Anda di halaman 1dari 6

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkjian Primer
a. Airway
Jalan nafas dan prenafasan tetap merupakan prioritas pertama, untuk
mendapatkan oksigenasi yang cukup.Tambahan oksigen diberikan bila perlu
untuk menjaga tekanan O2 antara 80 – 100 mmHg.
b. Breathing
frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu pernapasan, retraksi dinding
dada, adanya sesak napas. Palpasi pengembangan paru, auskultasi suara napas,
kaji adanya suara napas tambahan seperti ronchi, wheezing, dan kaji adanya
trauma pada dada.
c. Sirkulasi dan kontrol perdarahan
Prioritas adalah : kontrol perdarahan luar, dapatkan akses vena yang cukup besar
dan nilai perfusi jaringan. Perdarahan dan luka eksternal biasanya dapat
dikontrol dengan melakukan bebat tekan pada daerah luka, seperti di kepala,
leher dan ekstremitas.Perdarahan internal dalam rongga toraks dan abdomen
pada fase pra RS biasanya tidak banyak yang dapat dilakukan.PSAG (gurita)
dapat dipakai mengontrol perdaran pelvis dan ekstermitas inferior, tetapi alat ini
tidak boleh mengganggu pemasangan infus.Pembidaian dan spalk-traksi dapat
membantu mengurangi perdarahan pada tulang panjang.
d. Disability
berisi pengkajian kesadaran dengan GCS ukuran dan reaksi pupil
e. Exposure
Berisi pengajian terhadap suhu serta adanya injuri atau kelainan lain. Atau
kondisi lingkungan yang ada sekitar pasien.
2. Pengkajian Sekunder
a. Identitas pasien
Pada bronkitis, pasien mungkin tidak bisa diwawancara sehingga riwayat sakit
mungkin hanya didapatkan dari keluarga, atau orang yang mengetahui
kejadiannya.

1. Keluhan utama.
Keluhan utama yang biasa klien rasakan adalah batuk dan mengeluarkan
dahak.
2. Riwayat penyakit dahulu.
Infeksi saluran pernapasan sebelumnya/batuk, pilek, takipnea, demam.
3. Riwayat tumbuh kembang.
4. Orang tua menceritakan tentang bagaimana dia bersekolah, tentang
prestasinya.
5. Lingkungan, kopping stress.
Yang klien lakukan untuk mengatasi tuntutan – tuntutan yang penuh
tekanan atau yang membangkitkan emosi.
6. Orang tua menceritakan tentang bagaimana lingkungan sekitar anak
tersebut tinggal. Dan orang tua juga menjelaskan bagaimana anak tersebut
dapat mengatasi permasalahan.

Pemeriksaan fisik

(1)Paru-paru : adanya sesak, retraksi dada, auskultasi adanya bunyi


ronchi,ataubunyitambahanlain.tetapipada kasusberatbisa didapatkan
komplikasiyaitu adanyapneumonia.

(2)Kardiovaskuler : Tekanan darah menurun, diaforesis terjadi pada


minggu pertama, kulit pucat, akral dingin, penurunan curah jantung
dengan adanya bradikardi, kadang terjadi anemia, nyeri dada.
(3)Neuromuskular :perludiwaspadaikesadarandaricomposmentiske
apatis,somnolenhinggakoma pada pemeriksaanGCS,adanya
kelemahananggotabadan dan terganggunyaaktivitas.

(4)Perkemihan:padapasiendenganbronkhitiskajiadanyagangguaneliminasisep
erti retensiurineataupun inkontinensiaurine.

(5)Pencernaan
(a)Inspeksi: kaji adanya mual, muntah, kembung, adanya distensi
abdomen dan nyeri abdomen,diareatau konstipasi.
(b)Auskultasi: kaji adanyapeningkatan bunyi usus.
(c)Perkusi: kaji adanya bunyi tympani abdomen akibat adanya kembung.
(d)Palpasi: adanyahepatomegali,splenomegali,mengidentifikasiadanya
infeksipadaminggukedua,adanyanyeritekan padaabdomen.

(6)Bone: adanya respon sistemik yang menyebabkan malaise, adanya


sianosis. Integumen turgor kulit menurun, kulit kering.

Diagnosa keperawatan
1. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit ditandai
dengan suhu tubuh diatas nilai normal.
2. Keletihan berhubungan dengan stres berlebihan ditandai dengan
merasa kurang tenaga, mengeluh lelah, tidak mampu
mempertahankan aktivitas rutin dan tampak lesu.
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
hipersekresi jalan nafas ditandai dengan batuk tidak efektif.
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
nafas ditandai dengan pola nafas abnormal (mis, hiperventilasi).

Luaran keperawatan (SLKI)


Dx1: Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu
tubuh diatas nilai normal.
 Setelah dilakukan intervensi keperawatan maka kriteria hasil:
 Takikardi menurun dengan skor 5
 Takipnea menurun dengan skor 5
 Suhu tubuh membaik dengan skor 5
 Ventilasi membaik dengan skor 5

Intervensi keperawatan (SIKI)


Dx.1:
 Observasi
 Identifikasi penyebab hipertemia.
 Monitor suhu tubuh
 Monitor komplikasi akibat hipertemia
 Terapeutik
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Berikan cairan oral
 Berikan oksigen jika perlu
 Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

Luaran keperawatan (SLKI)

Dx.2: Keletihan berhubungan dengan stres berlebihan ditandai dengan


merasa kurang tenaga, mengeluh lelah, tidak mampu mempertahankan
aktivitas rutin dan tampak lesu.

 Setelah dilakukan intervensi keperawatan maka kriteria hasil:


 Verbalisasi kepulihan energi membaik dengan skor 5
 Tenaga membaik dengan skor 5
 Lesu menurun dengan skor 5
 Sakit tenggorokan menurun dengan skor 5
 Pola nafas membaik denan skor 5
 Pola istirahat membaik dengan skor 5

Intervensi keperawatan (SIKI)


Dx.2:
 Terapeutik
 Sediakan materi dan media penaturan aktivitas dan istirahat
 Edukasi
 Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik atau olahraga
secara rutin
 Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat(mis,
kelelahan, sesak nafas saat aktivitas)
 Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas sesuai
kemampuan

Dx.3 : (SLKI)
 Setelah dilakukan intervensi keperawatan maka kriteria hasil:
 batuk efektif membaik dengan skor 5
 dispnea menurun dengan skor 5
 frekuensi nafas membaik dengan skor 5
 pola nafas membaik dengan skor 5

Dx.3 : (SIKI)
 observasi
 identifikasi kemampuan batuk
 monitor adanya retensi sputum
 monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
 terapeutik
 atur posisi semi fowler/fowler
 buang secre pada tempat sputum
 edukasi
 jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
 anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik,
ditahan selama 2 detik kemudian keluarkan dari mulut dengan
bibir mencucu selama 8 detik
 anjurkan mengulangi tarik nafas dalam hingga 3 kali
 anjurkan batuk dengan kuat lansung setelah tarik nafas dalam
yang ke 3

Dx.4: (SLKI)
 Setelah dilakukan intervensi keperawatan maka kriteria hasil:
 Dispnea membaik dengan skor 5
 Penggunaan otat bantu nafas membaik dengan skor 5
 Pernafasan cuping hidung membaik dengan skor 5
 Frekuensi nafas membaik dengan skor 5
 Kealaman nafas membaikk dengan skor 5
Dx.4 : (SIKI)
 Observasi
 Monitor pola nafas
 Monitor bunyi nafas tambahan
 Monitor sputum
 Terapeutik
 Posisikan semi fowler/fowler
 Berikan minuman hangat
 Lakukan fisioterapi dada, jika pelu
 Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
 Keluarkan sumbatan benda padat dengan forset mcgill
 Edukasi
 Ajarkan teknik batuk efektif
 Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran mukolitik,
jika perlu

Anda mungkin juga menyukai