Anda di halaman 1dari 130

KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Menghadapi Fenomena
Memutus Mata Rantai Hopeless
Kaum Muda di Indonesia NEET

PUSAT DATA DAN INFORMASI KETENAGAKERJAAN


BADAN PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN
NEET MEMUTUS MATA KETENAGAKERJAAN
MENGHADAPI FENOMENA
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN R.I.
RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA a
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

MENGHADAPI FENOMENA NEET


Memutus Mata Rantai Hopeless Kaum Muda di Indonesia

ISBN : 978-602-53118-8-8

ER
Naskah :
Bidang Pengolahan dan Analisis Data

AK
Desain Sampul dan Layout :
Bidang Pengolahan dan Analisis Data

Penerbit:
IN
Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan
AT

Redaksi :
Jl. Jenderal Gatot Subroto
Kav. 51 Jakarta Selatan 12950
SD

Telp : 021 – 5273609


Fax. : 021 – 5273609
Website : https://pusdatinaker.kemnaker.go.id
Email : latpen.pusdatin@kemnaker.go.id
PU

Hak cipta dilindungi undang – undang


Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengkomunikasikan, dan/atau
menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa
izin tertulis dari Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan

b MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

RINGKASAN EKSEKUTIF

ER
NEET (Not in Employment, Education or Training) muncul pertama kali di jepang
pada tahun 1990 yang menggambarkan seseorang yang tidak bekerja dan tidak
mencari pekerjaan, serta bukan merupakan seorang yang tengah menempuh

AK
pendidikan ataupun mengurus rumah tangga.

Dari berbagai definisi yang muncul, mereka yang terkategori sebagai NEET,
cenderung disamakan dengan pemuda yang putus asa, tidak memiliki pekerjaan
atau pengangguran, dan merasa dikucilkan oleh lingkungannya, walaupun
IN
sebenarnya tidak selalu berarti demikian. Indikator bahwa seseorang dikategorikan
sebagai NEET jika memenuhi dua kondisi yaitu (i). tidak bekerja (pengangguran
atau tidak aktif ) dan (ii). tidak memperoleh pendidikan ataupun pelatihan dalam 4
AT
(empat) minggu terakhir sebelum survei dilakukan.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menginformasikan bahwa NEET secara


global pada tahun 2019 berada pada tingkat yang tinggi. Dan menurut ILO, remaja
perempuan lebih berpotensi menjadi NEET dibandingkan dengan remaja laki-laki,
SD

dimana perempuan memiliki resiko relatif 3,4 kali lebih besar dibandingkan laki-
laki untuk menjadi NEET.

NEET di Indonesia selama tiga tahun terakhir dari tahun 2017 sampai dengan
tahun 2019 masih berada diatas 20 persen. Hal tersebut tidak dapat dipungkiri
PU

karena melihat kondisi tenaga kerja muda Indonesia dari Sakernas periode Agustus
2019, menunjukkan bahwa pemuda di Indonesia masih sangat rentan dan beresiko
terkategorikan sebagai NEET. Jumlah penganggur muda di Indonesia masih tinggi,
dimana dari 7,05 juta penganggur terbuka di Indonesia, 56,44 persen diantaranya
merupakan penganggur usia muda. Bahkan TPT muda ini berada jauh lebih tinggi
yaitu sekitar 18,62 persen dibandingkan dengan TPT yang hanya 5,28 persen.
Dipihak lain juga masih banyak pemuda Indonesia yang terpaksa keluar dari dunia
pendidikan ataupun pelatihan kerja baik karena alasan ekonomi, budaya maupun
kelangkaan fasilitas dan akses pendidikan dan pelatihan di daerah-daerah tertentu.

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA i
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Awal kemunculan NEET memang belum dianggap sebagai masalah, namun


seiring dengan berjalannya waktu, jumlah anak muda yang tergolong NEET ini terus
meningkat sehingga perlu diantisipasi oleh semua pihak karena akan berdampak
negatif baik bagi pemuda itu sendiri, keluarga karena akan menanggung beban
ekonomi dan sosial, masyarakat dan pemerintah atau negara karena keberlanjutan
laju pertumbuhan ekonomi suatu bangsa akan terpengaruh akibat semakin

ER
meningkatnya pemuda produktif yang enggan untuk berada di pasar kerja, dan
semakin sedikitnya stok pemuda kompeten karena mereka enggan berada di
dunia pendidikan ataupun pelatihan kerja.

Fenomena NEET seyogyanya tidak perlu terjadi. Generasi muda seyogyanya

AK
harus terus menerus meningkatkan kompetensi dan daya saingnya agar mampu
berkiprah aktif di pasar kerja. Generasi muda adalah the leader of tomorrow, penerus
yang menentukan nasib bangsa dan negaranya di masa datang. Generasi muda
dipandang sebagai pribadi yang memiliki kekuatan fisik dan pola pikir yang sangat
IN
produktif dan diharapkan dapat mengembangkan kompetensi yang dimilikinya
demi peningkatan daya saing bangsa.
AT
SD
PU

ii MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

KATA PENGANTAR

ER
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
perkenanNya, data dan informasi mengenai kondisi anak muda Indonesia yang
tidak berada di pasar kerja, dan juga tidak sedang berada di dunia pendidikan

AK
dan pelatihan ini dapat diterbitkan dalam suatu Buku yang berjudul Menghadapi
Fenomena NEET – Memutus Mata Rantai Hopeless Kaum Muda di Indonesia.
Dalam buku ini dideskripsikan dengan jelas dan rinci apa, bagaimana dan
seperti apa itu fenomena NEET, Not in Employment, Education or Training – suatu
IN
kondisi dimana anak muda yang tidak bekerja, juga tidak sedang berada di
dunia pendidikan atau pelatihan kerja. Konsepsi NEET, kondisi NEET di beberapa
belahan dunia termasuk di Indonesia dan solusi penanganannya yang dirangkum
dari berbagai sumber juga dibahas dengan rinci dalam buku ini. Bahkan kondisi
AT

ketenagakerjaan pemuda Indonesia, khususnya Tenaga Kerja Muda berusia 15


sampai dengan 24 tahun yang bersumber dari hasil Survei Angkatan kerja Nasional
(Sakernas) 2019 sebagai ilustrasi untuk memahami kondisi NEET di Indonesia juga
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam Buku ini.
SD

Diketahui bersama bahwa pemuda merupakan sumber daya yang berperan


aktif sebagai agen perubahan (agent of Change), baik dalam bidang perekonomian
maupun ketenagakerjaan. Motivasi yang tinggi, serta dibarengi dengan
pengetahuan yang luas dan adaptif terhadap berbagai perubahan yang terjadi
PU

menjadikan pemuda sebagai sumber daya yang sangat berharga dalam upaya
mempercepat roda perekonomian sekaligus meningkatkan produktivitas bangsa.
Penyiapan kualitas pemuda dan pendayagunaan pemuda dengan cara yang tepat,
tentu akan menjadikan pemuda sebagai tenaga kerja yang unggul dan berdaya
saing tinggi. Sehingga sudah sewajarnya jika seluruh negara di dunia, menjadikan
pemuda sebagai salah satu prioritas utama mereka dalam mengembangkan sektor
perekonomian dan ketenagakerjaan yang dimilikinya.

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA iii
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Dunia menyadari bahwa telah terjadi suatu fenomena yang agak berbeda
dalam dunia ketenagakerjaan pemuda, dimana terdapat kelompok pemuda yang
tidak berada di pasar kerja atau tidak memiliki pekerjaan, dan juga tidak sedang
mengikuti pendidikan atau pelatihan yang dikenal dengan istilah “NEET”. Pada
awalnya fenomena ini hanya dianggap sebagai masalah ekonomi dan sosial biasa
yang berimbas pada sulitnya mencari kerja bagi anak muda yang berada dalam

ER
fase transisi pendidikan menuju kerja. Namun eksistensi NEET dalam masyarakat
kemudian berkembang cukup pesat dan pada akhirnya di beberapa negara
fenomena ini ditetapkan sebagai masalah nasional yang dapat mengancam
perekonomian negara. Bahkan data dan informasi mengenai pemuda yang tidak
bekerja, tidak bersekolah, atau tidak mengikuti pelatihan ini telah ditetapkan

AK
menjadi indikator yang dilaporkan secara rutin oleh Organisation for Economic Co-
operation and Development (OECD). NEET juga dijadikan sebagai salah satu indikator
dalam Sustainable Development Goals (SDGs) yang bertujuan mengurangi proporsi
usia muda (15-24 tahun) yang sedang tidak sekolah, bekerja, atau mengikuti
pelatihan.
IN
Fenomena NEET menjadi perhatian khusus bagi pihak-pihak yang terkait
karena sangat berpotensi dalam memberikan dampak buruk terhadap tatanan
AT

sosial dan ekonomi suatu negara. NEET dapat diibaratkan sebagai “bom waktu”
yang jika tidak ditangani sesegera mungkin akan berdampak pada rusaknya
eksistensi dan keberlangsungan suatu negara akibat tidak adanya pemuda yang
mampu meneruskan tonggak estafet kepemimpinan.
SD

Agar fenomena NEET di Indonesia dapat diantisipasi dengan efektif dan efisien
sehingga bonus demografi tidak menjadi bencana dan dunia ketenagakerjaan
Indonesia selalu dan terus akan diwarnai oleh pemuda yang kompeten dan produktif,
Buku ini membahas tuntas kondisi dan potensi pemuda dalam menghadapi
PU

tantangan pasar kerja di Indonesia, seperti apa kondisi NEET di Indonesia dan di
beberapa negara di dunia, serta topik lainnya terkait dengan kondisi Angkatan
Kerja Muda dan Bukan Angkatan Kerja Muda. Diharapkan informasi dan fakta-
fakta yang tersedia dalam Buku ini dapat menjadi referensi bagi para pihak dalam
penyusunan kebijakan, strategi, program dan kegiatan, khususnya yang berkaitan
dengan peningkatan dan pemberdayaan potensi serta kompetensi Pekerja Muda
dan pengentasan permasalahan terkait NEET Muda yang tengah terjadi saat ini.

iv MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Bonus demografi merupakan suatu kondisi perubahan struktur umur


penduduk sebagai akibat dari proses transisi demografi, yaitu penurunan angka
kelahiran dan angka kematian. Penurunan angka kelahiran menyebabkan
penurunan jumlah penduduk umur kurang dari 15 tahun, yang diikuti dengan
penambahan penduduk usia produktif 15-64 tahun sebagai akibat banyaknya
kelahiran di masa lalu. jumlah penduduk usia di bawah 15 tahun meningkat sekitar

ER
73 persen dan penduduk usia produktif (15-64 tahun) meningkat dengan pesat
yaitu sebesar 220 persen.

Untuk menentukan solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi anak


muda NEET, perlu untuk mengetahui NEET di Indonesia sebagian besar berasal dari

AK
kelompok yang mana. Selain itu perlu juga dilakukan antisipasi timbulnya calon
NEET baru dengan deteksi dini dan melakukan konseling di lembaga pendidikan.

Akhir kata, kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam
penyusunan Buku ini disampaikan terima kasih, semoga Allah Yang Maha Kuasa
IN
senantiasa memberikan keberkahan kepada kita semua.

Salam Satu Data.


AT
Kepala Pusat
Data dan Informasi Ketenagakerjaan
SD

Drs. Muhammad Zuhri, M.Si


NIP 19660512 199403 1 003
PU

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA v
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

TIM PENYUSUN

Penanggung Jawab : Drs. Muhammad Zuhri, M.Si


Redaktur : Isnarti Hasan, S.E, M.Si
Editor : Zulfiyandi, S.E

ER
Gitmawati Rahmadewi, S.S
Penulis : Karisma Ayu Rahmawati, S.Kom
Ervina Samosir, S.Kom
Roselina Yolanda, S.Si
Ainul Fatwa Khoiruroh, S.Si

AK
M. Zaini, S.Stat
Devi Andrian, S.Stat

IN
AT
SD
PU

vi MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

DAFTAR ISI

ER
RINGKASAN EKSEKUTIF.............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR........................................................................................................................ iii
TIM PENYUSUN.............................................................................................................................. vi
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. vii

AK
DAFTAR TABEL .............................................................................................................................. ix
DAFTAR GRAFIK............................................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
IN
B. Tujuan......................................................................................................................... 3
C. Ruang Lingkup........................................................................................................ 3
D. Glosarium.................................................................................................................. 4
AT

BAB II MEMBEDAH KONSEP NEET....................................................................................... 7


A. Terminologi NEET................................................................................................... 7
B. Faktor Pembentuk NEET...................................................................................... 11
C. Formula Perhitungan NEET................................................................................. 14
SD

D. Dampak NEET.......................................................................................................... 15
BAB III NEET DI BEBERAPA BELAHAN DUNIA.................................................................... 17
A. Sejarah Perkembangan NEET............................................................................. 17
B. Kasus NEET di Beberapa Negara....................................................................... 19
PU

C. Belajar Pada Beberapa Negara.......................................................................... 24


BAB IV KAUM MUDA DI INDONESIA..................................................................................... 29
A. Bonus Demografi ................................................................................................... 29
B. Tenaga Kerja Muda................................................................................................ 42
a. Angkatan Kerja Muda.................................................................................. 44
b. Bukan Angkatan Kerja Muda..................................................................... 61
C. Perkembangan NEET Di Indonesia.................................................................. 74
D. Solusi Penanganan NEET di Indonesia........................................................... 80

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA vii
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

BAB IV PENUTUP......................................................................................................................... 83
A. Kesimpulan............................................................................................................... 83
B. Rekomendasi........................................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................... 86
LAMPIRAN ....................................................................................................................................... 89

ER
AK
IN
AT
SD
PU

viii MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

DAFTAR TABEL

ER
Tabel 1. Berbagai Konsep Pendefinisian NEET yang Digunakan............................... 7
Tabel 2. Persentase & Jumlah Penduduk Usia di Bawah 15 tahun, Penduduk
Usia Kerja 15-34 Tahun, & Lansia di Atas 65 Tahun 1961-2015.................. 29
Tabel 3. Tren Rasio Ketergantungan menurut Kelompok Umur, Indonesia,

AK
1961 – 2045.................................................................................................................. 33

IN
AT
SD
PU

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA ix
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

DAFTAR GRAFIK

ER
Grafik 1. Angkatan Kerja dan Angkatan Kerja Muda Tahun 2017 – 2019.............. 44
Grafik 2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) Muda Tahun 2017 – 2019........................................ 45
Grafik 3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Muda Berdasarkan

AK
Kelompok Umur Tahun 2019............................................................................... 45
Grafik 4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Muda Berdasarkan Jenis
Kelamin dan Kelompok Umur Tahun 2019..................................................... 46
Grafik 5. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Muda Berdasarkan
IN
Daerah Tempat Tinggal dan Kelompok Umur Tahun 2019....................... 47
Grafik 6. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Muda Berdasarkan
Pendidikan dan Kelompok Umur Tahun 2019............................................... 47
AT
Grafik 7. Penduduk Yang Bekerja dan Penduduk Muda Yang Bekerja Tahun
2017 – 2019................................................................................................................ 48
Grafik 8. Penduduk Muda yang Bekerja Berdasarkan Kelompok Umur Tahun
2019.............................................................................................................................. 49
SD

Grafik 9. Penduduk Muda yang Bekerja Berdasarkan Jenis Kelamin dan


Kelompok Umur Tahun 2019............................................................................... 49
Grafik 10. Penduduk Muda yang Bekerja Berdasarkan Daerah Tempat Tinggal
dan Kelompok Umur Tahun 2019...................................................................... 50
Grafik 11. Penduduk Muda yang Bekerja Berdasarkan Pendidikan dan
PU

Kelompok Umur Tahun 2019............................................................................... 51


Grafik 12. Penduduk Muda yang Bekerja Berdasarkan Lapangan Usaha dan
Kelompok Umur Tahun 2019............................................................................... 51
Grafik 13. Penduduk Muda yang Bekerja Berdasarkan Jenis Pekerjaan/Jabatan
dan Kelompok Umur Tahun 2019...................................................................... 52
Grafik 14. Penduduk Muda yang Bekerja Berdasarkan Status Pekerjaan Utama
dan Kelompok Umur Tahun 2019...................................................................... 53

x MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Grafik 15. Penduduk Muda yang Bekerja Berdasarkan Status Formal/


Informal dan Kelompok Umur Tahun 2019.................................................... 54
Grafik 16. Penduduk Muda yang Bekerja Berdasarkan Jam Kerja dan Kelompok
Umur Tahun 2019..................................................................................................... 54
Grafik 17. Penganggur Terbuka dan Pengangguran Muda Tahun 2017 – 2019... 55
Grafik 18. Penganggur Usia Muda Berdasarkan Kategori Penganggur dan

ER
Kelompok Umur Tahun 2019............................................................................... 56
Grafik 19. Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) Muda Tahun 2017 – 2019........................... 57
Grafik 20. Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) Muda Berdasarkan Kelompok

AK
Umur Tahun 2019..................................................................................................... 58
Grafik 21. Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) Muda Berdasarkan Jenis Kelamin
dan Kelompok Umur Tahun 2019...................................................................... 59
Grafik 22. Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) Muda Berdasarkan Daerah
IN
Tempat Tinggal dan Kelompok Umur Tahun 2019...................................... 59
Grafik 23. Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) Muda Berdasarkan Daerah
Tempat Tinggal dan Kelompok Umur Tahun 2019...................................... 60
AT
Grafik 24. Perbandingan BAK dan BAK Muda Tahun 2017 - 2019.............................. 61
Grafik 25. Perbandingan Jumlah Penduduk yang Sekolah tahun 2017-2019....... 62
Grafik 26. Perbandingan Jumlah Penduduk yang Sekolah Tahun 2017-2019
Berdasarkan Daerah Tempat Tinggal................................................................ 62
SD

Grafik 27. Perbandingan Jumlah Penduduk yang Sekolah Tahun 2017-2019


Berdasarkan Jenis Kelamin................................................................................... 63
Grafik 28. Perbandingan Jumlah Penduduk yang Sekolah Tahun 2017-2019
Berdasarkan 5 Provinsi Tertinggi........................................................................ 64
Grafik 29. Perbandingan Jumlah Bukan Angkatan Kerja yang Mengurus Rumah
PU

Tangga Tahun 2017-2019...................................................................................... 65


Grafik 30. Perbandingan Jumlah Bukan Angkatan Kerja yang Mengurus Rumah
Tangga Tahun 2017-2019 Berdasarkan Daerah Tempat Tinggal............. 65
Grafik 31. Perbandingan Jumlah Bukan Angkatan Kerja yang Mengurus Rumah
Tangga Tahun 2017-2019 Berdasarkan Jenis Kelamin................................ 66
Grafik 32. Perbandingan Jumlah Bukan Angkatan Kerja yang Mengurus Rumah
Tangga Tahun 2017-2019 Berdasarkan Pendidikan Terakhir
yang Ditamatkan...................................................................................................... 67

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA xi
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Grafik 33. Perbandingan Jumlah Bukan Angkatan Kerja yang Mengurus


Rumah Tangga Tahun 2017-2019 Berdasarkan 5 Provinsi Tertinggi...... 68
Grafik 34. Perbandingan Jumlah Bukan Angkatan Kerja yang Berkegiatan
Lainnya Tahun 2017-2019..................................................................................... 69
Grafik 35. Perbandingan Jumlah Bukan Angkatan Kerja yang Berkegiatan
Lainnya Tahun 2017-2019 Berdasarkan Daerah Tempat Tinggal............ 69

ER
Grafik 36. Perbandingan Jumlah Bukan Angkatan Kerja yang Berkegiatan
Lainnya Tahun 2017-2019 Berdasarkan Jenis Kelamin............................... 70
Grafik 37. Perbandingan Jumlah Bukan Angkatan Kerja yang Berkegiatan
Lainnya Tahun 2017-2019 Berdasarkan Pendidikan Terakhir

AK
yang Ditamatkan...................................................................................................... 71
Grafik 38. Perbandingan Jumlah Bukan Angkatan Kerja yang Berkegiatan
Lainnya Tahun 2017-2019 Berdasarkan 5 Provinsi Tertinggi.................... 72
Grafik 39. Persentase NEET di Indonesia Tahun 2017 - 2019........................................ 75
IN
Grafik 40. Persentase NEET berdasarkan Jenis Kelamin di Indonesia Tahun
2017 - 2019................................................................................................................. 75
Grafik 41. Persentase NEET berdasarkan Daerah Tempat Tinggal di Indonesia
AT
Tahun 2017 - 2019................................................................................................... 76
Grafik 42. Persentase NEET berdasarkan Tingkat Pendidikan di Indonesia Tahun
2017 - 2019................................................................................................................. 77
Grafik 43. Persentase NEET berdasarkan Provinsi di Indonesia Tahun
SD

2017 - 2019................................................................................................................. 78
PU

xii MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

DAFTAR GAMBAR

ER
Gambar 1. Skema Pengklasifikasian NEET Dalam Populasi Pemuda
(15-24 Tahun)......................................................................................................... 11
Gambar 2. Dampak NEET Bagi Diri Dan Lingkungan.................................................... 16
Gambar 3. Alur Perkembangan Istilah NEET.................................................................... 18

AK
Gambar 4. Ilustrasi Seorang NEET Muda........................................................................... 19
Gambar 5. Diagram Perkembangan SDGs Tujuan 8 – NEET Secara Global
Tahun 2019............................................................................................................. 20
Gambar 6. Proporsi Penduduk Muda (15 – 24 tahun) yang Terkategorikan

IN
sebagai NEET Muda............................................................................................. 21
Gambar 7. Sebaran NEET Muda Menurut Jenis Kelamin dan Tempat Tinggal
di Beberapa Negara............................................................................................. 22
AT
Gambar 8. Data Sebaran Neet di Wilayah ASEAN Tahun 2016 - 2018..................... 23
Gambar 9. Program Pencegahan Dan Penanganan NEET di Jepang...................... 27
Gambar 10. Program Pencegahan NEET di Norwegia.................................................... 28
Gambar 11. Perubahan Struktur Usia dan Ledakan Penduduk Usia Kerja,
SD

Indonesia, 1961 - 2045........................................................................................ 30


Gambar 12. Penurunan Rasio Ketergantungan yang Disebabkan Bonus
Demografi & Jendela Peluang......................................................................... 35
Gambar 13. Kerangka Konsep Hubungan antara Bonus Demografi dan
Pertumbuhan Ekonomi...................................................................................... 39
PU

Gambar 14. Tantangan Tenaga Kerja Muda di Negara – negara G20........................ 42

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA xiii
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

ER
AK
IN
AT
SD
PU

xiv MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

BAB I
PENDAHULUAN

ER
A. Latar Belakang

Seiring perubahan waktu, masalah ketenagakerjaan menjadi relatif lebih


topikal. Memasuki 2020, pertanyaan tentang tenaga kerja muda muncul secara

AK
bertahap di antara masalah – masalah ketenagakerjaan lainnya. Anak muda sering
di anggap sebagai fase transisi dari kanak – kanak menuju dewasa dimana terjadi
perubahan dari bergantung pada orang lain menjadi mandiri. Kemandirian ini
biasanya ditandai dengan status anak muda tersebut pada dunia kerja, apakah
mereka bekerja atau tidak.
IN
Sebagai negara dengan jumlah penduduk tertinggi ke empat di dunia setelah
Cina, India dan Amerika Serikat, Indonesia tergolong negara dengan populasi
AT

penduduk muda yaitu rata – rata umur penduduknya sekitar 29,7 tahun (sumber
: worldometers.info). Ada sekitar 64,19 juta jiwa pemuda yang tersebar di wilayah
NKRI atau sekitar 24,01 persen dari jumlah keseluruhan penduduk Indonesia
(sumber: BPS, Susenas 2019). Dengan jumlah pemuda yang sangat besar ini, maka
SD

tidaklah mengherankan jika Indonesia diprediksi sedang dan akan menikmati


bonus demografinya, dimana populasi usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak
dibandingkan dengan populasi non – produktif (belum produktif dan sudah tidak
produktif lagi).
PU

Bonus demografi dapat menjadi bonus jika generasi muda bisa mendapatkan
pendidikan dan fasilitas yang layak untuk meningkatkan kualitas diri mereka. Jika
generasi muda dihadapkan pada banyak hambatan seperti sulitnya menemukan
pekerjaan karena tidak kompeten, atau tidak mampu menemukan pekerjaan
yang sesuai dengan keterampilan yang dimiliki, tidak tahu bagaimana dan
dimana mencari pekerjaan, merasa terlalu muda untuk mencari pekerjaan, dan
sebagainya, tentu saja bonus demografi yang terjadi bisa menjadi bencana.
Hambatan-hambatan tersebut dapat memicu anak muda menjadi malas untuk
terus berupaya mendapatkan pekerjaan, yang pada akhirnya mereka menjadi

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA 1
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

sangat rentan terhadap pengaruh sosial, ekonomi, fisik dan psikologis. Dipihak lain,
kondisi perekonomian suatu bangsa juga akan terancam apabila jumlah pemuda-
pemuda produktif harapan bangsa yang enggan untuk bekerja juga enggan untuk
meningkatkan kualitas diri melalui dunia pendidikan ataupun pelatihan kerja yang
digolongkan dalam NEET, Not in Employment, Education or Training ini semakin
meningkat dari tahun ke tahun.

ER
NEET adalah suatu fenomena baru yang menggambarkan kondisi anak
muda yang tidak bekerja, juga tidak sedang berada di dunia pendidikan atau
pelatihan kerja. Awalnya NEET bukanlah suatu masalah, namun dengan semakin
meningkatnya persentase NEET, bahkan secara global NEET sudah berada pada

AK
tingkat yang tinggi, semua negara, beberapa peneliti, organisasi internasional dan
media kemudian mulai memperbincangkannya, dan menganggap bahwa NEET
adalah masalah. Dengan jumlah yang terus meningkat dikhawatirkan NEET akan
menimbulkan dampak negatif terhadap diri pemuda itu sendiri dan masyarakat,
IN
bahkan kondisi ketenagakerjaan suatu bangsa akan terancam karena kekurangan
pemuda kompeten yang siap masuk pasar kerja, juga kekurangan tenaga kerja
muda produktif di pasar kerja yang pada akhirnya akan mempengaruhi perputaran
roda perekonomian dan pembangunan,
AT

Oleh karenanya fenomena baru yang terjadi dikalangan anak muda ini perlu
mendapatkan perhatian yang serius oleh semua pihak. Mengurangi jumlah
pemuda yang tergolong NEET adalah tantangan besar bagi pemerintah di negara
manapun. Semua negara termasuk Indonesia berupaya untuk mengembangkan
SD

kualitas generasi muda-nya agar memiliki masa depan yang cemerlang dengan
memastikan semua anak muda memiliki kompetensi untuk mempermudah mereka
memasuki dan berkiprah aktif di pasar kerja. Salah satu upaya yang dilakukan
Indonesia adalah dengan berkomitmen penuh untuk mengimplementasikan SDGs
PU

yang salah satu tujuannya adalah mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang


berkelanjutan dan inklusif, lapangan kerja penuh dan produktif, serta pekerjaan
yang layak untuk semua (SDGs 8) dengan target secara substansial mengurangi
proporsi pemuda yang tidak bekerja, tidak sedang mengikuti pendidikan atau
pelatihan. Mekanisme koordinasi, penganggaran biaya, evaluasi dan pelaporan
terkait komitmen tersebut secara jelas diatur dalam Peraturan Presiden No.59
Tahun 2017 tentang Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB). 

2 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Dengan menyelamatkan generasi muda untuk tidak tergolong atau berada


pada kondisi NEET artinya kita telah melakukan investasi dalam mutu modal
manusia. Dengan ketersediaan generasi muda yang kompeten dan produktif,
suatu negara akan terus tumbuh dan maju, pertumbuhan ekonominya akan
bergerak naik dan jumlah kemiskinan akan bergerak turun. Menghadapi dan
mampu berkiprah aktif di era industri 4,0 juga menjadi lebih mudah.

ER
B. Tujuan

Buku “Menghadapi Fenomena NEET – Memutus Mata Rantai Hopeless


Kaum Muda di Indonesia“ ini disusun untuk:

AK
1. Memberikan informasi dan gambaran secara rinci dan menyeluruh kepada
pihak-pihak yang berkepentingan mengenai kondisi Angkatan Kerja Muda,
Bukan Angkatan Kerja dan Anak Muda yang tidak dalam pendidikan, pekerjaan,
atau pelatihan (NEET) di Indonesia.
IN
2. Mendorong ketersediaan strategi yang tepat untuk mengimplementasikan
SDGs 8 dengan mengurangi proporsi pemuda yang tidak dalam posisi bekerja,
berpendidikan atau pelatihan.
AT

3. Sebagai referensi dalam melakukan perencanaan, monitoring dan evaluasi


kebijakan maupun program pembangunan di bidang ketenagakerjaan
khususnya bagi tenaga kerja muda Indonesia.

C. Ruang Lingkup
SD

Buku “Menghadapi Fenomena NEET – Memutus Mata Rantai Hopeless


Kaum Muda di Indonesia“ ini mengupas tuntas fenomena NEET yang terjadi
termasuk bagaimana penanganannya oleh beberapa negara dan di Indonesia.
Selain bab mengenai pendahuluan dan penutup, ruang lingkup buku ini secara
PU

sistematis disajikan dalam 3 (tiga) bagian utama dimulai dengan bedah NEET,
yang terdiri terminologi NEET, faktor pembentuk NEET, formula perhitungan NEET
dan dampak NEET. Topik utama selanjutnya mengulas kondisi NEET di beberapa
belahan dunia dan solusi penanganannya. Sedangkan yang terakhir adalah hal
yang terkait dengan kaum muda di Indonesia, baik kondisi yang melatarbelakangi
terjadinya bonus demografi, kondisi ketenagakerjaan kaum muda Indonesia, dan
perkembangan NEET di Indonesia.

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA 3
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

D. Glosarium

Istilah Pengertian

- Warga Negara Indonesia berumur 16 hingga 30 tahun


yang memasuki periode penting pertumbuhan dan

ER
Pemuda, Youth
perkembangan. (UU 40 Tahun 2009) ;
- Orang yang berusia 15 – 24 tahun. (ILO)

Penduduk usia 15 tahun ke atas yang aktif secara


ekonomi seperti mereka yang bekerja, atau yang
Angkatan Kerja
punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan

AK
pengangguran

Penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang masih


Bukan Angkatan Kerja sekolah, mengurus rumah tangga atau melaksanakan
kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi
IN
Kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud
memperoleh atau membantu memperoleh
penghasilan atau keuntungan, paling sedikit selama
Bekerja
AT
satu jam dalam seminggu yang lalu. Bekerja selama
satu jam tersebut harus dilakukan berturut turut dan
tidak terputus
Setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik
SD

Tenaga Kerja
untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk
masyarakat
Penduduk yang tidak bekerja dan sedang mencari
pekerjaan, atau mempersiapkan suatu usaha baru,
Penganggur Terbuka /
atau merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan
PU

Pengangguran
(putus asa), atau sudah diterima bekerja tetapi belum
mulai bekerja.
Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
Pendidikan memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. (UU 20 Tahun 2003)

4 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Istilah Pengertian

Proses terencana yang digunakan untuk mengubah


sikap, pengetahuan, keterampilan dan perilaku
melalui pengalaman belajar untuk mencapai kinerja
yang efektif dalam kegiatan tertentu yang tujuan nya
Pelatihan

ER
adalah untuk mengembangkan kemampuan individu
dan untuk memenuhi kebutuhan organisasi saat ini
dan dimasa depan. (Human resources Management,
Beardwell and Holden 2001)
Akronim dari Not in Education, Employement or
NEET

AK
Training yang merujuk kepada anak muda tidak dalam
pendidikan, pekerjaan atau pelatihan.
Akronim dari Sustainable Development Goals yang
merupakan suatu rencana aksi global yang disepakati
oleh para pemimpin dunia, termasuk Indonesia, guna
SDGs
IN
mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan
dan melindungi lingkungan, berisi 17 Tujuan dan 169
Target
AT
TPAK
Persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang
(Tingkat Partisipasi
merupakan angkatan kerja
Angkatan Kerja)
SD

TPT
Persentase jumlah pengangguran terhadap angkatan
(Tingkat Pengangguran
kerja
Terbuka)
PU

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA 5
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

ER
AK
IN
AT
SD
PU

6 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

BAB II
MEMBEDAH KONSEP NEET

ER
A. Terminologi NEET

NEET, atau Not in Employment, Education or Training merupakan istilah yang


merujuk pada suatu fenomena dimana terdapat populasi tertentu yang tidak aktif

AK
di pasar kerja. Mereka tidak bekerja, juga tidak melanjutkan pendidikan, dan atau
tidak sedang mengikuti pelatihan.

NEET adalah suatu indikator yang relatif baru, dan baru menjadi pembicaraan
IN
ataupun diskusi dalam berbagai organisasi dan media internasional. Popularitas
pengggunaan konsep NEET ini bermula pada saat adanya anggapan bahwa hal
ini berasosiasi dengan pengentasan beragam permasalahan yang rentan terjadi
di kaum muda yaitu pengangguran, ketidakaktifan atau drop-out dari dunia
AT

pendidikan, dan keputusasaan untuk aktif dalam pasar kerja pasca pendidikan,
sehingga perlu ada sudut pandang baru yang lebih luas mengenai permasalahan
yang mungkin terjadi pada kaum muda.
SD

Berikut beberapa sumber dan definisi NEET yang pernah dan/atau saat ini
masih digunakan.

Tabel 1. Berbagai Konsep Pendefinisian NEET yang Digunakan

Kutipan/Definisi Sumber
PU

Beberapa individu yang tidak bekerja, tidak berada dalam


pendidikan atau pelatihan merupakan pertanda transisi OECD (2013)
yang wajar dari dunia pendidikan menuju dunia kerja.

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA 7
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Kutipan/Definisi Sumber
Anak muda yang tidak terlibat dalam pendidikan, pekerjaan
atau pelatihan, ditunjukan sebagai “NEET” yang digunakan
sebagai ukuran kaum muda yang termajinalkan dan
terabaikan. … Fokus dari pengangguran menuju konsep UCW (2013)
NEET yang lebih luas, merespon untuk mempertimbangkan

ER
remaja yang putus asa dalam mencari pekerjaan atau pun
yang tidak mau bergabung dengan pasar kerja.
NEET menarik bagi para pembuat kebijakan karena sebagian
dari mereka dianggap memiliki kesulitan dalam mencari Eurostat (2014)
pekerjaan.

AK
Perbandingan Tingkat NEET yang tinggi dengan tingkat
pengangguran kaum muda menyatakan besar jumlah anak
ILO (2013a)
muda yang merupakan pekerja yang putus asa, atau tidak
memiliki akses ke pendidikan atau pelatihan
Kategori NEET terdiri dari tiga status pekerjaan yang berbeda
IN
: Pengangguran, Keputusasaan, dan tidak aktif atau telah AfDB, et al (2012)
meninggalkan Angkatan Kerja.
Diantara ukuran performa standar kerja pemuda, tingkat
NEET merupakan salah satu yang lebih baik dalam
AT

merefleksikan realitas perekonomian dengan menangkap


resiko pengangguran dan ketidakaktifan. … Bagi banyak
Quintini and
pemuda, ketidakaktifan merupakan hasil dari keputusasaan
Martin (2014)
dan marjinalisasi yang mencerminkan akumulasi dari
berbagai hal yang tidak menguntungkan seperti kurangnya
SD

kualifikasi, masalah kesehatan, kemiskinan, dan bentuk lain


dari pengucilan sosial.

Berdasarkan pada beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa


NEET diasosiasikan dengan isu keputusasaan, pengangguran, dan marjinalisasi
PU

pemuda. Namun NEET tidak selamanya berasosiasi demikian.

Sebagai contoh adalah isu terkait keputusasaan. Pemuda yang putus asa
didefinisikan sebagai mereka yang menyerah dalam mencari pekerjaan karena
merasa putus asa dalam pasar kerja. Pemuda yang putus asa ini adalah pemuda
tanpa pekerjaan, atau pemuda yang sebenarnya mampu bekerja namun tidak
ingin mencari pekerjaan karena alasan berikut (i). tidak mengetahui bagaimana dan
dimana mencari pekerjaan; (ii). tidak mampu menemukan pekerjaan yang cocok
dengan kompetensi yang dimiliki; (iii). pernah mencari pekerjaan, namun tidak

8 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

menghasilkan apapun; (iv). merasa terlalu muda untuk memperoleh pekerjaan;


dan (v). perasaan bahwa tidak ada pekerjaan yang tersedia di lingkungannya.
Tidak semua NEET adalah pemuda yang putus asa. Seseorang yang tidak memiliki
pekerjaan dan tidak ikut terlibat dalam pendidikan maupun pelatihan dapat
dikategorikan sebagai NEET, akan tetapi apabila orang tersebut tidak memiliki
keinginan untuk mencari pekerjaan kembali karena alasan diatas maka orang

ER
tersebut dapat terkategorikan juga sebagai pemuda putus asa (discouraged youth).
Sehingga menyamakan NEET sebagai pemuda yang putus asa adalah suatu hal
yang sedikit keliru.

Selanjutnya terkait isu pengangguran dimana sering timbul pertanyaan

AK
apakah NEET dan pengangguran adalah hal yang sama? Secara teknis bisa
diartikan sama karena baik penganggur maupun pemuda yang berada dalam
katagori NEET sama-sama tidak bekerja. Mereka yang tidak bekerja ini dapat
diartikan sebagai menganggur atau tidak aktif di pasar kerja. Mereka yang tidak
IN
aktif dalam pasar kerja tidak dapat serta-merta dikategorikan sebagai penganggur
meskipun keduanya tidak memiliki pekerjaan. Melansir dari publikasi ILO (2015),
salah satu faktor yang mendorong ketidakaktifan seseorang dalam pasar kerja
adalah “Tujuan Hidup”. Dalam kebanyakan kasus, mayoritas kelompok tidak aktif
AT

merupakan perempuan yang lebih cenderung untuk memilih mengurus rumah


tangga. Mereka yang tidak aktif di pasar kerja karena memilih mengurus rumah
tangga, atau karena budaya tertentu sehingga mengharuskan wanita tidak perlu
bekerja digolongkan sebagai NEET. Selain itu, terdapat indikator kedua NEET yang
SD

mensyaratkan bahwa seseorang tersebut tidak memperoleh pendidikan ataupun


pelatihan dalam 4 (empat) minggu terakhir ketika survei dilakukan. Oleh karenanya
menyamakan NEET dengan pengangguran adalah hal yang juga keliru.

Terkait dengan isu Termarjinalkan – Secara teknis kelompok termajinalkan


PU

dan NEET dapat dianggap sebagai hal yang sama. Dalam beberapa kasus, terdapat
sekelompok orang yang tidak dilibatkan bahkan tidak diperbolehkan untuk
ikut berpartisipasi aktif dalam hal pendidikan, pelatihan, maupun memperoleh
pekerjaan, semisal karena terikat oleh hukum adat atau budaya yang tidak
memperbolehkan wanita atau kasta tertentu untuk berpartisipasi di pasar kerja
maupun pendidikan atau pelatihan. Dalam kondisi ini, kelompok termajinalkan
dan NEET secara teknis memiliki kemiripan satu sama lain.

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA 9
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Dalam penerapannya, memang terkadang ditemukan beberapa kekeliruan


dalam menginterpretasikan konsep NEET Muda. Sehingga timbul kesalahan dalam
perhitungan dan penarikan kesimpulan, bahkan dalam kasus yang lebih besar
akan timbul kesalahan dalam pengambilan kebijakan terkait fenomena NEET yang
tengah terjadi.

ER
Berbeda dengan masalah pengangguran maupun pekerja, NEET muda
memang belum memiliki standar yang pasti dalam konteks pendefinisiannya.
Eurostat, International Labour Organization (ILO), dan beberapa organisasi tertentu
mendefinisikan NEET sebagai: persentase populasi dalam kelompok usia dan jenis
kelamin tertentu yang tidak bekerja dan tidak terlibat dalam pendidikan atau

AK
pelatihan lebih lanjut.

NEET’s the percentage of the population of a given age group and


IN
sex who is not employed and not involved in further education or
training -- ILO 2015
AT

Jika dilihat lebih rinci dalam klasifikasi penduduk muda berusia 15 – 24


tahun sebagaimana Gambar 1, NEET merupakan penganggur terbuka yang tidak
sedang memperoleh pendidikan/pelatihan, dan atau tidak mengikuti pendidikan/
SD

pelatihan selama 4 (empat) minggu terakhir; dan pemuda yang tergolong bukan
angkatan kerja yang tidak sedang memperoleh pendidikan/pelatihan, dan atau
tidak mengikuti pendidikan/pelatihan selama 4 (empat) minggu terakhir. Sehingga
indikator bahwa seseorang dikategorikan sebagai NEET jika memenuhi dua kondisi
PU

berikut:

i. Mereka tidak bekerja (pengangguran atau tidak aktif );

ii. Mereka tidak memperoleh pendidikan ataupun pelatihan dalam 4 (empat)


minggu terakhir sebelum survei dilakukan.

10 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
i. Mereka tidak bekerja (pengangguran atau tidak aktif);
ii. Mereka tidak memperoleh pendidikanKEMENTERIAN
ataupun pelatihan dalam 4 RI
KETENAGAKERJAAN

(empat) minggu terakhir sebelum survei dilakukan.

Gambar 1. SkemaGambar 1. Skema NEET


Pengklasifikasian Pengklasifikasian
Dalam PopulasiNEET
Pemuda (15-24
Dalam Populasi Tahun)
Pemuda (15-24 Tahun)

ER
AK
IN
B. Faktor Pembentuk NEET
AT
Fenomena NEET yang kini tengah terjadi di berbagai belahan dunia tentu
mendorong berbagai pihak untuk mulai berpartisipasi secara aktif menangani
fenomena ini. Setiap upaya penanganan masalah yang dibuat tentu memerlukan
12
suatu kajian yang kuat untuk dijadikan sebagai acuan dalam penetapan kebijakan
yang diambil, agar dapat diaplikasikan secara cepat dan akurat dalam menangani
SD

suatu masalah. Begitupun pada kasus NEET, faktor-faktor yang berpengaruh


terhadap kemunculan NEET di suatu wilayah pun perlu untuk dipelajari dan
dipahami dengan seksama agar menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan
langkah kebijakan penyelesaian secara cepat dan akurat.
PU

Dalam jurnal penelitian Youth Labor in Transition: Inequalities, Mobility, and


Policies in Europe yang dipublikasikan oleh Oxford Scholarship (2019), dengan
menyelidiki karakteristik NEET di Eropa menggunakan metode pemodelan Logit,
diketahui bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang
menjadi NEET, antara lain:

1. Gender, wanita muda lebih cenderung NEET daripada pria. Interpretasi dari
odds ratio menunjukkan bahwa karena tanggung jawab keluarga, wanita
muda Eropa 62 persen lebih berpeluang menjadi NEET daripada pria;

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA 11
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

2. Kondisi kesehatan, mereka yang menganggap status kesehatannya buruk


atau sangat buruk dan yang menderita semacam kecacatan, 38 persen lebih
berpeluang menjadi NEET dibanding mereka yang memiliki status kesehatan
yang baik;
3. Orang muda berlatar belakang imigrasi 68 persen lebih berpeluang menjadi
NEET dibanding dengan bukan imigran;

ER
4. Orang muda yang hidup dalam suatu hubungan kemitraan (partnership)
67 persen lebih berpeluang menjadi NEET dibandingkan dengan mereka yang
hidup sendiri atau dengan orang tua;
5. Pendidikan adalah faktor utama yang mempengaruhi kemungkinan NEET:
Orang muda dengan pendidikan rendah dua kali lebih berpeluang menjadi

AK
NEET dibanding mereka yang berpendidikan menengah, dan berpeluang tiga
kali lebih besar dibanding mereka yang berpendidikan tinggi;
6. Efek marginal pendapatan muncul sebagai kurva berbentuk-U. Peluang
menjadi NEET lebih tinggi bagi mereka yang berpenghasilan lebih rendah,
IN
kemudian menurun untuk pendapatan tingkat menengah, dan meningkat
lagi untuk pendapatan yang lebih tinggi;

Selain karakteristik individu, pengaruh lintas generasi dan latar belakang keluarga
AT
menjadi faktor penting yang mempengaruhi seseorang menjadi NEET:
7. Tingkat Pendidikan Orang tua, mereka yang orang tuanya berpendidikan
rendah berpeluang hingga 50 persen lebih besar menjadi NEET dibanding
mereka yang orang tuanya berpendidikan menengah dan berpeluang hingga
SD

dua kali lebih besar dibanding mereka yang orang tuanya berpendidikan
tinggi; dan
8. Perceraian Orang Tua, pemuda yang mengalami perceraian orang tua
berpeluang hampir 30 persen lebih besar menjadi NEET dibanding mereka
yang tidak.
PU

Penelitian serupa pun dilakukan oleh Pattinasarany (2019) dengan judul Not
in Employment, Education or Training (NEET) Among the Youth in Indonesia: The
Effects of Social Activities, Access to Information, and Language Skills on NEET Youth,
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemuda tergolong NEET
dengan menggunakan data Survei Ekonomi Nasional (Susenas) dan Modul Sosial,
Budaya, dan Pendidikan (MSBP) tahun 2015. Dari penelitian tersebut ditemukan
bahwa faktor-faktor yang ikut mempengaruhi cenderung tidaknya pemuda untuk
tergolong NEET, antara lain:

12 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

1. Keterlibatan dalam kegiatan di lingkungan sekitar;


2. Keterlibatan dalam kegiatan keagamaan dan/atau komunitas dan pelayanan
sosial;
3. Akses terhadap internet; dan
4. Kemampuan membaca dan menulis huruf latin dan huruf lain selain huruf
arab.

ER
Jadi berdasarkan penelitian tersebut bahwa pemuda yang aktif melibatkan
dirinya dalam kegiatan di lingkungan sekitar tempat tinggalnya, aktif dalam
kegiatan keagamaan dan/atau komunitas dan pelayanan sosial, mampu mengakses
internet, dan mampu membaca dan menulis huruf latin dan huruf lain selain huruf

AK
arab, memiliki peluang lebih kecil untuk menjadi NEET.

Pengidentifikasian pun dilakukan pada faktor-faktor lain yang merupakan ciri


atau karakteristik pribadi seseorang, seperti:
IN
1. Gender, perempuan memiliki peluang 15,4 persen lebih besar untuk menjadi
NEET dibanding laki-laki;
2. Umur, pada kelompok umur yang terkategorikan sebagai NEET muda (15-24
AT
tahun), dilakukan perbandingan setiap umur terhadap pemuda berumur 15
tahun. Pemuda berumur 16-24 tahun berpeluang lebih besar menjadi NEET
dibanding pemuda yang berumur 15 tahun. Pada kurva peluang menjadi
NEET, pemuda berumur 16-24 tahun memiliki bentuk kurva U terbalik dengan
puncaknya berada pada umur 18 tahun. Sehingga pada pemuda berusia 16-
SD

18 tahun terjadi peningkatan peluang menjadi NEET seiring bertambahnya


usia dengan peluang tertinggi terjadi pada umur 18 tahun sebesar 17,5 persen
lebih tinggi menjadi NEET dibanding pemuda berumur 15 tahun. Kemudian
peluang untuk menjadi NEET setelah umur 18 tahun mengalami penurunan
PU

seiring bertambahnya usia;


3. Tingkat Pendidikan, secara umum semakin tinggi tingkat pencapaian
seseorang dalam pendidikan maka akan semakin memperkecil peluang
seseorang tersebut menjadi NEET. Secara berurutan, pemuda yang menamatkan
pendidikan SMP, SMA/SMK, dan Universitas masing-masing memiliki peluang
0,3 persen; 3,5 persen; dan 8,2 persen lebih kecil untuk menjadi NEET. Saat
dilakukan analisis lanjutan dengan peubah gender, diperoleh infomasi bahwa
penurunan kemungkinan menjadi NEET seiring semakin tingginya pendidikan
seseorang lebih tinggi terjadi pada perempuan dibanding laki-laki;

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA 13
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

4. Status Pernikahan, laki-laki yang terikat status pernikahan memiliki peluang


17,1 persen lebih kecil untuk menjadi NEET dibanding laki-laki yang tidak
terikat status pernikahan. Namun hal sebaliknya terjadi pada perempuan,
dimana mereka yang terikat status pernikahan justru memiliki peluang 17,7
persen lebih besar menjadi NEET dibanding perempuan yang tidak terikat
status pernikahan. Hal tersebut didorong oleh faktor kewajiban laki-laki untuk

ER
memenuhi kebutuhan keluarga saat menjalin hubungan pernikahan, dan
keharusan perempuan untuk mengurusi kegiatan rumah tangga saat setelah
menikah;

Beberapa faktor yang telah diidentifikasi tersebut berpengaruh secara

AK
nyata dalam meningkatkan/menurunkan peluang pemuda untuk menjadi NEET.
Oleh karenanya, faktor-faktor tersebut perlu diperhatikan oleh pemerintah
ataupun pihak-pihak yang terkait agar perumusan ataupun penentuan kebijakan
pengentasan NEET dapat efektif dan efisien, sehingga segala upaya yang dilakukan
IN
mampu meminimalisir bahkan mengentaskan permasalahan terkait fenomena
NEET yang mengancam masa depan generasi muda di dunia.

C. Formula Perhitungan NEET


AT

NEET kini menjadi salah satu agenda penting dalam program pembangunan
berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu dengan
ditetapkannya target untuk mengurangi proporsi usia muda yang tidak bekerja,
juga tidak melanjutkan pendidikan, dan atau tidak sedang mengikuti pelatihan.
SD

Dalam SDGs atau tujuan pembangunan berkelanjutan telah dirumuskan 169


indikator yang dibagi ke dalam 17 tujuan pembangunan berkelanjutan. Salah satu
indikator dari 169 indikator tersebut menyebutkan bahwa pada tahun 2020 secara
substansial mengurangi proporsi usia muda yang sedang tidak sekolah, bekerja,
atau mengikuti pelatihan. Indikator yang digunakan untuk
yangmengukur indikator
PU

menghitung persentase anak muda (15-24 tahun) sedang tidak


tersebut adalahbekerja
sekolah, denganatau
menghitung
mengikuti persentase
pelatihan. anak muda (15-24 tahun) yang
sedang tidak sekolah, bekerja atau mengikuti pelatihan.
Secara matematis, ILO mendefinisikan NEET kedalam formula (1)
Secara matematis, ILO mendefinisikan NEET kedalam formula (1) berikut:
berikut:

𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃−
(𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵+
𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎)
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 (%) = 𝑥𝑥 100%
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃

atau dapat menggunakan formula (2) yang lebih ringkas sebagai


berikut:

𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑛𝑛𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔 𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎+


14 MENGHADAPI FENOMENA
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 (%) = NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎
𝑥𝑥 100%
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃

Merujuk pada formula (2) diatas, seorang penganggur yang juga


merupakan seorang peserta didik dikeluarkan dari perhitungan NEET.
berikut: 𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃−
(𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵+
𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ
𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃−
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎)
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 (%) = (𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵+ 𝑥𝑥 100%
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI
𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎)
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 (%) = 𝑥𝑥 100%
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃
atau dapat menggunakan formula (2) yang lebih ringkas sebagai
atau dapat menggunakan formula (2) yang lebih ringkas sebagai
berikut:
atau dapat menggunakan formula (2) yang lebih ringkas sebagai berikut:
berikut: 𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑛𝑛𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔 𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎+
𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 (%) = 𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑛𝑛𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔 𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑥𝑥 100%
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎+
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃
𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 (%) = 𝑥𝑥 100%
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃
Merujuk pada formula (2) diatas, seorang penganggur yang juga
Merujuk seorang
merupakan pada formula (2)didik
peserta diatas, seorang dari
dikeluarkan penganggur yang
perhitungan juga
NEET.
merupakan
Jika peserta seorang peserta
didik bekerja didik
minimal dikeluarkan
selama dari jam
1 (satu) perhitungan
padajuga NEET.
1 minggu

ER
Merujuk pada formula (2) diatas, seorang penganggur yang merupakan
seorangJika peserta
terakhir,
peserta didik
maka
didik ia bekerja minimal
dikategorikan
dikeluarkan selama 1pekerja.
sebagai
dari perhitungan (satu) jam pada
jika1seorang
Lalupeserta
NEET. Jika minggu
didik bekerja
minimal selamadidik
terakhir,
peserta 1maka
(satu) iajam
tidak pada 1 minggu
dikategorikan
bekerja, namun terakhir,
sebagai
mampu maka
pekerja.
bekerjaia dikategorikan
Lalu
danjika
aktifseorangsebagai
dalam
pekerja.mencari
Lalu jika
peserta seorang
didik peserta
tidak bekerja,
pekerjaan, iadidik
maka namun tidak
mampu bekerja,
dikategorikan bekerjanamun
sebagai mampu
danpenganggur.
aktif dalambekerja
dan aktif dalam pekerjaan,
mencari
Sehingga mencari
perhitungan pekerjaan,
maka
NEET ia maka ia dikategorikan
dikategorikan
dapat juga sebagai
diekspresikan sebagai penganggur.
penganggur.
dalam formula

AK
Sehingga perhitungan
Sehingga NEET dapat
perhitungan NEETjuga
dapatdiekspresikan dalam formula
juga diekspresikan (3) berikut:
dalam formula
(3) berikut:
(3) berikut: (𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀+𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑢𝑢𝑑𝑑𝑑𝑑 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾)−
(𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀 𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎+
(𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀+𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑢𝑢𝑑𝑑𝑑𝑑
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵
𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾 𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾)−
𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎)
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 (%) = (𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀 𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎+ 𝑥𝑥 100%
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑙𝑙 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 (%) =
IN
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾 𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎)
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑙𝑙 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃
𝑥𝑥 100%

D. Dampak NEET
AT
NEET yang pada awalnya hanya dianggap sebagai suatu masalah sosial yang
sederhana, kini mulai diwaspadai menjadi masalah yang menimbulkan dampak
negatif pada diri sendiri, keluarga, masyarakat, maupun negara. Seperti halnya
di Jepang, NEET pada awalnya bukanlah orang yang hanya menggantungkan
hidupnya terus menerus kepada orang lain, meskipun mereka termasuk18dalam
SD

kelompok yang tidak bekerja. Beberapa dari mereka masih tetap berusaha 18untuk
mencari pekerjaan dan tetap melakukan hubungan sosial yang baik dengan
lingkungannya. Namun lambat laun mereka pun cenderung menarik diri dari
pasar kerja, dan kemudian menarik diri dari kehidupan sosial karena rasa percaya
diri yang semakin menurun akibat tidak memiliki pekerjaan, sehingga kemudian
PU

mengurung diri dan enggan bersosialisasi dengan masyarakat, serta mulai


menggantungkan hidupnya pada orang lain, baik keluarga maupun pemerintah.
Fenomena ini dikenal dengan istilah “Hikkikomori”.

Dari ilustrasi Hikkikomori diatas, menyiratkan bahwa jika tidak dilakukan


langkah penanganan yang serius, kehadiran NEET berpotensi memberikan
dampak negatif yang lebih besar bagi diri dan lingkungan dimana mereka berada.
Dampak negatif yang mungkin terjadi pada diri sendiri adalah tersisihkannya NEET
dari lingkungan sosial karena tidak adanya keterbukaan terhadap lingkungan.

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA 15
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Pada lingkup keluarga, NEET akan mengalami ketergantungan secara permanen


pada orang tuanya dan menjadi beban ekonomi keluarga. Lalu pada ruang
lingkup yang lebih luas yaitu kehidupan bermasyarakat, NEET dianggap sebagai
sekelompok orang yang tidak hanya membahayakan stabilitas negara, tetapi juga
merusak tatanan masyarakat. Selain itu dampak terburuk yang mungkin terjadi
adalah terhambatnya roda perekonomian suatu negara terlebih pada negara yang

ER
memiliki penduduk usia muda yang tinggi dan negara harus mengimpor Tenaga
Kerja Asing (TKA) untuk membantu proses pelaksanaan industri, pembangunan,
dan perekonomian di negaranya.

Gambar 2. Dampak NEET Bagi Diri Dan Lingkungan

AK
N
Diri Sendiri
NEET akan tersisihkan dari lingkungan sosial karena mereka tidak mau terbuka
terhadap lingkungan;
IN
E
Keluarga
NEET yang tinggal bersama orang tua akan ketergantungan secara
permanen dan menjadi beban ekonomi keluarga;
AT

E
Masyarakat
NEET dianggap sebagai sekelompok orang yang tidak hanya membahayakan
stabilitas negara, tetapi juga merusak tatanan masyarakat;
SD

T
Pemerintah atau Negara
Terhambatnya roda perekonomian suatu negara terlebih negara yang memiliki
penduduk usia muda yang tinggi dan negara harus mengimpor Tenaga Kerja Asing
(TKA) untuk membantu terlibat dalam industri, pembangunan, dan perekonomian.
PU

Berkaca pada hal tersebut, NEET semestinya menjadi perhatian khusus karena
seyogyanya fenomena ini tidak seharusnya terjadi. Generasi muda harus terus
menerus meningkatkan kompetensi dan daya saingnya agar mampu berkiprah
aktif di pasar kerja. Generasi muda adalah the leader of tomorrow, penerus yang
menentukan nasib bangsa dan negaranya di masa datang. Generasi muda
dipandang sebagai pribadi yang memiliki kekuatan fisik dan pola pikir yang sangat
produktif dan diharapkan dapat mengembangkan kompetensi yang dimilikinya
demi peningkatan daya saing bangsa.

16 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

BAB III
NEET DI BEBERAPA BELAHAN
DUNIA

ER
A. Sejarah Perkembangan NEET

NEET, atau Not in Employment, Education or Training adalah suatu fenomena


baru yang terjadi di kalangan anak muda, dimana mereka ini tidak bekerja juga

AK
tidak sedang berada di dunia pendidikan atau pelatihan kerja. Fenomena NEET
ini kemudian menjadi hal yang perlu diantisipasi oleh semua pihak karena jumlah
pemuda yang tergolong NEET semakin meningkat sehingga dikhawatirkan akan
memberikan dampak negatif bagi pemuda itu sendiri, juga bagi keberlanjutan
IN
laju pertumbuhan ekonomi suatu bangsa akibat semakin meningkatnya pemuda
produktif yang enggan untuk berada di pasar kerja, juga semakin sedikitnya stok
pemuda kompeten karena mereka enggan berada di dunia pendidikan ataupun
AT
pelatihan kerja.

Hertesa (2007), menyatakan bahwa fenomena NEET pertama kali muncul di


Jepang sekitar tahun 1990 dengan istilah “Hiroudouryoku” yang menggambarkan
seseorang yang tidak bekerja dan tidak mencari pekerjaan, serta bukan merupakan
SD

pelajar atau mahasiswa maupun ibu rumah tangga. Pada awalnya fenomena ini
dianggap sebagai masalah sosial biasa di lingkungan keluarga dan pribadi, karena
pada saat itu terjadi bubble economy yang menjadikan kondisi perekonomian
Jepang cukup buruk sehingga berimbas pada sulitnya mencari kerja khususnya
bagi anak muda yang berada dalam fase transisi pendidikan menuju kerja. Namun,
PU

karena eksistensi NEET dalam masyarakat Jepang berkembang cukup pesat,


pemerintah Jepang kemudian menyadari bahwa jika eksistensi NEET ini terus
berkembang, maka hal ini bisa saja berdampak negatif, dimana pemuda menjadi
enggan untuk berkiprah aktif di pasar kerja. Oleh karenanya, pada tahun 2003
pemerintah Jepang menetapkan fenomena ini sebagai masalah nasional yang
dapat mengancam perekonomian negara.

Berbeda halnya dengan Jepang, sejak awal kemunculannya pada akhir tahun
1980an di Inggris, pemerintah setempat langsung menanggapinya sebagai

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA 17
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

masalah negara yang perlu segera diantisipasi. Pembahasan serius mengenai


fenomena munculnya kelompok baru ini dimulai ketika terjadi perubahan dalam
rezim Inggris, dimana pada waktu itu Undang-Undang Jaminan Sosial tahun 1986
dan implementasinya pada tahun 1988 menarik hak dukungan pendapatan/
manfaat tambahan bagi orang muda berusia 16-17 tahun untuk dijadikan sebagai
“jaminan pelatihan pemuda” (Williamson 2010).

ER
Williamson (1985) adalah orang pertama yang menyoroti urgensi yang terjadi
pada kelompok dewasa muda ini. Dalam penelitiannya mengenai pemuda di
South Glamorgan di Wales menghasilkan estimasi kuantitatif jumlah anak muda
berusia 16-17 tahun yang tidak dalam pendidikan, pelatihan, atau pekerjaan.

AK
Istance et al (1994) menggunakan istilah Status 0/status zero yang merujuk pada
kondisi tersebut, lalu Status 1 merujuk pada kaum muda dalam pendidikan setelah
1980-an. Kemudian istilah Status 0 diubah menjadi Status “A” yang
umur 16 tahun, Status 2 bagi mereka yang sedang dalam pelatihan, dan Status 3
merujuk
bagi merekapada
yang istilah
bekerja.“Abandoned” (ditinggalkan),
Studi ini memberikan
IN kesimpulandengan kata lain
yang mengejutkan,
dianggap
dimana 16% sebagai
-23% pemuda "generasi yang
usia 16-17 tahunditinggalkan".
di Inggris beradaPadadalamtahun
Status 01996
pada
tahun 1980-an. Kemudian istilah Status 0 diubah menjadi Status “A” yang merujuk
kedua istilah sebelumnya resmi berganti menjadi “NEET”. Penggantian
pada istilah “Abandoned” (ditinggalkan), dengan kata lain dianggap sebagai
istilah iniyang
“generasi diperkenalkan
ditinggalkan”.secara resmi
Pada tahun 1996di kedua
tingkatistilah
politik Inggris pada
sebelumnya resmi
AT

tahun 1999 dalam publikasi laporan Bridging the Gap dari


berganti menjadi “NEET”. Penggantian istilah ini diperkenalkan secara resmi dithe Social
tingkat politik
Exclusion Inggris
Unit pada
of the tahun
New 1999 dalam
Labour publikasi(SEU
Government laporan Bridging
1999 ). the Gap
dari the Social Exclusion Unit of the New Labour Government (SEU 1999 ).
Gambar 3. Alur Perkembangan Istilah NEET
Gambar 3. Alur Perkembangan Istilah NEET
SD
PU

Terdapat perbedaan
Terdapat perbedaan konsep
konsep pendefinisian
pendefinisian NEET
NEET antara antara
Jepang Jepang
dan Inggris. Di
Inggris, NEET lebih terfokus pada fenomena yang terjadi pada penduduk muda
dan Inggris. Di Inggris, NEET lebih terfokus pada fenomena yang
atau penduduk yang berusia 16 - 17 tahun yang tidak bekerja, tidak terlibat dalam
terjadi pada
pekerjaan penduduk
rumah muda
tangga, tidak atau penduduk
terdaftar pada sekolahyang berusia
maupun 16 - 17
pelatihan, tahun
dan tidak
yang tidak
mencari bekerja,
pekerjaan. tidak terlibat
Sedangkan dalam
di Jepang istilahpekerjaan rumah
NEET digunakan tangga,
pada rentangtidak
usia
yang lebih luas
terdaftar yaitu sekolah
pada 15-34 tahun, yaitu NEETpelatihan,
maupun pada penduduk
danmuda dan produktif.
tidak mencari
Namun demikian, keduanya sama-sama berpendapat bahwa NEET adalah suatu
pekerjaan. Sedangkan di Jepang istilah NEET digunakan pada rentang
fenomena yang rentan terjadi pada anak muda dan perlu diantisipasi.
usia yang lebih luas yaitu 15-34 tahun, yaitu NEET pada penduduk
muda dan produktif. Namun demikian, keduanya sama-sama
18 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
berpendapat bahwa NEET adalah suatu fenomena yang rentan terjadi
pada anak muda dan perlu diantisipasi.
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Gambar 4. Ilustrasi Seorang NEET Muda

ER
AK
IN
Seiring berjalannya waktu, kini NEET telah menjadi fenomena yang menarik
AT
perhatian dunia. Beberapa organisasi internasional seperti OECD, Eurostat,
International Labour Organization (ILO) beserta para peneliti, dan negara-negara di
berbagai belahan dunia telah mulai memberikan fokus mereka terhadap fenomena
NEET yang berpotensi akan maupun tengah terjadi. Mereka mulai menyadari
SD

bahwa NEET dapat berpotensi menjadi masalah sosial di kalangan masyarakat dan
bahkan perekonomian secara nasional. Dalam konteks yang lebih luas, keberadaan
NEET di suatu negara dapat diibaratkan sebagai “Bom Waktu” yang berpotensi
merusak stabilitas dan keberlangsungan suatu negara. Pemuda yang semestinya
menjadi penerus bangsa justru menjadi kelompok-kelompok yang tidak aktif dan
PU

bahkan menjadi beban bagi perekonomian negara.

B. Kasus NEET di Beberapa Negara

Salah satu tujuan dan capaian dari SDGs tujuan ke-8 Promote Sustained,
Inclusive, and Sustainable Economy Growth, Full and Productive Employment and
Decent Work for All adalah pengurangan proporsi pemuda yang tidak bekerja,
bersekolah, atau mengikuti pelatihan secara substansial. Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) melalui publikasinya dalam “Sustainable Development Goals Progress

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA 19
melalui publikasinya dalam “Sustainable Development Goals Progress
Chart 2019“, sebagaimana Gambar 5, menginformasikan bahwa NEET
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI
secara global berada pada tingkat yang tinggi. Sama halnya dengan
wilayah Afrika Sub-Sahara dan Amerika Latin-Karibia yang juga
dikategorikan sebagaiGambar
Chart 2019“, sebagaimana wilayah dengan tingkatbahwa
5, menginformasikan NEET yang
NEET secaratinggi.
global
Selanjutnya wilayah
berada pada tingkat Afrika
yang Utara-Asia
tinggi. Barat,
Sama halnya Asiawilayah
dengan Tengah-Selatan, dan
Afrika Sub-Sahara
dan Amerika Latin-Karibia yang juga dikategorikan sebagai wilayah dengan tingkat
Oceania ternyata dikategorikan sebagai wilayah dengan tingkat NEET
NEET yang tinggi. Selanjutnya wilayah Afrika Utara-Asia Barat, Asia Tengah-Selatan,
yang Sangat
dan Oceania Tinggidikategorikan
ternyata dan beradasebagaidiataswilayah
rataandengan
tingkattingkat
NEETNEET
secara
yang
global. Sementara
Sangat Tinggi itu, diatas
dan berada wilayah Asia
rataan Timur-Tenggara,
tingkat Eropa-Amerika
NEET secara global. Sementara itu,

ER
wilayah dan
Utara, Asia Timur-Tenggara,
Australia-SelandiaEropa-Amerika Utara, dan Australia-Selandia
Baru dikategorikan sebagai wilayah-Baru
dikategorikan sebagai wilayah-wilayah yang memiliki tingkat NEET menengah
wilayah yang memiliki tingkat NEET menengah hingga sangat rendah.
hingga sangat rendah.

Gambar
Gambar 5. Diagram
5. Diagram Perkembangan
Perkembangan SDGs8 Tujuan
SDGs Tujuan 8 – NEET
– NEET Secara Global

AK
Secara Global Tahun
Tahun 2019 2019

IN
AT

Melansir pada kondisi NEET secara global yang dipublikasikan oleh ILO dalam
Global Employment Trends fo Youth 2017 sebagaimana Gambar 6, diketahui bahwa
SD

remaja perempuan lebih berpotensi menjadi NEET dibandingkan dengan remaja


laki-laki. Secara perhitungan statistik, perempuan memiliki resiko relatif 3,4 kali
lebih besar dibandingkan laki-laki untuk menjadi NEET. Selain itu, perempuan 26
memiliki nilai Odds sebesar yang menyatakan bahwa peluang perempuan
untuk tidak menjadi NEET sebesar 1,94 kali lebih besar dibanding menjadi NEET.
PU

Sedangkan pada laki-laki, nilai Odds yang diperoleh sebesar yang menyatakan
bahwa peluang laki-laki untuk tidak menjadi NEET sebesar 9 kali lebih besar
dibanding menjadi NEET.

20 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Gambar 6. Proporsi Penduduk Muda (15 – 24 tahun) yang


Gambar 6. Proporsi Penduduk Muda (15 – 24 tahun) yang Terkategorikan
Terkategorikan sebagai NEET Muda
sebagai NEET Muda

ER
AK
IN
AT

Dominasi proporsi perempuan untuk menjadi NEET muda terlihat di beberapa


SD

Dominasi proporsi perempuan untuk menjadi NEET muda terlihat


wilayah di dunia, antara lain Asia Selatan, Asia Tengah-Barat, Arab, Afrika Subsahara,
di beberapa
Eropa Timur, Asiawilayah di dunia,
Timur, Afrika Utara,antara lainLatin-Karibia,
Amerika Asia Selatan,AsiaAsia Tengah-
Tenggara-Pasifik,
danBarat,
AmerikaArab, Afrika
Utara. Subsahara,
Bahkan lebih dariEropa Timur,
separuh atauAsia Timur,
sekitar Afrikaperempuan
53 persen Utara,
muda di wilayah Asia Selatan terkategorikan sebagai NEET.
Amerika Latin-Karibia, Asia Tenggara-Pasifik, dan Amerika Utara.
PU

Bahkan lebih dari


Dari penjelasan separuh
diatas, atau
tersirat sekitar
bahwa 53 persen
perempuan perempuan
merupakan muda diyang
kelompok
sangat rentan untuk menjadi NEET saat usia muda dibanding laki-laki. Marjinalisasi
wilayah Asia Selatan terkategorikan sebagai NEET.
yang terjadi akibat dari adanya suatu hukum adat dan/atau status sosial mereka
dalam lingkungan sosial dapat
Dari penjelasan menjadi
diatas, salah
tersirat satu faktor
bahwa yang mendorong
perempuan mereka
merupakan
untuk secara “terpaksa” menjadi NEET. Faktor lain yang cukup berpengaruh
kelompok yang sangat rentan untuk menjadi NEET saat usia muda
terhadap peluang perempuan muda untuk menjadi NEET adalah tujuan hidup yang
dibanding
lebih memilih laki-laki. Marjinalisasi
untuk membangun yang terjadi
pernikahan akibat
dan/atau dari adanya
mengurus suatu
rumah tangga
hukum berpartisipasi
dibanding adat dan/atau status
dalam sosial
pasar kerjamereka
maupundalam lingkungan
melanjutkan sosial
pendidikannya.

28

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA 21
“terpaksa” menjadi NEET. Faktor lain yang cukup berpengaruh
terhadap peluang perempuan muda untuk menjadi NEET adalah
tujuan hidup yang lebih memilih untuk membangun pernikahan
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI
dan/atau mengurus rumah tangga dibanding berpartisipasi dalam
pasar kerja maupun melanjutkan pendidikannya.
Gambar 7. Sebaran NEET Muda Menurut Jenis Kelamin dan Tempat Tinggal
Gambar 7. Sebaran NEET Muda Menurut Jenis Kelamin dan
di Beberapa Negara
Tempat Tinggal di Beberapa Negara

ER
AK
IN
AT

Sebagaimana gambar 7, ILO memberikan gambaran fenomena


Sebagaimana gambar 7, ILO memberikan gambaran fenomena tersebut
dalam tersebut dalam
publikasi yangpublikasi yang (2019)
dilakukannya dilakukannya (2019) bahwa
bahwa terdapat terdapat
fenomena gap yang
SD

cukup fenomena gap proporsi


besar antara yang cukupNEETbesar antara dan
perempuan proporsi NEET
laki-laki perempuan
di wilayah perkotaan
dan dan laki-lakididibeberapa
perdesaan wilayah perkotaan dan perdesaan
negara. Sebagai contoh di beberapa negara.bahwa
Pakistan (2017),
jumlah NEET contoh
Sebagai perempuan di perdesaan
di Pakistan mendekati
(2017), bahwa jumlahnilai
NEET 70 perempuan
persen sedangkan
di
laki-laki dibawah 20 persen. Sama halnya dengan di perkotaan, NEET perempuan
29
mencapai nilai mendekati 60 persen sedangkan laki-laki dibawah 20 persen.
PU

Fenomena gap yang sangat timpang ini pun terjadi di beberapa negara lainnya,
seperti Guatemala, Honduras, Nepal, El Salvador, Belize, Bangladesh, Mali, Mexico,
dan Colombia, dimana proporsi NEET perempuan memiliki nilai yang jauh lebih
tinggi dibanding laki-laki, khususnya di wilayah perdesaan dengan gap diatas 30
persen.

Dilihat berdasarkan tempat tinggal, proporsi NEET di perdesaan cenderung


bernilai lebih besar dibanding perkotaan, terutama pada NEET perempuan. ILO
dalam publikasinya menjelaskan bahwa terdapat ketimpangan dalam proporsi

22 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
cenderung bernilai lebih besar dibanding perkotaan, terutama pada
NEET perempuan. ILO dalam publikasinya menjelaskan bahwa
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI
terdapat ketimpangan dalam proporsi pembagian tugas rumah tangga
yang dilakukan perempuan dan laki-laki yang menjadikan perempuan
lebih tidaktugas
pembagian aktif rumah
dalam tangga
pasar kerja, seperti merawat
yang dilakukan perempuan anak,
danmerawat
laki-laki yang
orang sakit
menjadikan dan lanjut
perempuan usia,aktif
lebih tidak memasak,
dalam pasarmengambil
kerja, seperti air,
merawatdananak,
merawat orang sakitkayu
mengumpulkan dan lanjut usia,Dampak
bakar. memasak, pembagian
mengambil air,tugas
dan mengumpulkan
tersebut
kayu bakar. Dampak pembagian tugas tersebut menjadi lebih besar terjadi pada
menjadi lebih besar terjadi pada perempuan yang tinggal di perdesaan.
perempuan yang tinggal di perdesaan.
Gambar 8. Data Sebaran Neet di Wilayah ASEAN Tahun 2016 -
Gambar 8. Data Sebaran Neet di Wilayah ASEAN Tahun 2016 - 2018

ER
2018

AK
IN
Sumber : The World Bank (Update 18/03/2020), diolah oleh Pusdatinaker

30
Berdasarkan Gambar 8 terlihat bahwa di wilayah ASEAN, hampir semua negara
AT

memiliki kasus NEET muda di atas 8 persen dari total penduduk muda di negaranya
di sepanjang tahun 2016 - 2018. Pada tahun 2017, Laos teridentifikasi sebagai
negara dengan tingkat NEET tertinggi di wilayah ASEAN dengan nilai 42,08 persen
dari total penduduk mudanya. Kemudian disusul oleh Indonesia yang berada pada
SD

posisi kedua sebagai negara dengan tingkat NEET tertinggi di ASEAN dengan
nilai 22,48 persen pada tahun 2016 dan mengalami penurunan sebesar 0,77 poin
pada tahun 2018 menjadi 21,71 persen. Begitupun dengan Filipina yang memiliki
tingkat NEET yang cukup tinggi dengan nilai 22,20 persen pada tahun 2016 dan
PU

mengalami penurunan sebesar 2,31 poin pada tahun 2018 menjadi 19,89 persen.

Berbeda dengan kebanyakan negara ASEAN lainnya, Singapura justru menjadi


satu-satunya negara di ASEAN dengan proporsi NEET muda dibawah 8 persen
pada tahun 2016 – 2018. Proporsi NEET terendah di Singapura berada pada nilai
3,95 persen pada tahun 2016 dan meningkat sebanyak 0,19 poin pada tahun 2018
menjadi 4,14 persen.

Tingginya persentase NEET di wilayah ASEAN menyiratkan bahwa masih


terdapat sistem sosial, ekonomi, dan ketenagakerjaan yang belum cukup mumpuni

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA 23
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

dalam memaksimalkan potensi diri penduduk mudanya. Pada aspek sosial,


semestinya pemuda menjadi kelompok yang lebih mampu membangun hubungan
dengan lingkungannya dan mengembangkan kapasitas diri dengan baik terutama
pada era digital seperti saat ini. Dari sisi ketenagakerjaan dan perekonomian, anak
muda semestinya mampu menyalurkan kapasitas dan kompetensi dirinya dalam
bekerja dan mendorong percepatan pergerakan roda perekonomian ke arah yang

ER
lebih maju. Kemampuan yang lebih baik serta adaptif terhadap kemajuan teknologi
semestinya menjadi bekal mereka dalam meningkatkan daya saing di dunia kerja.
Namun segala kelebihan tersebut pada akhirnya akan sia-sia jika banyak pemuda
yang justru menjadi NEET. Pada skenario terburuk yang mungkin terjadi, NEET
akan berpotensi menjadi penyakit yang menjamur di masyarakat dan menjadikan

AK
suatu negara kehilangan penerus bangsa dan tonggak kepemimpinannya.

C. Belajar Pada Beberapa Negara

Menghadapi urgensi dari maraknya fenomena NEET pada kalangan anak


IN
muda saat ini, beberapa negara telah memulai inisiatif untuk merumuskan dan
menerapkan berbagai upaya penanganan fenomena tersebut di negaranya
masing-masing. Penanganan tersebut ditujukan untuk meminimalisir dampak
AT
berkepanjangan serta dampak lain yang mungkin terjadi akibat adanya fenomena
NEET di kalangan pemuda.

Selain sektor pemerintahan, beberapa organisasi internasional pun ikut


mengambil peran dalam penanganan NEET dengan melakukan riset mengenai
SD

NEET serta menghasilkan solusi ataupun rekomendasi bagaimana melakukan


pencegahan dan/atau penanganan atas fenomena tersebut.

Beberapa upaya yang dilakukan oleh berbagai negara/organisasi dalam


menanggulangi fenomena NEET antara lain sebagai berikut:
PU

1. International Labour Organization/ILO (2015):

Perumusan kebijakan NEET muda dapat dilakukan dengan berbasis pada dua
komponen berikut:
• Pemuda yang tidak memiliki pekerjaan (menganggur atau tidak aktif
dalam pasar kerja) dan bukan siswa pendidikan/pelatihan; dan
• Perbandingan komposisi NEET muda menurut kelompok umur dan jenis
kelamin.

24 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Pertama, melakukan pengumpulan data tingkat NEET dan indikator


pembangunnya (penganggur yang tidak mengikuti pendidikan/pelatihan
dan Bukan Angkatan Kerja yang tidak mengikuti pendidikan/pelatihan)
berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur (15-19, 20-24, 25-29);

Kedua, perlu dilakukannya analisis perbandingan jumlah penganggur

ER
yang tidak mengikuti pendidikan/pelatihan (kategori A) dengan Bukan
Angkatan Kerja yang tidak mengikuti pendidikan/pelatihan (kategori B).
- Apabila jumlah kategori A lebih besar dari kategori B:
o Perlu dilakukan analisis lebih lanjut untuk mengetahui apakah hal

AK
tersebut terjadi pada seluruh kategori jenis kelamin?
Jika Ya, maka perlu ditetapkan suatu bauran kebijakan yang meliputi
peningkatan perekrutan pemuda; Peningkatan lapangan kerja;
Perlindungan sosial bagi penganggur; Program pelatihan bagi
IN
penganggur; Menyelaraskan sistem pendidikan dan kebutuhan
pasar kerja; Pelatihan dan inkubasi kewirausahaan; dan Pelayanan
Ketenagakerjaan;
AT
Jika Tidak, maka perlu ditetapkan suatu bauran kebijakan yang
serupa, akan tetapi lebih dikhususkan bagi salah satu kelompok
gender.
o Perlu dilakukan analisis lebih lanjut untuk mengetahui apakah hal
SD

tersebut terjadi pada kelompok muda (15-24 tahun) atau kelompok


lebih tua (25-29 tahun)?
Jika terjadi pada kelompok muda, maka pelu disediakannya
suatu Program Pelatihan; Peningkatan sistem pendidikan, termasuk
pendidikan inklusif dan teknis; Program pemagangan dan
PU

pendampingan; dan lain sebagainya. Hal ini didasarkan pada asumsi


bahwa kelompok dengan tingkat pendidikan rendah lebih rentan
menjadi pengangguran.
Jika terjadi pada kelompok lebih tua, maka perlu ditetapkan
suatu bauran kebijakan yang serupa dengan penjelasan diatas yang
terkonsentrasi penuh pada promosi pertumbuhan pekerjaan.

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA 25
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

- Apabila jumlah kategori A lebih kecil dari kategori B:


o Perlu dilakukan analisis lebih lanjut untuk mengetahui apakah hal
tersebut terjadi pada seluruh kategori jenis kelamin?
Jika Ya, maka perlu ditetapkan suatu bauran kebijakan yang serupa
dengan penjelasan di atas yang terkonsentrasi penuh dalam
mempromosikan pertumbuhan pekerjaan dan perlindungan sosial

ER
untuk memastikan terpenuhinya berbagai kebutuhan dasar mereka;
Jika Tidak, maka perlu diperhatikan bahwa dalam hal ini faktor
kebudayaan dan diskriminasi biasanya lebih mempengaruhi salah
satu kelompok gender (khususnya perempuan) untuk aktif dalam

AK
pasar kerja. Sehingga, perlu ditetapkannya kebijakan yang mengarah
pada promosi kesetaraan kesempatan, kampanye kesadaran publik,
promosi kewirausahaan, penyediaan solusi pengasuhan anak,
memperluas spektrum pekerjaan untuk kedua jenis kelamin dan jika
memungkinkan memberikan subsidi kepada seluruh perusahaan
perempuan.
IN
o Perlu dilakukan analisis lebih lanjut untuk mengetahui apakah hal
tersebut terjadi pada kelompok dengan rentang muda (15-19 tahun)
AT
atau kelompok lebih tua (20-29 tahun)?
Jika terjadi pada Kelompok Muda, maka pelu ditetapkan suatu
kebijakan yang berorientasi pada penanganan anak yang terlalu dini
meninggalkan bangku pendidikan dan peningkatkan investasi dalam
sistem pendidikan yang dapat diakses oleh semua pihak;
SD

Jika terjadi pada kelompok lebih tua, maka perlu dilakukan


pengidentifikasian lebih lanjut terhadap berbagai hambatan dalam
pasar kerja dan hambatan budaya.

2. Jepang
PU

Dalam rangka mencegah lebih banyaknya penduduk muda yang menjadi


NEET di Jepang, pemerintah setempat telah menerapkan beberapa upaya
pencegahan dan penanganan NEET yang ikut melibatkan sektor pendidikan
dan ketenagakerjaan di negaranya.

Pemerintah melalui Layanan Ketenagakerjaan Publik (LKP) menyediakan


program bagi anak muda, “Hello Work for New Graduates”. Program ini
memberikan pelayanan konseling, bantuan mencari kerja (pelatihan persiapan
dan wawancara, seminar, dan bursa kerja siswa), dan penempatan bagi siswa

26 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

pada tingkat pendidikan menengah atas dan universitas. Program ini pun
menyediakan informasi berbagai lowongan kerja, konseling reguler di sekolah,
dan membantu konselor karir di sekolah. Program ini terbukti “sangat sukses”
karena banyak siswa yang memilih untuk tidak melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi dan ingin bekerja memperoleh tawaran pekerjaan
saat lulus dari sekolah menengah atas.

ER
Selain itu, sejak tahun 2004 pemerintah Jepang mulai mencanangkan
program “Pendidikan Kerja” untuk diajarkan di sekolah agar para siswa lebih
memahami dan memiliki pandangan yang lebih baik mengenai dunia kerja
pasca pendidikan, serta tidak memilih untuk menjadi NEET. Pada tingkat
universitas, pemerintah membangun hubungan antara universitas dan

AK
perusahaan agar mahasiswa dapat melakukan kegiatan magang untuk
memperoleh pengalaman kerja sebelum mereka terjun pada dunia kerja yang
sebenarnya.

Bagi mereka yang telah terlanjur menjadi NEET, pemerintah setempat


IN
menyediakan program yang disebut “Youth Camp” yang didirikan untuk
keberanian
membantu NEETdan keinginan
memperoleh kempuanuntuk bersosialiasi
sosial yang dengan
lebih baik. Sehingga pada
akhirnya mereka akan memiliki keberanian dan keinginan untuk bersosialiasi
lingkungannya dan mencari pekerjaan kembali.
AT
dengan lingkungannya dan mencari pekerjaan kembali.
Gambar 9. Program
Gambar 9. Program Pencegahan
Pencegahan Dan Penanganan
Dan Penanganan NEET diNEET
Jepangdi
Jepang
SD
PU

3. Norwegia

Sama halnya MENGHADAPI


denganFENOMENA NEET penanganan
Jepang, MEMUTUS MATA RANTAIyang
HOPELESSdilakukan
KAUM MUDA DI INDONESIA
oleh 27
Norwegia lebih berfokus pada upaya pencegahan terjadinya NEET
pada kalangan muda. Pemerintah setempat melalui Administrasi
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

3. Norwegia

Sama halnya dengan Jepang, penanganan yang dilakukan oleh Norwegia


lebih berfokus pada upaya pencegahan terjadinya NEET pada kalangan muda.
Pemerintah setempat melalui Administrasi Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Norwegia, NAV, melakukan “Pilot Project” dengan cara menempatkan spesialis

ER
pemuda dalam waktu 4 (empat) hari/minggu di lingkungan SMA/SMK/
sederajat.

Program penempatan spesialis muda ini ditujukan untuk mencegah dan


mengurangi potensi terjadinya siswa yang putus sekolah melalui pemberian
bimbingan karir, membantu siswa dalam memperoleh kesempatan

AK
pengalaman kerja, dan mendukung masa transisi sekolah menuju kerja.
Manfaat lain adanya program ini adalah sebagai upaya untuk mendeteksi
dini dan mendukung pemuda yang dirasa akan mengalami kesulitan karir di
kemudian hari.
IN
Gambar 10. Program Pencegahan NEET di Norwegia
AT
SD
PU

28 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

BAB IV
KAUM MUDA DI INDONESIA

ER
A. Bonus Demografi

Bonus demografi merupakan suatu kondisi perubahan struktur umur penduduk


sebagai akibat dari proses transisi demografi, yaitu penurunan angka kelahiran

AK
dan angka kematian. Penurunan angka kelahiran menyebabkan penurunan
jumlah penduduk umur kurang dari 15 tahun, yang diikuti dengan penambahan
penduduk usia produktif 15-64 tahun sebagai akibat banyaknya kelahiran di masa
lalu. Sementara karena perbaikan status kesehatan, umur harapan hidup semakin
panjang, sehingga lansia akan semakin meningkat.
IN
Tabel 2. Persentase & Jumlah Penduduk Usia di Bawah 15 tahun, Penduduk
Usia Kerja 15-34 Tahun, & Lansia di Atas 65 Tahun 1961-2015
AT

1961 1971 1980 1990 2000 2010 2015

Jumlah Penduduk
97.019 118.353 146.756 179.243 205.843 237.641 255.182
(x1000)
Jumlah Penduduk
SD

Usia di bawah 15 thn 41.039 52.075 60.023 65.603 63.194 68.678 70.941
(x1000)
Jumlah Penduduk
Usia Kerja 15-64 thn 53.360 63.319 81.890 106.829 132.975 157.081 170.972
(x1000)
Jumlah Penduduk
PU

Usia 65 tahun ke atas 2.620 2.959 4.696 6.811 9.675 11.882 13.269
(x1000)
% Penduduk di bawah
42.3 44.0 40.9 36.6 30.7 28.9 27.8
15 thn
% Penduduk Usia
55.0 53.5 55.8 59.6 64.6 66.1 67.0
Kerja 15-64 thn
% Penduduk Lansia
2.7 2.5 3.2 3.8 4.7 5.0 5.2
65+ thn

Sumber: Buku Merayakan Bonus Demografi (Hasil Perhitungan Sensus Penduduk tahun 1961-2010
& SUPAS 2015)

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA 29
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Dari Tabel 2 terlihat jumlah penduduk meningkat tajam dari hanya 97 juta
tahun 1961 menjadi 255 juta tahun 2015. Hal ini mengindikasikan bahwa selama
44 tahun penduduk Indonesia bertambah sebanyak 158 juta. Jika dilihat menurut
kelompok umur, jumlah penduduk usia di bawah 15 tahun meningkat dari 41 juta
pada tahun 1961 menjadi 70,9 juta pada tahun 2015 atau terjadi kenaikan sekitar
73 persen. Jumlah penduduk usia kerja (15-64 tahun) meningkat dengan pesat,

ER
dimana dari 53,4 juta pada tahun 1961 menjadi 170,9 juta pada tahun 2015 atau
meningkat sebanyak 220 persen. Penduduk lansia juga meningkat dari 2,26 juta
pada tahun 1961 menjadi 13,3 juta pada tahun 2015 atau meningkat sebesar 407
persen. Dilihat dari persentasenya, Tabel 2 memperlihatkan pola yang menarik
bahwa penduduk usia 15 tahun ke bawah turun dari 42,3 persen pada tahun

AK
1961 menjadi 27,8 persen pada tahun 2015. Sebaliknya penduduk usia kerja
mendominasi dari 55 persen menjadi 67 persen pada kurun waktu yang sama.

Gambar 11. Perubahan Struktur Usia dan Ledakan Penduduk Usia Kerja,
Indonesia, 1961 - 2045
IN
AT
SD
PU

Sumber: Buku Merayakan Bonus Demografi (Hasil Penghitungan dari berbagai Sensus Penduduk
Sumber: Buku Merayakan
1961-2010 Bonus
& Proyeksi Demografi
Penduduk (Hasil 2015-2045
Indonesia Penghitungan
(BPS,dari berbagai
UNFPA, 2018)) Sensus Penduduk
1961-2010 & Proyeksi Penduduk Indonesia 2015-2045 (BPS, UNFPA, 2018))

30 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Gambar 11 memperlihatkan struktur umur penduduk dari tahun 1961 hingga


tahun 2015 dan proyeksinya hingga tahun 2045, dimana terlihat bahwa jumlah
penduduk usia 15 tahun kebawah masih akan meningkat dari 41 juta anak di tahun
1961, menjadi sekitar 65,7 anak di tahun 1990, turun menjadi sekitar 63,2 anak di
tahun 2000 dan kembali naik pada tahun 2015 mencapai sekitar 70,8 juta anak.

ER
Dari Gambar 11 juga terlihat bahwa jumlah penduduk usia kerja (15-64 tahun)
terus bertambah sebagai dampak meningkatnya angka harapan hidup. Pada
tahun 2015 terdapat 171,0 juta penduduk usia kerja, dan akan terus bertambah
pada tahun-tahun selanjutnya dan diperkirakan mencapai 207,9 juta penduduk
usia kerja usia 15-64 di tahun 2045.

AK
Jika diperhatikan penduduk usia kerja kelompok muda usia 15-29 tahun,
jumlahnya juga meningkat pesat dari 24,1 juta pemuda di tahun 1961 menjadi
50,7 juta pada tahun 1990, 62,1 juta di tahun 2010, 63,2 juta tahun 2015 dan akan
terus bertambah menjadi 64,9 juta pemuda di tahun 2045.
IN
Perubahan struktur umur penduduk mempunyai pengaruh yang besar
terhadap aspek sosial, ekonomi, dan politik. Ledakan jumlah penduduk usia kerja ini
akan merupakan aset yang sangat berpotensi untuk meningkatkan produktivitas
AT

dan pendapatan per kapita asalkan disertai dengan kebijakan makro ekonomi
yang tepat untuk penyerapan jumlah tenaga kerja yang meningkat pesat ini dan
menyediakan iklim investasi yang kondusif bagi penciptaan lapangan kerja.

Adioetomo (2005) mengatakan bahwa bonus demografi ini hanya akan terjadi
SD

satu kali saja bagi semua penduduk suatu negara yaitu yang disebut sebagai
window of opportunity (jendela kesempatan). Kesempatan yang diberikan oleh
bonus demografi ini berupa tersedianya kondisi atau ukuran yang sangat ideal
pada perbandingan jumlah penduduk yang produktif dengan penduduk yang
PU

tidak produktif. Pada saat itu rasio ketergantungan berada di bawah 50 persen,
artinya 100 penduduk usia produktif menanggung 50 usia tidak produktif yaitu
penduduk usia kurang dari 15 tahun dan penduduk di atas 65 tahun. Dengan kata
lain perbandingan penduduk usia produktif dengan penduduk non usia produktif
sekitar dua kalinya.

Dalam Tabel 3 terlihat pola bahwa rasio ketergantungan (RK) anak-anak


cenderung turun sedangkan RK lansia cenderung meningkat. RK total cenderung
turun hingga mencapai RK total terendah pada tahun tertentu dan setelah itu

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA 31
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

RK meningkat lagi. Penurunan RK total dimulai pada tahun 1971 yang mencapai
86,8 artinya terdapat 86,8 anak-anak dan lansia menjadi tanggungan tiap 100
penduduk usia produktif. Sebagai dampak dari penurunan penduduk usia di bawah
15 tahun, RK total menurun menjadi 67,8 per 100 penduduk usia produktif tahun
1990, dan terus turun menjadi 54,7 tahun 2000. Berdasarkan Sensus Penduduk
tahun 2010, RK total mencapai 51,3 per 100 penduduk usia produktif. Pada tahun

ER
ini, tiap dua orang penduduk usia produktif hanya akan menanggung satu anak
atau lansia. Data SUPAS 2015 menunjukkan rasio RK total turun menjadi 49,2 per
100 penduduk usia produktif. Jika dipakai acuan RK total kurang dari 50 sebagai
kondisi ideal karena jumlah penduduk usia kerja jumlah optimal untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi, maka sebenarnya tahun 2015 Indonesia sudah memasuki

AK
jendela kesempatan.

Kondisi RK yang ideal ini menjadi dasar bagi pemerintah untuk berinvestasi
pada sumber daya manusia, mulai dari sekarang, agar bisa memanfaatkan kondisi
IN
yang menguntungkan ini secara penuh untuk pertumbuhan ekonomi. Investasi
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan keterampilan dan
produktifvitas yang tinggi harus ditingkatkan sehingga pada akhirnya bisa diserap
pasar kerja. Investasi peningkatan sumber daya manusia ini harus sesuai (match)
AT

dengan kebutuhan pasar kerja, sehingga calon pekerja tersebut lebih cepat bekerja
di bidang yang sesuai dengan pendidikan dan keterampilannya. Kondisi ini akan
meringankan beban perusahaan untuk melakukan pelatihan pekerja sehingga
perusahaan lebih efisien dan akan mendorong pertumbuhan ekonomi.
SD

Berdasarkan proyeksi, RK lansia terus meningkat menjadi 11,8 per 100 tahun
2025, 16,7 per 100 tahun 2035 dan 21,6 tahun 2045. Dengan kata lain, ada perubahan
beban tanggungan penduduk usia produktif dari proporsi menanggung anak-
anak lebih banyak menjadi menanggung proporsi lansia lebih banyak.
PU

32 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
Tabel 3. Tren Rasio Ketergantungan menurut Kelompok Umur, Indonesia, 1961 – 2045
PU
1961 1971 1980 1990 2000 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045

Rasio Ketergantungan
76.9 82.2 73.3 61.5 47.5 43.7 41.4 35.7 33.9 32.3 32.3 32 31.7
Anak-Anak (<15 tahun)
SD
Rasio Ketergantungan
4.9 4.7 5.8 6.3 7.2 7.6 7.8 9.8 11.8 14.2 16.7 19.3 21.6
Lansia (65+ tahun)

Rasio Ketergantungan
AT
Total (<15 dan 65+ 81.8 86.8 79.1 67.8 54.7 51.3 49.2 45.5 45.7 46.5 49 51.3 53.3
tahun) IN
Sumber: Buku Merayakan Bonus Demografi (Hasil Penghitungan dari berbagai sensus 1961-2010 & Proyeksi Penduduk 2015-2045
(BPS, UNFPA, Bappenas, 2018))
AK
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
ER

33
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Beban tanggung penduduk usia produktif tidak berat jika penduduk lansia
memiliki tabungan dan dalam kondisi yang sehat. Tabungan yang merupakan
akumulasi penghasilan yang disisihkan sewaktu masih produktif dapat digunakan
untuk membiayai pembangunan. Jika sebagian besar lansia memiliki tabungan,
maka tabungan tersebut dapat dipergunakan untuk membiayai pembangunan.
Para ahli menyebut ini sebagai bonus demografi kedua.

ER
Penurunan RK total rasio ketergantungan merupakan bonus demografi atau
demographic dividend jika penduduk usia produktif dioptimalkan sebagai sumber
daya pembangunan ekonomi. Sejak sekitar tahun 1990, ketika jumlah penduduk
usia produktif mencapai 107 juta, Indonesia memiliki jumlah penduduk produktif

AK
yang besar, namun sayang jumlah penduduk produktif tadi memiliki tingkat
pendidikan yang rendah (SMP ke bawah). Dengan tingkat pendidikan yang rendah,
tenaga kerja bekerja pada pekerjaan low skilled seperti pekerja kasar, buruh atau
bekerja di sektor informal, sehingga memperoleh upah rendah.
IN
RK total akan terus turun hingga mencapai RK terendah pada tahun 2020 yang
mencapai 45 per 100 penduduk usia produktif yang akan bertahan hingga tahun
AT
2025. Setelah itu, pada tahun 2030 RK total meningkat lagi 47 per 100 penduduk
usia produktif. Dengan demikian, Bonus Demografi akan berakhir pada tahun
2025, ketika penduduk usia produktif lebih banyak menanggung penduduk lansia.

Tahapan terendah dari RK total pada angka 45 per 100 antara tahun 2020-2025
SD

disebut Jendela Peluang dan hanya akan terjadi sekali pada penduduk Indonesia.
Karena itu, pemerintah harus memperhatikan kondisi kependudukan ini sebagai
kesempatan untuk mempersiapkan para calon pekerja dan anak-anak yang akan
masuk pasar kerja agar mereka menjadi sumber daya yang berkualitas tinggi,
PU

memiliki keterampilan dan kompetensi untuk menghadapi persaingan global


tenaga kerja baik di tingkat ASEAN (MEA) atau di dunia. Jendela kesempatan ini
hanya akan berlangsung dalam waktu yang singkat yaitu sekitar tahun 2020-2025
(Gambar 12).

34 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
memiliki keterampilan dan kompetensi untuk menghadapi persaingan
global tenaga kerja baik di tingkat ASEAN (MEA) atau di dunia. Jendela
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI
kesempatan ini hanya akan berlangsung dalam waktu yang singkat
yaitu sekitar tahun 2020-2025 (Gambar 12).
Gambar 12. Penurunan Rasio Ketergantungan yang Disebabkan Bonus
Gambar 12. Penurunan Rasio Ketergantungan yang Disebabkan Bonus
Demografi & Jendela Peluang
Demografi & Jendela Peluang

ER
AK
IN
Sumber: Penghitungan penulis dari berbagai sensus 1961-2010 & Proyeksi Penduduk
2015-2045 (BPS, UNFPA, Bappenas, 2018)
AT
Sumber: Penghitungan penulis dari berbagai sensus 1961-2010 & Proyeksi Penduduk 2015-2045
(BPS, UNFPA, Bappenas, 2018)
Jika diperhatikan di tingkat daerah, kondisi bonus demografi
berbeda-beda karena
Jika diperhatikan proses
di tingkat daerah,transisi demografi
kondisi bonus tidak
demografi terjadi
berbeda-beda
karena proses transisi demografi tidak terjadi bersamaan. Introduksi program
bersamaan. Introduksi program pengendalian penduduk dilakukan di
SD

pengendalian penduduk dilakukan di Jawa dan Bali terlebih dulu, sehingga secara
Jawa
umumdan
JawaBali terlebih
dan Bali dulu,memasuki
lebih dulu sehinggaerasecara umum Jawa dan Bali
bonus demografi.
lebih dulu memasuki era bonus demografi.
Selama 30 tahun (1985-2015), RK total di tingkat nasional dan provinsi
mengalami
Selamapenurunan yang(1985-2015),
30 tahun tajam. Tahun 1985 tidak di
RK total adatingkat
satu pun provinsidan
nasional yang
PU

RK totalnya di bawah 50 per 100 penduduk usia produktif. Pada tahun 1985, RK
provinsi mengalami penurunan yang tajam. Tahun 1985 tidak ada satu
total di tingkat nasional masih tinggi yaitu 74,7 per 100 penduduk usia produktif.
Namun pada tahun 2015, setengah provinsi sudah memasuki bonus demografi.
46
Di tingkat provinsi yang memiliki RK paling rendah adalah DKI Jakarta yaitu 58,5
per 100 penduduk usia produktif, sedangkan provinsi yang paling tinggi RK-nya
adalah Sulawesi Tenggara yang mencapai 96,9 per 100 penduduk usia produktif.
Dari 34 provinsi terdapat 17 provinsi yang RK-nya di bawah 50 per 100 penduduk
usia produktif yaitu DKI Jakarta, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Bali, Kalimantan Timur,
Sulawesi Utara, Banten, Kepulauan Bangka Belitung, Jambi, Bengkulu, Kalimantan

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA 35
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Tengah, Jawa Barat, Kepulauan Riau, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Sumatera
Selatan, dan Lampung. Dengan kata lain, provinsi tersebut sudah masuk dalam
jendela kesempatan. Pemerintah provinsi harus bekerja keras meningkatkan
sumber daya manusia, mengingat saat ini sebagian besar pekerja masih
berpendidikan rendah (SMP ke bawah).

ER
Ross (2004) menyebutkan bonus demografi dapat terjadi melalui beberapa
mekanisme yaitu:

i.
Penawaran tenaga kerja (labor supply)
• Generasi anak-anak yang lahir pada waktu angka kelahiran yang tinggi

AK
memasuki usia kerja. Dengan menyediakan pendidikan dan keterampilan
yang sesuai dengan pasar kerja, penduduk usia kerja dapat terserap di
pasar kerja dan tidak menjadi pengangguran.
• Perempuan yang memiliki jumlah anak lebih sediki memiliki kesempatan
IN
yang lebih besar untuk masuk pasar kerja. Dengan memiliki pendidikan
yang lebih baik, perempuan akan lebih Membaca Potensi Manusia
Indonesia di Era Terbarukan produktif di pasar kerja.
AT
• Besarnya penduduk usia kerja harus diiringi oleh kebijakan penciptaan
lapangan di berbagai sektor, tanpa kebijakan yang mendukung
penciptaaan lapangan pekerja yang inklusif, negara akan menghadapi
kerusuhan sosial karena masalah pengangguran dan ketiadaan lapangan
SD

pekerjaan.

ii.
Tabungan (saving)
• Penduduk kerja (15-64) cenderung memiliki penghasilan lebih banyak
dan dapat menabung lebih banyak daripada penduduk usia muda (0-14
PU

tahun). Pergeseran dari jumlah penduduk muda menjadi penduduk usia


kerja ini akan meningkatkan tabungan prib adi dan tabungan nasional.
• Kemampuan untuk menabung akan lebih besar jika individu-individu
memiliki anak yang lebih sedikit yang memerlukan biaya perawatan dan
pendidikan yang lebih sedikit.
• Tabungan pribadi yang terus tumbuh dapat dioptimalkan untuk
membiayai investasi industri yang dapat memicu pertumbuhan ekonomi.

36 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

iii. Sumber daya manusia (human capital)


• Memiliki lebih sedikit anak meningkatkan kesehatan perempuan.
Masuknya perempuan dalam angkatan kerja, pada gilirannya,
meningkatkan status sosial dan kemandirian pribadi mereka. Mereka
akan memiliki lebih banyak energi untuk berkontribusi baik bagi keluarga
maupun masyarakat.

ER
• Dengan jumlah anak lebih sedikit, penghasilan keluarga dapat lebih
difokuskan pada makanan yang bergizi untuk bayi, termasuk anak
perempuan, yang sering diberi makan lebih sedikit. Penghasilan dapat
digunakan untuk pendidikan jangka panjang bagi anak perempuan,

AK
dan bagi remaja laki-laki dan perempuan untuk meningkatkan tingkat
kehidupan mereka.

Hal sama juga disebutkan Bloom (2002) bahwa terdapat empat faktor yang
menjelaskan hubungan bonus demografi dengan pertumbuhan ekonomi,
IN
yaitu penawaran tenaga kerja (labor supply), peran perempuan, tabungan dan
modal manusia. Penawaran tenaga kerja yang cukup besar harus ditunjang
oleh kesempatan kerja yang memadai, karena jika tidak maka pengangguran
AT
terbuka akan semakin meningkat. Faktor kedua, menyatakan bahwa perempuan
mempunyai peran yang besar dalam pengendalian kelahiran melalui keikutsertaan
mereka dalam ber-KB. Mengikuti KB merupakan jalan untuk mewujudkan harapan
hidup sejahtera menjadi kenyataan. Perempuan lebih memilih memiliki anak yang
SD

berkualitas dibandingkan jumlah yang besar, sehingga mereka kemudian mampu


ikut terjun ke pasar kerja. Di sisi yang lain sumber daya manusia menjadi salah
satu kunci untuk pemanfaatan bonus demografi yang terjadi. Tanpa sumber daya
manusia yang baik, maka kesempatan kerja tidak dapat dimanfaatkan dengan baik.
PU

Hayes dan Setyonaluri (2015) menyatakan implikasi bonus demografi ada tiga
yaitu pasokan tenaga kerja, tabungan dan modal manusia. Transisi demografi berp
engaruh pada pasokan tenaga kerja produktif yang mencari pekerjaan di pasar
kerja atau berusaha sendiri untuk menciptakan kerja. Apabila pasar kerja mampu
menyerap banyak tenaga kerja, maka produksi per kapita akan naik, begitu pula
pendapatan masyarakat. Namun sebaliknya, tenaga kerja yang tidak terserap
dalam pasar kerja atau tidak mampu menciptakan lapangan pekerjaan maka akan
menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik, yang pada gilirannya akan terjadi
kerusuhan sosial. Pada perempuan yang memiliki anak sedikit akan memiliki

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA 37
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

waktu untuk memasuki pasar kerja, sehingga hal ini juga akan menambah pasokan
tenaga kerja. Sekali lagi, kalau hal ini terserap pasar kerja maka akan meningkatkan
pendapatan rumah tangga dan meningkatkan tabungan. Jika tidak maka akan
menambah pengangguran. Anggota keluarga yang bekerja akan menghasilkan
pendapatan untuk kebutuhan sehari-hari dan jika berlebih akan ditabung.
Tabungan akan meningkatkan prospek investasi dan pertumbuhan suatu negara.

ER
Orang tua yang memiliki anak yang sedikit dapat lebih banyak menginvestasikan
uang untuk pendidikan yang berkualitas bagi anak-anaknya. Investasi pendidikan
(modal manusia) akan menghasilkan tenaga kerja yang lebih produktif dan
mempromosikan upah yang lebih tinggi dan kehidupan yang lebih layak. Mereka
yang menempuh pendidikan di sekolah atau training akan lambat memasuki pasar

AK
kerja, namun akan lebih produktif setelah masuk pasar kerja. Karena itu, investasi
dalam bidang pendidikan dan kesehatan merupakan kunci untuk memanfaatkan
bonus demografi.

Bonus demografi tidak terjadi otomatis. Pemerintah harus membuat


IN
serangkain kebijakan agar penduduk usia kerja yang jumlah besar ini berkualitas
dilihat dari tingkat pendidikan, kesehatan dan dapat bekerja secara produktif.
Menurut Gribble dan Bremner (2012), ada empat enabling environment
AT
(lingkungan memungkinkan) untuk meraih bonus demografi yaitu: a) investasi
program kesehatan untuk ibu dan anak, b) pendidikan dan keterampilan anak-
anak dan remaja, c) tata kelola pemerintah yang baik agar dapat mengundang
investasi untuk penciptaan lapangan pekerjaan. Dua komponen utama lainnya
adalah perubahan struktur penduduk dan bonus demografi.
SD

Selanjutnya Adioetomo (2016) memodifikasi 6 komponen bonus demografi


di atas menjadi lebih rinci sebagai syarat untuk meraih bonus demografi (lihat
gambar 14).
PU

i.
Perubahan struktur umur penduduk berdampak pada proporsi anak-anak
menurun dan digantikan dengan peningkatan proporsi penduduk usia
kerja. Proporsi anak-anak yang tinggi akan menyerap sumber daya dan dana
pemerintah untuk halhal yang belum produktif. Sebaliknya, menurunn ya
proporsi anak-anak akan menyebabkan pemerintah mempunyai kesempatan
yang lebih untuk investasi sosial seperti pendidikan dan kesehatan. Sementara
itu, laju peningkatan penduduk usia kerja yang melebihi laju pen ingkatan
jumlah anak-anak akan memicu peningkatan produktifitas dan pendapatan
perkapita.

38 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

ii.
Terjadinya perubahan struktur umur penduduk merupakan prasyarat
terbentuk bonus demografi namun perubahan struktur umur penduduk ini
sekolah yang akan menjadi tenaga kerja yang sehat dan
tidak secara otomatis meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
produktif. Kedua, peningkatan sumber daya manusia harus
iii. Untuk meraih bonus demografi, faktor utama adalah peningkatan kualitas
dilakukan dengan penyediaan pendidikan yang berkualitas,
sumber daya manusia. Ada dua kebijakan yaitu pertama adalah pemenuhan
tidak dan
hanya perluasan
usia dini akses pendidikan
kembang dan capaian

ER
makanan gizi anak agar tumbuh menjadi anak
sehatpeningkatan
dan berhasil pendidikan yang
di sekolah yang lebih
akan tinggi.tenaga kerja yang sehat
menjadi
iv.dan produktif.
PeningkatanKedua,sumber
peningkatan
dayasumber daya manusia
manusia juga dapatharus dilakukan
dilakukan
dengan penyediaan pendidikan yang berkualitas, tidak hanya perluasan akses
dengan pelatihan baik oleh pemerintah atau swasta agar
pendidikan dan capaian peningkatan pendidikan yang lebih tinggi.

AK
memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan
iv. Peningkatan sumber daya manusia juga dapat dilakukan dengan pelatihan
pasar
baik oleh kerja. atau swasta agar memiliki keterampilan yang sesuai
pemerintah
v.dengan
Kebijakan
kebutuhanekonomi yang mampu meningkatkan penyer apan
pasar kerja.

v. pekerja, dengan
yangtransformasi struktural dan investasi yang tepat
Kebijakan ekonomi
IN
mampu meningkatkan penyer apan pekerja, dengan
diperlukan
transformasi bagi penciptaan
struktural dan investasi lapangan
yang tepatkerja.
diperlukan bagi penciptaan
lapangan kerja.
vi. Terakhir, perlunya good governance (tata kelola pemerintah
AT
vi. Terakhir,
yang perlunya good governance
baik) untuk (tata kelola
memperlancar pemerintah
realisasi yang baik) untuk
investasi.
memperlancar realisasi investasi.

Gambar 13. Kerangka Konsep Hubungan antara Bonus Demografi dan


Gambar 13. Kerangka Konsep Hubungan antara Bonus Demografi dan
Pertumbuhan
PertumbuhanEkonomi
Ekonomi
SD

Tata Kelola pemerin-


Investasi pendidikan
tah yang kondusif
dalam keterampilan/
bagi masuknya in-
kom-petensi sesuai
vestasi dan pen-
PU

dengan pekerjaan
ciptaan lapangan
kerja

Pekerja yang Kebijakan ekonomi


sehat dan produktif yang kondusif bagi
mulai dari kecukupan penciptaan Bonus demografi dan
makanan dan gizi dan lapangan pekerjaan pertumbuhan ekonomi
memelihara kesehatan dan pembiyaan
reproduktif kredit mikro

Sumber: Adioetomo, 2016

Sumber: Adioetomo, 2016

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
52 39
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Sedangkan menurut Bloom, Canning, dan Rosenberg (2011), ada lima faktor
yang harus menjadi perhatian pemerintah agar bonus demografi dapat diraih
yaitu sebagai berikut:

i.
Kualitas lembaga pemerintah

Efisiensi dan efektifitas lembaga-lembaga pemerintah memiliki pengaruh

ER
besar pada kemampuan pemerintah dalam melaksanakan program dan
kebijakan. Jika pemerintah ingin merancang dan mengimplementasikan
kebijakan yang memfasilitasi penyerapan tenaga kerja dalam pasar kerja dan
tenaga kerja yang produktif, pemerintah perlu memiliki program, kebijakan,
dan tenaga kerja yang memiliki keterampilan untuk mencapai tujuan ini.

AK
Karena itu pemerintah harus memiliki kelembagaan yang menunjang
kebijakan tersebut, bebas korupsi, menghormati hak kekayaan intelektual,
menghormati kontrak dan penegakan hukum.

ii.
Kebijakan ketenagakerjaan IN
Tugas utama pemerintah menciptakan lingkungan sehingga tenaga kerja
dapat bekerja secara produktif. Tantangan dalam ketenagakerjaan adalah
pengangguran dan setengah pengangguran yang menjadi beban pereko
nomian. Tenaga kerja yang memiliki upah tinggi dan bekerja di sektor formal
AT

merupakan tantangan yang harus dicapai oleh negara-negara berkembang.


Selain itu, ada tantangan yang dihadapi pemerintah yaitu penerapan upah
minimum dan tuntutan serikat pekerja. Kebijakan pemerintah diperlukan
untuk mengatasi persoalan ketenagakerjaan tersebut.
SD

iii. Manajemen ekonomi makro

Tantangan dalam ekonomi makro seperti inflasi yang tinggi, upah yang tidak
stabil sehingga berpengaruh pada tabungan, tingginya rasio utang terhadap
PDB sehingga pemerintah kesulitan dalam pembayaran bunga menjadi
PU

kendala pemerintah dalam meraih bonus demografi. Karena itu, kondisi


ekonomi makro yang stabil diperlukan untuk dapat merealisasikan bonus
demografi.

iv. Kebijakan perdagangan

Kebijakan perdagangan berperan dalam meraih bonus demografi. Dengan


jumlah penduduk usia kerja yang banyak, kesempatan kerja dapat diciptakan
melalui industri yang berorientasi ekspor. Kebijakan yang tepat dalam ekspor
dapat mendorong industri untuk meningkatkan output dan menyerap tenaga
kerja lebih banyak.

40 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

v.
Kebijakan pendidikan

Meningkatkan jumlah tenaga kerja yang berpendidikan dapat dipekerjakan


pada berbagai sektor. Tenaga kerja dengan pendidikan yang sesuai dengan
sektor pekerjaan di suatu negara akan mempercepat negara tersebut meraih
bonus demografi.

ER
Singkatnya, bonus demografi dan jendela peluang harus dimanfaatkan oleh
pemerintah dan intinya adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (human
capital development). Bagi para pengamat ekonomi makro, sisi pengembangan
kualitas sumber daya manusia hanya lah salah satu elemen dari seluruh “mesin”
pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi tanpa mempunyai sumber daya manusia

AK
yang handal, mesin pertumbuhan ekonomi tidak akan ada yang menjalankannya.
Jumlah tenaga kerja yang besar dengan pekerjaan yang layak akan meningkatkan
pendapatan per kapita. Pendapatan tersebut dapat ditabung yang secara agregat
tabungan tadi dapat dimanfaatkan untuk investasi untuk menciptakan lapangan
pekerjaan. Untuk itu, kebijakan intersektoral diperlukan agar jumlah tenaga kerja
IN
produktif yang besar dapat dioptimalkan untuk menggerakan perekonomian.

Korea Selatan adalah salah satu negara yang berhasil memanfaatkan bonus
demografi (Stephen, 2013). Ada dua pendorong bonus demografis di Korea Selatan
AT

yaitu demografi dan ekonomi, keduanya dipengaruhi oleh kebijakan publik. Pada
tahun pemerintah Korea Selatan (1963-1972) melembagakan reformasi kuat
yang merupakan kunci untuk menetapkan dasar untuk meraih bonus demografi;
pada periode 1972-1981, Korea Selatan memperkuat sistem pemerintahan yang
SD

tersentralisasi di bawah kepemimpinan Park Chung Hee, hingga kematiannya pada


tahun 1979. Reformasi penting dalam kesehatan masyarakat, keluarga berencana,
dan pendidikan yang dilakukan selama hampir dua dekade ini diiringi dengan
pertumbuhan ekonomi mengatur menjadi jalan untuk mencapai bonus demografi.

Program KB di Korea Selatan berhasil menurunkan angka fertilitas relatif cepat


PU

dibandingkan dengan Indonesia. Program KB dimulai tahun 1962 bersamaan


dengan program pembangunan lima tahun. Ketika Program KB di mulai TFR sangat
tinggi sekitar 6 anak per perempuan.

Program KB berdampak pada angka fertilitas. TFR menurun dari 4,53 anak per
perempuan pada tahun 1970 menjadi 2,06 pada tahun 1983 atau telah mencapai
di bawah replacement level fertility pertama kalinya. Replacement level fertility
adalah tingkat fertilitas dimana suatu populasi secara tepat menggantikan dirinya
dari satu generasi ke gen erasi berikutnya atau pada saat TFR sama dengan 2,1

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA 41
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

anak per perempuan. TFR terus menurun mencapai titik terendah 1,076 pada
2005, tetapi meningkat kembali menjadi ke 1,297 pada 2012 dan kemudian turun
kembali ke 1,190 pada 2013.

Dalam bidang kesehatan masyarakat, pemerintah Korea Selatan menerapkan


asuransi kesehatan nasional pada tahun 1977 dan asuransi kesehatan nasional

ER
berhasil mencakup seluruh penduduk tahun 1982. Kondisi ini meningkatkan
harapan hidup penduduk Korea Selatan. Di sisi lain, angka kematian bayi juga
menurun.

Dalam bidang pendidikan, pemerintah Korea Selatan mereformasi kebijakan


pendidikan dari sistem multi-level yang diadopsi dari Jepang menjadi sistem

AK
yang lebih egaliter. Sebagai hasilnya, investasi dalam sumber daya manusia telah
meningkatkan pendidikan penduduk Korea Selatan dimana 63 persen usia 25-34
tahun berpendidikan universitas, persentase tertinggi di antara Negara-negara
B. Persentase
OECD. Tenaga lulusan
Kerja perguruan
Muda tinggi di Korea Selatan tidak hanya tinggi,
IN
sistem pendidikan juga dipandang sebagai salah satu yang terbaik di dunia.
Tenaga Kerja Muda dan permasalahannya sejak beberapa tahun
B. belakangan
Tenaga Kerjaini
Muda
menjadi fokus utama negara-negara di dunia untuk
AT
dicarikan jalan
Tenaga Kerja keluarnya
Muda agar tenaga kerja
dan permasalahannya sejak muda bisatahun
beberapa berkiprah aktif
belakangan
ini menjadi
di pasarfokus utama
kerja negara-negara
untuk di duniaperekonomian
meningkatkan untuk dicarikan jalan keluarnya
bangsa dan
agarmemajukan
tenaga kerjanegaranya.
muda bisa berkiprah aktif di pasar kerja untuk meningkatkan
perekonomian bangsa dan memajukan negaranya.
Gambar 14. Tantangan Tenaga Kerja Muda di Negara – negara
SD

Gambar 14. Tantangan Tenaga Kerja Muda di Negara – negara G20


G20
PU

Sumber:
Sumber: International
International LaborLabor Organization
Organization (ILO) (ILO)

Dalam “G20 Employment Working Group Meeting yang


diselenggarakan di Jeddah pada tanggal 4 – 6 Februari, International
42 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
Labor Organization (ILO) menjelaskan bahwa kondisi tenaga kerja
muda khususnya yang ada di negara-negara yang tergabung dalam
G20 perlu mendapatkan perhatian yang serius. Sebagaimana Gambar
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Dalam “G20 Employment Working Group Meeting yang diselenggarakan


di Jeddah pada tanggal 4 – 6 Februari, International Labor Organization (ILO)
menjelaskan bahwa kondisi tenaga kerja muda khususnya yang ada di negara-
negara yang tergabung dalam G20 perlu mendapatkan perhatian yang serius.
Sebagaimana Gambar 14 bahwa dari 705 juta total populasi pemuda di negara
– negara G20, tercatat bahwa hanya sekitar 226 juta orang atau 32,06 persen yang

ER
sudah mendapatkan pekerjaan. Sementara pemuda yang masih menganggur
sekitar 44 juta orang. Tidak hanya itu, sebanyak 36 juta pemuda yang sudah bekerja
pun masuk dalam kategori miskin. Ditambah lagi dengan fenomena banyaknya
pemuda yang tidak bekerja, dan tidak sekolah maupun tidak sedang mengikuti
pelatihan (NEET) yang diketahui jumlahnya sangat besar mencapai 154 juta orang

AK
dan didominasi oleh perempuan sebesar 31 persen, jauh lebih besar dibandingkan
laki – laki yang memiliki persentase sebesar 14 persen.

Indonesia sebagai salah satu negara anggota G20 juga mengalami hal yang
sama dengan negara – negara lainnya terkait dengan tenaga kerja mudanya. Pada
IN
tahun 2019 tercatat bahwa penduduk usia kerja muda (15 – 24 tahun) di Indonesia
lebih banyak yang tergolong sebagai Bukan Angkatan Kerja dibandingkan dengan
mereka yang tergolong sebagai Angkatan Kerja. Dari 268 juta total populasi di
AT
Indonesia, 197,9 juta orang diantaranya merupakan Penduduk Usia Kerja. Dari
keseluruhan tenaga kerja tersebut, mereka yang berusia 15 – 24 tahun atau sering
disebut dengan penduduk usia muda sebanyak 44,19 juta orang atau sekitar 22,33
persen dari total tenaga kerja. Sementara mereka yang masuk dalam katagori
Bukan Angkatan Kerja yaitu sebanyak 22,84 juta orang atau 51,68 persen dari total
SD

penduduk usia kerja muda. Dan sisanya sekitar 21,35 juta orang atau 48,32 persen
dikatagorikan sebagai Angkatan Kerja.

Pemuda yang masuk ke dalam kategori Bukan Angkatan Kerja, yaitu sebanyak
22,84 juta orang merupakan mereka yang kegiatannya hanya bersekolah, mengurus
PU

rumah tangga, dan lainnya. Pemuda yang kegiatannya hanya bersekolah mencapai
15,82 juta orang, sedangkan pemuda yang kegiatannya mengurus rumah tangga
tanpa mendapatkan upah sebanyak 5,47 juta, dan pemuda yang melakukan
kegiatan lainnya, sebanyak 1,55 juta orang.

Sementara itu, dari keseluruhan Angkatan Kerja muda, sebanyak 17,38 juta
orang atau 81,38 persen sudah bekerja, dan sisanya sekitar 3,98 juta atau 18,62
persen masih menganggur. Permasalahan ketidaksesuaian antara tingkat dan
jenis kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja yang sangat dinamis dengan

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA 43
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

tingkat kompetensi yang dimiliki tenaga kerja disinyalir menjadi penyebab utama
meningkatnya tingkat pengangguran muda di negara-negara di dunia termasuk
Indonesia.

Oleh karenanya, pada tahun 2015 Pemimpin negara G20 sepakat untuk
mengatasi permasalahan pemuda ini. Pemuda yang beresiko secara permanen
tidak mampu bersaing dan tertinggal dalam pasar kerja diusahakan agar jumlahnya

ER
terus berkurang sampai mencapai sekitar 15 persen pengurangannya pada tahun
2025. Indikator yang direkomendasikan untuk digunakan dalam mengidentifikasi
resiko tersebut antara lain:
1. Penganggur Muda (Youth Unemployment);

AK
2. Pemuda yang tidak bekerja, tidak sekolah maupun tidak sedang mengikuti
pelatihan (NEETs);
3. Pemuda yang tidak bekerja, tidak sekolah maupun tidak sedang mengikuti
a. Angkatan Kerja Muda
pelatihan dan memiliki keahlian/keterampilan rendah (Low-skilled NEETs); dan
SamaInformal
4. Pekerja halnyaMuda
dengan jumlah
(Youth angkatan kerja secara keseluruhan,
Informality).
IN
jumlah Angkatan Kerja Muda selama tiga tahun terakhir sejak tahun
a. Angkatan Kerja Muda
2017 sampai dengan 2019 juga memiliki tren yang selalu meningkat
sebagaimana
Sama halnya yang terlihat pada Grafik 1. Selama
secaratiga tahun terakhir
AT
dengan jumlah angkatan kerja keseluruhan, jumlah
Angkatan
jumlahKerja Muda selama
Angkatan tiga tahun
Kerja Muda terakhirsekitar
meningkat sejak tahun
5,252017 sampai
persen, dengan
dimana
2019 juga memiliki tren yang selalu meningkat sebagaimana yang terlihat pada
pada tahun 2019 ini mencapai 21,35 juta orang, atau sekitar 15,99
Grafik 1. Selama tiga tahun terakhir jumlah Angkatan Kerja Muda meningkat sekitar
5,25persen
persen,dari total pada
dimana Angkatan
tahunKerja.
2019 ini mencapai 21,35 juta orang, atau sekitar
SD

15,99 persen dari total Angkatan Kerja.


Grafik 1. Angkatan Kerja dan Angkatan Kerja Muda Tahun 2017 –
2019 Kerja Muda Tahun 2017 – 2019
Grafik 1. Angkatan Kerja dan Angkatan
PU

128,062,746 131,005,641 133,560,880

20,286,945 20,829,815 21,352,236


2017 2018 2019

AK AK Muda

Sumber:
Sumber:BPS, SakernasAgustus
BPS, Sakernas Agustus 2017
2017 – 2019
– 2019 diolah
diolah Pusdatinaker
Pusdatinaker

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) muda juga mengalami


peningkatan selama tiga tahun terakhir sebagaimana yang
44 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
digambarkan pada Grafik 2. Hal ini mengindikasikan bahwa potensi
ekonomi dari sisi supply tenaga kerja juga meningkat. Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja secara keseluruhan sebesar 67,49% dan
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) muda juga mengalami peningkatan


selama tiga tahun terakhir sebagaimana yang digambarkan pada Grafik 2. Hal
ini mengindikasikan bahwa potensi ekonomi dari sisi supply tenaga kerja juga
meningkat. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja secara keseluruhan sebesar 67,49%
dan TPAK muda sekitar 48,32%. Lebih rendahnya TPAK muda dibandingkan TPAK
dan sebagian besar dari mereka sedang berada di bangku sekolah
secara keseluruhan ini disinyalir disebabkan karena pada umumnya usia muda
dan sebagian
ataudituntut
melanjutkanbesar dari mereka sedang berada di bangku sekolah
untukpendidikannya.

ER
belum mencari nafkah dan sebagian besar dari mereka sedang
atau melanjutkan pendidikannya.
berada di bangku sekolah atau melanjutkan pendidikannya.
Grafik 2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat
Partisipasi
Grafik
Grafik 2. Tingkat Angkatan
2. Tingkat Kerja
Partisipasi
Partisipasi (TPAK)
Angkatan
Angkatan Muda
KerjaKerjaTahun
(TPAK)
(TPAK) 2017
dan– Tingkat
dan Tingkat 2019
Partisipasi
Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) Muda Tahun 2017 – 2019 2019
Angkatan Kerja (TPAK) Muda Tahun 2017 –

AK
67.26% 67.49%
66.67%
67.26% 67.49%
66.67%
IN
46.75% 47.37% 48.32%

46.75% 47.37% 48.32%


2017 2018 2019
AT

2017 TPAK 2018 TPAK Muda 2019

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2017TPAK TPAK


– 2019 diolah Muda
Pusdatinaker

Sumber:
Sumber: BPS,BPS, Sakernas
Sakernas Agustus
Agustus 2017 –2017
2019 –diolah
2019Pusdatinaker
diolah Pusdatinaker
SD

Grafik
Grafik 3. Tingkat
3. Tingkat Partisipasi
Partisipasi Angkatan
Angkatan Kerja (TPAK)
Kerja (TPAK) Muda
Muda Berdasarkan
Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2019
Grafik 3. TingkatKelompok
Partisipasi Angkatan
Umur Kerja (TPAK) Muda
Tahun 2019
Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2019
TPAK Muda Berdasarkan Kelompok Umur

TPAK Muda Berdasarkan Kelompok Umur


PU

68.91%

68.91%

28.09%

28.09%
15 - 19 Tahun 20 - 24 Tahun

Sumber:
Sumber: BPS, Sakernas
BPS, Sakernas Agustus
Agustus 2019 Pusdatinaker
2019 diolah diolah Pusdatinaker
15 - 19 Tahun 20 - 24 Tahun

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2019 diolah Pusdatinaker

61
MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA 45
61
Jika diamati lebih lanjut berdasarkan kelompok umur sebagaimana
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI
Grafik 3, TPAK muda yang berumur 20 – 24 tahun lebih tinggi yaitu
sebesar 68,91 persen, sedangkan pada kelompok umur 15 – 19 tahun
Jika diamati lebih lanjut berdasarkan kelompok umur sebagaimana Grafik 3,
hanya sebesar 28,09 persen. Adalah sesuatu yang wajar karena umur
TPAK muda yang berumur 20 – 24 tahun lebih tinggi yaitu sebesar 68,91 persen,
20 – 24 tahun
sedangkan lebih siap
pada kelompok umuruntuk memasuki
15 – 19 tahun hanyapasar kerja
sebesar 28,09dibandingkan
persen. Adalah
denganyang
sesuatu mereka yangumur
wajar karena berusia
20 – 2415tahun
– 19
lebihtahun karena
siap untuk memang
memasuki pasar
kerja dibandingkan dengan mereka yang berusia 15 – 19 tahun karena memang
seharusnya mereka masih berada di dunia pendidikan untuk
seharusnya mereka masih berada di dunia pendidikan untuk meneruskan sekolah

ER
meneruskan
ke jenjang yangsekolah ke jenjang yang lebih tinggi.
lebih tinggi.

Grafik
Grafik 4. Tingkat
4. Tingkat Partisipasi
Partisipasi AngkatanAngkatan Kerja
Kerja (TPAK) Muda(TPAK) MudaJenis
Berdasarkan
BerdasarkanKelamin
Jenis Kelamin dan Kelompok
dan Kelompok Umur TahunUmur
2019 Tahun 2019

AK
TPAK MUDA BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN
KELOMPOK UMUR
Laki-laki Perempuan
82.01%

56.74%
55.27%
IN
39.53%
31.98%

24.01%

AT
15 - 19 TAHUN 20 - 24 TAHUN TOTAL

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2019 diolah Pusdatinaker


Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2019 diolah Pusdatinaker

Selanjutnya
Selanjutnya jika jika
dilihatdilihat berdasarkan
berdasarkan jenis
jenis kelamin, kelamin,
Grafik Grafik 4 juga
4 juga menggambarkan
SD

menggambarkan
bahwa TPAK muda laki bahwa TPAK
– laki lebih muda
tinggi laki – TPAK
dibanding laki lebih
mudatinggi dibanding
perempuan. TPAK
muda
TPAKlaki-laki
muda sebesar
perempuan.56,74 persen,
TPAK sedangkan TPAK muda
muda laki-laki sebesar perempuan sebesar
56,74 persen,
39,53 persen. Kemudian jika dilihat berdasarkan kelompok umur, baik TPAK muda
sedangkan TPAK muda perempuan sebesar 39,53 persen. Kemudian
laki–laki maupun perempuan, lebih tinggi berada di rentang umur 20 – 24 tahun,
jika dilihat berdasarkan
masing–masing sebesar 82,01kelompok
persen yangumur, baikkelamin
berjenis TPAKlaki–laki
muda dan laki–laki
55,27
PU

persen
maupun yang berjenis kelamin
perempuan, perempuan.
lebih tinggi beradaTingkat partisipasi
di rentang umur 20 laki-laki dalam
– 24 tahun,
kegiatan ekonomi memang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan, karena
masing–masing sebesar 82,01 persen yang berjenis kelamin laki–laki
tidak dapat dipungkiri laki – laki masih menjadi pencari nafkah utama dalam
dan 55,27
keluarga persen
sehingga memilikiyang berjenis
tanggung jawabkelamin
yang lebihperempuan. Tingkat
besar untuk membantu
perekonomian keluarga dibandingkan perempuan.
62

46 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
laki masih menjadi pencari nafkah utama dalam keluarga sehingga
memiliki tanggung jawab yang lebih besar untuk membantu
perekonomian keluarga dibandingkan perempuan.
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Grafik 5. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Muda


Berdasarkan Daerah Tempat Tinggal dan Kelompok Umur Tahun
Grafik 5. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Muda Berdasarkan
2019
Daerah Tempat Tinggal dan Kelompok Umur Tahun 2019

TPAK MUDA BERDASARKAN DAERAH TEMPAT TINGGAL


DAN KELOMPOK UMUR
Perkotaan Perdesaan

68.98%

68.81%

ER 48.53%
48.16%
29.82%
26.73%

AK
15 - 19 TAHUN 20 - 24 TAHUN TOTAL

Sumber:
Sumber: BPS,
BPS, Sakernas
Sakernas Agustus
Agustus 2019Pusdatinaker
2019 diolah diolah Pusdatinaker
IN
Dilihatberdasarkan
Dilihat berdasarkan
daerah daerah tempat
tempat tinggal, Grafiktinggal, Grafik 5 bahwa
5 juga menunjukkan juga
TPAK muda yangbahwa
menunjukkan tinggal TPAK
di perdesaan
muda maupun di perkotaan
yang tinggal tidak terlalu
di perdesaan maupunjauh
berbeda. TPAK muda yang tinggal di perdesaan sebesar 48,53 persen, dan TPAK
di perkotaan tidak terlalu jauh berbeda. TPAK muda yang tinggal di
muda yang tinggal di perkotaan sebesar 48,16 persen. TPAK muda yang tinggal di
AT

perdesaan
perkotaan sebesar
maupun 48,53lebih
perdesaan persen,
tinggidan TPAK
berada mudaumur
di rentang yang20tinggal di
– 24 tahun
perkotaan
masing sebesar
– masing sebesar 48,16 persen.
68,98 persen TPAKdi perkotaan
yang tinggal muda yang tinggal
dan 68,81 di
persen
yang tinggal di perdesaan.
perkotaan maupun perdesaan lebih tinggi berada di rentang umur 20
Grafik 6. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Muda
SD

Grafik
– 24 6. Tingkat
tahun masingPartisipasi
– masing Angkatan
sebesarKerja (TPAK)
68,98 Muda
persen Berdasarkan
yang tinggal di
Berdasarkan Pendidikan dan Kelompok Umur
Pendidikan dan Kelompok Umur Tahun 2019
Tahun 2019
perkotaan dan 68,81 persen yang tinggal di perdesaan.
TPAK MUDA BERDASARKAN PENDIDIKAN DAN
KELOMPOK UMUR
Dasar Menengah Tinggi
PU

84.74%

84.58%
67.95%

66.68%

63
63.13%
60.22%
55.34%

32.91%
18.34%

15 - 19 TAHUN 20 - 24 TAHUN TOTAL

Sumber:BPS,
Sumber: BPS, Sakernas
Sakernas Agustus
Agustus 2019 Pusdatinaker
2019 diolah diolah Pusdatinaker

Selanjutnya jika dilihat berdasarkan pendidikan tertinggi yang


ditamatkan yang MENGHADAPI
tergambarFENOMENApada Grafik 6, HOPELESS
TPAKKAUMmuda yang
NEET MEMUTUS MATA RANTAI MUDA DI INDONESIA 47
berpendidikan tinggi sebesar 84,58 persen, TPAK muda yang
berpendidikan menengah sebesar 63,13 persen dan yang
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Selanjutnya jika dilihat berdasarkan pendidikan tertinggi yang ditamatkan


yang tergambar pada Grafik 6, TPAK muda yang berpendidikan tinggi sebesar 84,58
persen, TPAK muda yang berpendidikan menengah sebesar 63,13 persen dan yang
berpendidikan dasar sebesar 32,91persen. Sedangkan jika dilihat berdasarkan
kelompok umur, baik TPAK muda yang berpendidikan tinggi, menengah, maupun
dasar, mereka yang berada pada rentang usia 20 – 24 tahun memiliki TPAK yang

ER
paling tinggi, masing – masing sebesar 84,74 persen yang berpendidikan tinggi,
67,95 persen yang berpendidikan dasar, dan 66,68 persen yang berpendidikan
menengah. Tenaga kerja muda yang berpendidikan tinggi cenderung memiliki
tingkat partisipasi yang tinggi dalam kegiatan ekonomi dibandingkan dengan
i. Penduduk Muda yang Bekerja
mereka yang berpendidikan menengah ataupun dasar. Hal ini disebabkan karena

AK
kualifikasi pendidikan yang
Berdasarkan dimilikiAgustus
Sakernas telah cukup untuk
2019 memasuki dunia
sebagaimana kerja.
yang
Namun tingginya TPAK muda yang berpendidikan tinggi akan menjadi masalah
digambarkan pada Grafik 7, tercatat bahwa dari sekitar 126,5 juta
ketika mereka tidak terserap dalam pasar kerja.
Penduduk yang Bekerja pada tahun 2019, sebesar 13,73 persen
i. Penduduk Muda yang Bekerja
adalah Penduduk Muda yang Bekerja yang berusia 15–24 tahun.
Berdasarkan Sakernas Agustus
IN
Jumlah Penduduk Muda yang2019 sebagaimana
Bekerja yang digambarkan
ini mengalami pada
peningkatan
Grafik 7, tercatat bahwa dari sekitar 126,5 juta Penduduk yang Bekerja pada tahun
selama
2019, sebesartiga tahun
13,73 persenterakhir, dimana Muda
adalah Penduduk peningkatannya
yang Bekerja mencapai
yang berusia
AT
sekitar
15–24 7,65
tahun. persen
Jumlah pada Muda
Penduduk tahunyang
2019, dengan
Bekerja jumlah mencapai
ini mengalami peningkatan
selama tiga tahun terakhir, dimana peningkatannya mencapai sekitar 7,65 persen
17,38 juta orang.
pada tahun 2019, dengan jumlah mencapai 17,38 juta orang.
Grafik 7. Penduduk Yang Bekerja dan Penduduk Muda Yang
Grafik 7. Penduduk Yang Bekerja dan Penduduk Muda Yang Bekerja Tahun
Bekerja Tahun 2017 – 2019
SD

2017 – 2019
PU

126,515,119
121,022,423 124,004,950

16,140,025 16,729,540 17,375,526


2017 2018 2019

PYB PYB Muda

Sumber:
Sumber: BPS, Sakernas
BPS, Sakernas Agustus
Agustus 2017 2017
– 2019 – 2019
diolah diolah Pusdatinaker
Pusdatinaker

Jika dilihat lebih lanjut berdasarkan karakteristiknya

48 sebagaimana
MENGHADAPI FENOMENA NEETGrafik
MEMUTUS8, jumlah
MATA Penduduk
RANTAI HOPELESS KAUM MUDAMuda yang Bekerja yang
DI INDONESIA
berada di kelompok umur 20–24 tahun lebih mendominasi, yaitu
sebanyak 12,73 juta orang atau sekitar 73,28 persen. Sedangkan
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Jika dilihat lebih lanjut berdasarkan karakteristiknya sebagaimana Grafik 8,


jumlah Penduduk Muda yang Bekerja yang berada di kelompok umur 20–24 tahun
lebih mendominasi, yaitu sebanyak 12,73 juta orang atau sekitar 73,28 persen.
Grafik 8. Penduduk Muda yang Bekerja Berdasarkan
Sedangkan yang berada pada kelompok umur 15–19 tahun hanya sebanyak 4,6
Kelompok Umur Tahun 2019
juta orang atau sekitar 26,72 persen.
Grafik 8. Penduduk Muda yang Bekerja Berdasarkan
Penduduk Muda yang Bekerja Berdasarkan Kelompok

ER
Grafik 8. Penduduk Muda yang Bekerja Berdasarkan Kelompok Umur Tahun
Kelompok Umur
Umur Tahun 2019
2019

Penduduk Muda yang Bekerja Berdasarkan Kelompok


73.28%
Umur

AK
73.28%
26.72%

15 - 19 TAHUN 20 - 24 TAHUN
26.72%
IN
Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2019 diolah Pusdatinaker

Hal ini disebabkan


15 - 19 TAHUN karena mereka yang
20 - 24berada
TAHUN pada usia

tersebut
Sumber:
Sumber: lebih
BPS,
BPS, Sakernas berkualitas
Sakernas
Agustus Agustus
2019 karena
2019
diolah telah
diolah memiliki
Pusdatinaker
Pusdatinaker pendidikan ataupun
AT

keterampilan
HalHal
ini ini sehingga
disebabkan
disebabkan secaramereka
karenakarena
mereka umum
yang lebih
yang
berada mampu
berada
pada padauntuk
usia
usia tersebut lebih
menyesuaikan
berkualitas
tersebut karena dengan
telah kebutuhan
memiliki
lebih berkualitas industri
pendidikan
karena telah dibandingkan
ataupun
memiliki dengan
keterampilanataupun
pendidikan sehingga
secara umum
mereka yanglebih mampu
masih untuk15
berumur menyesuaikan
tahun.dengan kebutuhan industri
keterampilan sehingga secara– 19umum lebih mampu untuk
dibandingkan dengan mereka yang masih berumur 15 – 19 tahun.
SD

menyesuaikan denganMuda
Grafik 9. Penduduk kebutuhan industri Berdasarkan
yang Bekerja dibandingkan Jenis
dengan
Grafik 9. Penduduk Muda yang Bekerja Berdasarkan Jenis Kelamin dan
mereka yang Kelamin
masih dan Kelompok
berumur 15 – 19Umur
tahun.Tahun 2019
Kelompok Umur Tahun 2019

Grafik 9.Penduduk
Penduduk Muda
Muda yangyang Bekerja
Bekerja Berdasarkan
Berdasarkan Jenis Jenis
Kelamin Kelamin
dan Kelompok Umur Tahun 2019
PU

dan Kelompok Umur


15,000,000
10,454,736
Penduduk Muda yang Bekerja Berdasarkan Jenis
10,000,000 7,729,007 6,920,790
Kelamin dan Kelompok Umur
5,004,246
5,000,000
15,000,000 2,725,729 1,916,544
10,454,736
10,000,000- 7,729,007 6,920,790
15 - 19 Tahun 20 - 24 5,004,246
Tahun Total
5,000,000 2,725,729 1,916,544
Laki-laki Perempuan
-
Sumber:
Sumber: BPS,BPS, Sakernas
Sakernas AgustusAgustus
15 - 19 Tahun
2019 2019
diolah diolah20Pusdatinaker
- 24 Tahun
Pusdatinaker Total

Laki-laki Perempuan

Sumber: BPS, Sakernas AgustusFENOMENA


MENGHADAPI 2019 diolah Pusdatinaker
NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA 49
66
penduduk muda yang bekerja masih didominasi oleh laki – laki,
yaitu sebanyak 10,45 juta orang atau 60,17 persen dibandingkan
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI
dengan perempuan yang jumlahnya hanya 6,92 juta orang atau
sekitar 39,83 persen. Kemudian, baik laki – laki maupun
perempuan
Pada Grafik 9lebih didominasi
juga terlihat bahwa,oleh merekajenis
berdasarkan yang berumur
kelamin 20 – muda
penduduk 24
yang bekerja
tahun, masih –
masing didominasi oleh laki – laki,
masing sebanyak 7,7yaitu
juta sebanyak
orang atau 10,45 juta orang
sekitar atau
73,93
60,17 persen dibandingkan dengan perempuan yang jumlahnya hanya 6,92 juta
persen laki – laki dan 5 juta orang atau 72,31 persen perempuan.
orang atau sekitar 39,83 persen. Kemudian, baik laki – laki maupun perempuan lebih
Hal ini wajar
didominasi karenayang
oleh mereka di Indonesia
berumur 20masih menganggap
– 24 tahun, bahwasebanyak
masing – masing laki–
7,7laki
juta orang atau pencari
sebagai sekitar 73,93 persenutama
nafkah laki – lakikeluarga
dan 5 juta orang atau 72,31
sehingga persen
memilki

ER
perempuan. Hal ini wajar karena di Indonesia masih menganggap bahwa laki–laki
tanggung jawab yang lebih besar untuk membantu keluarga dalam
sebagai pencari nafkah utama keluarga sehingga memilki tanggung jawab yang
memenuhi
lebih kebutuhan
besar untuk membantuhidup.
keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Grafik
Grafik 10. Penduduk
10. Penduduk Muda
Muda yangyang Bekerja
Bekerja Berdasarkan
Berdasarkan Daerah
Daerah Tempat

AK
TempatTinggal
Tinggal dan
dan Kelompok
Kelompok UmurUmur
Tahun Tahun
2019 2019

Penduduk Muda yang Bekerja Berdasarkan Daerah


Tempat Tinggal dan Kelompok Umur
15,000,000
IN 9,718,807
10,000,000 7,383,279 7,656,719
5,349,974
5,000,000 2,335,528 2,306,745
AT

-
15 - 19 Tahun 20 - 24 Tahun Total

Perkotaan Perdesaan
SD

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2019 diolah Pusdatinaker


Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2019 diolah Pusdatinaker

Kemudian
Kemudian padapada
GrafikGrafik 10 terlihat
10 terlihat bahwa, berdasarkan
bahwa, berdasarkan daerah
daerah tempat tinggal
tempat tinggal
penduduk penduduk
muda yang mudadidominasi
bekerja masih yang bekerja
olehmasih didominasi
anak muda oleh di
yang tinggal
perkotaan,
anak muda yaitu sebanyak 9,72 juta
yang tinggal di orang atau 55,93
perkotaan, persen
yaitu dibandingkan
sebanyak 9,72dengan
juta
PU

anak muda yang tinggal di perdesaan yaitu sebanyak 7,66 juta orang atau sekitar
orang atau 55,93 persen dibandingkan dengan anak muda yang
44,07 persen. Kemudian, baik anak muda yang tinggal di perkotaan maupun
tinggal di
perdesaan perdesaan
lebih didominasiyaitu sebanyak
oleh mereka yang7,66 juta 20
berumur orang atau sekitar
– 24 tahun, masing –
masing sebanyak 7,38 juta orang atau sekitar 75,97 persen tinggal di perkotaan dan
67
5,35 juta orang atau 69,87 persen tinggal di perdesaan. Hal ini diduga disebabkan
kesempatan kerja yang terdapat di perkotaan lebih banyak dan lebih menjanjikan
dibandingkan dengan di perdesaan sehingga lebih banyak anak muda yang
bekerja di perkotaan.

50 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
persen tinggal di perdesaan. Hal ini diduga disebabkan
kesempatan kerja yang terdapat di perkotaan lebih banyak dan
KEMENTERIAN
lebih menjanjikan dibandingkan dengan KETENAGAKERJAAN
di perdesaan sehingga RI
lebih banyak anak muda yang bekerja di perkotaan.

Grafik
Grafik 11. 11. Penduduk
Penduduk Muda
Muda yang yang Bekerja
Bekerja Berdasarkan
Berdasarkan Pendidikan dan
Pendidikan dan Kelompok Umur Tahun 2019
Kelompok Umur Tahun 2019
Penduduk Muda yang Bekerja Berdasarkan Pendidikan
dan Kelompok Umur
10,000,000 9,242,541

8,000,000 7,156,186
6,649,201

ER
6,000,000
4,099,244
4,000,000
2,549,957
2,086,355
1,477,823 1,483,784
2,000,000
5,961
-
15 - 19 Tahun 20 - 24 Tahun Total

AK
Dasar Menengah Tinggi

Sumber:
Sumber: BPS, BPS,Agustus
Sakernas Sakernas Agustus
2019 diolah2019 diolah Pusdatinaker
Pusdatinaker

KemudianKemudian jika dilihat


jika dilihat berdasarkan
berdasarkan pendidikan
pendidikan terakhir
terakhir yang yang
ditamatkan
sebagaimana yang tergambar
ditamatkan sebagaimana pada yang
Grafik 11, Pendudukpada
tergambar Muda Grafik
yang Bekerja
11, lebih
didominasi oleh mereka yang berpendidikan
IN
menengah sebanyak 9,24 juta orang
Penduduk Muda yang Bekerja lebih didominasi oleh mereka yang
atau sekitar 53,19 persen dan dasar sebanyak 6,65 juta orang atau sekitar 38,27
berpendidikan menengah sebanyak 9,24 juta orang atau sekitar
persen, dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan tinggi yaitu hanya
53,19
1,48persen danolehdasar
8,54sebanyak 6,65 juta –orang ataudimana
sekitar
AT
sebanyak tinggi didominasi
juta orang atau mereka yang Kemudian
persen. berumur 20mereka
24 tahun,
yang berpendidikan
38,27
menengah,yang persen,
dasar, dan dibandingkan
tinggi didominasi
berpendidikan menengahdengan
oleh mereka
mereka
sebanyak yang
yang
7,16 berpendidikan
berumur
juta orang 20 – 24 tahun,
atau
dimanatinggi
yang yaitu
sekitar berpendidikan
77,43 persen,
hanya menengah
yang
sebanyak 1,48sebanyak
berpendidikan 7,16
dasar
juta orang juta8,54
sebanyak
atau orang
4,1 atau sekitar
juta
persen.
77,43 persen,
orangyang
Kemudian berpendidikan
ataumereka
61,65 persen, dasar
yang dan sebanyak
yang 4,1 juta orang
berpendidikan
berpendidikan menengah, atau
tinggidasar,61,65
dan persen,
sebanyak
dan yang1,48
berpendidikan
juta orang atautinggi sebanyak
sekitar 1,48 juta orang atau sekitar 99,6 persen.
99,6 persen.
SD

68
Grafik 12. Penduduk
Grafik 12. Muda yangMuda
Penduduk Bekerja Berdasarkan
yang Lapangan Usaha dan
Bekerja Berdasarkan
Lapangan Usaha dan Kelompok Umur
Kelompok Umur Tahun 2019 Tahun 2019

Penduduk Muda yang Bekerja Berdasarkan Lapangan


Usaha dan Kelompok Umur
PU

5,000,000
4,046,777
4,000,000 3,400,964
3,337,417
2,843,099
3,000,000 2,558,853
2,147,076
2,000,000
1,190,341 1,203,678
842,111
1,000,000
-
15 - 19 Tahun 20 - 24 Tahun Total
A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

C Industri Pengolahan

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2019 diolah Pusdatinaker


Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2019 diolah Pusdatinaker
Dilihat dari jenis lapangan usaha pada Grafik 12, terdapat 3
(tiga) sektor yang tenaga kerjanya didominasi oleh pekerja muda
yaitu sektor MENGHADAPI
perdagangan
FENOMENAbesar danMATA
eceran, reparasi danDI INDONESIA
NEET MEMUTUS RANTAI HOPELESS KAUM MUDA 51
perawatan mobil dan sepeda motor; sektor industri pengolahan;
dan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Mereka yang
bekerja di sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi,
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Dilihat dari jenis lapangan usaha pada Grafik 12, terdapat 3 (tiga) sektor yang
tenaga kerjanya didominasi oleh pekerja muda yaitu sektor perdagangan besar
dan eceran, reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor; sektor industri
pengolahan; dan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Mereka yang bekerja
di sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi, perawatan mobil dan sepeda
motor sebanyak sebanyak 4,05 juta orang atau 23,29 persen; di industri pengolahan

ER
sebanyak 3,4 juta orang atau sekitar 19,57 persen; dan di sektor pertanian,
kehutanan dan perikanan sebanyak 3,34 juta orang atau sekitar 19,21 persen. Rata-
rata mereka berumur 20 – 24 tahun, dimana untuk sektor perdagangan besar dan
eceran; reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor memiliki tenaga kerja
muda berusia 20-24 tahun sebanyak 2,84 juta orang atau sekitar 70,26 persen,

AK
di industri pengolahan sebanyak 2,56 juta orang atau sekitar 75,24 persen, dan
sebanyak 2,15 juta orang atau sekitar 64,33 persen adalah mereka yang bekerja di
sektor pertanian, kehutanan dan perikanan.

Lebih banyaknya penduduk muda berpendidikan dasar dan menengah yang


IN
bekerja dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan tinggi, kemungkinan
besar disebabkan karena mereka yang berpendidikan menengah dan dasar
cenderung tidak memilih – milih pekerjaan karena merasa memiliki kualifikasi dan
keterampilan yang rendah. Dilihat dari lapangan usaha, diduga sebagian besar
AT
mereka yang berpendidikan dasar dan menengah ini terkonsentrasi pada lapangan
usaha yang juga tidak membutuhkan persyaratan pendidikan yang tinggi atau
tingkat kompetensi yang tinggi, seperti perdagangan besar dan eceran, reparasi
dan perawatan mobil dan sepeda motor; sektor industri pengolahan; dan sektor
SD

pertanian, kehutanan
Grafik dan perikanan.
13. Penduduk Muda yang Bekerja Berdasarkan Jenis
Pekerjaan/Jabatan
Grafik 13. dan Kelompok
Penduduk Muda yang Umur Tahun
Bekerja Berdasarkan 2019
Jenis Pekerjaan/
Jabatan dan Kelompok Umur Tahun 2019
Penduduk Muda yang Bekerja Berdasarkan Jenis
Pekerjaan/Jabatan dan Kelompok Umur
6,000,000
PU

5,020,694
5,000,000
3,715,821
4,000,000 3,482,344

3,000,000 2,601,855
2,274,602

2,000,000 1,538,350 1,445,084


1,113,966
829,518
1,000,000
-
15 - 19 Tahun 20 - 24 Tahun Total
5 Tenaga Usaha Jasa dan Tenaga Penjualan

6 Pekerja Terampil Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

9 Pekerja Kasar

Sumber:Sumber: BPS, Sakernas


BPS, Sakernas Agustus
Agustus 2019 2019
diolah diolah Pusdatinaker
Pusdatinaker

Selanjutnya berdasarkan jenis pekerjaan/jabatan (KBJI 2014),


Grafik 13 menggambarkan bahwa penduduk usia muda paling
52 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
banyak bekerja dengan jenis pekerjaan sebagai Tenaga Usaha
Jasa dan Tenaga Penjualan, Pekerja Kasar, dan Pekerja Terampil
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan. Yang bekerja sebagai
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Selanjutnya berdasarkan jenis pekerjaan/jabatan (KBJI 2014), Grafik 13


menggambarkan bahwa penduduk usia muda paling banyak bekerja dengan
jenis pekerjaan sebagai Tenaga Usaha Jasa dan Tenaga Penjualan, Pekerja Kasar,
dan Pekerja Terampil Pertanian, Kehutanan dan Perikanan. Yang bekerja sebagai
Tenaga Usaha Jasa dan Tenaga Penjualan sebanyak 5,02 juta orang atau sekitar 28,9
persen, yang bekerja sebagai Pekerja Kasar sebanyak 3,72 juta orang atau sekitar

ER
21,39 persen, dan yang bekerja sebagai Pekerja Terampil Pertanian, Kehutanan
dan Perikanan sebanyak 2,28 juta orang atau sekitar 13,09 persen. Tenaga kerja
mudasekitar 70,02 persen,
yang bekerja dan yang
dengan jenis bekerja
pekerjaan di sektor
tersebut, Pekerja Terampil
keseluruhannya didominasi
oleh Pertanian,
mereka yangKehutanan
berumur 20dan – 24Perikanan
tahun, dimanasebanyak 1,45 di
yang bekerja juta orang
sektor Tenaga
Usahaatau
Jasasekitar
dan Tenaga
63,53Penjualan
persen. sebanyak 3,48pekerjaan
Ketiga jenis juta orang tersebut
atau 69,36disinyalir
persen, yang

AK
bekerja di sektor Pekerja Kasar sebanyak 2,6 juta orang atau sekitar 70,02 persen,
dapat dengan mudah dikerjakan oleh siapapun dibandingkan
dan yang bekerja di sektor Pekerja Terampil Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
dengan
sebanyak 1,45jenis pekerjaan
juta orang lain yang
atau sekitar mempersyaratkan
63,53 pendidikan
persen. Ketiga jenis pekerjaan dan
tersebut
disinyalir dapat dengan
keterampilan yangmudah dikerjakan
tinggi. Oleh oleh siapapunpenduduk
karenanya dibandingkanmudadengan
jenis pekerjaan lain yang mempersyaratkan pendidikan dan keterampilan yang
terutama yang berpendidikan menengah dan dasar, banyak yang
IN
tinggi. Oleh karenanya penduduk muda terutama yang berpendidikan menengah
terkonsentrasi
dan dasar, banyak yangpada jenis pekerjaan
terkonsentrasi ini. pekerjaan ini.
pada jenis
Grafik
Grafik 14. 14. Penduduk
Penduduk MudaMuda
yangyang Bekerja
Bekerja Berdasarkan
Berdasarkan Status
Status Pekerjaan
AT
Pekerjaan Utama dan Kelompok Umur Tahun
Utama dan Kelompok Umur Tahun 2019 2019

Penduduk Muda yang Bekerja Berdasarkan Status


Pekerjaan Utama dan Kelompok Umur
12,000,000 10,340,562
SD

10,000,000
8,124,755
8,000,000
6,000,000
3,381,260
4,000,000 2,215,807
1,579,159 1,802,101
2,000,000
PU

-
15 - 19 Tahun 20 - 24 Tahun Total

4 Buruh/karyawan/pegawai 7 Pekerja keluarga/tidak dibayar

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2019 diolah Pusdatinaker


Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2019 diolah Pusdatinaker

Berdasarkan status pekerjaan utama, Grafik 14


Berdasarkan status pekerjaan utama, Grafik 14 menggambarkan bahwa
menggambarkan
sebagian bahwa sebagai
besar pemuda bekerja sebagian besar pemuda bekerjayaitu
Buruh/karyawan/pegawai, sebagai
sebanyak
10,34Buruh/karyawan/pegawai,
juta orang atau sekitar 63,81yaitu sebanyak
persen. Dan dari10,34 juta ini,
10,34 juta orang atau 8,12
sebanyak
juta orang
sekitaryang berumur
63,81 20 –Dan
persen. 24 tahun.
dari 10,34 juta ini, sebanyak 8,12 juta
orang yang berumur 20 – 24 tahun.

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA 53
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Grafik
Grafik 15. Penduduk
15. Penduduk MudaMuda
yangyang Bekerja
Bekerja Berdasarkan
Berdasarkan Status
Status Formal/
Formal/Informal dan Kelompok Umur Tahun 2019
Informal dan Kelompok Umur Tahun 2019
Penduduk Muda yang Bekerja Berdasarkan Status
Formal/Informal dan Kelompok Umur
12,000,000
10,479,868
10,000,000

ER
8,251,882
8,000,000 6,895,658

6,000,000
4,481,371
4,000,000
2,227,986 2,414,287
2,000,000

AK
-
15 - 19 Tahun 20 - 24 Tahun Total

Formal Informal

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2019 diolah Pusdatinaker


Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2019 diolah Pusdatinaker

Jikaberdasarkan
dibagi berdasarkan kategori
dan formal
informaldan
(lihatinformal (lihat
Jika dibagi
Grafik 15), penduduk muda yang
IN
kategori formal
bekerjaformal
lebih yaitu
Grafik 15),
terkonsentrasi
penduduk
di
muda yang bekerja lebih terkonsentrasi di sektor sebanyak 10,48 juta
orang atau sekitar
sektor 60,31
formal yaitupersen dibandingkan
sebanyak 10,48 jutadengan sektor
orang atau informal
sekitar 60,31sebanyak
6,9 jutapersen
orang atau
dibandingkan dengan sektor informal sebanyak 6,9 jutamereka
sekitar 39,69 persen. Dilihat dari kelompok umur muda,
AT

yang bekerja di sektor formal maupun informal lebih banyak yang berada pada
orang atau sekitar 39,69 persen. Dilihat dari kelompok umur muda,
kelompok umur 20 – 24 tahun, yaitu masing – masing sebanyak 8,25 juta orang
mereka
atau sekitar yang
78,74 bekerja
persen di sektor
yang formal
bekerja maupun
di sektor informal
formal dan 4,48lebihjuta
banyak
orang atau
yang berada
sekitar 64,99 padabekerja
persen yang kelompok umur informal.
di sektor 20 – 24 tahun, yaitu masing –
SD

masing sebanyak 8,25 juta orang atau sekitar 78,74 persen yang
Grafik
Grafik 16.16. Penduduk
Penduduk MudaMuda
yangyang Bekerja
Bekerja Berdasarkan
Berdasarkan Jam
Jam Kerja dan
bekerja di sektor formal
Kerja dan dan 4,48 Umur
Kelompok juta orang
Tahunatau sekitar 64,99
2019
Kelompok Umur Tahun 2019
persen yang bekerja di sektor informal.
Penduduk Muda yang Bekerja Berdasarkan Jam Kerja
dan Kelompok Umur
PU

8,000,000
5,766,207
6,000,000
4,516,768 4,194,247
4,000,000 3,337,990

2,000,000 856,257 1,249,439

- 73
15 - 19 Tahun 20 - 24 Tahun Total

35-44 45-59

Sumber:
Sumber: BPS, Sakernas
BPS, Sakernas Agustus
Agustus 2019 2019
diolah diolah Pusdatinaker
Pusdatinaker

Selanjutnya apabila dilihat berdasarkan jam kerja, sebagian


besar penduduk muda bekerja selama 45 – 59 jam selama
54 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
seminggu. Grafik 16 menjelaskan bahwa mereka yang bekerja
selama 45-49 jam seminggu sebanyak 5,77 juta orang atau sekitar
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Selanjutnya apabila dilihat berdasarkan jam kerja, sebagian besar penduduk


muda bekerja selama 45 – 59 jam selama seminggu. Grafik 16 menjelaskan bahwa
mereka yang bekerja selama 45-49 jam seminggu sebanyak 5,77 juta orang atau
sekitar 33,19 persen dan yang bekerja selama 35 – 44 jam selama seminggu
sebanyak 4,19 juta orang atau 24,14 persen. Apabila dilihat berdasarkan kelompok
umur, mereka yang bekerja selama 45 – 59 jam dan 35 – 44 jam seminggu lebih

ER
banyak adalah mereka yang berada pada kelompok umur 20 – 24 tahun, masing
ii. Penganggur Usia Muda
– masing sebanyak 4,52 juta orang atau sekitar 78,33 persen penduduk muda usia
20-14 tahun yang bekerja selama
Pengangguran 45 – 59masih
Terbuka jam seminggu
menjadidan 3,34 juta orang
salah satu atau
sekitar 79,58 persen yang bekerja selama 35 – 44 jam seminggu.
permasalahan utama yang selalu disorot dalam bidang

AK
ii. Penganggur Usia Muda
ketenagakerjaan. Terlebih lagi dari 7,05 juta Penganggur Terbuka
di Indonesia sebagaimana data Sakernas Agustus 2019 pada
Pengangguran Terbuka masih menjadi salah satu permasalahan utama
yangGrafik 17, sebesar
selalu disorot dalam 56,44
bidang persen merupakan
ketenagakerjaan. penganggur
Terlebih lagi dari usia
7,05 juta
muda. Terbuka di Indonesia sebagaimana data Sakernas Agustus 2019 pada
Penganggur
IN
Grafik 17, sebesar 56,44 persen merupakan penganggur usia muda.
Grafik 17. Penganggur Terbuka dan Pengangguran Muda
Grafik 17. Penganggur Terbuka Tahun
dan2017 – 2019 Muda Tahun 2017 – 2019
Pengangguran
AT

7,040,323 7,000,691 7,045,761


SD

4,146,920 4,100,275 3,976,710

2017 2018 2019


PU

PT PT Muda

Sumber:
Sumber: BPS, Sakernas
BPS, Sakernas Agustus
Agustus 2017 2017
– 2019 – 2019
diolah diolah Pusdatinaker
Pusdatinaker

Sebagaimana
Sebagaimana diketahui
diketahui bahwa
bahwa Penganggur
Penganggur Terbuka
Terbuka terdiriterdiri dari
dari beberapa
kategori, yaitu mereka
beberapa kategori,yang
yaitusedang
merekamencari pekerjaan;
yang sedang mereka
mencari yang sedang
pekerjaan;
mempersiapkan
mereka yangusaha;
sedang mereka yang merasa
mempersiapkan tidak
usaha; mungkin
mereka yangmendapatkan
merasa
pekerjaan/putus asa; dan mereka yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi belum
tidak mungkin mendapatkan pekerjaan/putus asa; dan mereka
memulai pekerjaan.
yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi belum memulai
pekerjaan.

Jika dilihat berdasarkan keempat


MENGHADAPI FENOMENA kategori
NEET MEMUTUS MATA RANTAIyang digambarkan
HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA 55
pada Grafik 18, penganggur usia muda dengan katagori yang

75
sedang mencari pekerjaan paling dominan, yaitu sebanyak 3,65
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI
juta orang atau sekitar 91,69 persen. Sebagian besar mereka yang
berada pada kategori ini adalah berusia 20 – 24 tahun yaitu
sebanyak
Jika 2,14 juta orang
dilihat berdasarkan ataukategori
keempat sekitar yang
58,65digambarkan
persen. Adalah
padawajar
Grafik 18,
karena mereka
penganggur usia muda yang berada
dengan pada kelompok
katagori yang sedang usia ini biasanya
mencari tidak
pekerjaan paling
dominan, yaitu sebanyak
lagi dibangku 3,65 juta
sekolah, atauorang
baruatau
sajasekitar
lulus 91,69 persen.pendidikan
dari dunia Sebagian besar
mereka yang berada pada kategori ini adalah berusia 20 – 24 tahun yaitu sebanyak
dan sedang mencari pekerjaan. Permasalahannya belum dapat
2,14 juta orang atau sekitar 58,65 persen. Adalah wajar karena mereka yang berada
padaterserap
kelompokoleh dunia
usia ini kerjatidak
biasanya dikarenakan
lagi dibangkuberbagai sebab,
sekolah, atau baruyaitu
saja lulus

ER
dari kurangnya informasi/akses
dunia pendidikan dan sedangdunia kerja
mencari yang membutuhkan,
pekerjaan. Permasalahannya atau
belum
dapat terserapkompetensi
karena oleh dunia kerja
yang dikarenakan berbagai
dimiliki tidak sebab,
sesuai yaitu kurangnya
dengan yang
informasi/akses
dibutuhkan dunia kerja, atau yang bersangkutan memilih-milihyang
dunia kerja yang membutuhkan, atau karena kompetensi
dimiliki tidak sesuai dengan yang dibutuhkan dunia kerja, atau yang bersangkutan
pekerjaan sehingga membutuhkan waktu untuk menyesuaikan
memilih-milih pekerjaan sehingga membutuhkan waktu untuk menyesuaikan

AK
keinginan
keinginan dengandengan yang dibutuhkan
yang dibutuhkan pasar kerja.
pasar kerja.

Grafik
Grafik 18. Penganggur
18. Penganggur UsiaBerdasarkan
Usia Muda Muda Berdasarkan
Kategori Kategori
Penganggur dan
PenganggurKelompok
dan Kelompok Umur Tahun
Umur Tahun 2019 2019
IN
Penganggur Usia Muda Berdasarkan Kategori
Penganggur dan Kelompok Umur
4,000,000 3,646,315
AT
3,000,000
2,138,595
2,000,000 1,507,720

1,000,000
12,541 59,786 39,853 30,237 112,278 75,700 42,778 172,064115,553
-
15 - 19 Tahun 20 - 24 Tahun Total
SD

mencari pekerjaan

mempersiapkan usaha

putus asa

sudah diterima bekerja tetapi belum mulai bekerja/ sudah punya usaha tetapi belum memulainya

Sumber:
Sumber: BPS, Sakernas
BPS, Sakernas Agustus
Agustus 2017 2017
– 2019 – 2019
diolah diolah Pusdatinaker
Pusdatinaker
PU

Penganggur
Penganggur usia dengan
usia muda mudakategori
dengan
sedangkategori sedang
mempersiapkan usaha
memiliki jumlah yang paling
mempersiapkan usahasedikit dibandingkan
memiliki jumlahdengan
yang kategori
paling lainnya,
sedikityaitu
sekitar 43 ribu orang atau sekitar 1,08 persen, dimana katagori ini juga didominasi
oleh kelompok umur 20 – 24 tahun yaitu sebanyak 30 ribu atau sekitar7670,68
persen. Minimnya anak muda yang berkeinginan membangun usaha sendiri
(berwirausaha) setelah lulus dari dunia pendidikan ini cukup memprihatinkan
karena ternyata ada anggapan di kalangan anak muda bahwa yang disebut
bekerja adalah hanya di perkantoran sehingga tidak tertarik untuk berwirausaha.

56 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Padahal jika ditekuni dengan baik, berwirausaha justru jauh lebih mudah karena
tidak memerlukan persyaratan tingkat pendidikan tertentu bahkan mampu
memberikan kesempatan kerja bagi orang lain.

Selanjutnya mereka yang dikategorikan sudah mempunyai pekerjaan tetapi


belum mulai bekerja, sebanyak 116 ribu atau sekitar 2,91 persen. Kategori ini

ER
juga didominasi oleh kelompok umur 20 – 24 tahun yaitu sebanyak 76 ribu orang
atau sekitar 65,51 persen. Mereka yang masuk kategori ini pada dasarnya akan
segera menjadi pekerja, sehingga tergolong kategori yang tidak membutuhkan
perhatian khusus jika dibandingkan dengan kategori selanjutnya yaitu yang
merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan atau putus asa. Mereka yang

AK
masuk dalam kategori putus asa ini sebagaimana Grafik 18 sekitar 172 ribu orang
atau 4,33 persen dan didominasi oleh kelompok umur 20 – 24 tahun sebanyak 113
ribu orang atau sekitar 65,25 persen. Meskipun jumlah ini tergolong jauh lebih
sedikit dibandingkan dengan mereka yang sedang mencari kerja, namun mereka
IN
yang masuk ke dalam kategori ini pada dasarnya berpotensi besar akan menjadi
pengangguran “permanen” padahal mereka masih berusia muda.
Grafik 19. Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT)
Grafik dan Tingkat Pengangguran
19. Perbandingan Terbuka
Tingkat Pengangguran (TPT) Muda
Terbuka Tahun
(TPT) dan Tingkat
2017 – 2019
AT
Pengangguran Terbuka (TPT) Muda Tahun 2017 – 2019
SD

20.44%
19.68% 18.62%

5.50%
PU

5.34% 5.28%

2017 2018 2019

TPT Total TPT Muda

Sumber:
Sumber: BPS, Sakernas
BPS, Sakernas Agustus
Agustus 2017 2017
– 2019 – 2019
diolah diolah Pusdatinaker
Pusdatinaker

Sebagaimana
Sebagaimana yang digambarkan
yang digambarkan pada19,
pada Grafik Grafik 19, bahwa
terlihat terlihatbukan
bahwahanya
bukan
Tingkat hanya Terbuka,
Pengangguran TingkatTingkat
Pengangguran
PengangguranTerbuka,
Terbuka (TPT)Tingkat
Muda juga
mengalami penurunanTerbuka
Pengangguran selama tiga tahun
(TPT) terakhir
Muda jugadari tahun 2017penurunan
mengalami sampai dengan

selama tiga tahun terakhir dari tahun 2017 sampai dengan 2019.
Namun jika dibandingkan antara keduanya yaitu antara TPT dan
TPT muda padaMENGHADAPI
tahun 2019, terlihat
FENOMENA bahwa
NEET MEMUTUS MATA TPT muda KAUM
RANTAI HOPELESS berada
MUDA jauh
DI INDONESIA 57
lebih tinggi yaitu sekitar 18,62 persen dibandingkan dengan TPT
yang hanya 5,28 persen. Hal ini harus menjadi perhatian semua
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

2019. Namun jika dibandingkan antara keduanya yaitu antara TPT dan TPT muda
pada tahun 2019, terlihat bahwa TPT muda berada jauh lebih tinggi yaitu sekitar
18,62 persen dibandingkan dengan TPT yang hanya 5,28 persen. Hal ini harus
dapatperhatian
menjadi terserapsemua
ke dalam pasar jika
pihak karena kerja menunjukkan
tingkat bahwa
pengangguran masih
terbuka kaum
muda ini terus
banyak meningkat
pemuda tahun-tahun
belum memilikike-depan,
keahlianpasar tenagaketerampilan
maupun kerja Indonesia
akan minim pekerja muda yang produktif.
sebagaimana yang dibutuhkan oleh dunia industri. Oleh karena

ER
Sebagaimana
dunia diketahui
pendidikan danbahwa TPT merupakan
pelatihan kerja indikator yang digunakan
yang berkewajiban
untuk mengukur tenaga kerja yang tidak dapat terserap oleh pasar kerja. Melihat
mempersiapkan SDM Indonesia agar bisa masuk pasar kerja harus
masih tingginya jumlah pemuda yang tidak dapat terserap ke dalam pasar kerja
berbenah diri
menunjukkan bahwaagar kurikulum
masih yang ada
banyak pemuda dapat
belum selalukeahlian
memiliki disesuaikan
maupun

AK
keterampilan sebagaimana
dengan kebutuhan yang dibutuhkan
kompetensi dunia oleh duniadan
industri industri.
duniaOleh karena
usaha,
dunia pendidikan dan pelatihan kerja yang berkewajiban mempersiapkan SDM
sehingga lulusannya dapat diterima oleh pasar kerja dan laju
Indonesia agar bisa masuk pasar kerja harus berbenah diri agar kurikulum yang
penganggur
ada dapat selaluusia muda dapat
disesuaikan ditekan,
dengan agar bunus
kebutuhan demografi
kompetensi dunia yang
industri
dialami benar-benar
sehinggamerupakan bonus yangoleh
bermanfaat
pasar kerjabukan
dan dunia usaha,
IN
lulusannya dapat diterima dan laju
penganggur usia muda dapat ditekan, agar bunus demografi yang dialami benar-
bencana.
benar merupakan bonus yang bermanfaat bukan bencana.
Grafik 20.Penganggur
Tingkat Penganggur
Terbuka (TPT)Terbuka (TPT) Muda
AT
Grafik 20. Tingkat Muda Berdasarkan Kelompok
Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2019
Umur Tahun 2019

TPT Muda Berdasarkan Kelompok Umur


SD

25.87%

15.62%
PU

15 - 19 TAHUN 20 - 24 TAHUN

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2019 diolah Pusdatinaker


Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2019 diolah Pusdatinaker

Kemudian
Kemudian jika diamati
jika diamati lebihberdasarkan
lebih lanjut lanjut berdasarkan berbagai
berbagai karakteristiknya
sebagaimana yang digambarkan
karakteristiknya sebagaimanapadayang
Grafikdigambarkan
20, terlihat bahwa
padaTPT muda 20,
Grafik lebih
didominasi oleh mereka yang berumur 15 – 19 tahun yaitu sebesar 25,87 persen,
terlihat bahwa TPT muda lebih didominasi oleh mereka yang
jauh lebih besar dibandingkan TPT muda yang masuk pada kelompok umur 20 –
24berumur 15hanya
tahun yang – 19 sebesar
tahun yaitu
15,62sebesar
persen. 25,87 persen, jauh lebih besar
dibandingkan TPT muda yang masuk pada kelompok umur 20 – 24
tahun yang hanya sebesar 15,62 persen.
58 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA

79
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Grafik 21. Tingkat


Grafik 21. Penganggur TerbukaTerbuka
Tingkat Penganggur (TPT) Muda Berdasarkan
(TPT) Muda Jenis
Berdasarkan Kelamin dan Kelompok
Jenis Kelamin Umur Tahun
dan Kelompok 2019
Umur Tahun 2019

Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) Muda Berdasarkan


Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
30.00%
26.69%
25.28%

ER
25.00%

18.38% 18.99%
20.00%
15.63% 15.59%
15.00%

10.00%

AK
5.00%

0.00%
15 - 19 Tahun 20 - 24 Tahun Total

Laki-laki Perempuan

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2019 diolah Pusdatinaker


IN
Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2019 diolah Pusdatinaker
Selanjutnya jika dilihat berdasarkan jenis kelamin sebagaimana
Selanjutnya jika dilihat berdasarkan jenis kelamin sebagaimana yang
yang digambarkan pada Grafik 21, TPT muda perempuan sedikit
digambarkan pada Grafik 21, TPT muda perempuan sedikit lebih besar yaitu sekitar
AT
lebih besar
18,99 persen yaitu sekitar
dibandingkan 18,99 TPT
dengan persen dibandingkan
muda dengan 18,38
laki – laki sebesar TPT persen.
mudajikalaki
Kemudian – laki
dilihat sebesar 18,38
berdasarkan persen.
kelompok umur,Kemudian
baik TPTjika dilihat
muda perempuan
maupun laki – laki lebih
berdasarkan tinggiumur,
kelompok pada rentang
baik TPTumur
muda 15perempuan
– 19 tahun, maupun
masing – masing
sebesarlaki
26,69 persen
– laki yang berjenis
lebih tinggi kelamin
pada rentang perempuan
umur dan 25,28
15 – 19 tahun, masingpersen
– yang
berjenis kelamin laki – laki.
SD

masing sebesar
Grafik 22. 26,69 persen
Tingkat yang berjenis
Penganggur kelamin
Terbuka (TPT)perempuan
Muda
Grafik Berdasarkan
22. Tingkat Daerah
PenganggurTempat Tinggal
Terbuka (TPT)
dan 25,28 persen yang berjenis kelamin laki – laki.dan
Muda Kelompok Umur
Berdasarkan Daerah
Tahun 2019
Tempat Tinggal dan Kelompok Umur Tahun 2019

Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) Muda Berdasarkan


Daerah Tempat Tinggal dan Kelompok Umur
PU

40.00%
29.94%
30.00%
21.23% 20.25%
20.00% 16.60% 16.46%
14.22%
10.00%

0.00%
15 - 19 Tahun 20 - 24 Tahun Total 80

Perkotaan Perdesaan

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2019 diolah Pusdatinaker


Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2019 diolah Pusdatinaker
Dilihat berdasarkan daerah tempat tinggal, Grafik 22
menggambarkan bahwa TPT muda yang tinggal di perkotaan lebih
MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
tinggi yaitu sekitar 20,25 persen, dibandingkan dengan TPT muda 59
yang tinggal di perdesaan sekitar 16,46 persen. Sedangkan jika
dilihat berdasarkan kelompok umur, baik TPT muda yang tinggal di
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Dilihat berdasarkan daerah tempat tinggal, Grafik 22 menggambarkan bahwa


TPT muda yang tinggal di perkotaan lebih tinggi yaitu sekitar 20,25 persen,
dibandingkan dengan TPT muda yang tinggal di perdesaan sekitar 16,46 persen.
Sedangkan jika dilihat berdasarkan kelompok umur, baik TPT muda yang tinggal
di perkotaan maupun perdesaan lebih tinggi berada pada rentang umur 15 –
19 tahun masing – masing sebesar 29,94 persen yang tinggal di perkotaan dan

ER
21,23 persen yang tinggal di perdesaan. Meskipun kesempatan kerja di perkotaan
cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan, namun persaingan
tenaga kerja di perkotaan dan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan oleh
perusahaan juga tinggi sehingga mereka yang tidak tidak kompeten atau memiliki
kualifikasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasar kerja di perkotaan kesulitan

AK
untuk terserap dalam pasar kerja. Mereka yang berada pada kelompok usia 15-
berusia 20-24 tahun, karena seyogyanya yang bersangkutan masih
19 tahun juga memiliki kualifikasi yang cenderung lebih rendah dibandingkan
berada
dengan di dunia
yang berusiapendidikan.
20-24 tahun, karena seyogyanya yang bersangkutan masih
berada di dunia pendidikan.
Grafik 23. Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) Muda
Berdasarkan
Grafik 23. TingkatDaerah Tempat
Penganggur Terbuka
IN
Tinggal dan Kelompok
(TPT) Muda BerdasarkanUmur
Daerah
Tahun
Tempat Tinggal dan 2019Umur Tahun 2019
Kelompok
AT

Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) Muda Berdasarkan


Pendidikan dan Kelompok Umur
40.00% 35.62% 35.47%

30.00%
SD

21.68% 21.70% 21.75%


20.00% 15.34% 16.43%
11.65% 13.10%
10.00%

0.00%
PU

15 - 19 Tahun 20 - 24 Tahun Total

Dasar Menengah Tinggi

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2019 diolah Pusdatinaker


Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2019 diolah Pusdatinaker

Selanjutnya
Selanjutnya jika jika dilihat
dilihat berdasarkan
berdasarkan pendidikan
pendidikan tertinggi tertinggi yang
yang ditamatkan
ditamatkanyang
sebagaimana sebagaimana
digambarkan pada yangGrafik
digambarkan pada TPT
23, diketahui bahwa Grafik
muda 23,
yang
berpendidikan tinggi sebesar
diketahui bahwa TPT muda21,75 persen,
yang tidak jauh berbedatinggi
berpendidikan jika dibandingkan
sebesar
TPT muda yang berpendidikan menengah sekitar 21,7 persen. Sedangkan TPT
21,75 persen, tidak jauh berbeda jika dibandingkan TPT muda yang
berpendidikan menengah sekitar 21,7 persen. Sedangkan TPT
60 muda yang
MENGHADAPI FENOMENAberpendidikan dasar
NEET MEMUTUS MATA RANTAI justru
HOPELESS paling
KAUM MUDA kecil
DI INDONESIA diantara yang
lainnya, yaitu sebesar 13,10 persen. Kemudian jika dilihat
berdasarkan kelompok umur, baik TPT muda yang berpendidikan
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

muda yang berpendidikan dasar justru paling kecil diantara yang lainnya, yaitu
sebesar 13,10 persen. Kemudian jika dilihat berdasarkan kelompok umur, baik TPT
mudakarena ketidaksesuaian
yang berpendidikan antara tinggi,
menengah, kebutuhan industri
maupun dasardan kompetensi
lebih tinggi pada
yang
mereka dimiliki
yang berusiaoleh
15 –tenaga kerja.
19 tahun, masing – masing sebesar 35,62 persen yang
berpendidikan menengah, 35,47 persen yang berpendidikan tinggi, dan 15,34
b. Bukan
persen yang Angkatan
berpendidikanKerja Muda
dasar. Hal ini disebabkan karena ketidaksesuaian

ER
antara kebutuhan industri dan kompetensi yang dimiliki oleh tenaga kerja.
Berdasarkan Sakernas BPS sebagaimana Grafik 24, diperoleh
b. Bukan Angkatan
informasi Kerja Muda
bahwa mereka yang tergolong Bukan Angkatan Kerja (BAK)
berusia muda ternyata
Berdasarkan cukup
Sakernas BPS besar. Pada
sebagaimana tahun
Grafik 2017, terdapat
24, diperoleh sekitar
informasi bahwa

AK
mereka yangatau
23,1 juta tergolong
36,10Bukan Angkatan
persen Kerja (BAK)
BAK berusia berusia
muda darimuda
totalternyata cukup
BAK. Pada
besar. Pada tahun 2017, terdapat sekitar 23,1 juta atau 36,10 persen BAK berusia
tahun 2018 meningkat menjadi 36,29 persen, dan pada tahun 2019
muda dari total BAK. Pada tahun 2018 meningkat menjadi 36,29 persen, dan pada
sedikit
tahun menurun
2019 yaitu sekitar
sedikit menurun 35,49 35,49
yaitu sekitar
INpersen dari dari
persen totaltotal
BAK.BAK.

Grafik 24. 24.


Grafik Perbandingan
PerbandinganBAK
BAK dan BAKMuda
dan BAK Muda Tahun
Tahun 2017
2017 - 2019
- 2019
AT

64,016,670 63,773,800 64,350,897

23,140,831 22,838,419
SD

23,107,798

2017 2018 2019


BAK Muda 23,107,798 23,140,831 22,838,419
BAK 64,016,670 63,773,800 64,350,897
PU

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2017 – 2019 diolah Pusdatinaker


Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2017 – 2019 diolah Pusdatinaker
Secara umum, mereka yang tergolong sebagai Bukan Angkatan
Secara umum, mereka yang tergolong sebagai Bukan Angkatan Kerja (BAK)
Kerja (BAK) terdiri dari 3 kategori, yaitu mereka yang sedang Sekolah,
terdiri dari 3 kategori, yaitu mereka yang sedang Sekolah, Mengurus Rumah
Mengurus
Tangga Rumah Tangga dan Lainnya.
dan Lainnya.

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA 61
83
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

i. Sekolah
i. Sekolah
Grafik 25. Perbandingan Jumlah Penduduk yang Sekolah
tahun
Grafik 25. Perbandingan Jumlah 2017-2019
Penduduk yang Sekolah tahun 2017-2019

ER
16,304,061

15,932,037

15,822,722

AK
2017 2018 2019
Total 16,304,061 15,932,037 15,822,722

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2017 – 2019 diolah Pusdatinaker


Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2017 – 2019 diolah Pusdatinaker
IN
Berdasarkan Grafik 25, diketahui bahwa pemuda yang berada
Berdasarkan Grafik 25, diketahui bahwa pemuda yang berada dalam katagori
dalam katagori sedang sekolah cenderung menunjukan tren yang
sedang sekolah cenderung menunjukan tren yang menurun selama tiga tahun yaitu
menurun selama tiga tahun yaitu sejak 2017 sampai dengan 2019.
sejak 2017 sampai dengan 2019. Pada tahun 2017, pemuda yang sedang bersekolah
AT
Pada tahun 2017, pemuda yang sedang bersekolah sebanyak 16,3
sebanyak 16,3 juta orang, menurun menjadi 15,93 juta orang atau pada tahun 2018.
Jika dihitungorang,
juta jumlahmenurun
penurunanmenjadi 15,93
dari 2017 juta orang
sampai denganatau pada
2018, tahun
secara total pada
2018. Jika dihitung jumlah penurunan dari 2017 sampai dengan
tahun 2018 terjadi penurunan jumlah pemuda yang sekolah, yaitu sekitar 2,28 persen
atau sebanyak 372.024 total
2018, secara orang.pada
Kemudian,
tahunpada
2018tahun selanjutnya,
terjadi penurunanterjadi penurunan
jumlah
SD

kembalipemuda
sebesar 1,65
yangpersen atauyaitu
sekolah, sebanyak 215.800
sekitar 2,28 orang.
persen atau sebanyak

Grafik372.024 orang. Kemudian,


26. Perbandingan pada tahun
Jumlah Penduduk selanjutnya,
yang Sekolah Tahunterjadi
Grafik 26. Perbandingan Jumlah Penduduk yang Sekolah
2017-2019
penurunan
Tahunkembali sebesar 1,65 persen atau sebanyak
Berdasarkan Daerah Tempat Tinggal
2017-2019 Berdasarkan Daerah Tempat Tinggal215.800
orang.
PU

10,222,220 9,953,354 9,735,402

6,081,841 6,087,320
84
5,978,683

2017 2018 2019


1 Perkotaan 2 Perdesaan

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2017 – 2019 diolah Pusdatinaker


Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2017 – 2019 diolah Pusdatinaker
Dilihat dari daerah tempat tinggalnya, pada Grafik 26
menggambarkan bahwa pemuda yang sedang bersekolah lebih
banyak bertempat tinggal di perkotaan dibandingkan di perdesaan
selama tiga tahun berturut-turut dari tahun 2017 sampai dengan
62 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
2019. Pada tahun 2017, pemuda yang sekolah dan bertempat
tinggal di perkotaan lebih banyak 40,50 persen atau lebih banyak
4.140.379 orang dibandingkan dengan yang bertempat tinggal di
perdesaan. Kemudian, pada tahun 2018, pemuda yang bersekolah
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Dilihat dari daerah tempat tinggalnya, pada Grafik 26 menggambarkan bahwa


pemuda yang sedang bersekolah lebih banyak bertempat tinggal di perkotaan
dibandingkan di perdesaan selama tiga tahun berturut-turut dari tahun 2017
sampai dengan 2019. Pada tahun 2017, pemuda yang sekolah dan bertempat
tinggal di perkotaan lebih banyak 40,50 persen atau lebih banyak 4.140.379 orang
dibandingkan dengan yang bertempat tinggal di perdesaan. Kemudian, pada

ER
tahun 2018, pemuda yang bersekolah dan bertempat tinggal di perkotaan lebih
banyak 39,93 persen atau lebih banyak 3.974.671 orang dibandingkan dengan
yang bertempat tinggal di perdesaan. Sama halnya dengan tahun 2019, mereka
yang bersekolah dan bertempat tinggal di perkotaan lebih banyak 37,47 persen
atau lebih banyak 3.648.082 orang dibandingkan dengan mereka yang bertempat

AK
tinggal di perdesaan.

Grafik 27. Perbandingan


Grafik Jumlah Penduduk
27. Perbandingan yang Sekolah
Jumlah Penduduk yangTahun 2017-2019
Sekolah
Tahun 2017-2019 Berdasarkan
Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
IN
8,438,086
AT

8,065,599

7,865,975 7,889,594
7,866,438 7,933,128
SD

2017 2018 2019

1 Laki-laki 2 Perempuan

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2017 – 2019 diolah Pusdatinaker


Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2017 – 2019 diolah Pusdatinaker
Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin, Grafik 27
PU

Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin, Grafik 27 menggambarkan bahwa


menggambarkan bahwa pemuda yang sedang bersekolah lebih
pemuda yang sedang bersekolah lebih didominasi oleh penduduk yang berjenis
kelamindidominasi oleh penduduk
laki-laki dibandingkan yangperempuan,
penduduk berjenis dari
kelamin
tahunlaki-laki
2017 sampai
dengan dibandingkan penduduk
tahun 2019. Pada perempuan,
tahun 2017, pemuda yangdariberjenis
tahun kelamin
2017 sampai
laki-laki lebih
banyakdengan
sekitar 6,78 persen
tahun atau
2019. lebihtahun
Pada banyak2017,
572.111 orang dibandingkan
pemuda yang berjenis dengan
mereka yang berjenis kelamin perempuan. Namun di tahun selanjutnya, terjadi
kelamin laki-laki lebih banyak sekitar 6,78 persen atau lebih banyak
sedikit pergerakan pada grafik yang mengakibatkan jumlah pemuda berjenis
572.111 orang dibandingkan dengan mereka yang berjenis kelamin
kelamin perempuan lebih banyak sekitar 2,53 persen atau lebih banyak 199.161
orang perempuan.
dibandingkanNamun
dengan diyang
tahunberjenis
selanjutnya, terjadi
kelamin sedikit pergerakan
laki-laki.
pada grafik yang mengakibatkan jumlah pemuda berjenis kelamin
perempuan lebih banyak sekitar 2,53 persen atau lebih banyak
199.161 orangMENGHADAPI FENOMENAdengan
dibandingkan NEET MEMUTUS MATA RANTAI
yang HOPELESS
berjenis KAUM MUDAlaki-
kelamin DI INDONESIA 63
laki.
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Grafik 28. Perbandingan Jumlah Penduduk yang Sekolah Tahun 2017-2019


Grafik 28. Perbandingan Jumlah Penduduk yang Sekolah
Berdasarkan 5 Provinsi Tertinggi
Tahun 2017-2019 Berdasarkan 5 Provinsi Tertinggi

PERBANDINGAN JUMLAH PENDUDUK YANG SEKOLAH


TAHUN 2017-2019 BERDASARKAN 5 PROVINSI
TERTINGGI

ER
AK
32 Jawa 35 Jawa 33 Jawa 12 Sumatera 36 Banten
Barat Timur Tengah Utara

2017 2018 2019


IN
Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2017 – 2019 diolah Pusdatinaker
Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2017 – 2019 diolah Pusdatinaker
Kemudian, di tahun 2019, kembali terjadi penurunan yang
AT
Kemudian, di tahun
mengakibatkan 2019, kembali
jumlah pemudaterjadi penurunan
berjenis yangperempuan
kelamin mengakibatkan
jumlah pemuda
menjadi berjenis
lebih banyakkelamin
sekitarperempuan menjadi
0,55 persen lebih banyak
atau lebih banyak 43.534
sekitar 0,55
persen atau lebih banyak 43.534 orang dibandingkan dengan pemuda berjenis
orang dibandingkan dengan pemuda berjenis kelamin laki-laki.
kelamin laki-laki.
Berdasarkan Grafik 28 terlihat bahwa pemuda yang sedang
SD

Berdasarkan Grafik 28 terlihat bahwa pemuda yang sedang bersekolah


bersekolah terkonsentrasi di Pulau Jawa, yaitu Jawa Barat, Jawa
terkonsentrasi di Pulau Jawa, yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan
Timur,
Banten, sertaJawa
Pulau Tengah, dan Propinsi
Sumatera yaitu Banten,Medan. serta Jumlah
Pulau pemuda
Sumatera yang yaitu
sedang
Propinsi Medan. Jumlah pemuda yang sedang bersekolah
bersekolah di Provinsi Jawa Barat, menunjukan tren yang cenderung menurun didari
Provinsi
tahun Jawatahun
2017 sampai Barat, menunjukan
2019. Sedangkan di tren yang provinsi
keempat cenderung menurun
lainnya, cenderung
PU

mengalami fluktuasi
dari tahun walaupun
2017 sampai tidak terlalu2019.
tahun tinggi.Sedangkan di keempat
provinsi lainnya, cenderung mengalami fluktuasi walaupun tidak
terlalu tinggi.

87

64 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

ii. Mengurus Rumah


ii. Mengurus TanggaTangga
Rumah

Grafik
Grafik 29. Perbandingan
29. Perbandingan Jumlah
Jumlah Bukan Bukan Angkatan
Angkatan Kerja
Kerja yang yang
Mengurus
Mengurus Rumah Tangga Tahun 2017-2019
Rumah Tangga Tahun 2017-2019

ER
5,796,232

5,544,463

AK
5,467,139

2017 2018 2019


Total 5,544,463 5,796,232 5,467,139

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2017 – 2019 diolah Pusdatinaker


Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2017 – 2019 diolah Pusdatinaker
IN
Berdasarkan Grafik 29, mereka yang masuk dalam katagori
Berdasarkan Grafik 29, mereka yang masuk dalam katagori BAK karena sedang
BAK karena sedang mengurus rumah tangga, cenderung
mengurus rumah tangga, cenderung menunjukan fluktuasi yang tidak terlalu
menunjukan fluktuasi yang tidak terlalu tinggi pada tahun 2017-
tinggi pada tahun 2017-2019. Secara total, pada tahun 2018 terjadi peningkatan
AT
2019. Secara total, pada tahun 2018 terjadi peningkatan jumlah
jumlah pemuda yang mengurus rumah tangga, yaitu sekitar 4,54 persen atau
pemuda
sebanyak 251.769yang mengurus
pemuda rumah tangga,
dibandingkan kondisiyaitu
tahunsekitar 4,54 persen
2017. Kemudian, pada
atau sebanyak 251.769 pemuda dibandingkan kondisi tahun 2017.
tahun 2019, terjadi penurunan sebesar 5,68 persen atau sebanyak 329.093 pemuda
Kemudian,
dibandingkan pada
kondisi tahun
tahun 2018.2019, terjadi penurunan sebesar 5,68
SD

persen atau sebanyak 329.093 pemuda dibandingkan kondisi


Grafik Grafik 30. Perbandingan
30.2018.
Perbandingan Jumlah
Jumlah BukanBukan Angkatan
Angkatan KerjaKerja
yangyang
Mengurus
tahun Mengurus Rumah Tangga Tahun 2017-2019 Berdasarkan
Rumah Tangga Tahun 2017-2019 Berdasarkan
Daerah Tempat Tinggal Daerah Tempat Tinggal
PU

3,118,149
2,966,770 2,897,354 88
2,577,693 2,678,083 2,569,785

2017 2018 2019

1 Perkotaan 2 Perdesaan

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2017 – 2019 diolah Pusdatinaker


Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2017 – 2019 diolah Pusdatinaker
Jika dilihat berdasarkan tempat tinggal, Grafik 30
menggambarkan bahwa pemuda yang tergolong BAK karena
sedang mengurus rumah tangga, lebih banyak yang bertempat
MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
tinggal di perdesaan dibandingkan di perkotaan pada tahun 2017
65
sampai dengan tahun 2019. Hal ini justru berbanding terbalik
dengan pemuda BAK yang sedang bersekolah, dimana sebagian
besar mereka terkonsentrasi di perkotaan. Mungkin karena lebih
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Jika dilihat berdasarkan tempat tinggal, Grafik 30 menggambarkan bahwa


pemuda yang tergolong BAK karena sedang mengurus rumah tangga, lebih
banyak yang bertempat tinggal di perdesaan dibandingkan di perkotaan pada
tahun 2017 sampai dengan tahun 2019. Hal ini justru berbanding terbalik
dengan pemuda BAK yang sedang bersekolah, dimana sebagian besar mereka
terkonsentrasi di perkotaan. Mungkin karena lebih lengkapnya fasilitas pendidikan

ER
dan luasnya akses masyarakat ke dunia pendidikan dan pelatihan, serta terbuka
luasnya kesempatan kerja di perkotaan bagi mereka yang kompeten, membuat
pemuda yang bertempat
Pada tahun 2017,tinggal di perkotaan
pemuda lebih memilih
yang mengurus melanjutkan
rumah tangga disekolah
ke jenjang yang lebih
perdesaan lebihtinggi
banyakatau meningkatkan
15,09 persen ataukompetensinya dibandingkan
lebih banyak 389.077
dengan orang
mengurus rumah tangga.
dibandingkan dengan penduduk yang berada di perkotaan.

AK
PadaKemudian,
tahun 2017,pada tahunyang
pemuda 2018, jumlah rumah
mengurus pemuda yang dimengurus
tangga perdesaan lebih
banyak rumah
15,09 persen
tangga atau lebih banyak
dan bertempat 389.077
tinggal orang dibandingkan
di perdesaan lebih banyakdengan
penduduk
16,43yang berada
persen di lebih
atau perkotaan.
banyakKemudian, pada tahun
440.066 orang 2018, jumlah
dibandingkan
pemudadengan
yang mengurus rumah tangga
yang bertempat tinggal dan bertempatSama
di perkotaan. tinggalhalnya
di perdesaan
yang lebih
banyak terjadi
16,43 persen atau 2019,
pada tahun lebih pemuda
IN
banyak 440.066 orang dibandingkan
yang mengurus rumah tanggadengan
yang bertempat tinggal di perkotaan. Sama halnya yang terjadi pada tahun 2019,
dan bertempat tinggal di perdesaan lebih banyak 12,75 persen atau
pemuda yang mengurus rumah tangga dan bertempat tinggal di perdesaan lebih
lebih banyak 327.569 orang dibandingkan dengan mereka yang
AT
banyak 12,75 persen atau lebih banyak 327.569 orang dibandingkan dengan
bertempat tinggal di perkotaan.
mereka yang bertempat tinggal di perkotaan.
Grafik 31. Perbandingan Jumlah Bukan Angkatan Kerja yang
Grafik 31. Perbandingan
Mengurus RumahJumlah
TanggaBukan
TahunAngkatan Kerja
2017-2019 yang Mengurus
Berdasarkan
Jenis Kelamin
Rumah Tangga Tahun 2017-2019 Berdasarkan Jenis Kelamin
SD
PU

4,717,039 4,967,923 4,713,889

827,424 828,309 753,250

2017 2018 2019

1 Laki-laki 2 Perempuan

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2017 – 2019 diolah Pusdatinaker


Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2017 – 2019 diolah Pusdatinaker
Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, terlihat pada Grafik 31
bahwa pemuda yang mengurus rumah tangga lebih didominasi
66 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
90
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, terlihat pada Grafik 31 bahwa pemuda
yang mengurus rumah tangga lebih didominasi oleh mereka yang berjenis kelamin
perempuan selama tida tahun berturut-turut, dari tahun 2017 sampai dengan tahun
2019. Hal ini merupakan suatu kewajaran karena sebagaimana diketahui sebagian
besar mereka yang mengurus rumah tangga adalah perempuan. Pada tahun 2017,
jumlah pemuda yang mengurus rumah tangga dan berjenis kelamin perempuan

ER
lebih banyak sekitar 470 persen atau lebih banyak 3.889.615 orang dibandingkan
dengan mereka yang berjenis kelamin laki-laki. Di tahun selanjutnya, terjadi sedikit
pergerakan pada grafik dimana pemuda perempuan yang mengurus rumah
tangga jauh lebih banyak, yaitu 499,77 persen atau lebih banyak 4.139.614 orang
dibandingkan dengan yang berjenis kelamin laki-laki. Kemudian, di tahun 2019,

AK
terjadi sedikit penurunan dimana pemuda perempuan yang mengurus rumah
tangga menjadi lebih banyak sekitar 525,81 persen atau lebih banyak 3.960.639
penduduk dibandingkan dengan penduduk laki-laki.

Grafik32.
Grafik 32. Perbandingan
Perbandingan Jumlah
Jumlah BukanBukan Angkatan
Angkatan Kerja
Kerja yang yang
Mengurus
Mengurus
Rumah Rumah
Tangga Tahun 2017-2019
IN
Tangga Berdasarkan
Tahun 2017-2019 Berdasarkan
Pendidikan Terakhir yang
Pendidikan Terakhir yang Ditamatkan
Ditamatkan
AT
PERBANDINGAN JUMLAH BUKAN ANGKATAN KERJA
YANG MENGURUS RUMAH TANGGA TAHUN 2017-2019
BERDASARKAN PENDIDIKAN TERAKHIR YANG
DITAMATKAN
SD

<=SD SMP SMU SMK Diploma Universitas


PU

I/II/III/ (S1/S2/S3)
Akademi
2017 2018 2019

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2017 – 2019 diolah Pusdatinaker


Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2017 – 2019 diolah Pusdatinaker
Berdasarkan Grafik 32 di atas, ditinjau dari pendidikan terakhir
Berdasarkan Grafik 32 di atas, ditinjau dari pendidikan terakhir yang
yang ditamatkan,
ditamatkan, terlihat
terlihat bahwa bahwa
pemuda yang pemuda
mengurusyang
rumahmengurus rumah
tangga paling banyak
adalah mereka
tangga yang lulusan
paling banyakSekolah Menengah
adalah merekaPertama
yang (SMP), diikuti
lulusan SMU dan
Sekolah
kemudian yang berpendidikan >= SD. Pada tahun 2017, proporsi pemuda yang
Menengah Pertama (SMP), diikuti SMU dan kemudian yang
berpendidikan >= SD. Pada tahun 2017, proporsi pemuda yang
lulusan SMP yaitu sebesar 35,80 persen dari total pemuda yang
MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA 67
mengurus rumah tangga atau sebanyak 1.985.064 orang. Di tahun
2018, terjadi sedikit peningkatan jumlah pemuda yang mengurus
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

lulusan SMP yaitu sebesar 35,80 persen dari total pemuda yang mengurus rumah
tangga atau sebanyak 1.985.064 orang. Di tahun 2018, terjadi sedikit peningkatan
jumlah pemuda yang mengurus rumah tangga, namun tetap didominasi oleh
mereka yang berada pada jenjang lulusan SMP, yaitu sebanyak 2.076.744 orang
atau sekitar 35,83 persen dari total pemuda yang mengurus rumah tangga.
Kemudian, pada tahun 2019, menunjukkan komposisi yang masih relatif sama,

ER
yaitu terbanyak di jenjang lulusan SMP dengan jumlah sekitar 32,55 persen dari
total pemuda yang mengurus rumah tangga atau sebanyak 1.779.641 orang.
Grafik 33. Perbandingan Jumlah Bukan Angkatan Kerja yang
Mengurus
Grafik Rumah Tangga
33. Perbandingan Jumlah Tahun 2017-2019
Bukan Angkatan Berdasarkan
Kerja 5
yang Mengurus
Provinsi Tertinggi
Rumah Tangga Tahun 2017-2019 Berdasarkan 5 Provinsi Tertinggi

AK
PERBANDINGAN JUMLAH BUKAN ANGKATAN KERJA
YANG MENGURUS RUMAH TANGGA TAHUN 2017-2019
BERDASARKAN 5 PROVINSI TERTINGGI
IN
AT

32 Jawa 35 Jawa 33 Jawa 12 Sumatera 36 Banten


Barat Timur Tengah Utara
SD

2017 2018 2019

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2017 – 2019 diolah Pusdatinaker


Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2017 – 2019 diolah Pusdatinaker

Selanjutnya
Selanjutnya berdasarkan
berdasarkan Grafik
Grafik 33, terlihat33,bahwa
terlihat bahwa
pemuda yangpemuda
mengurus
PU

yang
rumah mengurus
tangga rumah ditangga
terkonsentrasi terkonsentrasi
pulau Jawa. Lima propinsi di dengan
pulau Jawa.
jumlah Lima
pemuda
yang mengurus
propinsi rumahjumlah
dengan tangga secara
pemuda berurutan adalah Jawarumah
yang mengurus Barat, Jawa Timur,
tangga
Jawa Tengah, Sumatera Utara dan Banten. Pada tahun 2017, jumlah pemuda yang
secara berurutan adalah Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah,
mengurus rumah tangga di lima provinsi tersebut sudah mewakili 54,36 persen
dariSumatera Utara
total pemuda. dan
Sama Banten.
halnya yang Pada
terjadi tahun 2017,2018
pada tahun jumlah pemuda
dan 2019, jumlah
yang yang
pemuda mengurus
mengurusrumah
rumahtangga
tangga di di lima
limaprovinsi
provinsi tersebut
tersebut sudahsudah
mewakili
berturut-turut 53,57 persen
mewakili 54,36 persendandari52,96
totalpersen
pemuda. dari total
Sama pemuda.
halnya yang terjadi
pada tahun 2018 dan 2019, jumlah pemuda yang mengurus rumah
tangga di lima provinsi tersebut sudah mewakili berturut-turut 53,57
persen dan 52,96 persen dari total pemuda.
68 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

iii. Lainnya
iii. Lainnya

Grafik
Grafik 34. 34. Perbandingan
Perbandingan JumlahJumlah
Bukan Bukan Angkatan
Angkatan KerjaBerkegiatan
Kerja yang yang
Berkegiatan Lainnya Tahun 2017-2019
Lainnya Tahun 2017-2019

ER
1,548,558
1,412,562
1,259,274

AK
2017 2018 2019
Total 1,259,274 1,412,562 1,548,558

Total

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2017 – 2019 diolah Pusdatinaker


Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2017 – 2019 diolah Pusdatinaker
Sebagaimana terlihat pada Grafik 34 bahwa terdapat pemuda
IN
Sebagaimana terlihat pada Grafik 34 bahwa terdapat pemuda BAK yang
BAK yang berkegiatan lainnya yang tidak sedang bersekolah dan
berkegiatan lainnya yang tidak sedang bersekolah dan mengurus rumah tangga.
mengurus rumah tangga. Jumlah mereka cukup banyak, dimana
Jumlah mereka cukup banyak, dimana berdasarkan Sakernas Agustus 2019
berdasarkan
menunjukkan Sakernas
tren yang Agustus
meningkat 2019 menunjukkan
dari tahun ke tahun selama tren periode
yang 2017
AT
meningkat
sampai dengan dari
2019. tahun
Secara ke pada
total, tahuntahun
selama periode
2018 terjadi2017 sampai jumlah
peningkatan
pemuda dengan 2019. Secara
yang berkegiatan total, pada
lainnya, yaitutahun 2018
sekitar terjadi
12,17 peningkatan
persen atau sebanyak
153.288 orang.
jumlahKemudian,
pemuda yangpada berkegiatan
tahun 2019, terjadi
lainnya,peningkatan
yaitu sekitarkembali
12,17 sebesar
9,63 persen atau sebanyak 135.996 orang.
persen atau sebanyak 153.288 orang. Kemudian, pada tahun 2019,
SD

terjadi peningkatan kembali sebesar 9,63 persen atau sebanyak


Grafik 35. Perbandingan Jumlah Bukan Angkatan Kerja yang
Grafik 35. Perbandingan
Berkegiatan Jumlah
Lainnya TahunBukan Angkatan
2017-2019 Kerja yang
Berdasarkan Berkegiatan
Daerah
135.996 orang.
Lainnya Tahun 2017-2019 Berdasarkan
Tempat Tinggal Daerah Tempat Tinggal
PU

813,563
776,253
734,995
697,663
636,309
561,611
94

2017 2018 2019

1 Perkotaan 2 Perdesaan

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2017 – 2019 diolah Pusdatinaker


Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2017 – 2019 diolah Pusdatinaker
Jika dilihat dari tempat tinggal, sebagaimana Grafik 35 diketahui
bahwa pemuda BAK yang tidak tergolong sedang bersekolah atau
sedang mengurus rumah tangga, lebih banyak yang bertempat
MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
tinggal di perkotaan selama periode tahun 2017 sampai dengan
69
2019. Jumlah ini berbanding terbalik dengan kondisi pemuda bukan
angkatan kerja yang mengurus rumah tangga, namun berbanding
lurus dengan pemuda bukan angkatan kerja yang bersekolah.
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Jika dilihat dari tempat tinggal, sebagaimana Grafik 35 diketahui bahwa


pemuda BAK yang tidak tergolong sedang bersekolah atau sedang mengurus
rumah tangga, lebih banyak yang bertempat tinggal di perkotaan selama periode
tahun 2017 sampai dengan 2019. Jumlah ini berbanding terbalik dengan kondisi
pemuda bukan angkatan kerja yang mengurus rumah tangga, namun berbanding
lurus dengan pemuda bukan angkatan kerja yang bersekolah.

ER
Pada tahun 2017, pemuda BAK yang berkegiatan lainnya dan bertempat
tinggal di perkotaan lebih banyak 19,50 persen atau lebih banyak 136.052 orang
yang bertempat tinggal di perdesaan. Sama halnya yang terjadi
dibandingkan dengan yang bertempat tinggal di perdesaan. Kemudian pada tahun
pada tahun 2019, jumlah penduduk yang berkegiatan lainnya yang
2018, mereka yang bertempat tinggal di perkotaan lebih banyak 18,03 persen atau

AK
lebihberada di perkotaan
banyak 139.944 orang lebih banyak 9,66
dibandingkan denganpersen atau
pemuda BAKlebih
yangbanyak
bertempat
78.568
tinggal orang Sama
di perdesaan. dibandingkan dengan
halnya yang terjadi orang
pada yang jumlah
tahun 2019, berada di
penduduk
yang perdesaan.
berkegiatan lainnya yang berada di perkotaan lebih banyak 9,66 persen atau
lebih banyak 78.568 orang dibandingkan dengan orang yang berada di perdesaan.
Grafik 36. Perbandingan Jumlah Bukan Angkatan Kerja yang
GrafikBerkegiatan
36. Perbandingan Jumlah
Lainnya Tahun
IN
Bukan Angkatan
2017-2019 Kerja yang Berkegiatan
Berdasarkan Jenis
Lainnya Tahun 2017-2019Kelamin
Berdasarkan Jenis Kelamin
AT

1,125,084
1,035,274
SD

949,641

377,288 423,474
309,633
PU

2017 2018 2019


1 Laki-laki 2 Perempuan

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2017 – 2019 diolah Pusdatinaker


Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2017 – 2019 diolah Pusdatinaker
Selanjutnya jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, Grafik 36
Selanjutnya jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, Grafik 36 menggambarkan
bahwamenggambarkan
pemuda BAK yang bahwa pemuda
berkegiatan BAK pada
lainnya yangtahun
berkegiatan lainnya
2017 sampai dengan
tahunpada
2019tahun
lebih2017 sampai dengan
didominasi tahun 2019
oleh mereka yang lebih didominasi
berjenis kelaminoleh
laki-laki
mereka yang berjenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan.
Pada tahun 2017, pemuda BAK yang berkegiatan lainnya dan
70 MENGHADAPI FENOMENA
berjenis NEET MEMUTUS
kelamin MATA RANTAI
laki-laki lebihHOPELESS KAUM MUDA
banyak DI INDONESIA
sekitar 67,39 persen atau
lebih banyak 640.008 orang dibandingkan dengan mereka yang
berjenis kelamin perempuan. Di tahun selanjutnya, terjadi sedikit
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

dibandingkan perempuan. Pada tahun 2017, pemuda BAK yang berkegiatan


lainnya dan berjenis kelamin laki-laki lebih banyak sekitar 67,39 persen atau
lebih banyak 640.008
peningkatan orang dibandingkan
dimana pemuda BAK dengan mereka yanglainnya
yang berkegiatan berjenisdan
kelamin
perempuan.
berjenisDikelamin
tahun selanjutnya, terjadi
laki-laki lebih sedikit
banyak peningkatan
sekitar dimanaatau
63,56 persen pemuda
BAK yang berkegiatan lainnya dan berjenis kelamin laki-laki lebih banyak sekitar
lebih banyak 657.986 orang dibandingkan dengan perempuan.
63,56 persen atau lebih banyak 657.986 orang dibandingkan dengan perempuan.

ER
Kemudian, di tahun 2019, terjadi peningkatan kembali dimana yang
Kemudian, di tahun 2019, terjadi peningkatan kembali dimana yang berjenis
berjenis
kelamin laki-lakikelamin laki-laki
lebih banyak lebih
sekitar banyak
62,36 persensekitar 62,36
atau lebih persen
banyak atauorang
701.610
lebih banyak
dibandingkan dengan701.610 orang dibandingkan dengan perempuan.
perempuan.

Grafik 37. Perbandingan


Grafik Jumlah
37. Perbandingan Bukan Bukan
Jumlah Angkatan Kerja yang
Angkatan Berkegiatan
Kerja yang

AK
Berkegiatan
Lainnya LainnyaBerdasarkan
Tahun 2017-2019 Tahun 2017-2019 Berdasarkan
Pendidikan Terakhir yang
Pendidikan Terakhir yang Ditamatkan
Ditamatkan

PERBANDINGAN JUMLAH BUKAN ANGKATAN KERJA


YANG BERKEGIATAN LAINNYA TAHUN 2017-2019
IN
BERDASARKAN PENDIDIKAN TERAKHIR YANG
DITAMATKAN
AT

<=SD SMP SMU SMK Diploma Universitas


SD

I/II/III/ (S1/S2/S3)
Akademi

2017 2018 2019

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2017 – 2019 diolah Pusdatinaker


Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2017 – 2019 diolah Pusdatinaker
PU

Sebagaimana Grafik 37 bahwa jika dilihat dari pendidikan


Sebagaimana Grafik 37 bahwa jika dilihat dari pendidikan terakhir yang
terakhirpemuda
ditamatkan, yang ditamatkan,
BAK yangpemuda BAK yang
berkegiatan berkegiatan
lainnya lainnya
paling banyak adalah
paling
mereka yangbanyak adalah mereka
berpendidikan yang
SD, diikuti berpendidikan
oleh mereka yangSD, diikuti oleh SMU
berpendidikan
dan kemudian mereka
mereka yang yang berpendidikan
berpendidikan SMU danSMP. Pada tahun
kemudian mereka2017, mereka
yang
yang berpendidikan
berpendidikan SMP.
SD sebanyak 414.578
Pada tahun orang
2017, atau yang
mereka sekitar 32,92 persen dari
berpendidikan
total pemuda BAK yang yang berkegiatan lainnya. Di tahun 2018, terjadi sedikit
SD sebanyak 414.578 orang atau sekitar 32,92 persen dari total
peningkatan jumlah pemuda yang berkegiatan lainnya, namun tetap didominasi
pemudayang
oleh mereka BAKberpendidikan
yang yang berkegiatan lainnya. Di
SD, yaitu sebanyak tahun orang
436.859 2018, terjadi
atau sekitar
97

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA 71
sedikit peningkatan jumlah pemuda yang berkegiatan lainnya,
namun tetap didominasi oleh mereka yang berpendidikan SD, yaitu
sebanyak
KEMENTERIAN436.859 orang atau
KETENAGAKERJAAN RI sekitar 30,93 persen dari total
pemuda yang berkegiatan lainnya. Kemudian, pada tahun 2019,
komposisinya masih relatif sama, dimana mereka yang
30,93 persen dari total pemuda yang berkegiatan lainnya. Kemudian, pada tahun
berpendidikan
2019, komposisinya SDmasihsebanyak 475.159
relatif sama, dimanaorang atauyang
mereka sekitar 30,68
berpendidikan
SD persen
sebanyak 475.159
dari orang atau
total pemuda sekitar
yang 30,68 persen
berkegiatan dari total pemuda yang
lainnya.
berkegiatan lainnya.
Grafik 38. Perbandingan Jumlah Bukan Angkatan Kerja yang
Grafik Berkegiatan
38. Perbandingan Jumlah
Lainnya Bukan2017-2019
Tahun Angkatan Kerja yang Berkegiatan
Berdasarkan 5
Provinsi
Lainnya Tahun 2017-2019 Tertinggi5 Provinsi Tertinggi
Berdasarkan

ER
PERBANDINGAN JUMLAH BUKAN ANGKATAN KERJA
YANG BERKEGIATAN LAINNYA TAHUN 2017-2019
BERDASARKAN 5 PROVINSI TERTINGGI

AK
IN
32 Jawa 33 Jawa 35 Jawa 36 Banten 73 Sulawesi
Barat Tengah Timur Selatan
AT

2017 2018 2019

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2017 – 2019 diolah Pusdatinaker


Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2017 – 2019 diolah Pusdatinaker
Dilihat sebaran berdasarkan propinsi, sebagaimana Grafik 38
SD

Dilihat sebaran berdasarkan propinsi, sebagaimana Grafik 38 terlihat bahwa


pemuda BAKbahwa
terlihat pemuda
yang masuk dalam BAK yang
katagori masuk lainnya
berkegiatan dalamsebagian
katagoribesar
berkegiatan
tersebar lainnya
di provinsi sebagian
yang berada di Pulaubesar
Jawa.tersebar di provinsi
Lima propinsi yang
di Indonesia yang
paling banyak
berada di memiliki pemuda
Pulau Jawa. BAK propinsi
Lima yang berkegiatan lainnyayang
di Indonesia adalahpaling
propinsi
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten dan Sulawesi Selatan. Pada tahun
PU

banyak memiliki pemuda BAK yang berkegiatan lainnya adalah


2017, jumlah pemuda BAK yang berkegiatan lainnya dari kelima provinsi tersebut
propinsi
sudah Jawa
mewakili 58,03Barat,
persen Jawa Tengah,
dari total pemuda.Jawa
Sama Timur, Banten
halnya yang dan
terjadi pada
tahun 2018 dan 2019, jumlah penduduk yang berkegiatan lainnya dari kelima
provinsi tersebut sudah mewakili berturut-turut 54,35 persen dan 55,21 persen 98
dari total pemuda.

Melihat kondisi tenaga kerja muda Indonesia sebagaimana data-data yang


dihasilkan dari Sakernas-BPS periode Agustus 2019 tersebut menunjukkan bahwa
pemuda di Indonesia masih sangat rentan dan beresiko secara permanen tidak

72 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

mampu bersaing dan tertinggal dalam pasar kerja. Terlihat dari indikator yang
direkomendasikan untuk digunakan dalam mengidentifikasi resiko tersebut
seperti Penganggur Muda Indonesia yang masih tinggi, dimana dari 7,05 juta
Penganggur Terbuka di Indonesia sebagaimana data Sakernas Agustus 2019,
56,44 persen diantaranya merupakan penganggur usia muda. Bahkan TPT muda
ini berada jauh lebih tinggi yaitu sekitar 18,62 persen dibandingkan dengan TPT

ER
yang hanya 5,28 persen. Pemuda yang tidak bekerja, tidak sekolah maupun tidak
sedang mengikuti pelatihan (NEETs) dan Pemuda yang tidak bekerja, tidak sekolah
maupun tidak sedang mengikuti pelatihan dan memiliki keahlian/keterampilan
rendah (Low-skilled NEETs) juga masih memiliki persentase yang tinggi, dimana
NEET di Indonesia pada tahun 2019 sekitar 21,27 persen, dan yang berketerampilan

AK
rendah sekitar 28,48 persen. Karena tingkat pendidikan yang rendah, maka
walaupun pemuda tersebut berada di pasar kerja dan tidak tergolong sebagai
penganggur atau NEET, sebagian besar mereka bekerja pada sektor informal. Dari
data yang ada bahwa pemuda yang bekerja lebih banyak berpendidikan dasar dan
IN
menengah dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan tinggi. Dilihat dari
lapangan usaha yang digeluti, sebagian besar mereka berada pada sektor informal
antara lain perdagangan eceran, reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor;
dan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan.
AT

Untuk mengatasi kondisi tenaga kerja muda yang rentan, maka pemerintah
fokus pada Youth Development Index yang mengutamakan pendidikan, kesehatan
dan kesejahteraan, penciptaan lapangan kerja, partisipasi dan kepemimpinan,
serta kesetaraan gender. Hal tersebut sejalan dengan program pemerintah yaitu
SD

implementasi program prioritas nasional pada tahun 2020 – 2024 yang salah
satunya adalah pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Pengembangan SDM
bertujuan untuk menghasilkan SDM yang bekerja keras, dinamis, berkompeten,
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mampu bersaing secara global.
PU

Untuk itu perlu dilakukan kerja sama dengan dunia industri secara lebih optimal
terkait pemanfaatan teknologi terbaru sehingga penggunaannya dapat dijangkau
di seluruh wilayah di Indonesia.

Dalam RPJMN Tahun 2020 – 2024, khususnya untuk mendukung


pengembangan SDM dibagi menjadi tiga cara, yaitu:

 Pemenuhan kebutuhan dasar dan jaminan sosial meliputi pendidikan,


kesehatan, jaminan social, pengentasan kemiskinan, kualitas anak, perempuan
dan pemuda

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA 73
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

 Peningkatan produktivitas meliputi pelatihan vokasional, pendidikan tinggi,


inovasi penelitian, prestasi di bidang olahraga

 Pengembangan karakter meliputi pendidikan keagamaan dan karakter,


pengertian dan implementasi ilmu agama, pendidikan kewarganegaraan, dan
penguatan fungsi keluarga sebagai fondasi utama pembentukan karakter.

ER
Tidak hanya itu, untuk beberapa strategi kebijakan juga telah disiapkan untuk
mendukung tenaga kerja muda, antara lain:

 Mendorong pemuda untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi

 Mendorong kerjasama antara sekolah dan instansi maupun dunia usaha agar

AK
dapat membuka peluang magang bagi pemuda

 Meningkatkan pengalaman kerja sebagai bekal untuk mendapatkan pekerjaan


yang lebih baik IN
 Mengecualikan pekerja usia muda tanpa pengalaman dari kebijakan upah
minimum sebagai kompensasi untuk biaya pelatihan yang dikeluarkan oleh
perusahaan untuk proses penerimaan kerja.
AT

 Meningkatkan kualitas pendidikan dengan cara menambah aspek keahlian


dan keterampilan yang dibutuhkan di semua jenjang pendidikan

C. Perkembangan NEET Di Indonesia


SD

Fenomena NEET yang terjadi di kalangan anak muda perlu menjadi


kekhawatiran bangsa ini. Fenomena ini mempengaruhi mental dan pola pikir
anak muda sehingga merusak masa depan anak muda dan negara. Dari 198 juta
penduduk usia kerja di Indonesia, 22,33 persennya berusia muda (15 – 24 tahun)
PU

dimana mereka ini diharapkan dapat berperan aktif dalam perkembangan negara.
Selain itu, usia muda merupakan usia yang potensial untuk mengembangkan diri.
Pada tahun 2019 tingkat ketidakaktifan anak muda dalam dunia kerja maupun
pendidikan sebesar 21,72 persen.

74 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
diharapkan dapat berperan aktif dalam perkembangan negara. Selain
itu, usia muda merupakan usia yang potensial untuk mengembangkan
diri. Pada tahun 2019 tingkat ketidakaktifan anak muda
KEMENTERIAN dalam dunia
KETENAGAKERJAAN RI
kerja maupun pendidikan sebesar 21,72 persen.

Grafik 39. Persentase NEET di Indonesia Tahun 2017 - 2019


Grafik 39. Tingkat NEET di Indonesia Tahun 2017 - 2019

Tingkat NEET
22.20% 22.09%

22.00%

ER
21.80% 21.72%

21.60%
21.41%
21.40%

AK
21.20%

21.00%
2017 2018 2019

Sumber:
Sumber: BPS, Sakernas
BPS, Sakernas AgustusAgustus 2017diolah
2017 – 2019 – 2019 diolah Pusdatinaker
Pusdatinaker

Berdasarkan
Berdasarkan Grafik
Grafik 39 bahwa
39 bahwa
INpersentase
persentase pemudapemuda
yang yang tergolong
tergolong NEET di
NEET selama
Indonesia di Indonesia selama
tiga tahun tiga dari
terakhir tahun terakhir
tahun 2017dari tahun
sampai 2017 tahun
dengan sampai2019
masih beradatahun
dengan diatas 20 persen.
2019 Persentase
masih beradapemuda yang
diatas 20tergolong
persen. NEET pada tahun
Persentase
AT
2019sebesar
mengalami0,38 persen dibanding
penurunan sebesar 0,38tahun
persensebelumnya dan sebelumnya
dibanding tahun mengalami dan
pemuda yang tergolong NEET pada tahun 2019 mengalami penurunan
mengalami peningkatan
peningkatan sebesarsebesar 0,30 persen
0,30 persen dibanding
dibanding tahun
tahun 2017.
2017.

Grafik 40. Tingkat


Grafik NEET berdasarkan
40. Persentase NEET Jenis Kelamin Jenis
berdasarkan di Indonesia
KelaminTahun 2017
di 102
Indonesia Tahun
- 2019 2017 - 2019
SD

Tingkat NEET berdasarkan Jenis Kelamin


30.00% 27.79% 28.19% 27.59%

25.00%
PU

20.00%
15.59% 16.25% 16.09%
15.00%

10.00%

5.00%

0.00%
2017 2018 2019

Laki-Laki Perempuan

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2017 – 2019 diolah Pusdatinaker


Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2017 – 2019 diolah Pusdatinaker
Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, Grafik 40 menjelaskan
bahwa selama tiga tahun terakhir dari tahun 2017 sampai dengan
MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA 75
2019, persentase NEET perempuan lebih tinggi daripada laki-laki.
Persentase NEET perempuan hampir dua kali lipat dibanding laki-laki.
Persentase NEET perempuan pada tahun 2017 sebesar 27,79 persen,
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, Grafik 40 menjelaskan bahwa selama tiga
tahun terakhir dari tahun 2017 sampai dengan 2019, persentase NEET perempuan
lebih tinggi daripada laki-laki. Persentase NEET perempuan hampir dua kali lipat
dibanding laki-laki. Persentase NEET perempuan pada tahun 2017 sebesar 27,79
persen, sedangkan pada tahun 2018 naik menjadi 28,19 persen dan pada tahun
2019 turun menjadi 27,59 persen. Untuk mereka yang berjenis kelamin laki-laki,

ER
persentase NEET pada tahun 2017 sebesar 15,59 persen dan mengalami kenaikan
sebesar 0,76 persen menjadi 16,25 persen pada tahun 2018. Sedangkan pada
tahun 2019 persentase NEET laki-laki menjadi 16,09 atau mengalami penurunan
sebesar 0,16 persen dibanding tahun sebelumnya. Tingginya persentase NEET
perempuan dibanding laki-laki kemungkinan dipengaruhi banyaknya perempuan
Hal 76

AK
yang memilih untuk berkegiatan domestik/ di rumah.
Grafik 41. Tingkat NEET berdasarkan Daerah Tempat Tinggal di Indonesia
Grafik 41. Tingkat NEET berdasarkan Daerah Tempat Tinggal di Indonesia
2017 – 2019
Tahun 2017 2019

Tingkat NEET berdasarkan Daerah Tempat Tinggal


30.00%
IN
24.56% 24.67% 24.73%
25.00%
19.12% 20.12% 19.47%
AT
20.00%

15.00%

10.00%

5.00%
SD

0.00%
2017 2018 2019

Perkotaan Perdesaan

Sumber : BPS, Sakernas Agustus 2017 – 2019 diolah Pusdatinaker


Sumber : BPS, Sakernas Agustus 2017 – 2019 diolah Pusdatinaker
PU

Selanjutnyaberdasarkan
Selanjutnya berdasarkandaerah
daerah tempat
tempattinggal, sebagaimana
tinggal, sebagaimana Grafik 41 terlihat
Grafik 41 terlihat
bahwa persentase NEET yang tinggal di daerah perdesaan lebih tinggi daripada
bahwa persentase NEET yang tinggal di daerah perdesaan lebih tinggi daripada di perkotaan. di
Pada perkotaan.
tahun 2019 Pada tahun 2019
persentase persentase
NEET NEET disebesar
di perkotaan perkotaan sebesar
19,47 19,47sedangkan
persen, persen, di
sedangkan di perdesaan sebesar 24,73 persen. Persentase di perkotaan
perdesaan sebesar 24,73 persen. Persentase di perkotaan pada tahun 2019 mengalami pada tahun
penurunan sebesar 0,65
2019 mengalami persen poin,
penurunan sebesarsedangkan di perdesaan
0,65 persen mengalami
poin, sedangkan peningkatan
di perdesaan
sebesar 0,06 persen
mengalami poin. Tingginya
peningkatan NEET
sebesar di persen
0,06 perdesaan kemungkinan
poin. besar
Tingginya NEET didipengaruhi
perdesaan oleh
rendahnya kesadaran masyarakat desa akan pentingnya pendidikan dan
kemungkinan besar dipengaruhi oleh rendahnya kesadaran masyarakat desa akan pelatihan sebagai
bekal untuk mendapatkan
pentingnya pendidikanpekerjaan yang layak.
dan pelatihan Selain
sebagai bekalitu, tingginya
untuk NEET di pekerjaan
mendapatkan perdesaan juga
dipengaruhi
yang layak. Selain itu, tingginya NEET di perdesaan juga dipengaruhi oleh kurang dan
oleh kurang tersedianya fasilitas atau sarana dan prasarana pendidikan
pelatihan yang memadai dibanding di perkotaan. Peluang kerja di perdesaan juga cenderung
terbatas dan sebagian besar didominasi oleh sektor informal.

76 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
Hal 112
Persentase Usia Muda (15-24 Tahun) yang sedang Tidak Sekolah, Bekerja atau Mengikuti
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI
perdesaan juga dipengaruhi oleh kurang tersedianya fasilitas atau
sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan yang memadai
tersedianya fasilitas atau sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan yang
dibanding di perkotaan. Peluang kerja di perdesaan juga cenderung
memadai dibanding di perkotaan. Peluang kerja di perdesaan juga cenderung
terbatas
terbatas dan sebagian
dan sebagian besar besar didominasi
didominasi oleh informal.
oleh sektor sektor informal.

Grafik
Grafik 42. Persentase
42.Tingkat NEET berdasarkan
NEET berdasarkan Tingkat di
Tingkat Pendidikan Pendidikan di
Indonesia Tahun
Indonesia Tahun 2017
2017 - 2019 - 2019

ER
Tingkat NEET berdasarkan Tingkat pendidikan
30.00% 28.48%
26.88% 26.33%
25.37% 24.58%
25.00%
20.00%
13.60%

AK
15.00%
10.00%
5.00%
0.00%
<=SD SMP SMU SMK Diploma Universitas
IN I/II/III/
Akademi
(S1/S2/S3)

2017 2018 2019

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2017 – 2019 diolah Pusdatinaker


AT
Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2017 – 2019 diolah Pusdatinaker

Dilihat
Dilihat berdasarkan
berdasarkan tingkattingkat pendidikan,
pendidikan, sebagaimana
sebagaimana Grafik bahwa
Grafik 42 terlihat 42
padaterlihat
tahun bahwa
2019 yang pada tahun
paling 2019 sebagian
berpeluang besarNEET
untuk menjadi pemuda yang
berpendidikan
SD ke bawah yaitu
tergolong NEETsebesar 28,48 persen.
berpendidikan SD Sedangkan
ke bawah yang yaitu berpendidikan
sebesar 28,48SMP
hanya sebesar 13,60 persen. Selanjutnya, pemuda yang berpendidikan tinggi dan
SD

persen. Sedangkan yang berpendidikan SMP hanya sebesar 13,60


tergolong dalam kelompok NEET ternyata juga cukup tinggi, dimana mereka yang
persen. Selanjutnya,
berpendidikan universitaspemuda yang
(S1,S2,S3) danberpendidikan
tergolong NEET tinggi dan 26,33
sebesar tergolong
persen,
dandalam
yang berpendidikan
kelompok NEET ternyata juga cukup tinggi, dimana mereka ini
akademi/Diploma sebesar 24,58 persen. Dari angka
dapat diketahui bahwa 1 dari 4 anak muda yang berpendidikan tinggi itu ternyata
yang berpendidikan universitas (S1,S2,S3) dan tergolong NEET
tidak aktif di dunia kerja juga tidak sedang melanjutkan pendidikan atau berlatih
PU

sebesarpelatihan
di lembaga 26,33 persen,
kerja. dan yang berpendidikan akademi/Diploma
sebesar 24,58 persen. Dari angka ini dapat diketahui bahwa 1 dari 4
Dilihat dari tingkat pendidikan ini, presentase NEET pada hampir semua tingkat
anak
pendidikan mudapadayang berpendidikan
tahun tinggi penurunan
2019 mengalami itu ternyatadari
tidaktahun
aktif di dunia
sebelumnya
kecuali persentase NEET yang berpendidikan Akademi/Diploma dan SD ke bawah.
Pada tingkat pendidikan Akademi/Diploma mengalami peningkatan sebesar 105
2,26 persen poin, sedangkan pada tingkat pendidikan SD ke bawah mengalami
peningkatan sebesar 1,01 persen poin. Penurunan paling tinggi terjadi pada
tingkat pendidikan SMP yaitu sebesar 1,04 persen poin.

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA 77
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Tingginya persentase pemuda yang tergolong NEET berpendidikan SD ke


bawah kemungkinan besar dipengaruhi oleh faktor ekonomi keluarga yang tidak
mampu membiayai sehingga tidak memungkinkan untuk bersekolah atau sebab
lainnya. Dengan hanya berpendidikan SD bahkan tidak lulus SD, akan semakin
sulit bagi anak muda untuk mendapatkan pekerjaan, terutama di sektor formal,
sehingga kecenderungan mereka untuk tergolong NEET sangat tinggi. Namun

ER
demikian, yang perlu mendapatkan perhatian lebih serius oleh Pemerintah bukan
hanya NEET berpendidikan SD kebawah, tetapi juga NEET yang berpendidikan
tinggi, karena dengan kualitas SDM yang dimiliki, seharusnya anak muda yang
berpendidikan tinggi dapat berperan aktif dalam dunia kerja maupun pendidikan
Grafik 43. Persentase NEET berdasarkan Provinsi di Indonesia

AK
Grafik 43. Tingkat NEET berdasarkan Provinsi
Tahun 2017 - 2019di Indonesia Tahun 2017 - 2019

Sulawesi Utara 27.91%


Gorontalo 26.40%
Maluku 26.18%
Jawa Barat 25.53%
24.35%
Maluku Utara
Aceh
Riau
IN 23.53%
23.09%
Banten 23.04%
Kalimantan Barat 23.00%
Sulawesi Barat 22.89%
AT
Jambi 22.61%
Sumatera Selatan 22.59%
Lampung 22.51%
Bangka-Belitung 22.36%
Kalimantan Selatan 21.99%
Kalimantan Tengah 21.91%
Sulawesi Selatan 21.83%
SD

Jawa Tengah 21.82%


Sulawesi Tengah 21.70%
Nusa Tenggara Barat 21.65%
Kalimantan Utara 21.04%
Sulawesi Tenggara 21.03%
Jawa Timur 20.98%
Papua Barat 20.52%
20.35%
PU

Bengkulu
Sumatera Barat 19.74%
Kalimantan Timur 19.44%
Nusa Tenggara Timur 18.81%
Sumatera Utara 18.56%
Papua 17.56%
Kepulauan Riau 15.46%
DKI Jakarta 15.41%
D I Yogyakarta 9.61%
Bali 9.22%

0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00% 35.00%

2019 2018 2017

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2017 – 2019 diolah Pusdatinaker


Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2017 – 2019 diolah Pusdatinaker
107

78 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Jika dilihat berdasarkan persebaran wilayah, Grafik 43 menggambarkan bahwa


provinsi Sulawesi Utara memiliki persentase NEET paling tinggi. Persentase NEET
Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2019 sebesar 27,91 persen atau turun sebesar
1,65 persen poin dibanding tahun sebelumnya. Selama tiga tahun terakhir dari
tahun 2017 sampai dengan tahun 2019 Provinsi Sulawesi Utara memiliki persentase
NEET paling tinggi. Sedangkan Provinsi yang memiliki NEET paling rendah yaitu

ER
Provinsi Bali. Pada tahun 2019 Provinsi Bali mempunyai persentase NEET sebesar
9,22 persen atau naik sebesar 0,69 persen poin dibanding tahun sebelumnya.

Rendahnya persentase NEET di Provinsi Bali dibandingkan propinsi lainnya di


Indonesia kemungkinan besar disebabkan oleh luasnya kesempatan kerja yang

AK
tersedia terutama di bidang pariwisata sehingga memungkinkan pemuda Bali
dapat dengan mudah memasuki pasar kerja, sehingga kecenderungan untuk
tergolong NEET sangat rendah. Masyarakat terutama anak muda Bali juga ternyata
memiliki semangat dan kesadaran yang tinggi terhadap pendidikan, pelatihan,
IN
atau bekerja. Persentase NEET terendah di Provinsi Bali selaras dengan tingkat
pengangguran terbuka (TPT) di Provinsi Bali yang juga terendah yaitu sebesar 1,52
persen pada Agustus 2019.
AT
Secara umum persentase NEET di Indonesia pada tahun 2019 mengalami
penurunan, akan tetapi di beberapa provinsi mengalami peningkatan persentase
NEET. Peningkatan persentase NEET paling tinggi terjadi di Provinsi Kalimantan
Utara sebesar 3,71 persen, Papua Barat sebesar 2,05 persen dan Jambi 1,97 persen.
Sedangkan untuk penurunan persentase NEET paling tinggi terjadi di Provinsi
SD

Kalimantan Timur sebesar 3,62 persen, Nusa Tenggara Barat sebesar 3,02 persen,
dan D.I Yogyakarta sebesar 2,85 persen.

Eksistensi NEET di Indonesia yang mengalami kenaikan dan penurunan


sebagaimana yang terlihat berdasarkan jenis kelamin, daerah tempat tinggal,
PU

pendidikan, persebaran wilayah diatas, seyogyanya perlu diantisipasi oleh


semua pihak terkait terutama masyarakat dan Pemerintah di Indonesia, agar
tidak semakin berkembang yang kemudian akan berpengaruh negatif terhadap
pemuda itu sendiri, keluarga, masyarakat dan juga negara. Oleh karenanya,
perlu dicarikan solusi untuk mengatasinya dengan terlebih dahulu memahami
penyebab timbulnya NEET dan kondisi NEET saat ini dan yang akan datang
berdasarkan data. Sebagaimana diketahui bahwa beberapa hal yang yang
mempengaruhi tinggi rendahnya persentase NEET itu tidak hanya disebabkan

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA 79
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

oleh faktor wilayah, pendidikan, daerah tempat tinggal, namun yang lebih penting
adalah karena tidak adanya kesadaran atau keengganan anak muda Indonesia
untuk produktif di masa produktifnya dengan menempuh pendidikan, pelatihan,
ataupun bekerja. Diharapkan kebijakan atau solusi untuk mengatasi semakin
berkembangnya pemuda yang tergolong NEET benar-benar efektif, sehingga anak
muda Indonesia adalah anak muda yang kompeten dan bekerja produktif untuk

ER
masa depan mereka juga untuk keberlanjutan perputaran roda perekonomian dan
pembangunan Indonesia.

D. Solusi Penanganan NEET di Indonesia

AK
Salah satu tolak ukur kualitas suatu negara dapat dilihat dari kualitas anak
mudanya. Anak muda merupakan generasi penerus bangsa. Anak muda yang
kompeten dan produktif bukan hanya bermanfaat bagi diri dan keluarganya, juga
mampu membawa kondisi bangsa dan negaranya menjadi lebih baik. Generasi
muda dianggap sebagai agent of change, moral force, and social control sehingga
IN
anak muda yang berkualitas diharapkan mampu menjalankan fungsi tersebut
dengan baik dan berguna bagi masyarakat dan negara.

Berdasarkan data yang ada, prosentase NEET di Indonesia masih diatas


AT

angka 20 persen. Agar permasalahan NEET di Indonesia dapat berkurang


setiap tahunnya, tentu saja perhatian yang khusus dan kerjasama semua pihak
untuk menanggulanginya adalah suatu keharusan. Dukungan tidak hanya dari
pemerintah dan swasta tetapi lingkungan keluarga dan masyarakat juga harus
SD

berperan aktif dengan menyediakan solusi yang kondusif dan implementatif


agar anak muda Indonesia penerus harapan bangsa dapat lebih aktif untuk
mengembangkan diri, baik melalui dunia pendidikan ataupun pelatihan kerja
sebagai bekal untuk memasuki pasar kerja, juga bagi mereka yang sudah berada
di pasar kerja perlu terus menerus mengembangkan kompetensi yang dimilikinya
PU

agar bekerja produktif untuk masa depan diri, keluarga dan bangsa.

Untuk menentukan solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi anak


muda NEET, perlu untuk mengetahui NEET di Indonesia sebagian besar berasal dari
kelompok yang mana. Apabila sebagian besar anak muda NEET berstatus sebagai
penganggur terbuka maka beberapa solusi yang bisa diimplementasikan adalah:

1). Memperluas kesempatan kerja yang ada, melalui fasilitasi penumbuhan dan
pengembangan wirausaha karena sektor ini tidak membutuhkan persyaratan
apa-apa dari mereka yang berkeinginan untuk menggelutinya.

80 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

2). Perlu ada penyesuaian kurikulum di dunia pendidikan dan pelatihan kerja,
agar lulusannya dapat langsung di terima di pasar kerja.

3). Program pemagangan perlu dikembangkan lebih luas untuk lebih


mempersiapkan lulusan dunia pendidikan dan pelatihan kerja agar sudah
memiliki pengalaman, budaya dan etos kerja dunia kerja yang real sebelum

ER
benar-benar masuk dan berkiprah aktif di dunia industri.

4). Lembaga Pelatihan Kerja yang memiliki program pelatihan yang berdurasi
pendek dengan kurikulum yang terus menyesuaikan dengan kebutuhan
industri perlu dibangun dan dikembangkan lebih luas lagi sampai ke pelosok-

AK
pelosok negeri agar pemuda dapat selalu mengembangkan kompetensi diri
untuk selalu bekerja dengan produktif.

5). Informasi Pasar Kerja harus terbuka luas agar beberapa alasan yang membuat
pemuda tidak ingin mencari pekerjaan karena (i). tidak mengetahui bagaimana
IN
dan dimana mencari pekerjaan; (ii). tidak mampu menemukan pekerjaan yang
cocok dengan kompetensi yang dimiliki; atau (iii). perasaan bahwa tidak ada
pekerjaan yang tersedia di lingkungannya, dapat segera diatasi.
AT

6) Penyediaan program pemerintah antara lain melalui Program Kartu Pra Kerja
untuk memudahkan atau memotivasi anak muda yang memiliki keterbatasan
finansial, tetap memiliki keterampilan atau tetap ingin meningkatkan
kompetensinya melalui dunia pelatihan kerja agar percaya diri memasuki
SD

dunia kerja.

Selain mengurangi jumlah atau persentase anak muda yang tidak sekolah, tidak
bekerja, dan tidak mengikuti pelatihan, perlu juga dilakukan utnuk mengantisipasi
timbulnya calon NEET baru.
PU

Oleh karenanya, deteksi dini terhadap anak muda yang berpotensi menjadi
NEET perlu dilakukan untuk mengantisipasi bertambahnya NEET baru. Selain
deteksi dini, antisipasi yang dapat dilakukan antara lain yaitu, pelayanan konseling
karir di sekolah, pelayanan konseling regular di sekolah, penyelarasan sistem
pendidikan dan kebutuhan pasar kerja, mendukung masa transisi anak muda
dari dunia sekolah menuju dunia kerja, dan membantu siswa dalam memperoleh
kesempatan pengalaman kerja.

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA 81
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Bagi anak muda yang masih duduk di bangku sekolah terutama SMU/SMK
atau perguruan tinggi, pelayanan konseling regular dan karir harus difasilitasi.
Pelayanan konseling dan karir penting bagi mereka untuk menggali potensi diri
yang dimiliki agar nantinya dapat berpartisipasi aktif dalam pasar kerja. Bimbingan/
konseling tidak hanya diperlukan untuk pelajar/mahasiswa, tetapi juga untuk anak
muda yang telah lulus sekolah. Bimbingan karir untuk anak yang telah lulus sekolah

ER
juga diperlukan agar mereka dapat bekerja sesuai dengan kompetensi mereka,
sebagaimana program pemberian bimbingan karir bagi pencari kerja yang telah
dilakukan oleh Kementerian Ketenagakerjaan melalui Direktorat Pengembangan
Pasar Kerja. Program PKL (Praktek Kerja Lapangan) yang sudah dilakukan oleh
lembaga pendidikan di Indonesia juga adalah suatu program untuk mencegah

AK
timbulnya NEET baru lulusan SMU/SMK dengan membantu siswa/mahasiswa
untuk memperoleh pengalaman kerja industri yang real sebagai bekal memasuki
dunia kerja. IN
Keterlibatan masyarakat atau komunitas tertentu untuk bersama-sama dengan
Pemerintah pusat maupun daerah perlu terus menerus dibina dan dikembangkan,
misalnya (i). bekerja sama dengan lembaga pelatihan untuk melaksanakan
pelatihan yang memang dibutuhkan dan diminati anak muda; dan/atau (ii). bekerja
AT

sama dengan pelaku industri baik start up/ UKM agar dapat mengembangkan jiwa
wirausaha anak muda sekaligus memberdayakan mereka dalam melakukan usaha.

Untuk anak muda NEET yang memiliki pendidikan kurang dari SMA atau
setingkatnya maka diharapkan dapat memasuki dunia pendidikan lagi atau
SD

melaksanakan program paket A/B/C agar bisa memiliki pendidikan minimal lulus
SMA, karena sudah selayaknya sesuai dengan program pemerintah yaitu wajib
belajar 12 tahun.

Karena anak muda yang tergolong NEET sebagian besar adalah perempuan,
PU

maka untuk mengatasi anak muda NEET perempuan ini dapat menyediakan
fasilitas pelatihan kewirausahaan bagi mereka. Peningkatan perekrutan dan
perluasan kesempatan kerja bagi perempuan; promosi kesetaraan kesempatan
kerja; promosi kesetaraan gender; dan promosi-promosi lain yang mendukung
hak perempuan dalam mengembangkan diri dan berkarir di pasar kerja juga harus
dilakukan oleh semua pihak.

82 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

BAB V
PENUTUP

ER
A. Kesimpulan

1. NEET adalah suatu fenomena ekonomi dan sosial yang terjadi dikalangan
anak muda, yang seharusnya dengan usia dan kondisi fisik yang sangat

AK
produktif mampu menjadi pelopor perubahan (agent of change) ke arah
yang lebih baik dan sebagai generasi penerus atau pemimpin masa depan
(the leader of tomorrow) bangsa, namun mereka justru tidak melibatkan
diri dalam dunia pekerjaan serta dunia pendidikan ataupun pelatihan.
IN
2. Karena jumlah NEET cenderung meningkat, baik secara global, maupun
di beberapa negara termasuk Indonesia, permasalahan NEET kemudian
menjadi topik internasional yang perlu diantisipasi segera dan ditangani
AT
secara serius. Oleh karenanya dalam salah satu tujuan SDGs yang
wajib diimplementasikan oleh semua negara salah satunya adalah
mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif,
lapangan kerja penuh dan produktif, serta pekerjaan yang layak untuk
semua (SDGs 8) dengan target secara substansial mengurangi proporsi
SD

pemuda yang tidak bekerja, tidak sedang mengikuti pendidikan atau


pelatihan.

3. Gender, usia, kondisi kesehatan, status keimigrasian, hubungan kemitraan,


PU

tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, pendidikan orang tua, status


perceraian orang tua, kemampuan berorganisasi/bersosialisasi, dan
kemampuan memahami atau mampu berkomunikasi dalam berbagai
bahasa, adalah beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang
cenderung menjadi atau tidak menjadi NEET.

4. Berdasarkan Sakernas yang dilakukan BPS, persentase pemuda yang


tergolong NEET di Indonesia selama tiga tahun terakhir dari tahun 2017
sampai dengan tahun 2019 masih berada diatas 20 persen. Persentase

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA 83
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

pemuda yang tergolong NEET pada tahun 2019 mengalami penurunan


sebesar 0,38 persen dibanding tahun sebelumnya dan mengalami
peningkatan sebesar 0,30 persen dibanding tahun 2017.

5. Dibandingkan dengan beberapa negara di kawasan ASEAN, kondisi


NEET Indonesia sebagaimana butir 5 tergolong buruk. Pada tahun 2019

ER
tingkat ketidakaktifan anak muda Indonesia dalam dunia kerja maupun
pendidikan sebesar 21,72 persen. Sementara NEET di Singapura tercatat
hanya sekitar 4,14 persen pada tahun 2018, Vietnam 8,31 persen, Malaysia
12,47 persen dan Philipina yang juga masih dibawah 20 persen tingkat
ketidakaktifan pemuda dalam dunia pekerjaan dan pendidikan.

AK
B. Rekomendasi
1. Perlu perhatian semua pihak untuk menyadari dan memahami keberadaan
fenomena NEET di Indonesia dan dampak negatif yang ditimbulkannya,
IN
untuk kemudian diantisipasi segera dan dicarikan solusi yang efektif agar
bonus demografi yang terjadi dapat memberikan manfaat maksimal
bagi Indonesia, dunia ketenagakerjaan juga bisa dipenuhi dengan
pemuda-pemuda kompeten dan produkif sehingga keberlanjutan laju
AT
pertumbuhan ekonomi Indonesia berjalan maksimal kearah yang lebih
tinggi lagi membawa Indonesia menjadi negara maju dan sejahtera.

2. Perlu pengayaan terhadap beberapa program pemerintah yang terkait


SD

dengan keluarga, agar keluarga sebagai garis terdepan (front line)


bertanggung jawab penuh mengkondisikan anggota keluarganya yang
masih tergolong usia produktif untuk tidak tergolong NEET dengan
memperhatikan faktor-faktor pembentuk NEET.

3. Kesempatan kerja yang tersedia perlu diperluas lagi antara lain melalui
PU

fasilitasi penumbuhan dan pengembangan wirausaha.

4. Penyesuaian kurikulum di dunia pendidikan dan pelatihan kerja dengan


jenis dan tingkat kompetensi yang dibutuhkan pasar kerja adalah hal
yang wajib dan mutlak, agar lulusannya dapat langsung di terima di pasar
kerja.

5. Informasi Pasar Kerja harus terbuka luas agar beberapa alasan yang
membuat pemuda tidak ingin mencari pekerjaan karena (i). tidak

84 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

mengetahui bagaimana dan dimana mencari pekerjaan; (ii). tidak mampu


menemukan pekerjaan yang cocok dengan kompetensi yang dimiliki; atau
(iii). perasaan bahwa tidak ada pekerjaan yang tersedia di lingkungannya,
dapat segera diatasi.

6. Pelayanan konseling atau bimbingan karir bagi mereka yang masih duduk

ER
dibangku sekolah atau Perguruan Tinggi dan yang telah lulus perlu terus
digalakkan.

7. Keterlibatan masyarakat atau komunitas tertentu untuk bersama-sama


dengan Pemerintah pusat maupun daerah perlu terus menerus dibina
dan dikembangkan.

AK
8. Promosi kesetaraan gender, promosi kesetaraan kesempatan kerja
dan promosi-promosi lain yang mendukung hak perempuan dalam
mengembangkan diri dan berkarir di pasar kerja juga harus terus
IN
digalakkan dan menyentuh semua kalangan sampai ke perdesaan.

9. Diperlukan kemudahan yang memungkinkan anak muda yang memiliki


keterbatasan finansial tetap bisa memiliki keterampilan melalui pelatihan
AT
kerja agar percaya diri untuk memasuki dunia kerja. Program kartu pra
kerja adalah solusi paling efektif akan hal ini.

10. Agar fenomena NEET dapat diantisipasi dengan efektif dan efisien,
diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai fenomena NEET di Indonesia
SD

ini yang dilaksanakan oleh lembaga penelitian yang kredibel antara lain
oleh Pusat Penelitian Ketenagakerjaan, Barenbang.
PU

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA 85
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

DAFTAR PUSTAKA

ER
Badan Pusat Statistik. (2019).  Survei Angkatan Kerja Nasional  [Dataset Periode
Agustus 2017-2019].

European Training Foundation, Bardak, U., Maseda, M. R., & Rosso, F. (2015). Young
People Not In Employment, Education or Training (NEET): an Overview in ETF

AK
Partner Countries [PDF]. Diakses dari https://www.etf.europa.eu.

Dhakiri, M. H. (2019).  Merayakan Bonus Demografi. Jakarta, ID: Kementerian


Ketenagakerjaan RI. IN
Elder, S. (2015). What does NEETs mean and why is the concept so easily misinterpreted?.
ILO.

Hertessa, Y. (2007). Neet dan Hubungannya dengan Nilai-nilai Masyarakat


AT
Jepang. Skripsi. Jakarta: Universitas Indonesia (belum diterbitkan).

ILO. (2017). Where do the world’s NEETs live?. Diakses pada Maret 2020, dari https://
www.ilo.org.

ILO. (2020). Not in employment, education or training: the reality for many young rural
SD

women. Diakses pada Maret 2020, dari https://ilostat.ilo.org.

NEETs in Japan: What Does It Mean? (2015, Juni).  Japan Info. Diakses dari https://
jpninfo.com.
PU

OECD (2016), Society at a Glance 2016: OECD Social Indicators, OECD Publishing, Paris.
http://dx.doi.org/10.1787/9789264261488-en.

O’Reilly, J., Leschke, J., Ortlieb, R., Seeleib-Kaiser, M., & Villa, P. (Eds.). (2018). Youth
Labor in Transition: Inequalities, Mobility, and Policies in Europe. Oxford University
Press.

Pattinasarany, I. R. I. (2019). Not in Employment, Education or Training (NEET) Among


the Youth in Indonesia: The Effects of Social Activities, Access to Information, and
Language Skills on NEET Youth. MASYARAKAT: Jurnal Sosiologi, 1-25.

86 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Perserikatan Bangsa-Bangsa. (2018). Youth not in Education, Employment or Training


(NEET). Diakses pada Maret 2020, dari https://sdg.tracking-progress.org.

Perserikatan Bangsa-Bangsa. (2019). Sustainable Development Goals Progress Chart


2019. Diakses dari https://unstats.un.org.

The Worldbank. (2019). Share of youth not in education, employment or training, total

ER
(% of youth population) [Dataset]. Diakses dari https://data.worldbank.org.

AK
IN
AT
SD
PU

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA 87
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

ER
AK
IN
AT
SD
PU

88 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

LAMPIRAN

ER
Angkatan Kerja Muda (15 -24 Tahun) Berdasarkan Jenis Kelamin dan
Kelompok Umur Tahun 2019

Kelompok Umur
Jenis Kelamin Total

AK
15 - 19 Tahun 20 - 24 Tahun
Laki-laki 3.647.912 9.161.331 12.809.243
Perempuan 2.614.261 5.928.732 8.542.993
Total 6.262.173 15.090.063 21.352.236
Sumber : BPS, Sakernas Agustus 2019 (diolah Pusdatinaker)
IN
Angkatan Kerja Muda (15 -24 Tahun) Berdasarkan Daerah Tempat Tinggal
dan Kelompok Umur Tahun 2019
AT

Kelompok Umur
Daerah Tempat Tinggal Total
15 - 19 Tahun 20 - 24 Tahun
Perkotaan 3.333.532 8.853.322 12.186.854
Perdesaan 2.928.641 6.236.741 9.165.382
SD

Total 6.262.173 15.090.063 21.352.236


Sumber : BPS, Sakernas Agustus 2019 (diolah Pusdatinaker)

Angkatan Kerja Muda (15 -24 Tahun) Berdasarkan Pendidikan Tertinggi yang
Ditamatkan dan Kelompok Umur Tahun 2019
PU

Pendidikan tertinggi yang Kelompok Umur


Total
ditamatkan 15 - 19 Tahun 20 - 24 Tahun
Dasar 3.012.074 4.639.906 7.651.980
Menengah 3.240.861 8.563.245 11.804.106
Tinggi 9.238 1.886.912 1.896.150
Total 6.262.173 15.090.063 21.352.236
Sumber : BPS, Sakernas Agustus 2019 (diolah Pusdatinaker)

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA 89
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Muda (15 -24 Tahun) Berdasarkan Jenis
Kelamin dan Kelompok Umur Tahun 2019

Kelompok Umur
Jenis Kelamin
15 - 19 Tahun 20 - 24 Tahun Total
Laki-laki 31,98% 82,01% 56,74%

ER
Perempuan 24,01% 55,27% 39,53%
Total 28,09% 68,91% 48,32%
Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2019 (diolah Pusdatinaker)

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Muda (15 -24 Tahun) Berdasarkan Daerah

AK
Tempat Tinggal dan Kelompok Umur Tahun 2019

Kelompok Umur
Daerah Tempat Tinggal
15 - 19 Tahun 20 - 24 Tahun Total
Perkotaan
IN 26,73% 68,98% 48,16%
Perdesaan 29,82% 68,81% 48,53%
Total 28,09% 68,91% 48,32%
AT

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2019 (diolah Pusdatinaker)

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Muda (15 -24 Tahun) Berdasarkan


Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Kelompok Umur Tahun 2019
SD

Pendidikan tertinggi Kelompok Umur


yang ditamatkan
15 - 19 Tahun 20 - 24 Tahun Total
Dasar 18,34% 67,95% 32,91%
Menengah 55,34% 66,68% 63,13%
PU

Tinggi 60,22% 84,74% 84,58%


Total 28,09% 68,91% 48,32%
Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2019 (diolah Pusdatinaker)

90 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Penduduk Muda yang Bekerja (15 - 24 Tahun) Berdasarkan Jenis Kelamin


dan Kelompok Umur Tahun 2019

Kelompok Umur
Jenis Kelamin
15 - 19 Tahun 20 - 24 Tahun Total
Laki-laki 2.725.729 7.729.007 10.454.736
Perempuan 1.916.544 5.004.246 6.920.790

ER
Total 4.642.273 12.733.253 17.375.526
Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2019 (diolah Pusdatinaker)

Penduduk Muda yang Bekerja (15 - 24 Tahun) Berdasarkan Daerah Tempat

AK
Tinggal dan Kelompok Umur Tahun 2019

Daerah Tempat Kelompok Umur


Tinggal 15 - 19 Tahun 20 - 24 Tahun Total
Perkotaan 2.335.528 7.383.279 9.718.807
Perdesaan
Total
IN
2.306.745
4.642.273
5.349.974
12.733.253
7.656.719
17.375.526

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2019 (diolah Pusdatinaker)


AT

Penduduk Muda yang Bekerja (15 - 24 Tahun) Berdasarkan Pendidikan Tert-


inggi yang Ditamatkan dan Kelompok Umur Tahun 2019

Pendidikan tertinggi Kelompok Umur


yang ditamatkan
SD

15 - 19 Tahun 20 - 24 Tahun Total


Dasar 2.549.957 4.099.244 6.649.201
Menengah 2.086.355 7.156.186 9.242.541
Tinggi 5.961 1.477.823 1.483.784
Total 4.642.273 12.733.253 17.375.526
PU

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2019 (diolah Pusdatinaker)

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA 91
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Penduduk Muda yang Bekerja (15 - 24 Tahun) Berdasarkan Lapangan Usaha


dan Kelompok Umur Tahun 2019

Kelompok Umur
Lapangan Usaha 17 Kategori
15 - 19 Tahun 20 - 24 Tahun Total
A Pertanian, Kehutanan dan
1.190.341 2.147.076 3.337.417

ER
Perikanan
B Pertambangan dan Penggalian 61.022 152.609 213.631
C Industri Pengolahan 842.111 2.558.853 3.400.964
D Pengadaan Listrik dan Gas 7.823 47.440 55.263
E Pengadaan Air, Pengelolaan
12.270 32.189 44.459

AK
Sampah, Limbah, dan Daur Ulang
F Konstruksi 208.824 731.916 940.740
G Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi dan Perawatan Mobil dan 1.203.678 2.843.099 4.046.777
Sepeda Motor
H Transportasi dan Pergudangan
IN 135.153 625.664 760.817
I Penyediaan Akomodasi dan Makan
453.668 933.865 1.387.533
Minum
J Informasi dan Komunikasi 43.938 169.237 213.175
AT

K Jasa Keuangan dan Asuransi 45.114 286.541 331.655


L Real Estat 5.933 33.548 39.481
M,N Jasa Perusahaan 63.564 292.313 355.877
O Administrasi Pemerintahan,
34.021 436.756 470.777
SD

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib


P Jasa Pendidikan 86.788 624.448 711.236
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 18.998 293.978 312.976
R,S,T,U Jasa Lainnya 229.027 523.721 752.748
Total 4.642.273 12.733.253 17.375.526
PU

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2019 (diolah Pusdatinaker)

92 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Penduduk Muda yang Bekerja (15 - 24 Tahun) Berdasarkan Jenis Pekerjaan/


Jabatan (KBJI 2014)dan Kelompok Umur Tahun 2019

Jenis Pekerjaan/Jabatan Kelompok Umur


(KBJI 2004) 15 - 19 Tahun 20 - 24 Tahun Total
0 Tentara Nasional Indonesia (TNI)
dan Kepolisian Negara Republik 2.336 50.244 52.580

ER
Indonesia (POLRI)
1 Manajer 14.351 119.755 134.106
2 Profesional 98.322 808.397 906.719
3 Teknisi dan Asisten Profesional 100.758 526.264 627.022
4 Tenaga Tata Usaha 143.969 1.030.704 1.174.673

AK
5 Tenaga Usaha Jasa dan Tenaga
1.538.350 3.482.344 5.020.694
Penjualan
6 Pekerja Terampil Pertanian,
829.518 1.445.084 2.274.602
Kehutanan, dan Perikanan
7 Pekerja Pengolahan, Kerajinan, dan
YBDI
IN 517.687 1.466.128 1.983.815

8 Operator dan Perakit Mesin 283.016 1.202.478 1.485.494


9 Pekerja Kasar 1.113.966 2.601.855 3.715.821
AT
Total 4.642.273 12.733.253 17.375.526
Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2019 (diolah Pusdatinaker)

Penduduk Muda yang Bekerja (15 - 24 Tahun) Berdasarkan Status Pekerjaan


Utama dan Kelompok Umur Tahun 2019
SD

Status pekerjaan pada pekerjaan Kelompok Umur


utama 15 - 19 Tahun 20 - 24 Tahun Total
1 Berusaha sendiri 326.701 1.304.774 1.631.475
2 Berusaha dibantu buruh tidak
PU

104.228 424.652 528.880


tetap/pekerja keluarga/tidak
3 Berusaha dibantu buruh tetap dan
12.179 127.127 139.306
dibayar
4 Buruh/karyawan/pegawai 2.215.807 8.124.755 10.340.562
5 Pekerja bebas di pertanian 148.218 340.257 488.475
6 Pekerja bebas di nonpertanian 255.981 609.587 865.568
7 Pekerja keluarga/tidak dibayar 1.579.159 1.802.101 3.381.260
Total 4.642.273 12.733.253 17.375.526

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2019 (diolah Pusdatinaker)

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA 93
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Penduduk Muda yang Bekerja (15 - 24 Tahun) Berdasarkan Status Pekerjaan


Utama (Formal/Informal) dan Kelompok Umur Tahun 2019

Status pekerjaan pada Kelompok Umur


pekerjaan utama 15 - 19 Tahun 20 - 24 Tahun Total
Formal 2.227.986 8.251.882 10.479.868
Informal 2.414.287 4.481.371 6.895.658

ER
Total 4.642.273 12.733.253 17.375.526
Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2019 (diolah Pusdatinaker)

Penduduk Muda yang Bekerja (15 - 24 Tahun) Berdasarkan Jumlah Jam Kerja
Seluruh Pekerjaan Seminggu yang Lalu dan Kelompok Umur Tahun 2019

AK
Jumlah jam kerja Kelompok Umur
seluruh pekerjaan
seminggu yang lalu 15 - 19 Tahun 20 - 24 Tahun Total
0* IN 55.462 231.583 287.045
1-9 511.526 395.709 907.235
10-14 465.046 475.743 940.789
15-24 636.107 1.143.915 1.780.022
25-34 415.833 1.113.932 1.529.765
AT

35-44 856.257 3.337.990 4.194.247


45-59 1.249.439 4.516.768 5.766.207
60+ 452.603 1.517.613 1.970.216
Total 4.642.273 12.733.253 17.375.526
SD

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2019 (diolah Pusdatinaker)

Penganggur Muda (15 - 24 Tahun) Berdasarkan Kategori Penganggur


Terbuka dan Kelompok Umur Tahun 2019

Kelompok Umur
PU

Kategori Penganggur Terbuka


15 - 19 Tahun 20 - 24 Tahun Total
mencari pekerjaan 1.507.720 2.138.595 3.646.315
mempersiapkan usaha 12.541 30.237 42.778
putus asa 59.786 112.278 172.064
sudah diterima bekerja tetapi belum
mulai bekerja/ sudah punya usaha 39.853 75.700 115.553
tetapi belum memulainya
Total 1.619.900 2.356.810 3.976.710
Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2019 (diolah Pusdatinaker)

94 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Penganggur Muda (15 - 24 Tahun) Berdasarkan Jenis Kelamin dan Kelompok


Umur Tahun 2019
Kelompok Umur
Jenis Kelamin Total
15 - 19 Tahun 20 - 24 Tahun
Laki-laki 922.183 1.432.324 2.354.507
Perempuan 697.717 924.486 1.622.203

ER
Total 1.619.900 2.356.810 3.976.710
Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2019 (diolah Pusdatinaker)

Penganggur Muda (15 - 24 Tahun) Berdasarkan Daerah Tempat Tinggal dan


Kelompok Umur Tahun 2019

AK
Kelompok Umur
Daerah Tempat Tinggal Total
15 - 19 Tahun 20 - 24 Tahun
Perkotaan 998.004 1.470.043 2.468.047
Perdesaan 621.896 886.767 1.508.663
Total
IN 1.619.900 2.356.810 3.976.710
Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2019 (diolah Pusdatinaker)

Penganggur Muda (15 - 24 Tahun) Berdasarkan Daerah Tempat Tinggal dan


AT

Kelompok Umur Tahun 2019


Pendidikan tertinggi Kelompok Umur
Total
yang ditamatkan 15 - 19 Tahun 20 - 24 Tahun
Dasar 462.117 540.662 1.002.779
SD

Menengah 1.154.506 1.407.059 2.561.565


Tinggi 3.277 409.089 412.366
Total 1.619.900 2.356.810 3.976.710
Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2019 (diolah Pusdatinaker)
PU

Tingkat Pengangguran Terbuka Muda (15 - 24 Tahun) Berdasarkan Jenis


Kelamin dan Kelompok Umur Tahun 2019
Kelompok Umur
Jenis Kelamin
15 - 19 Tahun 20 - 24 Tahun Total
Laki-laki 25,28% 15,63% 18,38%
Perempuan 26,69% 15,59% 18,99%
Total 25,87% 15,62% 18,62%
Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2019 (diolah Pusdatinaker)

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA 95
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Tingkat Pengangguran Terbuka Muda (15 - 24 Tahun) Berdasarkan Daerah


Tempat Tinggal dan Kelompok Umur Tahun 2019

Kelompok Umur
Daerah Tempat Tinggal
15 - 19 Tahun 20 - 24 Tahun Total
Perkotaan 29,94% 16,60% 20,25%
Perdesaan 21,23% 14,22% 16,46%

ER
Total 25,87% 15,62% 18,62%
Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2019 (diolah Pusdatinaker)

Tingkat Pengangguran Terbuka Muda (15 - 24 Tahun) Berdasarkan Pendidikan


Tertinggi yang Ditamatkan dan Kelompok Umur Tahun 2019

AK
Pendidikan tertinggi Kelompok Umur
yang ditamatkan
15 - 19 Tahun 20 - 24 Tahun Total
Dasar 15,34% 11,65% 13,10%
Menengah
IN35,62% 16,43% 21,70%
Tinggi 35,47% 21,68% 21,75%
Total 25,87% 15,62% 18,62%
AT

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2019 (diolah Pusdatinaker)


SD
PU

96 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
Anak Muda (15 -24 Tahun) yang Kegiatan Utamanya Sekolah
Tahun 2017 - 2019

Bukan Angkatan Kerja


PU
Sekolah
2017 2018 2019
  15-19 tahun 20-24 tahun Total 15-19 tahun 20-24 tahun Total 15-19 tahun 20-24 tahun Total
Klasifikasi Perkotaan 8.481.342 1.740.878 10.222.220 7.757.581 2.195.773 9.953.354 7.772.981 1.962.421 9.735.402
Perdesaan 5.638.605 443.236 6.081.841 5.332.366 646.317 5.978.683 5.532.766 554.554 6.087.320
SD
Total 14.119.947 2.184.114 16.304.061 13.089.947 2.842.090 15.932.037 13.305.747 2.516.975 15.822.722
Jenis Kelamin Laki-laki 7.333.651 1.104.435 8.438.086 6.486.400 1.380.038 7.866.438 6.670.047 1.219.547 7.889.594
Perempuan 6.786.296 1.079.679 7.865.975 6.603.547 1.462.052 8.065.599 6.635.700 1.297.428 7.933.128
Total 14.119.947 2.184.114 16.304.061 13.089.947 2.842.090 15.932.037 13.305.747 2.516.975 15.822.722
Pendidikan <=SD 2.025.432 12.124 2.037.556 1.916.634 22.494 1.939.128 1.796.969 16.426 1.813.395
AT
tertinggi yang SMP 10.343.957 88.038 10.431.995 9.622.294 107.374 9.729.668 9.974.393 101.642 10.076.035
ditamatkan
SMU 1.357.664 1.555.718 2.913.382 1.117.547 1.845.384 2.962.931 1.214.010 1.833.190 3.047.200
SMK 381.460 404.160 785.620 427.095 636.420 1.063.515 316.480 451.515 767.995
Diploma I/II/III/ 11.434 44.366 55.800 6.377 62.661 69.038 3.895 35.208 39.103
IN
Akademi
Universitas (S1/ - 79.708 79.708 - 167.757 167.757 - 78.994 78.994
S2/S3)
Total 14.119.947 2.184.114 16.304.061 13.089.947 2.842.090 15.932.037 13.305.747 2.516.975 15.822.722
AK
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
ER

97
98
Bukan Angkatan Kerja
Sekolah
2017 2018 2019
  15-19 tahun 20-24 tahun Total 15-19 tahun 20-24 tahun Total 15-19 tahun 20-24 tahun Total
PU
Kode Provinsi Aceh 323.567 69.192 392.759 277.595 83.595 361.190 286.927 74.666 361.593
Sumatera Utara 807.793 104.110 911.903 711.530 131.519 843.049 752.275 136.341 888.616
Sumatera Barat 349.610 63.823 413.433 314.111 72.866 386.977 325.022 65.222 390.244

Riau 415.418 53.345 468.763 359.709 57.635 417.344 377.710 52.664 430.374
SD
Jambi 189.839 31.247 221.086 176.703 24.384 201.087 193.187 35.798 228.985
Sumatera 440.105 57.272 497.377 404.039 74.149 478.188 440.871 69.519 510.390
Selatan
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Bengkulu 115.322 20.941 136.263 101.288 24.766 126.054 103.401 25.195 128.596
Lampung 400.301 37.046 437.347 368.054 53.057 421.111 399.141 44.962 444.103
Bangka- 76.405 3.765 80.170 68.800 9.042 77.842 74.519 7.389 81.908
AT
Belitung
Kepulauan Riau 123.161 14.859 138.020 107.810 25.120 132.930 125.382 18.669 144.051
DKI Jakarta 660.723 202.311 863.034 487.258 155.517 642.775 503.601 145.415 649.016
Jawa Barat 2.628.024 376.670 3.004.694 2.392.453 479.611 2.872.064 2.353.740 420.713 2.774.453
IN
Jawa Tengah 1.665.318 178.510 1.843.828 1.750.013 381.674 2.131.687 1.630.042 268.510 1.898.552

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
D I Yogyakarta 194.036 64.040 258.076 173.580 66.424 240.004 182.067 71.740 253.807
Jawa Timur 1.863.330 280.553 2.143.883 1.861.341 424.983 2.286.324 1.874.574 340.125 2.214.699
Banten 727.797 112.622 840.419 665.208 192.988 858.196 656.441 134.863 791.304
Bali 224.799 44.560 269.359 210.320 43.745 254.065 226.783 46.644 273.427
AK
Nusa Tenggara 232.779 38.806 271.585 201.312 30.865 232.177 251.098 37.139 288.237
Barat
Nusa Tenggara 314.438 52.524 366.962 317.653 64.788 382.441 359.498 62.599 422.097
Timur
ER
Bukan Angkatan Kerja
Sekolah
2017 2018 2019
  15-19 tahun 20-24 tahun Total 15-19 tahun 20-24 tahun Total 15-19 tahun 20-24 tahun Total
PU
Kalimantan 275.433 23.293 298.726 250.463 32.440 282.903 258.803 36.368 295.171
Barat
Kalimantan 152.098 13.806 165.904 129.712 11.430 141.142 143.014 19.131 162.145
Tengah
Kalimantan 203.865 30.139 234.004 198.365 25.653 224.018 203.971 39.494 243.465
Selatan
SD
Kalimantan 215.356 29.638 244.994 201.044 33.597 234.641 202.650 39.391 242.041
Timur
Kalimantan 36.209 8.340 44.549 35.826 8.393 44.219 41.506 4.823 46.329
Utara
Sulawesi Utara 137.715 19.829 157.544 116.012 25.489 141.501 121.419 27.033 148.452
Sulawesi 168.146 26.383 194.529 141.670 36.439 178.109 145.673 34.776 180.449
AT
Tengah
Sulawesi 483.241 99.109 582.350 438.130 121.513 559.643 432.551 118.550 551.101
Selatan
Sulawesi 136.395 23.310 159.705 134.024 29.103 163.127 130.727 26.141 156.868
Tenggara
IN
Gorontalo 63.697 12.020 75.717 56.768 10.723 67.491 58.036 14.795 72.831
Sulawesi Barat 71.420 9.532 80.952 63.815 13.865 77.680 64.479 6.501 70.980
Maluku 135.157 29.259 164.416 109.252 30.577 139.829 109.779 30.782 140.561
Maluku Utara 74.727 11.365 86.092 71.793 13.756 85.549 71.138 13.561 84.699
Papua Barat 63.551 14.359 77.910 56.682 18.214 74.896 56.436 12.636 69.072
AK
Papua 150.172 27.536 177.708 137.614 34.170 171.784 149.286 34.820 184.106
Total 14.119.947 2.184.114 16.304.061 13.089.947 2.842.090 15.932.037 13.305.747 2.516.975 15.822.722
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Sumber : BPS, Sakernas Agustus 2017 (diolah Pusdatinaker)

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
ER

99
100
Anak Muda (15 -24 Tahun) yang Kegiatan Utamanya Mengurus Rumah Tangga Tahun 2017 – 2019

  Bukan Angkatan Kerja


Mengurus Rumah Tangga
PU
2017 2018 2019
20-24 15-19 20-24 15-19 20-24
15-19 tahun tahun Total tahun tahun Total tahun tahun Total
Klasifikasi Perkotaan 962.761 1.614.932 2.577.693 994.913 1.683.170 2.678.083 897.624 1.672.161 2.569.785
Perdesaan 1.136.494 1.830.276 2.966.770 1.097.345 2.020.804 3.118.149 942.677 1.954.677 2.897.354
SD
Total 2.099.255 3.445.208 5.544.463 2.092.258 3.703.974 5.796.232 1.840.301 3.626.838 5.467.139
Jenis Kelamin Laki-laki 521.951 305.473 827.424 517.407 310.902 828.309 453.203 300.047 753.250
Perempuan 1.577.304 3.139.735 4.717.039 1.574.851 3.393.072 4.967.923 1.387.098 3.326.791 4.713.889
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Total 2.099.255 3.445.208 5.544.463 2.092.258 3.703.974 5.796.232 1.840.301 3.626.838 5.467.139
Pendidikan <=SD 513.174 785.164 1.298.338 454.807 735.552 1.190.359 412.242 731.566 1.143.808
AT
tertinggi yang SMP 910.803 1.074.261 1.985.064 920.538 1.156.206 2.076.744 731.140 1.048.501 1.779.641
ditamatkan
SMU 476.407 1.002.870 1.479.277 499.713 1.140.431 1.640.144 487.347 1.157.954 1.645.301
SMK 198.312 445.919 644.231 215.439 508.834 724.273 207.687 512.615 720.302
Diploma I/II/III/ 559 47.751 48.310 1.761 56.346 58.107 1.885 56.345 58.230
IN
Akademi
Universitas (S1/ - 89.243 89.243 - 106.605 106.605 - 119.857 119.857

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
S2/S3)
Total 2.099.255 3.445.208 5.544.463 2.092.258 3.703.974 5.796.232 1.840.301 3.626.838 5.467.139
AK
ER
  Bukan Angkatan Kerja
Mengurus Rumah Tangga
2017 2018 2019
PU
Kode Provinsi Aceh 47.401 75.987 123.388 45.745 88.644 134.389 48.847 90.984 139.831
Sumatera Utara 121.955 175.783 297.738 105.382 155.007 260.389 84.160 173.038 257.198
Sumatera Barat 39.931 51.267 91.198 36.807 62.093 98.900 32.542 67.104 99.646
Riau 52.503 103.604 156.107 56.740 120.834 177.574 53.416 109.702 163.118
Jambi 33.857 55.583 89.440 34.922 52.959 87.881 28.939 61.305 90.244
SD
Sumatera Selatan 60.106 118.832 178.938 87.264 134.537 221.801 69.392 113.953 183.345
Bengkulu 20.604 29.312 49.916 16.597 36.176 52.773 16.393 29.582 45.975
Lampung 84.031 130.850 214.881 79.442 144.914 224.356 67.173 142.766 209.939
Bangka-Belitung 14.256 17.913 32.169 14.601 19.963 34.564 8.251 24.108 32.359
Kepulauan Riau 10.425 12.341 22.766 12.714 17.382 30.096 12.860 18.847 31.707
DKI Jakarta 46.295 78.036 124.331 33.042 57.469 90.511 28.179 67.945 96.124
AT
Jawa Barat 321.689 666.983 988.672 387.132 647.234 1.034.366 355.159 670.185 1.025.344
Jawa Tengah 239.166 386.402 625.568 240.708 451.881 692.589 234.932 445.956 680.888
D I Yogyakarta 18.897 44.847 63.744 19.089 31.904 50.993 13.947 30.822 44.769
IN
Jawa Timur 320.628 506.587 827.215 302.522 559.018 861.540 204.979 512.633 717.612
Banten 92.483 182.198 274.681 84.354 171.533 255.887 69.169 145.145 214.314
Bali 16.490 30.902 47.392 19.618 23.622 43.240 20.131 26.482 46.613
Nusa Tenggara 54.618 73.378 127.996 71.736 96.491 168.227 45.528 87.658 133.186
Barat
AK
Nusa Tenggara 57.304 63.427 120.731 56.336 91.939 148.275 53.654 96.247 149.901
Timur
Kalimantan Barat 47.565 72.096 119.661 44.490 96.690 141.180 42.206 82.716 124.922
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Kalimantan Tengah 32.477 41.158 73.635 28.096 49.302 77.398 20.744 48.036 68.780

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
ER

101
102
  Bukan Angkatan Kerja
Mengurus Rumah Tangga
2017 2018 2019
PU
Kalimantan Selatan 34.107 67.153 101.260 31.084 74.553 105.637 32.396 63.226 95.622
Kalimantan Timur 26.512 46.833 73.345 16.854 58.483 75.337 23.585 49.327 72.912
Kalimantan Utara 5.060 7.210 12.270 4.540 8.972 13.512 4.919 11.711 16.630
Sulawesi Utara 29.473 38.662 68.135 22.701 43.791 66.492 22.120 35.529 57.649
Sulawesi Tengah 39.445 48.671 88.116 31.855 52.716 84.571 29.913 59.935 89.848
SD
Sulawesi Selatan 91.923 130.211 222.134 86.502 145.625 232.127 90.804 149.088 239.892
Sulawesi Tenggara 37.225 46.943 84.168 28.689 52.314 81.003 34.714 52.946 87.660
Gorontalo 18.223 24.361 42.584 16.308 25.196 41.504 14.606 25.311 39.917
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Sulawesi Barat 18.012 26.105 44.117 16.917 30.052 46.969 17.111 29.508 46.619
Maluku 20.899 28.108 49.007 19.987 31.210 51.197 16.578 29.991 46.569
Maluku Utara 15.266 21.478 36.744 10.407 21.668 32.075 15.476 25.740 41.216
AT
Papua Barat 11.351 12.601 23.952 6.738 15.629 22.367 7.494 14.482 21.976
Papua 19.078 29.386 48.464 22.339 34.173 56.512 19.984 34.830 54.814
Total 2.099.255 3.445.208 5.544.463 2.092.258 3.703.974 5.796.232 1.840.301 3.626.838 5.467.139
IN
Sumber : BPS, Sakernas Agustus 2017 (diolah Pusdatinaker)

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
AK
ER
Anak Muda (15 -24 Tahun) yang Bukan Angkatan Kerja dan Kegiatan Utamanya Selain Sekolah
dan Mengurus Rumah Tangga Tahun 2017 – 2019

  Bukan Angkatan Kerja


PU
Lainnya
2017 2018 2019
15-19 tahun 20-24 tahun Total 15-19 tahun 20-24 tahun Total 15-19 tahun 20-24 tahun Total
Klasifikasi Perkotaan 410.440 287.223 697.663 422.693 353.560 776.253 467.613 345.950 813.563
Perdesaan 348.889 212.722 561.611 362.956 273.353 636.309 417.829 317.166 734.995
SD
Total 759.329 499.945 1.259.274 785.649 626.913 1.412.562 885.442 663.116 1.548.558
Jenis Laki-laki 571.048 378.593 949.641 578.618 456.656 1.035.274 635.535 489.549 1.125.084
Kelamin Perempuan 188.281 121.352 309.633 207.031 170.257 377.288 249.907 173.567 423.474
Total 759.329 499.945 1.259.274 785.649 626.913 1.412.562 885.442 663.116 1.548.558
Pendidikan <=SD 262.450 152.128 414.578 253.067 183.792 436.859 280.058 195.101 475.159
AT
tertinggi SMP 228.701 103.488 332.189 221.414 123.610 345.024 215.624 94.965 310.589
yang
ditamatkan SMU 158.460 155.878 314.338 198.893 169.208 368.101 246.787 215.282 462.069
SMK 109.718 56.906 166.624 112.275 100.789 213.064 142.650 108.503 251.153
Diploma I/II/ - 10.665 10.665
IN - 18.086 18.086 323 13.146 13.469
III/ Akademi
Universitas - 20.880 20.880 - 31.428 31.428 - 36.119 36.119
(S1/S2/S3)
Total 759.329 499.945 1.259.274 785.649 626.913 1.412.562 885.442 663.116 1.548.558
AK
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
ER

103
104
  Bukan Angkatan Kerja
Lainnya
2017 2018 2019
PU
15-19 tahun 20-24 tahun Total 15-19 tahun 20-24 tahun Total 15-19 tahun 20-24 tahun Total
Kode Aceh 23.430 15.985 39.415 26.430 20.199 46.629 30.472 23.614 54.086
Provinsi Sumatera 28.179 19.750 47.929 32.625 22.195 54.820 32.777 32.697 65.474
Utara
Sumatera 13.127 12.847 25.974 17.524 20.981 38.505 21.081 18.591 39.672
Barat
SD
Riau 11.125 8.408 19.533 13.966 8.052 22.018 22.233 19.424 41.657
Jambi 12.030 5.752 17.782 11.488 9.137 20.625 13.339 10.938 24.277
Sumatera 22.275 14.658 36.933 27.059 21.220 48.279 23.402 20.229 43.631
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Selatan
Bengkulu 5.380 2.930 8.310 5.175 4.966 10.141 8.617 6.909 15.526
Lampung 17.913 8.008 25.921 19.419 13.191 32.610 16.181 19.073 35.254
AT
Bangka- 2.287 2.404 4.691 4.727 4.359 9.086 5.371 2.387 7.758
Belitung
Kepulauan 6.381 2.159 8.540 4.073 5.382 9.455 4.141 1.383 5.524
Riau
IN
DKI Jakarta 32.715 15.751 48.466 27.949 32.299 60.248 29.365 16.865 46.230

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
Jawa Barat 170.831 98.261 269.092 144.866 106.264 251.130 192.228 115.323 307.551
Jawa Tengah 90.823 57.718 148.541 112.628 89.043 201.671 114.108 84.591 198.699
DI 9.801 7.591 17.392 6.482 5.104 11.586 2.865 3.305 6.170
Yogyakarta
AK
Jawa Timur 91.908 65.939 157.847 100.660 74.314 174.974 125.811 78.942 204.753
Banten 63.513 38.027 101.540 52.982 34.368 87.350 41.852 31.655 73.507
Bali 4.635 5.775 10.410 6.653 4.387 11.040 7.015 8.406 15.421
ER
  Bukan Angkatan Kerja
Lainnya
2017 2018 2019
PU
15-19 tahun 20-24 tahun Total 15-19 tahun 20-24 tahun Total 15-19 tahun 20-24 tahun Total
Nusa 13.618 11.788 25.406 27.016 21.834 48.850 16.554 16.730 33.284
Tenggara
Barat
Nusa 9.208 8.766 17.974 11.257 15.554 26.811 15.118 16.965 32.083
Tenggara
Timur
SD
Kalimantan 12.030 10.249 22.279 14.089 11.516 25.605 14.954 16.286 31.240
Barat
Kalimantan 6.337 2.306 8.643 4.974 4.972 9.946 6.178 3.184 9.362
Tengah
Kalimantan 15.070 8.354 23.424 11.414 11.669 23.083 19.074 11.943 31.017
Selatan
AT
Kalimantan 7.998 7.189 15.187 9.240 11.321 20.561 8.999 5.929 14.928
Timur
Kalimantan 1.914 664 2.578 1.981 1.561 3.542 2.242 1.377 3.619
Utara
Sulawesi 13.853 10.846 24.699
IN
15.173 9.699 24.872 13.661 11.483 25.144
Utara
Sulawesi 5.777 3.386 9.163 8.850 4.770 13.620 8.961 6.878 15.839
Tengah
Sulawesi 27.616 26.128 53.744 27.553 25.030 52.583 37.439 33.085 70.524
Selatan
AK
Sulawesi 3.726 4.335 8.061 7.033 4.585 11.618 6.047 6.454 12.501
Tenggara
Gorontalo 3.723 2.733 6.456 2.593 2.891 5.484 3.980 3.699 7.679
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Sulawesi 2.987 3.806 6.793 3.433 4.990 8.423 4.286 4.442 8.728

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
Barat
ER

105
106
  Bukan Angkatan Kerja
Lainnya
2017 2018 2019
PU
15-19 tahun 20-24 tahun Total 15-19 tahun 20-24 tahun Total 15-19 tahun 20-24 tahun Total
Maluku 7.542 5.413 12.955 8.737 7.423 16.160 12.071 11.479 23.550
Maluku 4.323 2.221 6.544 4.928 5.190 10.118 5.364 4.457 9.821
Utara
Papua Barat 3.327 2.898 6.225 1.371 2.535 3.906 3.575 3.958 7.533
Papua 13.927 6.900 20.827 11.301 5.912 17.213 16.081 10.435 26.516
SD
Total 759.329 499.945 1.259.274 785.649 626.913 1.412.562 885.442 663.116 1.548.558
Sumber : BPS, Sakernas Agustus 2017 (diolah Pusdatinaker)
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

AT
IN

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
AK
ER
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Persentase NEET Muda (15 – 24 Tahun) di Kawasan ASEAN


Menurut Jenis Kelamin

Tahun
Negara Jenis Kelamin
2016 2017 2018
Laki-Laki 19.08* 19.99 20.07*
Brunei Darussalam Perempuan 20.37* 19.95 20.23*

ER
Total 19.7* 19.97 20.14*
Laki-Laki 16.11 15.24 15.8
Indonesia Perempuan 29.15 27.98 27.94
Total 22.48 21.45 21.71

AK
Laki-Laki 13.78* 12.38* 12.88*
Cambodia Perempuan 21.45* 21.76* 22.32*
Total 17.53* 16.99* 17.53*
Laki-Laki 5.55* 5.67* 5.79*
Lao PDR Perempuan 6.97* 7.21* 7.45*
Total
IN 6.26* 6.43* 6.61*
Laki-Laki 10.79* 10.71 12.47*
Myanmar Perempuan 24.3* 24 26*
AT
Total 17.58* 17.38 19.26*
Laki-Laki 8.38* 8.62* 8.82*
Malaysia Perempuan 15.19* 15.04* 15.37*
Total 11.69* 11.74* 12*
Laki-Laki 15.48 15.27 14.37
SD

Philippines Perempuan 29.25 28.47 25.73


Total 22.2 21.7 19.89
Laki-Laki 2.9* 3.5* 3.61*
Singapore Perempuan 5.22* 5.25* 5.29*
PU

Total 3.95* 4.29* 4.38*


Laki-Laki 10.64 11.6 10.77
Thailand Perempuan 19.44 19.73 18.96
Total 14.97 15.59 14.78
Laki-Laki 6.97 7.51 7.15*
Vietnam Perempuan 11.82 12.01 12.09*
Total 9.33 9.7 9.55*
Sumber: ILOSTAT – ILO
Ket: *)Data Hasil Pemodelan ILO

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA 107
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Persentase NEET Muda (15 – 24 Tahun) di Kawasan ASEAN


Tahun
Negara
2016 2017 2018
Brunei Darussalam - 19.97 -
Indonesia 22.48 21.45 21.71
Cambodia - - -

ER
Lao PDR - 42.08 -
Myanmar - 17.38 13.60
Malaysia 11.69 11.80 12.47
Philippines 22.20 21.70 19.89
Singapore 3.95 4.29 4.14

AK
Thailand 14.97 15.59 14.78
Vietnam 9.47 9.70 8.31
Sumber: The World Bank (Update 18/03/2020), diolah oleh Pusdatinaker

Persentase Usia Muda (15 - 24 Tahun) yang sedang Tidak Sekolah,


IN
Bekerja atau Mengikuti Pelatihan menurut Daerah Tempat Tinggal
dan Jenis Kelamin Agustus 2017
Jenis Kelamin
Daerah Tempat Tinggal Jumlah
AT
Laki-laki Perempuan
Perkotaan 15.86% 22.63% 19.12%
Perdesaan 15.22% 34.97% 24.56%
Jumlah 15.59% 27.79% 21.41%

Sumber : BPS, Sakernas Agustus 2017 (diolah Pusdatinaker)


SD

Persentase Usia Muda (15 - 24 Tahun) yang sedang Tidak Sekolah,


Bekerja atau Mengikuti Pelatihan menurut Pendidikan Tertinggi
yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin Agustus 2017

Pendidikan tertinggi yang Jenis Kelamin


PU

Jumlah
ditamatkan Laki-laki Perempuan
<=SD 17.36% 42.20% 27.31%
SMP 8.43% 20.65% 14.37%
SMU 19.21% 29.35% 24.57%
SMK 24.75% 32.62% 28.05%
Diploma I/II/III/ Akademi 20.98% 24.36% 23.15%
Universitas (S1/S2/S3) 22.95% 25.09% 24.28%
Jumlah 15.59% 27.79% 21.41%

Sumber : BPS, Sakernas Agustus 2017 (diolah Pusdatinaker)

108 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Persentase Usia Muda (15 - 24 Tahun) yang sedang Tidak Sekolah, Bekerja
atau Mengikuti Pelatihan menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Agustus 2017

Jenis Kelamin
Provinsi Jumlah
Laki-laki Perempuan
Aceh 14.91% 30.30% 22.41%
Sumatera Utara 13.37% 24.60% 18.88%

ER
Sumatera Barat 14.42% 22.62% 18.27%
Riau 11.93% 32.28% 21.41%
Jambi 11.88% 31.01% 20.95%
Sumatera Selatan 15.72% 29.69% 22.35%
Bengkulu 11.30% 29.07% 19.85%
Lampung 14.51% 34.68% 23.91%

AK
Bangka-Belitung 13.72% 29.63% 21.15%
Kepulauan Riau 10.20% 17.41% 13.55%
DKI Jakarta 11.66% 15.39% 13.49%
Jawa Barat 20.29% 31.05% 25.33%
Jawa Tengah 16.03% 26.32% 21.00%
D I Yogyakarta 8.25% 14.13% 11.13%
Jawa Timur
IN 14.60% 28.15% 21.09%
Banten 23.39% 28.51% 25.84%
Bali 6.73% 11.96% 9.31%
Nusa Tenggara Barat 14.15% 29.41% 21.60%
AT
Nusa Tenggara Timur 10.88% 22.06% 16.24%
Kalimantan Barat 12.06% 30.33% 20.98%
Kalimantan Tengah 10.59% 33.34% 21.10%
Kalimantan Selatan 14.49% 29.36% 21.51%
Kalimantan Timur 13.59% 28.38% 20.47%
SD

Kalimantan Utara 8.36% 25.43% 16.35%


Sulawesi Utara 23.23% 37.36% 29.78%
Sulawesi Tengah 11.14% 31.34% 21.04%
Sulawesi Selatan 13.67% 30.98% 21.83%
Sulawesi Tenggara 10.47% 29.93% 20.00%
Gorontalo 15.54% 35.86% 25.76%
PU

Sulawesi Barat 10.91% 34.85% 22.71%


Maluku 20.29% 28.74% 24.44%
Maluku Utara 15.51% 34.01% 24.44%
Papua Barat 13.40% 24.21% 18.30%
Papua 13.42% 19.80% 16.35%
Jumlah 15.59% 27.79% 21.41%
Sumber : BPS, Sakernas Agustus 2017 (diolah Pusdatinaker)

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA 109
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Persentase Usia Muda (15 - 24 Tahun) yang sedang Tidak Sekolah,


Bekerja atau Mengikuti Pelatihan menurut Daerah Tempat Tinggal
dan Jenis Kelamin Agustus 2018

Jenis Kelamin
Daerah Tempat Tinggal Jumlah
Laki-laki Perempuan

ER
Perkotaan 17.05% 23.28% 20.12%
Perdesaan 15.23% 34.72% 24.67%
Jumlah 16.25% 28.19% 22.09%

Sumber : BPS, Sakernas Agustus 2018 (diolah Pusdatinaker)

AK
Persentase Usia Muda (15 - 24 Tahun) yang sedang Tidak Sekolah, Bekerja
atau Mengikuti Pelatihan menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
dan Jenis Kelamin Agustus 2018

Pendidikan tertinggi yang Jenis Kelamin


Jumlah
ditamatkan
IN Laki-laki Perempuan
<=SD 17.75% 41.73% 27.48%
SMP 8.20% 21.07% 14.64%
SMU 20.04% 30.81% 25.82%
AT

SMK 25.21% 31.03% 27.71%


Diploma I/II/III/ Akademi 20.43% 23.27% 22.32%
Universitas (S1/S2/S3) 25.26% 28.16% 27.15%
Jumlah 16.25% 28.19% 22.09%
SD

Sumber : BPS, Sakernas Agustus 2018 (diolah Pusdatinaker)


PU

110 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Persentase Usia Muda (15 - 24 Tahun) yang sedang Tidak Sekolah, Bekerja
atau Mengikuti Pelatihan menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Agustus 2018

Jenis Kelamin
Provinsi Jumlah
Laki-laki Perempuan
Aceh 15.22% 30.50% 22.77%
Sumatera Utara 13.46% 23.40% 18.35%

ER
Sumatera Barat 16.73% 23.92% 20.28%
Riau 14.31% 34.46% 24.19%
Jambi 11.96% 29.61% 20.63%
Sumatera Selatan 15.67% 31.10% 23.19%
Bengkulu 13.29% 28.24% 20.60%
Lampung 14.06% 32.95% 23.16%

AK
Bangka-Belitung 14.60% 28.79% 21.41%
Kepulauan Riau 17.28% 19.36% 18.25%
DKI Jakarta 17.49% 16.61% 17.04%
Jawa Barat 20.95% 31.76% 26.25%
Jawa Tengah 17.28% 25.38% 21.22%
D I Yogyakarta 10.01% 14.99% 12.46%
Jawa Timur
IN 13.99% 28.11% 20.93%
Banten 20.21% 29.24% 24.61%
Bali 6.76% 10.39% 8.53%
Nusa Tenggara Barat 18.45% 31.07% 24.68%
AT
Nusa Tenggara Timur 12.21% 23.90% 17.92%
Kalimantan Barat 13.16% 35.85% 24.27%
Kalimantan Tengah 11.79% 33.50% 22.38%
Kalimantan Selatan 14.84% 31.42% 22.87%
Kalimantan Timur 16.81% 29.78% 23.06%
SD

Kalimantan Utara 9.37% 26.34% 17.33%


Sulawesi Utara 22.69% 36.85% 29.56%
Sulawesi Tengah 10.77% 31.77% 20.99%
Sulawesi Selatan 15.71% 30.37% 22.93%
Sulawesi Tenggara 11.44% 29.52% 20.24%
Gorontalo 17.48% 35.62% 26.38%
PU

Sulawesi Barat 13.66% 34.46% 23.82%


Maluku 18.49% 31.14% 24.60%
Maluku Utara 15.64% 29.69% 22.42%
Papua Barat 13.54% 23.79% 18.46%
Papua 13.50% 20.53% 16.72%
Jumlah 16.25% 28.19% 22.09%
Sumber : BPS, Sakernas Agustus 2018 (diolah Pusdatinaker)

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA 111
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Persentase Usia Muda (15-24 Tahun) yang sedang Tidak Sekolah, Bekerja
atau Mengikuti Pelatihan menurut Daerah Tempat Tinggal
dan Jenis Kelamin Agustus 2019

Jenis Kelamin
Daerah Tempat Tinggal Jumlah
Laki-laki Perempuan
Perkotaan 16,18% 22,85% 19,47%

ER
Perdesaan 15,98% 34,05% 24,73%
Jumlah 16,09% 27,59% 21,72%

Sumber : BPS, Sakernas Agustus 2019 (diolah Pusdatinaker)

Persentase Usia Muda (15 - 24 Tahun) yang sedang Tidak Sekolah, Bekerja

AK
atau Mengikuti Pelatihan menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
dan Jenis Kelamin Agustus 2019

Pendidikan tertinggi yang Jenis Kelamin


Jumlah
ditamatkan

<=SD
IN
Laki-laki
18.54%
Perempuan
42.84% 28.48%
SMP 8.03% 19.31% 13.60%
SMU 20.18% 29.86% 25.37%
AT
SMK 23.44% 31.52% 26.88%
Diploma I/II/III/ Akademi 22.62% 25.38% 24.58%
Universitas (S1/S2/S3) 22.48% 28.31% 26.33%
Jumlah 16.09% 27.59% 21.72%
SD

Sumber : BPS, Sakernas Agustus 2019 (diolah Pusdatinaker)


PU

112 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

Persentase Usia Muda (15 - 24 Tahun) yang sedang Tidak Sekolah, Bekerja
atau Mengikuti Pelatihan menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Agustus 2019

Jenis Kelamin
Provinsi Jumlah
Laki-laki Perempuan
Aceh 16.29% 30.97% 23.53%
Sumatera Utara 13.56% 23.75% 18.56%

ER
Sumatera Barat 15.68% 23.91% 19.74%
Riau 15.57% 30.96% 23.09%
Jambi 12.71% 32.79% 22.61%
Sumatera Selatan 15.88% 29.67% 22.59%
Bengkulu 14.25% 26.72% 20.35%

AK
Lampung 12.92% 32.87% 22.51%
Bangka-Belitung 13.50% 31.90% 22.36%
Kepulauan Riau 11.56% 19.40% 15.46%
DKI Jakarta 14.11% 16.67% 15.41%
Jawa Barat 20.95% 30.30% 25.53%
Jawa Tengah 17.19% 26.70% 21.82%
D I Yogyakarta
IN 5.79% 13.57% 9.61%
Jawa Timur 14.39% 27.82% 20.98%
Banten 19.74% 26.53% 23.04%
AT
Bali 8.19% 10.31% 9.22%
Nusa Tenggara Barat 12.81% 30.80% 21.65%
Nusa Tenggara Timur 13.13% 24.80% 18.81%
Kalimantan Barat 15.79% 30.63% 23.00%
Kalimantan Tengah 12.94% 31.50% 21.91%
SD

Kalimantan Selatan 15.37% 29.06% 21.99%


Kalimantan Timur 14.00% 25.28% 19.44%
Kalimantan Utara 12.71% 30.10% 21.04%
Sulawesi Utara 20.32% 36.06% 27.91%
Sulawesi Tengah 11.34% 32.56% 21.70%
Sulawesi Selatan 15.17% 28.75% 21.83%
PU

Sulawesi Tenggara 13.70% 28.79% 21.03%


Gorontalo 16.59% 36.50% 26.40%
Sulawesi Barat 13.09% 33.15% 22.89%
Maluku 22.69% 29.90% 26.18%
Maluku Utara 16.42% 32.76% 24.35%
Papua Barat 14.94% 26.49% 20.52%
Papua 14.00% 21.63% 17.56%
Jumlah 16.09% 27.59% 21.72%

Sumber : BPS, Sakernas Agustus 2019 (diolah Pusdatinaker)

MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA 113
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

ER
AK
IN
AT
SD
PU

114 MENGHADAPI FENOMENA NEET MEMUTUS MATA RANTAI HOPELESS KAUM MUDA DI INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai