OF
HEAVY TRUCK
Thesis
By:
U Yakobus Dwi Daryono
Student Number : 0 0 5 2 1 4 0 8 5
TUGAS AKHIR
D i a j u k a n U n t u k M e m e n u h i S a l a h S a t u S ya r a t
Memperoleh Gelar S-1 Sarjana Teknik
Program studi teknik mesin
oleh :
U Yakobus Dwi Daryono
NIM : 0 0 5 2 1 4 0 8 5
Kepada
ii
1 November 2007
iii
HALAMAN PENGESAHAN
iv
PRAKATA
Skripsi ini di tulis guna mencoba merancang sebuah poros propeler yang akan
digunakan pada kendaraan berat.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada orang-orang yang saya anggab
sebagai sahabat, teman, dan, guru panutan saya, sehingga skripsi ini dapat
terwujud. Sebagai ungkapan syukur dan terimakasih saya, Semoga hasil ungkapan
doa ataupun dukungan yang sangat membantu ini dapat saya pergunakan sebaik-
baiknya di kemudian hari.
Dan saya sebagi penulis mohon maaf jika dalam penulisan skripsi yang saya
tulis ini terdapat kesalahan-kesalahan yang dapat menimbulkan kesaahn penafsiran.
Penulis
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau
bagian karya dari orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar
pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Dibuat di Yogyakarta
Yang menyatakan
vii
INTISARI
Bagi penulis, pemulisan skripsi ini betujuan sebagai hasil pendalaman materi
selama belajar di Jurusan Teknik Mesin Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis memilih materi p o r o s p r o p e l e r u n t u k k e n d a r a a n b e r a t
ini karena komponen kendaraan yang semacam ini sangat utama fungsinya dan umum
digunakan pada komponen permesinan dan kendaraan. Diharapkan, penulis dapat
merancang sendiri fungsi komponen yang semacam ini untuk dapat digunakan pada
komponen mesin penggerak yang lain, yang umum digunakan pada masyarakat.
viii
ABSTRACT
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................................................. IV
PRAKATA..............................................................................................................................................V
INTISARI............................................................................................................................................VIII
ABSTRACT.......................................................................................................................................... IX
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................X
x
3.1.5 Kuk................................................................................................................................ 37
3.2.1 Ukuran Baut Flens......................................................................................................... 40
3.2.2 Panjang Ulir Baut Flens ................................................................................................ 44
3.3.1 Menghitung Diameter Poros Spline (dy):...................................................................... 45
3.3.2 Ulir Pengunci Pada Ujung Spline.................................................................................. 48
3.4.1 Merancang Poros Berongga 1 ...................................................................................... 49
3.4.1.1 Torsi Poros Yang Bekerja Pada Poros 1 (T 1 ) ................................................................... 50
B B
xi
5.1.3 Spider ............................................................................................................................ 70
5.1.4 Bantalan spider .............................................................................................................. 70
5.1.5 Ring Circlip ................................................................................................................... 70
5.1.6 Yoke .............................................................................................................................. 70
5.1.7 Poros Berongga ............................................................................................................. 70
5.1.8 Poros Spline 1................................................................................................................ 71
5.1.9 Bantalan tengah ............................................................................................................. 72
5.1.10 Ulir Pengunci Pada Ujung Spline. ............................................................................ 72
5.1.11 Flens ......................................................................................................................... 73
5.1.12 Bantalan Tengah ....................................................................................................... 73
xii
DAFTAR GAMBAR
T Gambar 2.1 T T Poros Propeler ..................................... Error! Bookmark not defined.
T
T Gambar 3.3 T T Rancangan Penempatan Baut ............. Error! Bookmark not defined.
T
T Gambar 3.4 T T Panjang Baut Yang Diperlukan .......... Error! Bookmark not defined.
T
T Gambar 3.4 T T Keterangan Tabel Spline ..................... Error! Bookmark not defined.
T
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
Kendaraan merupakan salah satu dari hasil karya teknologi manusia yang
hingga saat ini masih terus dikembangkan untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia
itu sendiri, sebagai alat untuk memindahkan barang atau manusia antar tempat.
Kendaraan yang di rancang juga akan disesuaikan dengan kondisi medan kerja,
barang dalam jumlah yang besar dan bobot yang lebih berat. Sehingga membutuhkan
daya mesin yang cukup besar. Sebagai penyeimbangnya, setiap komponen yang
dirancang pada kendaraan ini harus dapat berfungsi dengan baik dalam hal keamanan,
berfungsi pada medan dan fungsi yang tepat. Diharapkan dengan menggunakan truk
jenis ini, perawatan kendaraaan dan pengangkutan barang akan lebih ringkas dan
ekonomis, jika dibandingkan dengan menggunakan alat angkutan yang lain, karena
komponennya. Memang dari segi artistik, biasanya untuk kendaraan jenis truk kelas
berat tidak begitu diutamakan dan kurang begitu menarik penampilannya, namun
pada jenis kendaraan ini akan lebih mengutamakan kemampuan pada jumlah muatan,
1
serta umur kendaraan yang lebih efektif dibandingkan dengan kendaraan jenis lain.
Sebagai contoh: bahan bak truk hanya terbuat dari kayu, karena biaya pembuatan
akan lebih baik jika dibandingkan dengan bahan dari besi. Badan kendaraan dan
bagian komponen kendaraan dibuat lebih kokoh agar mampu menopang beban
dalam sistem kendaraan bermotor. Terutama kendaraan yang beroda empat atau
lebih. Poros propeler digunakan sebagai penerus daya dari mesin ke roda penggerak
kendaraan tersebut.
Dalam perancangan ini akan dibahas secara lebih khusus pada bagian poros
propeler yang digunakan pada kendaraan truk pengangkut barang dengan Merk
3. Spline
2
1.3 Tujuan Dan Manfaat Perancangan
1. Studi pustaka.
poros propeler.
3. Analisis perhitungan.
1. BAB I PENDAHULUAN
3
sistematika perancangan, untuk memudahkan penulisan dalam
Pada bab ini akan membahas mengenai urutan dan cara perancangan
4
BAB II
DASAR TEORI
Pada kendaraan truk letak mesin berada di bagian depan kendaraan, sehingga
untuk menggerakkan roda belakang diperlukan poros penerus daya dari transmisi
roda gigi ke roda gigi differensial rear shaft. Poros penerus daya tersebut disebut
universal joint. Panjang universal joint disesuaikan dengan daya yang dihasilkan oleh
mesin, yang akan berpengaruh pada daya angkut sebuah truk yang mempengaruhi
5
Hal yang harus diperhatikan jika menggunakan poros propeler:
1. Ketika kendaraan berjalan dengan kondisi jalan yang tidak rata terjadi aksi dari
komponen poros propeler yang dapat mengatasi hal tersebut, yaitu rangkaian
splin.
2. Dari aksi pegas susensi roda belakang serta posisi antara poros differensial gear
dan poros transmisi tersebut juga mengakibatkan poros propeler tidak pada
kondisi yang satu garis lurus dan mempunyai sudut kerja propeler yang berubah-
ubah. Sehingga diperlukan jenis sambungan yang dapat mengatasi hal tersebut,
3. Jarak antara poros differensial gear dan poros transmisi panjangnya berbeda-beda
kebutuhannya.
6
2.1 Universal Joint
engsel ganda yang terdiri sepasang kuk dan yoke yang berbentuk Y dan bagian poros
Salah satu kuk tersebut adalah poros penggerak dan yang lainnya adalah poros
yang digerakkan. Empat lengan dari spider dinamakan trunion yang dirakit dengan
bantalan yang terdapat diujungnya. Poros penggerak dan kuk menyebabkan spider
berputar dan dua trunion yang lain memutar kuk yang dibelakangnya. Ketika dua
poros membentuk sudut antara satu dengan yang lainnya, bantalan pada kuk
Bantalan spider
circlips
Kuk
Yoke
7
Universal joint 1 terdiri dari:
a Yoke
b Spider
c Bantalan spider
d Circlips
2.1.1 Yoke
Yoke adalah salah satu bahan pada rangkaian universal joint yang seperti
bentuk huruf ’Y’, atau batang ketapel. Yoke ini disambungkan dengan poros
Dalam perancangan universal joint terdiri dari 3 jenis yoke yaitu: yoke flens,
1. Yoke flens adalah jenis yoke yang di bagian salah satu sisinya berupa flens.
2. Yoke output adalah yoke yang pada salah satu sisinya berupa poros pejal
lurus.
3. Yoke spline dalam jenis yoke yang di bagian salah satu sisinya berupa spline
Tegangan geser ijin pada yoke (T a ) diperoleh dengan persamaan 2.1 (Sumber :
B B
Sularso, Ir. MSME, “Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin” PT.
b
a ........................................................................ (2.1)
sf1 sf 2
8
Dengan:
Sf 1
B = faktor koreksi karena pengaruh massa
B P
P
Sf 2
B = faktor koreksi karena pengaruh konsentrasi tegangan
B
Sf 1 menyatakan
B B harga 0,18 % dari kekuatan tarik bahan yang
digunakan.untuk itu, fakktor keamanan diambil sebesar 1/0,18 = 5,6. Jika bahan yang
digunakan adalah SF besarnya dalah 5.6. dan jika bahan yang digunakan itu adalah S-
C harganya 6,0.
Selanjutnya perlu ditinjau apakakh poros tersebut akandiberi alur pasak atau
dalam perhitungan perlu diambil faktor yang dinyatakan sebagai Sf 2 dengan harga B B
Ir. MSME, “Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin” PT. Pradnya
1 3
5 .1
d y K t Cb T ...................................................... (2.2)
a
Dengan:
9
a = tegangan geser ijin pada yoke
Kt
= faktor koreksi terhadap tumbukan
Cb
= faktor lenturan bahan yoke
Dalam perancangan yoke ini untuk merancang diameter lubang baut serta
perbandingan antara gaya geser ijin dan gaya geser yang bekerja pada yoke.
Faktor koreksi
2.1.2 Spider
10
Poros Universal Joint atau Spider adalah salah satu dari rangkaian universal
joint yang seperti bentuk seperti tanda ’+’, dengan bantalan jarum di tiap ujung
porosnya. Spider ini yang dapat membuat poros bergerak secara universal.
Gaya geser yang bekerja pada spider pada jarak D/2 diperoleh dengan persamaan 2.3
Mt
F .......................................................................... (2.3)
2 D
2
Dengan:
b
a
sf1 sf 2
Diameter poros spider akibat gaya geser diperoleh dengan persamaan 2.4
(Sumber : Eurasia Publishing House, Ram Nagar, New Delhi, India, 1980. hal
4)
16 T
D3 ....................................................................... (2.4)
a
Dengan:
11
D = diameter poros spider
Bantalan adalah salah satu elemen konstruksi yang berfungsi menopang beban
dan menjaga posisi dari elemen konstruksi lain yang berputar, terutama poros
Keuntungan :
- Pemeliharaan mudah
Kerugian :
Bantalan spider terletak pada setiap ujung dari poros spider tersebut.
12
Gambar 2.4 Bantalan spider
(sumber: Hand Book Of Fastening And Joining Of Metal Part, Mc Grow Hill,
1956 hal 421)
Ir. MSME, “Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin” PT. Pradnya
1
33.3 3
fn ....................................................................... (2.5)
n
3
33.3 10
fn ...................................................................... (2.6)
n
Dengan:
n = putaran spider
MSME, “Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin” PT. Pradnya Pratama,
13
C
fh fn ........................................................................... (2.7)
P
Dengan;
Umur nominal bantalan (L h ) diperoleh dengan persamaan 2.7 (Sumber : Sularso, Ir.
B B
MSME, “Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin” PT. Pradnya Pratama,
Lh 500 f h
10
3 .................................................................. (2.9)
Dengan:
fn
= faktor kecepatan bantalan
Umur bantalan dalam jam operasi (L n ) diperoleh dengan persamaan 2.7 (Sumber
B B
:Sularso, Ir. MSME, “Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin” PT.
10 6 Lh
Ln ....................................................................... (2.10)
60 n
14
Dengan:
Umur bantalan dalam jarak tempuh kendaraan (Ls) diperoleh dengan persamaan 2.11
(Sumber :Sularso, Ir. MSME, “Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin”
Ls Dr Lh n .......................................................... (2.11)
100
Dengan:
terhadap gaya gesek tangensial atau dua gaya yang saling bertemu atau berlawanan.
2.1.4 Circlip
Adalah salah satu jenis komponen pengunci berbentuk cincin dengan gaya
geser yang kecil. Circlips di bedakan dalam beberapa jenis dan funsi.(dapat di lihat
15
di lampiran tabel circlip). Pemilihan circlip dengan melihat pada tabel dan
16
2.2 Baut
Baut adalah suatu alat untuk menyambung 2 bagian atau lebih yang
dimaksudkan agar mudah dalam pemasangan ataupun pelepasan, serta bahan yang
disambung tidak mengalami kerusakan, seperti pada cara pengelasan. Alat inipun
Pada yoke dan flens ini juga memerlukan perancangan untuk menentukan posisi
Gaya geser masing-masing baut dapat diperoleh dengan persamaan 2.12 (Sumber :
Sularso, Ir. MSME, “Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin” PT.
MT
W a ....................................................................... (2.12)
nr
Dengan :
17
W = beban tarik aksial baut.
untuk mengecek tegangan aksial yang terjadi ( t ) dan tegangan aksial ijin
( a ), maka dapat diperoleh dengan persamaan 2.10 (Sumber : Sularso, Ir. MSME,
“Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin” PT. Pradnya Pratama, 1997,
Jakarta , hal.:296)
W
t a ..................................................... (2.13)
( ) (0,8d ) 2
4
dengan :
d = diameter baut
Kemudian nilai a berdasarkan tegangan tarik ijin pada bahan baut, untuk bahan
SS, SC, SF. Nilainya 6-8 Jika difinis tinggi, dan 8-10 jika difinis biasa.
18
2.3 Poros Berlubang
Poros berlubang digunakan dalam rangkaian poros propeler. Pada bagian ini
merupakan bagian yang paling besr dimensinya dan paling panjang. Untuk
mengurangi berat dan bahan yang digunakan, serta tanpa mengurangi fungsi sebagai
T L1
584 ............................................. (2.14)
11 10 ( D 4 d 4 )
11
b
a
sf1 sf 2
Diameter luar poros dihitung dengan persamaan diperoleh dengan persamaan 2.14
(Sumber : Eurasia Publishing House, Ram Nagar, New Delhi, India, 1980. hal
4)
16 T
D3 ......................................................................... (2.15)
a
19
(Sumber : Eurasia Publishing House, Ram Nagar, New Delhi, India, 1980. hal
2)
16T
d0 3
......................................................... (2.16)
fs 1 k 4
Putaran kritis poros propeler (Nc) diperoleh dengan persamaan 2.16 (Sumber :
Sularso, Ir. MSME, “Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin” PT.
D1 L
NC 52700 ........................................ (2.17)
1 / 2L 1 / 2L W
Defleksi puntir diperoleh dengan persamaan 2.17 (Sumber : Sularso, Ir. MSME,
“Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin” PT. Pradnya Pratama, 1997,
TL
584
11 10 D 4 d 4 ............................................. (2.18)
6
Adalah kemiringan poros, yang diukur dari posisi horisontal. Poros I dan II atau
propeler ke 3 adalah 12 0 . P
P
h sin L
20
2.4 Poros Spline 1
yang akan di gunakan untuk menjaga agar propelerselalu berada pada posisinya.
2.4.1 Spline
Spline adalah suatu bentuk alur kotak panjang (seperti pada gambar)dengan alur
dalam dan alur luar sepanjang lingkaran poros, yang dapat disatukan. Hal ini akan
panjang dan poros tetap sejajar dengan poros tersambung. Ukuran dari alur tersebut
Pada splin yang akan dirancang ini adalah pasangan yang akan hubungakan
tanpa pengait yang tetap. Dengan bentuk spline yang akan dirancang ini diharapakan
21
Gambar 2.6 Spline
(sumber: Liangaiah, K., Machine Design Data Handbook 2 nd Edition, Suma P P
geser bahan (alur), ditambah dengan tegangan geser torsional poros tersebut. Tetapi
jika diinginkan ukuran alur yang lebih teliti, dapat diperhitungkan dengan
persamaan 1.9 (Sumber : Sularso, Ir. MSME, “Dasar Perencanaan dan Pemilihan
d r3 (1 d i4 / d r4 )
l ................................................................. (2.19)
d P2
Tegangan geser dapat di hitung dengan menggunakan asumsi SAE yang hanya
25% dari beban aktual. Sementara itu, hanya ¼ dari pergeseran yang ditegangkan.
Sedangkan jumlah dari alur tersebut antara 6 sampai dengan 50 gigi. Jumlah gigi
22
akan disesuaikan jaga dengan besar poros yang akan digunakan dalam perancangan
splin. Hal ini dapat dilihat pada tabel splin dong, masak tabel yang lain.? ketentuan
2.5 Flens
Flens adalah sambungan yang akan dikaitkan dengan poros splin 1, yang
juga mempunyai fungsi sebagai penahan bantalan tengah poros propeler. Flens ini
juga akan dihubungkan dengan Yoke yang dikaitkan dengan mur-baut yang
Karena untuk merancang alur splin hanya mengacu pada splin pasangannya.
Kemudian untuk perancangan lubang baut dan diameter luar splin hanya
23
2.6 Bantalan Gelinding
Bantalan gelinding pada umumnya lebih cocok dipergunakan untuk beban kecil
daripada bantalan luncur, tapi tergantung pada bentuk elemen gelindingnya. Putaran
pada bantalan ini dibatasi oleh gaya sentrifugal yang timbul pada elemen gelinding
tersebut. Karena konstruksinya yang sukar dan ketelitiannya yang tinggi, maka
bantalan gelinding hanya dapat dibuat oleh pabrik-pabrik tertentu saja. Adapun
harganya pada umumnya lebih mahal daripada bantalan luncur. Untuk menekan biaya
menurut standar dalam berbagai ukuran dan bentuk. Keunggulan bantalan ini adalah
pada gesekannya yang sangat rendah. Pelumasannya pun sangat sederhana, cukup
dengan gemuk, bahkan pada jenis yang memakai sil sendiri tak perlu pelumasan
24
tambahan lagi. Meskipun ketelitiannya sangat tinggi, namun karena adanya gerakan
elemen gelinding dan sangkar, pada putaran tinggi bantalan ini agak berisik
1) Ring luar
2) Ring dalam
3) Elemen gelinding
4) Sangkar
pada tempatnya.
25
Perhitungan perancangan Bantalan bola:
P =x•Fr+y•Fa...................................................................... (2.20)
Dengan :
19)
q
C
L = .......................................................................... (2.21)
P
Dengan :
26
Sebuah bantalan gelinding dapat berfungsi dengan baik (aman) dan mencapai
umur pakai seperti yang telah dihitung sebelumnya, apabila angka putarannya tidak
3x A
ng= k ................................................................... (2.22)
D 10
dengan :
27
BAB III
Dalam perancangan poros propeler ini digunakan data spesifikasi dari truk
dengan beban poros maksimum pada perbandingan 13210 : 1 putaran, pada putaran
= 76 kgm x 13.210
= 1003.96 kg.m
n2
i
n3
n2
n3
i
1500
13.210
113.55Rpm
28
T pada 113.55 Rpm adalah :
P
T = 9.74 105
n
Dengan:
Maka,
P
= 9.74 10 5
113.55rpm
191Kw
= 9.74 10 5
113.55rpm
3.1.1 Yoke
29
b
a
sf1 sf 2
Dengan:
Sf 1B B = 4
Sf 2B B = 1.3
35
a
4 1.3
= 6.73 kg/mm 2 P
1 3
5 .1
d y K t Cb T
a
Dengan:
a = 6.73 kg/mm 2 P
P
Kt
= 1.0
Cb
= 1.0
T = 16, 38 x 10 5 kg.mmP P
Maka,
1 3
5 .1
dy 1.0 1.0 16.38 10 5
6.73
=107.47 mm
30
Menghitung ukuran tangkai/lengan yoke.
tegangan geser yang terjadi pada rumah bantalan dan tegangan geser ijin dari bahan
yoke.
16.38 105
TiB B =
120
= 13650 kgP
P
13650 kg5
=
4
= 3412, 5 kg P P
3412,5 kg 5
=
4
= 853, 125 kg
853,125 kg
=
30
31
Dengan:
Maka,
16.38 105
A = 2 35
2 120
2
= 780
780
= 2
30
= 13 mm
bantalan spider.
3.1.2 Spider
kg/mm 2 P
P
32
Tegangan geser maksimum ( a) diperoleh dengan persamaan 2.1
b
a
sf1 sf 2
Dengan :
b = 95 kg/mm2
Sf 1B B = 1.5
Sf 2B B = 6
Maka:
95
a
1.5 6
=15.83 kg/mm 2 P P
Diameter poros spider akibat gaya geser diperoleh dengan persamaan 2.4
16 T
D3
a
Dengan:
= 16.38 10
5
T
a = 15.83
4 16.38 10 5
D3
3.14 15.83
D 11
33
Dipilih diameter poros spider 22.1 mm. Disesuaikan dengan ukuran bantalan
yang tersedia dan memenuhi dalam perhitungan. Ukuran yang menyertainya dapat
Gaya geser yang bekerja pada spider pada jarak D/2 diperoleh dengan persamaan 2.3
Mt
F
2 D
2
Dengan:
Mt B B = 16.38 105
D = 22.1 mm
16.38 10 5
F
2 22.1
2
= 74116 kg
Bantalan spider terletak pada setiap ujung dari poros spider tersebut. Bantalan
Jenis bantalan spider adalah needle bearing medium series yang sesuai
dengan diameter lengan poros spider sebesar 22.1 mm adalah, dengan kode (Na
2015S/Bi) NRB.
Dinamic(c) : 24320 kg
Static(C o )
B B : 21570 kg
34
Limited speed(n) : 17200 rpm
Diameter luar(D) : 35 mm
Lebar(B) : 22 mm
Catatan.
3
33.3 10
fn
n
Dengan:
n : 113.5
3
33.3 10
fn
113.5
= 0.69
Lh 500 f n
10
3
Dengan:
fn
= 0.69
Maka,
Lh 500 0.69
10
3
35
= 145.144
106 Lh
Ln
60 n
Dengan:
n = 113.5 rpm
maka:
106 145.144
Ln
60 113.5
= operasi
Umur bantalan dalam jarak tempuh kendaraan (Ls) diperoleh dengan persamaan 2.11
Ls Dr Lh n
100
dengan:
Dr = 1000 mm
n = 113.5 rpm
maka,
3.14
Ls 1000 21304.038
100
= 669.286 km
36
Dari diameter luar bantalan spider sebesar 35 mm, maka dengan tabel
Diameter poros (d 1 )
B B : 35 mm
3.1.5 Kuk
Perhitungan untuk Kuk hampir sama dengan perhitungan pada Yoke. hanya
saja pada Kuk ini perlu dalam memperhitungkan flens yoke di ganti dengan
b
a
sf1 sf 2
Dengan :
b = 95 kg/mm2
Sf 1
B B = 1.5
37
Sf 2B B = 6
Maka:
95
a
1.5 6
=15.83 kg/mm 2 P
P
1 3
5 .1
d y K t Cb T
a
Dengan:
a = 15.83
Kt
= 1.0
Cb
= 1.0
T = 16, 38 x 10 5 P P
Maka,
1 3
5 .1
dy 1.0 1.0 16.38 10 5
15.83
=80.08mm
80mm
38
3.2 Flens
Diameter poros : 72 mm
Moment puntir :
Dengan:
Mt
: 16.38 x 105 kg.mm (moment puntir yang bekerja pada poros)
Maka,
Mt
M 10
0.7 L
16.38 10 5
M 10
0.7 1
39
=234 x 104 kg.mm
Sehingga,
Dari tabel spline maka dipilih spline dengan type DIN 5464
Dengan spesifikasi:
di
: 72
d2 : 82
b :7
i : 16
40
Gambar 3.3 Rancangan Penempatan Baut
(sumber: R.K. Jain, Machine Design 2 nd Edition, Romesh Chander Khana, Khana Publishers, Nai
P P
Jumlah baut adalah 4 buah untuk setiap sambungan yoke dan flens.
Besarnya tekanan kontak pada ulir diperoleh dengan persamaan 3.15 (Sumber :
Sularso, Ir. MSME, “Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin” PT.
W
a ....................................................................... (3.15)
4 d
=
2
Dengan:
41
T
Jika, W
rn
Dengan:
r = 60 (r penempatan baut)
n = 4 (jumlah baut)
maka,
16,38 x 105
W
60 4
= 6825 kg mm
Gaya geser masing-masing baut (W): dapat diperoleh dengan persamaan 3.16
MT
W .............................................................................. (3.16)
nr
Dengan :
Maka ,
42
16.38 105
W
4 60
W 6825 kg
Diameter minimal baut (d) dapat diperoleh dengan persamaan 3.17 (Sumber :
n W
d ............................................................................. (3.17)
a
Dengan:
n = 4 (jumlah baut)
maka :
6825
34.5
16 2
4
= 34 34.5
43
(sumber: Industrial Universal Joint, Dana Corp., Toledo Oiho, hal 361)
maka,
16.40 + (2 x 1, 5) + (2 x 30)
= 79.40 mm
80 mm
Bahan poros spline: SFNCM 110 S dengan kekuatan tarik ( b ) 125 kg/mm 2
P P
Diameter poros :
Tegangan geser ijin pada poros spline ( a ):diperoleh dengan persamaan 2.1
b
a
sf1 sf 2
Dengan:
Sf 1 = 4
B B
Sf 2 = 1.3
B B
44
125
a
4 1.3
= 24.38 kg/mm 2 P
2.2
1 3
5 .1
d y K t Cb T
a
Dengan:
a = 24.38
Kt
= 1.0
Cb
= 1.0
T = 16, 38 x 105
Maka,
1 3
5 .1
dy 1.0 1.0 16.38 10 5
24.38
= 69.97 mm
70mm
45
Gambar 3.4 Keterangan Tabel Spline
(sumber: Industrial Universal Joint, Dana Corp., Toledo Oiho, hal 361)
d2 : 70 mm
d1 : 75 mm
b : 7 mm
i : 28 buah
46
Panjang total spline yang direncanakan (L) akan ditentukan setelah pemilihan lebar
Dengan diameter luar poros splin (75 mm) dan dari tabel bantlan yang tersedia,
maka dapat ditentukan bantalan jenis gelinding dengan kode ukuran: FAG 6315
dengan dimensi:
Diameter dalam : 75 mm
Lebar bantalan : 37 mm
Dengan:
Mt
: 16.38 x 105 kg.mm (moment puntir yang bekerja pada poros)
M10 :
Maka,
Mt
M 10
0.7 L
16.38 10 5
M 10
0.7 1
47
=234 x 10 4 kg.mm
P
P
Sehingga,
= 24.57 x 10 7 kg.mmP P
Berat spline:
d2
W L .............................................................. (3.21)
4
dengan :
W : barat spline
D2 : 72 mm (diameter poros)
Maka,
7.2
W 7.86 x 10 -3 15
4
= 0, 6667 kg
Pada ulir pengunci ini hanya mendapat beban aksial murni saja. Ulir disini
merupakan ujung dari poros splin. Sebagai pengunci flens dan bantalan tengah.
48
Ukuran baut pengunci bisa di tentukan seperti yang dipakai pada truk dengan bahan
dengan kekuatan tarik yang lebih rendah dari pada bahan spline.
Pada perancangan universal joint untuk truk dengan daya 260 Hp ini,
dirancang sebuah universal joint dengan 3 buah poros yang disambung dengan 2 buah
yoke untuk meneruskan daya dari poros out put mesin ke poros roda.
Panjang poros (L 1 )
B B : 1100 mm
b
a
sf1 sf 2
Dengan :
Sf 1 = 6.0
B B
Sf 2 = 1.4
B B
Maka :
66
a 7.85kg / mm 2
6.0 1.4
49
a 7.85kg / mm 2
Dengan :
P
T = 9.74 105
113.55rpm
191Kw
= 9.74 105
113.55rpm
16 Tmakz
D3
3,14 a
Dengan:
a 7.85kg / mm 2
Maka,
16 16.38 10 5
D3
3,14 7.85
D 102 mm
50
3.4.1.3 Menghitung Diameter Dalam Poros Propeler 1(d) :
Dengan :
Maka,
d 102 0,7
= 71 mm
T L1
1 584
G (D 4 d 4 )
Dengan :
51
Maka ,
1.154 10 3
Maka Ө 2 1.20<4.92
B B sehingga aman
3.14
W1 ( D 2 d 2 ) L1 ............................................... (3.26)
4
Dengan :
Maka :
3.14
W1 (10.2 2 7.12 ) 110 7.86 10 3
4
= 36.42 kg
52
3.4.1.6 Menentukan Putaran Kritis Poros 1 (Nc1)
D1 L
NC1 52700
1 / 2L 1 / 2L W1
Dengan:
D1 : 10.2 cm
L1 : 110 cm
W1 : 36, 42 kg
Maka,
10.2 2 110
NC1 52700
55 55 36.42
b
a
sf1 sf 2
Dengan :
Sf 1 = 6.0
B B
Sf 2 = 1.4
B B
53
Maka :
6.6
a 7.85kg / mm 2
6.0 1.4
a 7.85kg / mm 2
P
T = 9.74 105
113.55rpm
191Kw
= 9.74 105
113.55rpm
2.15
16 Tmakz
D3
3,14 a
Dengan:
Maka,
54
16 16.38 10 5
D 3
3,14 7.85
D 102 mm
Dengan :
Maka,
d 102 0,7
= 71 mm
T L2
2 584
G (D 4 d 4 )
Dengan :
L 2 = 1100 mm
B B
G = 11106
55
Maka ,
1.154 10 3
Maka Ө 2 1.20<4.92
B B sehingga aman
W2 D 2 d 2 L2 ................................................. (3.32)
4
Dengan :
Maka :
W2
3.14
4
10.2 2 7.12 123 7.86 10 3
= 40.72 kg
56
3.4.2.6 Menghitung Putaran Kritis Poros 2 (NC2):
D2 L2
NC 2 52700
1 / 2 L2 1 / 2 L2 W2
Dengan:
D2 B B : 10.2 cm
L2
B B : 123 cm
W 2 : 40, 72 kg
B B
Maka,
10.2 2 123
NC 2 52700
61.5 61.5 40.72
NC 2 = 348715 rpm
B B
b
a
sf1 sf 2
Dengan :
57
Sf 1 = 6.0
B B
Sf 2 = 1.4
B B
Maka :
6.6
a 7.85kg / mm 2
6.0 1.4
a 7.85kg / mm 2
Dengan :
P
9.74 105
T= 113.55rpm
191Kw
9.74 105
= 113.55rpm
2.15
16 Tmakz
D3
3,14 a
Dengan:
58
a 7.85kg / mm 2
Maka,
16 16.38 10 5
D3
3,14 7.85
D 102 mm
Dengan :
Maka,
d 102 0,7
= 71 mm
T L3
3 584
G (D 4 d 4 )
Dengan :
L3 = 1100 mm
59
G = 11106
Maka ,
Maka Ө 2 1.20<4.92
B B sehingga aman
W3 D 2 d 2 L2
4 .................................................. (3.38)
Dengan :
Maka :
3.14
W3 (102 2 712 ) 1320 7.8 10 3
4
W3 43.6kg
60
3.4.3.6 Menghitung Putaran Kritis Poros 3 (NC 3 ):
B B
D3 L
NC 3 52700
1 / 2 L 1 / 2 L W3
Dengan:
D3 : 10.2 cm
L3 : 132 cm
W3 : 43.6 kg
Maka,
10.2 2 132
NC 3 52700
66 66 43.6
Sudut kerja propeler pada perancangan ini ditentukan sebesar 12 0 , sehingga jarak
P P
12 0
h sin L
Maka:
= 275 mm
61
Jadi jarak main maksimal suspensi roda belakang adalah 275 mm.
Bantalan tengah adalah bantalan bola yang berfungsi sebagai penahan untuk
Gaya resultan pada bantalan poros , gaya terbesar antara dua bantalan yaitu :
- diameter dalam ( d ): 75 mm
- lebar bantalan ( b ) : 37 mm
- harga C : 114 kN
- harga C o B B : 76.5 kN
P =x•Fr+y•Fa
P = x • Fr + y • Fa
62
= 1 • ( 16.38 10 5 Kg.mm x 9, 81) + 1 • 0
= 160 . 68 10 5 N
3.5.1 Umur Pakai Bantalan ( L )
Umur pakai ( L ) dan angka putaran nominal ( Lh ) dapat dihitung dengan Persamaan
2.21
q
C
L =
P
Lh x n x 60
106
Dengan :
C = 114000 N
q = 3
Sebuah bantalan gelinding dapat berfungsi dengan baik (aman) dan mencapai
umur pakai seperti yang telah dihitung sebelumnya, apabila angka putarannya tidak
3x A
ng= k
D 10
dengan :
63
3x A
ng = xk
D 10
3 x 400000
ng = x1
160 10
ng = 8000 rpm
Karena putarannya kurang dari batas dari angka putarannya atau n < n g atau
B B
113.55 < 8000 maka dinyatakan aman, dipilih adalah FAG 6315.
64
BAB IV
Pelumasan sangat penting dalam permesinan hal ini untuk menjaga agar
komponen-komponen dalam mesin dapat bekerja dengan baik dan mempunyai umur
saling bergesekan dan mengakibatkan keausan (aus mekanik), selain itu karena
gesekan antar komponen juga mengakibatkan panas yang bila berlebih akan
mengganggu kinerja dari suatu kesatuan mesin. Sehingga efektifitas penggunaan alat
dan biaya perawatan dapat ditekan. Pelumas yang digunakan harus sesuai dengan
1. Sebagai pelapis komponen mesin yang saling bergesekan agar tidak cepat panas
dan aus
65
Saat kecepatan tinggi
atau yang sering disebut dengan gemuk. Gemuk dibuat dari campuran
minyak pelumas dan sabun logam, dan jika diperlukan, gemuk dapat
terpasang pada poros serta menagan gaya yang bekerja baik pada poros
Kecepatan rendah
1. Pelumasan celup
2. Pelumasan tetes
3. Pelumasan injeksi
66
Putaran pada bantalan dan spline pada poros propeler ini termasuk kecepatan putar
rendah, oleh karena itu pelumasan dilakukan dapat dilakukan dengan menggunakan
gemuk.
mempunyai spesifikasi:
P
0,15
C
49000
0,051 , maka 0, 051 < 0, 15
65500
n1 n g1
1500 rpm < 11000 rpm , dari tabel pada lampiran gemuk yang dipilih = Sodium
base grace.
n1
0,2
n g1
250
6,67 10 3 ,
37500
67
karena 6,67 10 3 < 0, 2 maka dari tabel 30 pada lampiran dipilih
P
0,15
C
426,32
0,125 , maka 0, 125< 0, 15
3401
n2 n g 2
250 rpm < 33333, 34 rpm , dari tabel 29 pada lampiran gemuk yang dipilih
n2
0,2
ng 2
250
7,5 10 3 , karena 7,5 10 3 < 0, 2 maka dari tabel 30 pada
33333,34
68
BAB V
5.1 KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan perancangan pada bab III, diperoleh dimensi elemen-
5.1.1 Yoke 1
Tebal coran : 30 mm
panjang sisi : 13 mm
5.1.2 Baut
Bahan baut : SC 46
a : 46 kg/mm 2
P
P
Ukuran : M16
posisi r : 60mm
panjang ulir 80 mm
69
5.1.3 Spider
Bahan : SNC-3
5.1.6 Yoke
Bahan :SNC-3
70
Panjang poros 1100 mm 1230 mm 1230 mm
Diameter dalam 71 mm 71 mm 71 mm
Batas defleksi
4.92 4.92 4.92
puntir
B : 66 Kg/mm2
diameter poros (d y )B B : 70 mm
71
dengan spesifikasi:
d2 :70 mm
d1 :75 mm
b : 7 mm
i :28 buah
Menggunakan bantalan jenis gelinding dengan kode ukuran: 6315 dengan dimensi:
Diameter dalam : 75 mm
= 24.57 x 10 7 kg.mm
P
P
Pada ulir pengunci ini hanya mendapat beban aksial murni saja. Ulir disini
merupakan ujung dari poros splin. Sebagai pengunci flens dan bantalan tengah.
Ukuran baut pengunci bisa di tentukan seperti yang dipakai pada truk dengan bahan
72
Yaitu dengan menggunakan baut: M16 pada posisi r=60mm
5.1.11 Flens
di
: 72
d 2 : 82
b :7
i : 16
73
5.2 PENUTUP
Dalam perancangan propeler shaft pada kedaraan berat ini, penulis telah
membuat uraian tentang perhitungan dan pembahasan. Selain itu, dibahas juga
mengenai pemilihan bahan elemen yang merupakan bagian dari sistem tersebut
Penulis menyadari bahwa dalam tulisan atau dalam perancangan ini masih
perlu banyak koreksi dan yang lebih teliti lagi. Maka dari itu penulis mengharap
adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun agar rancangan ini menjadi lebih
baik.
Penulis berharap juga agar tulisan ini dapat berguna bagi kemajuan
pengetahuan kita.
74
LAMPIRAN
75
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
T Spesifikasi Truk
T
76
Lampiran 2
Circlips
77
Lampiran 3
78
Lampiran 4
jenis circlip
79
Lampiran 4
Spline
80
Lampiran 5
81
Lampiran 6
82
Lampiran 7
83
Lampiran 8
Bantalan Spider
84
Lampiran 9
Circlip
85
Lampiran 10
Spline
86
Lampiran 11
Mur Mahkota
87
Lampiran 12
Bantalan Tengah
88
Lampiran 13
89
DAFTAR NOTASI
W = Berat benda kg
Pd = Daya rencana kW
P = Daya truk kW
90
= Massa jenis benda kg/mm 3 P
P
91
Daftar Pustaka
92