Anda di halaman 1dari 1

Nama : Hilmi Adillah

NIM : 15717028

Apakah pengelolaan sampah dengan metode Toss bisa diterapkan dibandingkan


dengan metoda lain (misalnya : kompos) di Kota Bandung?

Masing-masing teknologi tentunya mempunyai kekurangan kelebihan, namun jika melihat


komposisi sampah kota bandung menurut pendataan 2019, dimana persentase tertinggi
diperoleh oleh sampah organic yaitu sekitar 67%, yang artinya sampah organik lebih banyak
dari sampah lainnya, artinya metode pengomposan mungkin lebih tepat, tapi kembali lagi
bahwa pengomposan pun mempunyai kekurangan diantaranya menimbulkan bau,
mendatangkan lalat dan serangga lainnya, yang bisa mendatangkan penyakit. Selain itu
sampah anorganik nya ada sebagian yang sudah di angkut oleh pemulung. Namun untuk jenis
sampah lainnya seperti b3 dan residu tidak tau mau dikemanakan.

Untuk itu penerapan TOSS menurut saya mungkin lebih cocok untuk digunakan di kota
Bandung, karena semua sampah bisa dicampur. Penerapan konsep TOSS dimulai dari proses
peuyeumisasi, yaitu proses alami yang melibatkan bakteri anaerob mikrobiologi untuk
mengeram sampah yang bertujuan untuk mempercepat proses penguraian/degradasi.
Keuntungan dari pre-treatment peuyeumisasi adalah tidak memerlukan proses pengeringan,
sehingga sampah dapat langsung dipeuyeumisasi. Konsep TOSS yang berjalan saat ini
mampu menghasilkan daya listrik sebesar 30 kVA yang kurang-lebih dapat menerangi 30
rumah dengan 100 kg pelet setiap harinya.

Kelebihan menggunakan metode TOSS tidak membutuhkan ruang tertutup karena prosesnya
berlangsung secara aerob. Lalu, tidak perlu dilakukan pemilahan sampah organik dan
anorganik karena semuanya bisa diproses. Selain itu, hasil akhir olah sampah TOSS berupa
briket dengan nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan kompos. Kebutuhan briket sebagai
sumber energi pembakaran di industri khususnya di Jawa Barat pun terbilang tinggi sehingga
memudahkan penjualan. Di Bandung saja, ada sekitar 200 pabrik yang membutuhkan briket
sebagai tenaga pembakar.

Anda mungkin juga menyukai