakukan tindak pidana, atau dengan segera sesudah beberapa saat
tindak pidana itu dilakukan, atau sesaat kemudian diserukan oleh
khalayak ramai sebagai orang yang melakukannya, atau apabila
sesaat kemudian padanya ditemukan benda yang diduga keras telah
dipergunakan untuk melakukan tindak pidana itu yang menunjukkan
bahwa ia adalah pelakunya atau turut melakukan atau membantu
melakukan tindak pidana itu.
1.5 Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau
keadaannya berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku
tindak pidana.
1.6 DPO adalah Daftar Pencarian Orang yang telah ditetapkan sebagai
seorang tersangka.
1.7 Satu hari adalah dua puluh empat jam dan satu bulan adalah waktu tiga
puluh hari.
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
RESOR LOMBOK BARAT
2. Pedoman / Acuan
2.1 Undang-undang No.2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
2.2 Undang-undang no. 8 tahun 1981 tentang KUHAP.
2.3 Peraturan perundang-undangan diluar KUHP.
2.4 Peraturan Kapolri No. Pol 12 tahun 2009 tentang Pengawasan dan
Pengendalian Penanganan Perkara Pidana di Lingkungan Polri.
2.5 Juklak dan juknis administrasi penyidikan No. Pol : SKEP/1205/IX/2000
Tanggal 11 September 2000.
2.6 Standart Internasional ISO 9001:2016.
3. Tujuan
Untuk mengamankan seseorang yang diduga keras melakukan tindak
pidana, berdasarkan bukti permulaan yang cukup.
4. Alat
4.1 Senpi
4.2 Ranmor
4.3 Handphone / Handytalky
4.4 Kamera / handycam
4.5 Borgol
4.6 Laptop
4.7 Printer
5. Prosedur
5.1 Wewenang penangkapan
a. Penyidik
b. Penyidik Pembantu.
c. Penyelidik atas perintah Penyidik melakukan penangkapan.
5.2 Proses Penangkapan
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
RESOR LOMBOK BARAT
6. Mekanisme
PENYIDIK/ PENYIDIK
PETUGAS SATU LEMBAR PEMBANTU MEMBUAT
MEMBERIKAN SURAT PERINTAH MEMBERITAHUKAN KEPADA BERITA ACARA
SATU LEMBAR PENANGKAPAN KEPALA DESA / LINGKUNGAN PENANGKAPAN YANG
SURAT PERINTAH DIBERIKAN KEPADA DIMANA TERSANGKA TINGGAL DITANDA TANGANI OLEH
TENTANG PEANGKAPAN YANG YANG MELAKUKAN
PENANGKAPAN KELUARGA TERJADI
TERSANGKA PENANGKAPAN DAN
KEPADA
TERSANGKA YANG
TERSANGKA
DITANGKAP
MASA PENANGKAPAN
DILAKUKAN BIASA : 1 X 24 JAM
PENAHANAN NARKOBA : 3 X 24 JAM
TERORISME : 7 X 24 JAM
PENYIDIK/
PENYIDIK PEMBANTU MEMBUAT TIDAK DILAKUKAN
PENAHANAN
BERITA ACARA PEMULANGAN
1. Pengertian
1.1 Anggaran ialah suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi
/seluruh kegiatan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan
berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.
1.2 Penyelidikan (Lidik) ialah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan
menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna
menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang
diatur dalam undang-undang.
1.3 Penyidikan (Sidik) ialah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan
menurut cara yang diatur dalam undang-undang untuk mengumpulkan bukti
yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang terjadi dan guna
menemukan tersangkanya.
1.4 Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat
pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-
undang untuk melakukan penyidikan.
1.6 Penyelidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia yang diberi
wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penyelidikan.
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
RESOR LOMBOK BARAT
2. Pedoman / Acuan
2.1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 01/PM.2/2009 tanggal 4 Maret 2009 tentang
Standar Biaya Umum T.A 2010.
2.2 Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : Skep/422/IX/2009 tanggal 1 September 2009
tentang Standar Biaya Khusus di Lingkungan polri T.A 2010.
2.3 Surat Kabareskrim Polri No. Pol. : B/673/VI/2004/Bareskrim tanggal 10 Juni 2004
perihal Rencana Norma Indek, Renbut Materiil, Rencana Kinerja dan Bahan
Masukan Jukcan Kapolri Bidang Reskrim Tahun 2004.
2.4 Surat Kabareskrim Polri No. Pol. : B/1877/IX/2008/Bareskrim tanggal 26 September
2008 perihal Petunjuk Penggunaan dan Perwabku Dukungan Dana Lidik – Sidik
Tindak Pidana.
2.5 Nota Dinas Irbid Jemen Opsnal II Itwil I Itwasum Polri, No. Pol. : B/ND- 58/XII/WIL I,
tanggal 14 Desember 2009, perihal Laporan Anev Hasil Wasrik Bid Jemen Opsnal
Tahap II T.A 2009, salah satunya bahwa Anggaran Lidik / Sidik (Reskrim, Narkoba,
Lantas, Intel) diterimakan setelah kegiatan selesai dilaksanakan (setelah P21 atau
selesai Lapgas).
3. Tujuan
Menyalurkan anggaran yang transparan dan akuntabel kepada pelaksana opsnal
yaitu penyelidik dan penyidik secara sistematis tepat waktu dan sasaran.
4. Syarat
4.1 Laporan Polisi / Laporan Informasi
4.2 Surat perintah tugas
4.3 Surat perintah penyelidikan/penyidikan
4.4 Rencana penyelidikan/penyidikan
4.5 Rencana anggaran biaya
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
RESOR LOMBOK BARAT
5. Prosedur
5.1 Proses pengajuan RAB (Rencana Anggaran Biaya)
a. Harus ada LP (Laporan Polisi) atau LI (Laporan Informasi).
b. Harus ada surat perintah tugas dan surat perintah lidik/sidik yang
dikeluarkan oleh Kasatker kepada unit atau tim yang ditunjuk.
c. Ka Unit / Ka Tim yang mendapat perintah segera membuat rencana
kegiatan dan rencana dukungan biaya yang disebut dengan RAB
(Rencana Anggaran Biaya).
d. RAB tersebut akan diteliti oleh Kasatker dalam hal ini Direktur Reskrim
Polri yang dilaksanakan oleh Bendahara Satker (Bensatker).
6. Mekanisme
1. Pengertian
1.1 Penggeledahan Rumah adalah tindakan Penyidik untuk memasuki rumah
tempat tinggal dan tempat–tempat tertutup lainnya untuk melakukan tindakan
pemeriksaan guna mencari benda yang diduga keras didalam rumah dan di
tempat tertutup lainnya dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam
undang-undang.
1.2 Penggeledahan Badan adalah tindakan penyidik untuk mengadakan
pemeriksaan badan dan atau pakaian tersangka untuk mencari benda yang
diduga keras ada pada badannya atau dibawanya.
1.3 Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat
pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-
undang untuk melakukan penyidikan.
1.4 Penyidik pembantu adalah pejabat kepolisian negara Republik Indonesia
yang karena diberi wewenang tertentu dapat melakukan tugas penyidikan
yang diatur dalam undang-undang ini.
1.5 Penyelidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia yang diberi
wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penyelidikan
1.6 Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya
berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana
1.7 Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan
penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia
dengar sendiri, ia Iihat sendiri dan ia alami sendiri.
1.8 Barang bukti adalah benda bergerak atau tidak bergerak atau tidak bergerak,
berwujud atau tidak berwujud yang telah dilakukan penyitaan oleh Penyidik
untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan dan
pemeriksaan disidang pengadilan.
1.9 Barang Temuan sebagai barang adalah benda bergerak, berwujud atau tidak
berwujud yang ditinggalkan atau ditemukan masyarakat atau penyidik baik
karena kejahatan maupun bukan karena kejahatan
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
RESOR LOMBOK BARAT
2. Pedoman / Acuan :
2.1 Undang-undang No.2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia;
2.2 Undang-undang No. 8 tahun 1981 tentang KUHAP;
2.3 Peraturan Kapolri No. Pol 12 tahun 2009 tentang Pengawasan dan
Pengendalian Penanganan Perkara Pidana di Lingkungan Polri;
2.4 Juklak dan juknis administrasi penyidikan No. Pol : SKEP/1205/IX/2000
Tanggal 11 September 2000;
6. Mekanisme
PENGGELEDAHAN RUMAH /
TEMPAT TERTUTUP LAINNYA
DAN ATAU PENGGELEDAHAN
BADAN/PAKAIAN
1. Pengertian
1.1 Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih dan
atau menyimpan dibawah penguasaannya benda bergerak atau tidak
bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian
dalam penyidikan, penuntutan dan peradilan.
1.2 Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat
pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-
undang untuk melakukan penyidikan.
1.3 Penyidik pembantu adalah pejabat kepolisian negara Republik Indonesia
yang karena diberi wewenang tertentu dapat melakukan tugas penyidikan
yang diatur dalam undang-undang ini.
1.4 Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan
penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia
dengar sendiri, ia Iihat sendiri dan ia alami sendiri.
1.5 Penyelidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia yang diberi
wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penyelidikan.
1.6 Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya
berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana
1.7 Tertangkap tangan adalah tertangkapnya seorang pada waktu sedang
melakukan tindak pidana, atau dengan segera sesudah beberapa saat
tindak pidana itu dilakukan, atau sesaat kemudian diserukan oleh khalayak
ramai sebagai orang yang melakukannya, atau apabila sesaat kemudian
padanya ditemukan benda yang diduga keras telah dipergunakan untuk
melakukan tindak pidana itu yang menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya
atau turut melakukan atau membantu melakukan tindak pidana itu.
2. Pedoman / Acuan
2.1 Undang-undang No.2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
RESOR LOMBOK BARAT
6. Mekanisme
PETUGAS MEMBAWA SURAT PERINTAH LENGKAP
MELAKUKAN PENYITAAN TERHADAP TERSANGKA YANG
TERCANTUM PADA SURAT PERINTAH TERSEBUT
DILAKUKAN DENGAN
KEADAAN SANGAT PERLU
MENGAJUKAN PERMINTAAN IJIN KEPADA DAN MENDESAK TANPA
PENGADILAN NEGERI SEDAERAH HUKUM MENGAJUKAN KEPADA
DIMANA PENYITAAN DILAKUKAN PENGADILAN NEGERI
TERLEBIH DAHULU
DILAKUKAN PENYITAAN
1. Tujuan
2. Pedoman / Acuan :
3. Pengertian
3.2 Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat
pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-
undang untuk melakukan penyidikan.
3.3 Penyidik pembantu adalah pejabat kepolisian negara Republik Indonesia
yang karena diberi wewenang tertentu dapat melakukan tugas
penyidikan yang diatur dalam undang-undang ini.
3.4 Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya
berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana
3.5 Tempat Kejadian Perkara (TKP) adalah tempat dimana suatu tindak
pidana dilakukan atau terjadi dan tempat-tempat lain dimana tersangka
dan atau korban dan atau barang-barang bukti yang berhubungan
dengan tindak pidana tersebut dapat ditemukan.
4. Alat :
4.1 Komputer;
4.2 Printer;
4.3 Alat tulis;
4.4 Meja;
4.5 Kursi;
4.6. Tape Recorder;
4.7. Kamera;
4.8. Handycam;
4.9. Alat peraga
4.10.Police line
5. Prosedur Rekonstruksi
5.1 Penyidik menyiapkan segala kelengkapan rekonstruksi;
5.2 Penyidik membuat rencana pelaksanaan rekonstruksi;
5.3 Penyidik menyiapkan personel pelaksana rekontruksi;
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
RESOR LOMBOK BARAT
8. Mekanisme
SIAPKAN PERSONIL
PELAKSANAAN REKONSTRUKSI :
BUAT RENCANA PELAKSANAAN 1. PEMERAN ANTARA LAIN :
REKONSTRUKSI : A. SEBAGAI KORBAN
PETUGAS SIAP B. SEBAGAI SAKSI
- ADEGAN / URUTAN ADEGAN
KELENGKAPAN - PEMERAN : KORBAN, SAKSI, C. SEBAGAI TERSANGKA
REKONSTRUKSI SESUAI PELAKU 2. PETUGAS IDENTIFIKASI
KASUS YANG DITANGANI - ALAT PERAGA : BARANG BUKTI A. FOTO
B. ALAT PERAGA
3. PENYIDIK SIAPKAN BA
1. Pengertian
1.1. Berkas perkara adalah kumpulan dari seluruh kegiatan dan atau
keterangan yang berkaitan dengan tindakan penyidikan tindak pidana
dalam bentuk produk tertulis yang dilakukan oleh penyidik/penyidik
pembantu.
1.2. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan
menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang
tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.
1.3. Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat
pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-
undang untuk melakukan penyidikan.
1.4. Penyidik pembantu adalah pejabat kepolisian negara Republik Indonesia
yang karena diberi wewenang tertentu dapat melakukan tugas
penyidikan yang diatur dalam undang-undang ini.
1.5. Resume adalah ikhtisar dan kesimpulan dari hasil penyidikan tindak
pidana yang terjadi, dituangkan dalam bentuk dan persyaratan
penulisan tertentu.
1.6. Pemberkasan adalah kegiatan memberkas isi berkas perkara dengan
susunan, syarat penyampulan, pengikatan dan penyegelan yang telah
ditentukan serta pemberian nomor berkas perkara.
1.7. Penyerahan berkas perkara adalah tindakan penyidik untuk
menyerahkan berkas perkara dan menyerahkan tanggung jawab atas
tersangka dan barang bukti kepada penuntut umum atau ke pengadilan
dalam hal acara pemeriksaan cepat atas kuasa penuntut umum sesuai
dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1.8. Pengembalian berkas perkara adalah dikembalikannya berkas perkara
dari penuntut umum kepada penyidik karena adanya kekurangan isi atau
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
RESOR LOMBOK BARAT
2. Pedoman/Acuan
2.1 Undang-undang No. 8 tahun 1981 tentang KUHAP.
2.2 Undang-undang No.2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
2.3 Peraturan Kapolri No. Pol 12 tahun 2009 tentang Pengawasan dan
Pengendalian Penanganan Perkara Pidana di Lingkungan Polri.
2.4 Juklak dan juknis administrasi penyidikan No. Pol : SKEP/1205/IX/2000
Tanggal 11 September 2000.
3. Tujuan
Untuk mewujudkan penyidik / penyidik pembantu yang profesional, bermoral
dengan menjunjung tinggi supremasi hukum dan hak asasi manusia dalam
rangka memberikan kepastian hukum dengan cara penyelesaian perkara
dengan cepat.
4. Alat
4.1 Komputer
4.2 Printer
4.3 Lak pelikan
4.4 Lilin
4.5 Perturator (alat untuk melobangi kertas)
4.6 Kertas sampul (cover)
4.7 Jarum
4.8 Tali atau benang
4.9 Korek api
4.10 Cap Stempel Kesatuan Polri setempat
4.11 Borgol
4.12 Ranmor
5. Prosedur Penyelesaian Perkara
5.1 Penyidik memahami format Penyelesaian dan Penyerahan Berkas
Perkara
5.2 Menuangkan hasil kegiatan penyidikan secara jelas
5.3 Menganalisa kasus secara cermat
5.4 Menganalisis unsur-unsur yang dipersangkakan
5.5 Membuat kesimpulan terhadap hasil analisa kasus dan yuridis
terhadap perkara yang dipersangkakan.
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
RESOR LOMBOK BARAT
KIRIM TERSANGKA
DAN BARANG BUKTI