Anda di halaman 1dari 2

Kemenaker Temukan 6 Pelanggaran

Ketenagakerjaan di Pabrik Korek Api


NASIONAL
25 Juni 2019, 13:50:24 WIB

AMATI PUING: Petugas mencari bukti baru di pabrik macis di Binjai yang terbakar Jumat lalu (21/6). (Ivan
Damanik/AFP)
JawaPos.com – Tim gabungan pengawas ketenagakerjaan menemukan enam
pelangaran ketenagakerjaan di pabrik korek api milik PT Kiat Unggul, yang terbakar
pada Jumat lalu (21/6). Sehingga, Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker) akan
memberikan sanksi tegas kepada pemilik pabrik korek api tersebut.

Pelanggaran pertama, perusahaan tidak memberikan perlindungan kepada pekerja


terkait kesejahteraan, keselamatan dan kesehatan. Kedua, perusahaan
mempekerjakan anak di bawah umur. Atas nama Rina yang berusia 15 tahun.

Selain itu, perusahaan tidak melaporkan keberadaan pabrik itu kepada Dinas Tenaga
Kerja Provinsi Sumatera Utara. Praktis, keberadaan pabrik itu adalah ilegal. Keempat,
perusahaan membayar upah tenaga kerja lebih rendah dari ketentuan upah minimum
Kabupaten Langkat. Lalu, perusahaan belum mengikutsertakan pekerjanya dalam
BPJS Ketenagakerjaan dan Kesehatan.
Kemudian, perusahaan tidak melaksanakan syarat-syarat Keselamatan Kesehatan
Kerja (K3) sepenuhnya. Dari TKP, tim menemukan sumber api berasal dari pintu
belakang yang menjadi akses keluar masuk pekerja. Sementara, pintu depan terkunci.
Tak ayal, ketika terjadi kebakaran para pekerja tidak bisa menyelamatkan diri lantaran
tidak ada jalur evakuasi.

Menteri
Ketenagakerjaan Muhammad Hanif Dhakiri di Jogjakarta, Kamis (29/3)
Di dalam pabrik tidak memiliki alat pemadam kebakaran. Fasilitas pertolongan pertama
pada kecelakaan (P3K) dan alat pelindung diri pun nihil. Ditambah, sirkulasi udara juga
tidak memenuhi syarat. ”Enam pelanggaran itu menjadi pijakan pengawas untuk
menyelesaikan kasus ketenagakerjaan diperusahaan tersebut. Sikap pengawas jelas,
setiap pelanggaran harus ditindak,” tegas Menteri Ketenagakerjaan M Hanif Dhakiri,
Senin (24/6).

Di sisi lain, Pelaksana Harian Direktur Pengawasan Norma Keselamatan dan


Kesehatan Kerja (PNK3) Amarudin mengatakan, hanya satu pekerja yang telah
terdaftar BPJS Ketenagakerjaan dari 30 korban meninggal. Yakni atas nama Gusliana.
”Ahli waris akan mendapatkan santunan kecelakaan kerja dari BPJS Ketenagakerjaan
sebesar Rp 150 juta,” terangnya.

Sedangkan yang belum terdaftar, Dinas Tenaga Kerja Sumatera Utara akan membuat
penetapan pekerja yang tewas adalah korban kecelakaan kerja. Sehingga ahli waris
korban mendapatkan santunan kecelakaan kerja sesuai ketentuan yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai