Untuk menegaskan Dasar Pemikiran sebagai pedoman Karya dan
Kekaryaan yang berdasarkan atas jenis kerja dan/atau lingkungan kerja tersebut disusunlah Doktrin Golongan Karya dengan sebutan KARYA SIAGA GATRA PRAJA, sebagai berikut: 1.
2.
3.
4.
Doktrin Golongan Karya adalah kesatuan pemikiran Golongan Karya
yang meliputi dasar-dasar pemikiran tentang Karya dan Kekaryaan serta paham- paham pokok yang menyangkut pengembangan serta pelaksanaan Karya dan Kekaryaan tersebut secara nyata dalam perjuangan Golongan Karya. Doktrin Golongan Karya merupakan pedoman, pegangan dan bimbingan dalam melaksanakan segala kegiatan dan usaha dalam bidang-bidang sosial ekonomi, sosial budaya, sosial politik, pertahanan keamanan dan kemasyarakatan lainnya dalam Negara Republik Indonesia. Doktrin Golongan Karya memuat kesadaran akan nilai-nilai luhur serta cita- cita dan gagasan yang didukung, dihayati dan diamalkan oleh seluruh warga Golongan Karya dalam mewujudkan Masyarakat Indonesia yang Adil dan Makmur rohaniah dan jasmaniah berdasarkan Pancasila. Sebutan Doktrin Golongan Karya ialah 'KARYA SIAGA GATRA PRAJA' yang menunjukkan surya-sengkala di mana Organisasi Golongan Karya lahir, yaitu tahun 1964: KARYA = 4 SIAGA
=6
GATRA = 9 PRAJA
=1
Sekaligus sebutan ini menyatakan derap langkah serta tekad
Golongan Karya untuk senantiasa siap sedia membangun Negara. Doktrin Golongan Karya berlandaskan PANCASILA dan UNDANG UNDANG DASAR 1945. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Asas Kepemimpinan Pancasila
Asas Demokrasi Pancasila Asas Keseimbangan antara Kepentingan Umum dengan Kepentingan Pribadi dan/atau Kepentingan Golongan. Asas Kekeluargaan dan Gotong Royong. Asas Tidak Kenal Menyerah dalam Perjuangan.a Dalam rangka Sila KETUHANAN YANG MAHA ESA Karya adalah tanggung jawab yang dilimpahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada UmatNya untuk dilaksanakan sebaik-baiknya. Sehingga di samping tujuan duniawi, Karya mempunyai tujuan akhirat. Dengan demikian Karya baik rokhaniah maupun jasmaniah adalah
11.
12.
13.
14.
pelaksanaan pengabdian manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam rangka Sila KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB Karya harus dinilai menurut norma-norma kemanusiaan. Karena manusia diciptakan sebagai satu Umat, maka Karya yang bersifat perorangan harus juga berguna untuk sesama, dan melalui sesama berguna bagi Bangsa dan Negara serta akhirnya berguna bagi seluruh Umat Manusia. Setiap Karya yang melayani sesama manusia harus pula sesuai dengan martabat manusia. Tidak ada Karya yang hina atau rendah selama berguna bagi sesama manusia. Syarat- syarat Karya dengan sendirinya juga harus sesuai dengan martabat manusia dalam arti harus dapat meningkatkan kebahagiaan manusia. Dengan demikian Karya harus menjamin perkembangan pribadi, hasil Karya harus memuaskan manusia itu sendiri maupun sesamanya, sedangkan balas jasa harus memadai bagi pemeliharaan pribadi Karyawan, keluarga dan hari depannya. Dalam rangka Sila PERSATUAN INDONESIA Karya harus diatur sedemikian rupa sehingga semakin mempersatukan Bangsa dan memperkuat Negara, sebab pada dasarnya Karya itu idak mempertentangkan manusia satu dengan lainnya dengan menumbuhkan perbedaan perlakuan atas dasar jenis, kesukuan, kedaerahan, keagamaan serta kedudukan sosial. Karya dengan demikian tidak boleh menimbulkan jurang perbedaan antar golongan- golongan masyarakat, serta tidak mengenal perbedaan kelas dalam masyarakat. Oleh karena itu Karya harus dapat memupuk kerjasama yang erat diantara kelompok-kelompok jenis kerja dan/atau lingkungan kerja dalam satu kordinasi yang wajar. Dalam pengertian demikian maka Karya itu bermanfaat bagi Bangsa dan Negara. Dalam rangka Sila KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN/PERWAKILAN Karya selayaknya harus diatur melalui tata cara Musyawarah untuk Mufakat. Oleh karena itu setiap pertentangan yang mungkin timbul di antara kelompok- kelompok Karya tidak dapat diselesaikan secara paksaan sepihak, karena paksaan sepihak pada dasarnya merugikan tujuan akhir dari segala Karya, yaitu Kesejahteraan Umum. Sebaliknya, penyelesaian yang berat sebelah juga bertentangan dengan perwujudan Keadilan Sosial. Dalam rangka Sila KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA maka Kesejahteraan Umum yang dicapai melalui Karya bersama harus dapat dinikmati bersama secara seimbang dan merata. Seimbang berarti bahwa pembagian untuk masing-masing pihak sesuai dengan fungsi karya dan karyanya, sedang merata berarti tidak dibenarkan adanya jurang perbedaan yang sangat menyolok. Di sinilah dicita-citakan keseimbangan yang serasi dalam masyarakat, atau disebut cita-cita Masyarakat Adil dan Makmur rokhaniah dan jasmaniah berdasarkan Pancasila. Keadilan Sosial juga mengandung pengertian bahwa Karya harus diiaksanakan bersama dan untuk kepentingan bersama. Dalam hubungan ini maka khususnya yang lebih ahli dan lebih kuat justru memiliki
tanggung jawab moril untuk ikut serta meningkatkan yang kurang
ahli dan yang lemah. Namun demikian Keadilan Sosial hanya dapat dicapai melalui perjuangan yang dalam tahap pendahuluan menuntut pengorbanan yang berat dari setiap warga masyarakat.