Anda di halaman 1dari 4

Nama : Andi Kamri

NIM : 1803321050

Kelas : EC – 6B

ANALISIS KECELAKAAN KERJA PADA KASUS KEBAKARAN PABRIK


KOREK API (MANCIS) DI KECAMATAN BINJAI, KABUPATEN LANGKAT,
SUMMATERA UTARA, JUMAT (21/6/2019)

DESKRIPSI KASUS

Pabrik perakitan korek api yang berada di Desa Sambirejo, Kecamatan


Binjai, Kabupaten Langkat, Jumat (21/6/2019), sekitar pukul 12.05 WIB
terbakar dan menewaskan puluhan pekerjanya termasuk anak-anak yang
berada di lokasi pabrik. Api baru dapat dipadamkan setelah dua unit mobil
pemadam kebakaran milik Pemkab Langkat dan tiga unit milik Pemkot
Binjai tiba di lokasi. Puluhan karyawan yang berada didalam rumah tidak
sempat keluar, akibatnya semuanya tewas. Sebanyak 30 korban
kebakaran pabrik perakitan korek api yang meninggal duniadi TKP, yakni
27 orang dewasa dan 3 orang anak-anak. Konfederasi Persatuan Buruh
Indonesia (KPBI) mengatakan kecelakaan kerja seperti ini seharusnya
bisa dihindari jika pemerintah, baik Dinas Tenaga Kerja daerah maupun
Kementerian Ketenagakerjaan di tingkat pusat, mengawasi pabrik-pabrik.

Kejadian tersebut berawal dari salah seorang karyawan saat itu sedang
mencoba mancis yang selesai dirakit, namun tiba-tiba meledak dan
menyambar mancis-mancis lainnya. Berdasarkan saksi yang selamat, api
sudah berusaha dipadamkan namun tidak berhasil. Saksi keluar melalui
pintu belakang untuk meminta bantua warga, namun setelah saksi keluar
terjadi ledakan dari dalam sebanyak empat kali yang mengakibatkan atap
seng terlepas ke atas. Namun, karena saat itu para pekerja lain serta
anakanak mereka sedang istirahat makan siang di ruang tengah pabrik
sedangkan pusat api ada dibelakang, sehingga para korban terjebak di
dalam dikarenakan pintu depan juga tidak dapat diakses atau dibuka.
Sementara itu semua jendela juga dalam keadaan memiliki jerjak besi.

FAKTA – FAKTA TERKAIT PELANGGARAN PABRIK KOREK API BINJAI

Tim gabungan pengawas ketenagakerjaan menemukan enam pelangaran


ketenagakerjaan di pabrik korek api milik PT Kiat Unggul, yang terbakar
pada Jumat lalu. Tim pusat dan daerah tersebut sudah menyelesaikan
investigasi tahap awal di pabrik yang berlokasi Desa Sabirejo, Binjai,
Langkat, Sumatera Utara tersebut.

1. Perusahaan tidak memberikan perlindungan kepada pekerja terkait


kesejahteraan, keselamatan dan kesehatan baik mental maupun
fisik.
2. Perusahaan mempekerjakan pekerja anak atas nama Rina umur 15
tahun
3. Perusahaan belum membuat wajib lapor ketenagakerjaan untuk
lokasi kejadian. Diketahui, pabrik tersebut merupakan cabang dari
PT Kiat Unggul yang berada di Jalan Medan—Binjai KM 15.7,
Kabupaten Deliserdang. Perusahaan tidak melaporkan keberadaan
cabang perusahaan tersebut kepada Dinas Ketenagakerjaan,
sehingga keberadaannya tak tercatat oleh Dinas Tenaga Kerja
Provinsi Sumatera Utara. Perusahaan masuk kategori ilegal.
4. Perusahaan membayar upah tenaga kerja lebih rendah dari
ketentuan upah minimum Kabupaten Langkat.
5. Perusahaan belum mengikut sertakan pekerjanya dalam program
jaminan sosial yang diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan
dan BPJS Kesehatan. "Hanya satu pekerja yang sudah didaftarkan
pada BPJS Ketenagakerjaan, selebihnya belum," kata Menaker.
6. Perusahaan belum melaksanakan sepenuhnya syarat-syarat
Keselamatan Kesehatan Kerja (K3). Dari olah tempat kejadian
perkara, diketahui sumber api berasal dari pintu belakang yang
menjadi akses keluar masuk pekerja, sedangkan pintu depan
terkunci sehingga saat terjadi kebakaran para pekerja tak bisa
keluar menyelamatkan diri karena tidak ada jalur evakuasi.
Perusahaan juga tidak memiliki alat pemadam kebakaran dan
sirkulasi udara yang memenuhi syarat. Pabrik tidak dilengkapi
fasilitas pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K), tidak tersedia
alat pelindung diri (APD), serta berbagai pelanggaran lain.

KESIMPULAN

Kecelakaan kerja seperti ini seharusnya bisa dihindari jika pemerintah, baik
Dinas Tenaga Kerja daerah maupun Kementerian Ketenagakerjaan di tingkat
pusat, mengawasi pabrik-pabrik. Mereka semestinya melakukan pengecekan
berkala untuk melihat apakah sistem K3 telah diterapkan atau belum. Mengambil
pelajaran setalah terjadinya kasus ini diharapkan dapat membuat pengusaha
tidak lagi abai terhadap keselamatan para pekerjanya. Karena ada sanksi pidana
bagi pengusaha yang masih membandel, yaitu pasal 359 KUHP. Dalam beleid itu
disebutkan bahwa siapa pun yang karena kesalahannya menyebabkan kematian
orang lain, bisa dihukum penjara paling lama lima tahun. Pengusaha yang tidak
memberikan alat pelindung, tidak menerapkan manajemen K3 dengan benar,
dan pengawas ketenagakerjaan yang tidak menjalankan fungsinya dapat diduga
melanggar pasal tersebut. Pelanggaran tersebut benar-benar terjadi karena
berdasarkan keterangan saksi, kondisi pintu depan pabrik terkunci (diketahui
kemudian sang mandor yang mengunci). Padahal, seperti yang tertera jelas
dalam Pasal 3 ayat 1 d UU 1/1970 soal Keselamatan Kerja, syarat keselamatan
kerja salah satunya adalah tersedianya jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.

Anda mungkin juga menyukai