Anda di halaman 1dari 17

Amwaluna: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah Vol. 4 No.

1 Januari 2020 Page 15 - 31


Online ISSN : 2540-8402 | Print ISSN : 2540-8399

INDEKS INKLUSI KEUANGAN SYARIAH DI INDONESIA TAHUN 2015-2018

1
Sindi Puspitasari, 2A. Jajang W. Mahri, 3Suci Aprilliani Utami
123
Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi No. 229, Kota Bandung, Indonesia
1
sindipuspitasari@student.upi.edu, 2ajajangwmahri@upi.edu, 3suci.avril@upi.edu

Abstrak
Penelitian ini didasari oleh rendahnya keterlibatan masyarakat di Indonesia dalam
bertransaksi menggunakan fasilitas layanan perbankan syariah. Tujuan penelitian ini untuk
menggambarkan dan mengukur tingkat inklusi keuangan pada sektor perbankan syariah
meliputi Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia Tahun 2015-2018 dengan menggunakan Indeks Inklusi
Keuangan. Terdapat tiga dimensi yang diukur dalam penelitian ini yaitu dimensi aksesibilitas,
availabilitas dan penggunaan. Penelitian ini dilakukan di 33 provinsi di Indonesia. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian
menunjukkan tingkat inklusi keuangan syariah Tahun 2015-2018 mengalami perkembangan
yang fluktuatif dimana rata-rata Indeks Inklusi Keuangan Syariah di Indonesia termasuk
kategori rendah. Dari 33 provinsi di Indonesia, DKI Jakarta termasuk kategori tinggi,
provinsi Aceh dan D.I Yogyakarta termasuk kategori sedang, dan terdapat 30 provinsi dengan
kategori rendah. Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan provinsi dengan kategori
terendah. Setiap dimensi indeks inklusi keuangan juga terkategori rendah selama periode
penelitian.
Kata Kunci: Inklusi Keuangan, Aksesibilitas, Availabilitas dan Penggunaan

Abstract
This research is based on the problem is the low involvement of the public in making
transaction using Islamic banking service in Indonesia. This study aims to describe and
measure the level of Islamic financial inclusion on the Islamic banking sector include Sharia
Commercial Bank (BUS), Sharia Business Unit (UUS) and Rural Sharia Bank (BPRS) in
Indonesia period 2015-2018 using Index of Financial Inclusion. There are three dimensions
measured in this study dimensions of accessibility, availability and usage. This research was
conducted in 33 provinces in Indonesia. The method used in this research is quantitative
descriptive method. The results showed the level of sharia financial inclusion in 2015-2018
experienced a fluctuating development in which the average Index of shariah financial
inclusion in Indonesia is the low category. From 33 provinces in Indonesia, DKI Jakarta
included in the high category, Aceh and D.I Yogyakarta are in the medium category, and
there are 30 provinces with low category. Nusa Tenggara Timur Province is a province with
the lowest category during the study period. Generally, the dimensions index of shariah
financial inclusion are the low category.
Keywords: Financial Inclusion, Accessibility, Availability and Usage

I. Pendahuluan disertai fasilitas-fasilitas akan layanan


Tidak dapat dipungkiri seiring akses keuangan yang terjangkau. Tercatat
meningkatnya pertumbuhan industri pada Tahun 2016 indeks inklusi keuangan
keuangan yang sangat pesat, belum tentu syariah masih belum mengembirakan yakni

Received: 2019-09-07 | Reviced: 2020-01-30 | Accepted: 2020-01-31


Indexed : Sinta, DOAJ, Garuda, Crossref, Google Scholar | DOI: https://doi.org/10.29313/amwaluna.v4i1.5094
15
Sindi Puspitasari, A. Jajang W. Mahri dan Suci Aprilliani Utami, Indeks Inklusi Keuangan Syariah di Indonesia
Tahun 2015-2018

pada sektor perbankan hanya berkisar di mewujudkan program nasional ini.


angka 9.6 persen, sektor perasuransian Keuangan inklusif sangat relevan untuk
hanya sebesar 1.9 persen, sektor pegadaian mendukung efektivitas fungsi dan tugas
masih di bawah satu persen yakni 0.7 Bank Indonesia dan perbankan nasional
persen, sektor lembaga pembiayaan juga baik dari sisi moneter, sistem pembayaran
hanya sebesar 0.2 persen dan yang paling maupun makroprudensial. Perbankan
rendah bahkan bernilai nol yaitu pada syariah sebagai bagian dalam industri
sektor pasar modal 0,0 persen (Otoritas perbankan nasional, dengan
Jasa Keuangan, 2017). karakteristiknya yang khusus juga memiliki
Tingkat ekslusivitas keuangan di potensi yang besar untuk memberikan
Indonesia tergolong tinggi. Tercatat pula kontribusi dalam mewujudkan inklusifitas
sejumlah pegawai Usaha Mikro, Kecil dan keuangan nasional. (Umar, 2017).
Menengah (UMKM) masih belum bisa Keuangan inklusif memiliki indikator
memperoleh akses layanan terhadap jasa yang multidimensi, beberapa faktor
keuangan padahal pegawai tersebut dominan sebagai keterwakilan dari
memiliki potensi yang sangat besar untuk indikator multidimesi disebut para peneliti
menurunkan pengganguran, meningkatkan sebelumnya seperti pada penelitian yang
keuangan yang inklusif serta kedepannya diakukan oleh Sarma (2012)
dapat mengurangi kemiskinan (Mardani, mengemukakan terdapat tiga dimensi yang
2018). dapat digunakan untuk mewakili
Pada penelitian Umar (2017) Indeks multidimensi dari keuangan inklusif yaitu
Inklusi Keuangan Syariah (ISFI) di indikator aksesibilitas (accessibility),
Indonesia yaitu sebesar 0.127, Indonesia ketersediaan (availability) dan kemanfaatan
masuk dalam kategori ISFI rendah selama (usage) dari layanan perbankan.
periode penelitian. Tingkat masyarakat Inklusi keuangan adalah indikator
dapat memperoleh fasilitas layanan akses penting yang berorientasi kepada keadilan
terhadap lembaga atau institusi keuangan, dan pemerataan bagi masyarakat umum.
hal tersebut mencerminkan pula tingkat Dalam perspektif Islam pihak pemerintah
inklusivitas keuangan dalam tatanan berkewajiban untuk melakukan pemerataan
perekonomian suatu negara. Peran institusi ekonomi dan menghindari kesenjangan
perbankan nasional sebagai lembaga pendapatan dan implikasinya kepada
intermediasi keuangan bagi masyarakat tingkat kesejahteraan. Hal ini bermaksud
memegang peranan yang vital dalam supaya harta itu jangan beredar di antara

16
EISSN:2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
Amwaluna: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah Vol. 4 No. 1 Januari 2020 Page 15 - 31

orang-orang kaya saja sebagaimana firman tujuan penelitian, dan metode penelitian
Allah; maka pendekatan masalah pada penelitian
‫َك ْى ََل يَ ُكىنَ دُولَ ًۢة بَ ْينَ ْٱْلَ ْغنِيَآ ِء ِمن ُك ْم ۚ َو َمآ َءات َٰى ُك ُم ٱل َّرسُى ُل‬ ini adalah sebagai berikut;
َّ ‫ٱَّللَ ۖ إِ َّن‬
‫ٱَّللَ َش ِذي ُذ‬ َّ ‫ىا‬۟ ُ‫ُىا ۚ َوٱتَّق‬
۟ ‫فَ ُخ ُذوهُ َوما نَهَ ٰى ُك ْم َع ْنوُ فَٲنتَه‬
َ
ِ ‫ْٱل ِعقَا‬
‫ب‬ Peningkatan Sektor Keuangan Syariah di
Indonesia
“supaya harta itu jangan hanya beredar
di antara orang-orang kaya saja di
Tingkat Inklusi Keuangan Syariah di
antara kalian. Apa yang diberikan Rasul Indonesia Masih Rendah
kepadamu maka terimalah dia. Dan apa
yang dilarangnya bagimu maka
tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Strategi Pemerintah dengan
Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras Mendukung berbagai Program
hukuman-Nya.” (QS. al-Hasyr [59]: 7). Inklusivitas

Penelitian ini bertujuan untuk Pengukuran Indeks Inklusi Keuangan


Syariah setiap Provinsi di Indonesia
mengetahui tingkat inklusi keuangan
syariah meliputi Bank Umum Syariah
(BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Aksesibilitas Availibilitas Penggunaan

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)


setiap provinsi di Indonesia berdasarkan
Analisis
pengukuran niai indeks masing-masing
Deskriptif
dimensi yaitu dimensi aksesibilitas,
Gambar 1 Pendekatan Masalah Penelitian
availabilitas dan penggunaan.
Penelitian ini menjadi berbeda dan
Metode penelitian yang digunakan
terbaru dari penelitian-penelitian
dalam penelitian ini adalah metode
inklusifitas sektor keuangan sebelumnya
penelitian deskriptif kuantitatif yang
seperti yang dilakukan oleh Sarma (2012),
bertujuan untuk menggambarkan keadaan
Gupta, Chotia, & NV Muralidhar (2014)
secara umum dan perkembangan tingkat
dan Sanjaya dan Nursechafia (2016) yang
inklusi keuangan syariah setiap provinsi
masih melihat dan mengkaji inklusifitas
di Indonesia. Adapun teknik pengumpulan
keuangan dalam konteks non-syariah
data yang digunakan dalam penelitian ini
(konvensional). Sementara, penelitian ini
adalah data sekunder yang diperoleh dari
menggunakan cakupan yang lebih khusus
laporan Statistik Peebankan Syariah di
yaitu pada sektor perbankan atau
Indonesia yang di akses melalui website
keuangan Syariah di 33 Provinsi
Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Indonesia yang meliputi sektor jasa
Adapun berdasarkan rumusan masalah
keuangan Bank Umum Syariah (BUS),
yang diajukan, temuan peneliti terdahulu,
17
EISSN:2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
Sindi Puspitasari, A. Jajang W. Mahri dan Suci Aprilliani Utami, Indeks Inklusi Keuangan Syariah di Indonesia
Tahun 2015-2018

Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank yang menjamin kemudahan dalam akses,
Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). ketersediaan, dan manfaat dari sistem
keuangan formal bagi seluruh pelaku
II. Pembahasan ekonomi.
Istilah keuangan dalam Kamus Besar Menurut Otoritas Jasa Keuangan,
Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti keuangan inklusif merupakan segala bentuk
moneter; seluk-beluk uang; peruangan; dan upaya yang bertujuan untuk meminimalisir
urusan uang. Sedangkan kata inklusif serta meniadakan segala bentuk hambatan
dalam KBBI memiliki arti termasuk; yang bersifat harga maupun non-harga
terhitung; komprehensif; menyeluruh dan terhadap akses masyarakat dalam
lawan kata dari eksklusif (KBBI,2019). memanfaatkan layanan jasa keuangan
Keuangan inklusif atau dalam bahasa sehingga dapat memberikan manfaat yang
Inggris financial inclusion bersinonim signifikan dalam meningkatan taraf hidup
dengan frasa inclusive financial system, masyarakat terutama untuk daerah dengan
yang berarti sistem jasa layanan keuangan wilayah dan kondisi geografis yang sulit
yang bersifat universal, non eksklusif. dijangkau atau terakses layanan keuanagan
Inklusivitas keuangan ini sebenarnya lebih formal atau daerah perbatasan.
merujuk pada visi untuk menciptakan satu House of Commons Treasury Committe
sistem jasa keuangan yang mampu menawarkan definisi yang lebih
menjagkau semua kalangan, tidak hanya operasional, bahwa keuangan inklusif
kalangan berada, tetapi juga kalangan merupakan kemampuan individu dalam
berpenghasilan rendah atau miskin (Wahid, mengakses berbagai layanan maupun
2014). produk jasa keuangan yang terjangkau serta
Menurut Obaid M. Fahmi keuangan sesuai dengan kebutuhannya. Secara
inklusif dapat didefinisikan bahwa khusus, kemampuan ini berkaitan dengan
keuangan inklusif adalah hak bagi setiap satu rangkaian pemahaman yang meliputi
lapisan masyrakat atas kemudahan akses keuangan financial awareness (kesadaran
kepada lembaga keuangan formal dengan finansial), pengetahuan tentang bank dan
biaya yang terjangkau serta berperan dalam jaringan perbankan sekaligus pengetahuan
peningkatan pemerdayaan ekonomi mengenai berbagai fasilitas yang
masyarakat (Fahmy, Rustam, & Asmayadi, disediakan dunia perbankan, serta
2016). Selain itu menurut Sarma (2012) pemahaman tentang keuntungan
inklusi keuangan merupakan sebuah proses memanfaatkan jalur perbankan sebagai

18
EISSN:2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
Amwaluna: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah Vol. 4 No. 1 Januari 2020 Page 15 - 31

lembaga intermediary yakni pemberi dan mampu menggunakan jasa lembaga


layanan jasa keuangan. Dalam hal ini, keuangan formal, atau sejauh mana
kualitas layanan jasa keuangan inklusif ketersediaan layanan dari lembaga
ditentukan oleh harga layanan yang keuangan formal dalam melayani
terjangkau, tata cara penyelenggaraan yang kebutuhan masyarakat. Dimensi ini dapat di
layak dengan tetap menjaga martabat ukur dengan rumus;
penerima manfaat atau klien (Wahid,
2014).
Indikator Inklusi Keuangan
1. Dimensi Aksesibilitas
Menurut Sarma (2012) dimensi Availabilitas (D2) yaitu dimensi untuk
aksesibilitas merupakan dimensi paling mengukur kemampuan penggunaan jasa
utama dalam indikator keuangan inklusif. keuangan formal Syariah oleh masyarakat
Dimensi ini digunakan untuk mengukur (Sarma, 2012).
penetrasi keuangan syariah pada
3. Dimensi Penggunaan
masyarakat. Sistem keuangan yang inklusif
Dimensi ini merupakan tujuan akhir dari
harus memiliki pengguna sebanyak
inklusi keuangan sekaligus mengukur
mungkin. Oleh karena itu sistem keuangan
kemampuan penggunaan aktual produk dan
harus menjangkau secara luas di antara
jasa keuangan, meliputi: keteraturan,
penggunanya. Indikator dimensi ini
frekuensi dan lama penggunaan.
diwakili oleh jumlah rekening deposit per
Penggunaan (D3) yaitu dimensi untuk
1.000 jumlah penduduk dewasa. Dalam
mengukur sejauh mana penggunaan jasa
Umar (2017) perhitungan dalam
keuangan perbankan syariah dalam
pengukuran dimensi ini diwakili oleh
memenuhi kebutuhan masyarakat,
jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) per 1000
diantaranya berupa pembiayaan (financing)
penduduk dapat dihitung dengan rumus;
(Sarma, 2012).
Indikator dalam dimensi penggunaan
adalah jumlah pembiayaan (financing)
2. Dimensi Availabilitas
Perbankan Syariah (Bank Umum Syariah,
Dimensi Availabilitas (availability)
Unit Usaha dan Bank Pembiayaan Rakyat
dalam sistem keuangan yang inklusif, jasa
Syariah) terhadap Produk Domestik
keuangan harus tersedia bagi semua
Regional Bruto (PDRB) dalam milyar
pengguna. Dimensi ini digunakan untuk
rupiah dihitung dengan rumus:
mengukur sejauh mana masyarakat dapat
19
EISSN:2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
Sindi Puspitasari, A. Jajang W. Mahri dan Suci Aprilliani Utami, Indeks Inklusi Keuangan Syariah di Indonesia
Tahun 2015-2018


[


Penelitian ini mengadopsi pengukuran ]

Index of Financial Inclusion (IFI) yang
digunakan oleh Sarma (2012). Metode ini Dimana;
digunakan karena menyajikan pengukuran d1 = Nilai Indeks Dimensi 1
d2 = Nilai Indeks Dimensi 2
komprehensif yang robust dan dapat d3 = Nilai Indeks Dimensi 3
dibandingkan antarprovinsi.
Hasil dan Analisis
Hasil pengukuran IFI dibagi menjadi
1. Dimensi Aksesibilitas
tiga kategori:
Dimensi pertama dari inklusi keuangan
1) IFI rendah jika nilai IFI kurang dari 0,3 adalah dimensi aksesibilitas perbankan
2) IFI medium jika nilai IFI berada di syarish yang menggambarkan banyaknya
antara 0,3 dan 0,6 pengguna jasa perbankan syariah. Jasa
3) IFI tinggi jika nilai IFI antara 0,6 dan 1 keuangan semakin inklusif jika pengguna
jasa perbankan semakin banyak. Pada
Dalam Menentukan Nilai Indeks Inklusi
dimensi ini menggunakan indikator Rasio
Keuangan Setiap Dimensi yaitu
DPK pada Perbankan Syariah baik itu
menggunakan rumus sebagai berikut:
BUS, UUS dan BPRS. Pada penelitian ini,
masing-masing dimensi dibagi kedalam 3
kategori berdasarkan penelitian yang
Dimana; dilakukan oleh Sarma (2012), yaitu
wi = Bobot untuk Dimensi i
Di = Nilai aktual Dimensi i kategori tinggi jika nilai dimensi indeks
mi = Batas Terendah (Batas Bawah) keuangan inklusif memiliki nilai 0,6 < d ≤
Nilai Dimensi i
Mi = Batas Tertinggi (Batas Atas) Milai 1, kategori sedang atau medium dengan
Dimensi i nilai dimensi 0,3 ≤ d ≤ 0,6, dan kategori
rendah dengan nilai dimensi ≤ 0,3. Berikut
Selanjutnya untuk menentukan Nilai IFI pada Tabel 1 merupakan rata-rata Nilai
adalah sebagai berikut; Aaktual dan Nilai Indeks pada Dimensi
Aksesibilitas.

20
EISSN:2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
Amwaluna: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah Vol. 4 No. 1 Januari 2020 Page 15 - 31

Tabel 1. Rata-rata Nilai Aktual dan Nilai Provinsi DKI Jakarta menunjukkan
Indeks Dimensi Aksesibilitas
nilai aktual dimensi aksesibilitas yang
Nilai Nilai
Aktual Indeks Kate- paling besar. Dimana rata-rata nilai aktual
Povinsi
Dimen- Dimen- gori
si (D) si (d) dimensi aksesibilitas mencapai 14,12.
DKI Jakarta 14,12 0,85 Tinggi Jumlah rata-rata DPK di Provinsi DKI
Aceh 3,02 0,18
Jakarta mencapai Rp. 14.120.000.000 per
Kalimantan
1,29 0,08
Timur 1.000 penduduk dewasa, atau Rp.
DI Yogyakarta 1,28 0,08
14.120.000 per penduduk provinsi DKI
Kalimantan
1,00 0,06
Selatan Jakarta. Tingginya aksesibilitas perbankan
Kepulauan Riau 0,98 0,06
syariah di DKI Jakarta disebabkan oleh
Banten 0,79 0,05
Sumatera Utara 0,77 0,05 aktivitas perekonomian di DKI Jakarta juga
Riau 0,76 0,05 tinggi. DKI Jakarta merupakan pusat
Jawa Barat 0,71 0,04
kegiatan perekonomian Indonesia. Pada sisi
Sumatera Barat 0,68 0,04
Bangka stabilitas harga, inflasi DKI Jakarta tahun
0,67 0,04
Belitung
2018 tetap terkendali.
Jambi 0,66 0,04
Jawa Timur 0,65 0,04 Dari 32 provinsi ini, provinsi dengan
Sumatera dimensi aksesibilitas perbankan yang
0,62 0,04
Selatan
NTB 0,58 0,04 paling rendah adalah Nusa Tenggara Timur
Jawa Tengah 0,51 0,03 (NTT) dan Sulawesi Utara. Secara rata-rata
Renda
Sulawesi h
0,50 0,03 rasio DPK yang di himpun Tahun 2015-
Selatan
Kalimantan 2018 perbankan syariah di Provinsi NTT
0,43 0,03
Barat
Bengkulu 0,43 0,03 masih rendah yaitu Rp. 2.000.000 per 1.000
Maluku Utara 0,37 0,02 penduduk dewasa.
Papua Barat 0,36 0,02
Sedangkan pada Provinsi Sulawesi
Lampung 0,30 0,02
Sulawesi Utara mampu menghimpun rata-rata DPK
0,29 0,02
Tenggara
Sulawesi
perbankan syariah selama tahun 2015-2018
0,29 0,02
Tengah adalah Rp. 10.000.000 per 1.000 penduduk
Kalimantan
0,29 0,02 dewasa. Meskipun dari sisi jumlah
Tengah
Bali 0,24 0,01 penduduk pada provinsi ini lebih rendah
Maluku 0,20 0,01
dibandingkan Provinsi NTT, akibatnya
Gorontalo 0,19 0,01
Papua 0,19 0,01 dimensi aksesibilitas perbankan di Sulawesi
Sulawesi Barat 0,14 0,01 Utara tergolong sangat rendah. Berdasarkan
Sulawesi Utara 0,10 0,01
kajian ekonomi regional Bank Indonesia
NTT 0,02 0,00

21
EISSN:2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
Sindi Puspitasari, A. Jajang W. Mahri dan Suci Aprilliani Utami, Indeks Inklusi Keuangan Syariah di Indonesia
Tahun 2015-2018

(2018), pertumbuhan pada Provinsi Kalimantan


1,86 0,54
Timur
Sulawesi Utara mengalami perlambatan, Kepulauan Riau 1,64 0,48
begitupun dari stabilitas keuangan Sumatera Barat 1,12 0,33
Kalimantan
tercermin pula melambatnya peningkatan 1,08 0,32
Selatan
DPK, aset dan pembiayaan. NTB 1,06 0,31
2. Dimensi Availabilitas Riau 0,96 0,28
Bengkulu 0,94 0,27
Dimensi kedua dari inklusi keuangan
Banten 0,91 0,27
adalah ketersediaan jasa perbankan. Bangka
0,87 0,25
Belitung
Keberadaan jasa perbankan merupakan hal Sulawesi
0,86 0,25
yang penting dalam keuangan yang Selatan
Sumatera Utara 0,84 0,25
inklusif. Indikator yang digunakan untuk Sumatera
0,83 0,24
dimensi ini adalah jumlah kantor layanan Selatan
Jawa Barat 0,80 0,23
baik itu kantor cabang, kantor cabang Maluku Utara 0,79 0,23
pembantu dan kantor kas pada Perbankan Sulawesi
0,71 0,21
Tenggara
Syariah meliputi BUS, UUS dan BPRS. Jawa Timur 0,70 0,20
Tersedianya kantor layanan perbankan Kalimantan Ren-
0,68 0,20 dah
Barat
yang dapat dijangkau oleh masyarakat Lampung 0,67 0,20
menunjukkan penyebaran jasa perbankan. Jawa Tengah 0,62 0,18
Sulawesi
Semakin banyak dan semakin luas 0,59 0,17
Tengah
penyebaran kantor layanan perbankan, Bali 0,58 0,17
maka layanan jasa perbankan yang Gorontalo 0,57 0,16
Kalimantan
diberikan semakin tinggi. Berikut pada 0,52 0,15
Tengah
Tabel 2 merupakan rata-rata Nilai Aktual Papua Barat 0,45 0,13
Sulawesi Barat 0,36 0,11
dan Nilai Indeks pada Dimensi Sulawesi Utara 0,36 0,11
Availabilitas. Maluku 0,29 0,08
Papua 0,26 0,08
Tabel 2. Rata-rata Nilai Aktual dan Nilai NTT 0,08 0,02
Indeks Dimensi Availabilitas
Nilai Nilai
Terdapat dua provinsi di Indonesia
Aktual Indeks Kate-
Provinsi
Dimen- Dimen- gori yang memiliki nilai dimensi dengan
si (D) si (d)
DKI Jakarta 2,89 0,84 kategori tinggi yaitu Provinsi DKI Jakarta
Tinggi
Aceh 2,85 0,83 dan Aceh. Tercatat rata-rata jumlah kantor
Jambi 2,06 0,60 Medi- layanan di Provinsi DKI Jakarta selama
DI Yogyakarta 1,94 0,56 um
tahun 2015-2018 adalah sejumlah 3 unit
22
EISSN:2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
Amwaluna: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah Vol. 4 No. 1 Januari 2020 Page 15 - 31

kantor layanan setiap melayani 100.000 provinsi tersebut lebih sedikit dibandingkan
penduduk dan atau sejumlah 29 unit kantor dengan provinsi-provinsi yang ada di Pulau
layanan yang melayani setiap 1.000.000 Jawa, seperti Jawa Barat dan Jawa Timur.
penduduk, sehingga mengakibatkan nilai Rata-rata rasio kantor layanan pada Tahun
dimensi avalabilitasnya tinggi. Meskipun 2015-2018 dari ketujuh provinsi tersebut
pada data perkembangan jumlah kantor adalah sejumlah 19 unit , 20 unit, 11 unit,
layanan Perbankan syariah provnsi DKI 16 unit, 10 unit, 18 unit, dan 10 unit dalam
Jakarta mengalami penurunan, namun melayani 1.000.000 penduduk masing-
ketersediaan jasa keuangan syariah tersebut masing provinsi.
dapat digunakan secara optimal. Terdapat 24 provinsi di Indonesia
Selanjutnya povinsi dengan dimensi dengan kategori dimensi availabilitas
availabilitas dengan kategori tinggi adalah rendah. Meskipun sebagian provinsi
provinsi Aceh. Berdasarkan SPS (2015) dengan kategori availabilitas rendah
jumlah kantor layanan perbankan syariah tersebut, berdasarkan Statistik Perbankan
hanya berjumlah 70 unit saja. Kemudian Syariah selama Tahun 2015-2018 memiliki
mengalami peningkatan di Tahun 2016 julah kantor layanan lebih dari 100 unit,
menjadi 166 unit kantor layanan. Sehingga misalnya pada Provinsi di Pulau Jawa yaitu
rata-rata jumlah kantor layanan selama Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, dan Jawa
Tahun 2015-2018 adalah 28 unit dalam Tengah namun memiliki populasi
melayani 1.000.000 penduduk. penduduk yang tinggi. Hal terebut
Selanjutnya terdapat tujuh provinsi di mengakibatkan rendahnya rata-rata
Indonesia dengan kategori sedang atau ketersediaan jasa perbankan syariah yang
medium pada dimensi ketersediaan jasa tersebar di Pulau Jawa. Sehingga, dalam
perbankan syariah yaitu Provinsi D.I melayani per 1.000.000 penduduk masih di
Yogyakarta, Jambi, Sumatera Barat, bawah 10 unit kantor layanan. Dari 24
Kepulauan Riau, Kalimantan Selatan, provinsi tersebut yang memiliki dimensi
Kalimantan Timur dan NTB. Berdasarkan availabilitas terendah adalah Provinsi NTT
SPS (2019) tujuh provinsi dengan kategori dan Papua. Rata-rata ketersediaan jasa
dimensi availabilitas sedang tersebut perbankan syariah selama Tahun 2015-
memiliki jumlah kantor layanan perbankan 2018 di Provinsi NTT hanya terdapat 1 unit
syariah kurang dari 100 unit kantor layanan kantor layanan perbankan syariah per
selama periode penelitian. Meski demikian, 100.000 penduduk. Di susul Papua yang
dikarenakan populasi penduduk pada

23
EISSN:2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
Sindi Puspitasari, A. Jajang W. Mahri dan Suci Aprilliani Utami, Indeks Inklusi Keuangan Syariah di Indonesia
Tahun 2015-2018

hanya terdapat dua unit kantor layanan Kalimantan


22,44 0,23
Barat
perbankan syariah per 100.000 penduduk. Jawa Barat 19,21 0,20
3. Dimensi Penggunaan Sumatera
18,81 0,19
Barat
Kegunaan dari jasa perbankan
Bengkulu 18,76 0,19
merupakan dimensi ketiga dari inklusi Banten 17,15 0,18
keuangan. Banyak orang yang memiliki Kepulauan
15,70 0,16
Riau
akses terhadap jasa perbankan tetapi tidak Sulawesi
15,26 0,16
Selatan
menggunakan jasa tersebut dikarenakan Sumatera
14,81 0,15
berbagai alasan seperti jarak yang cukup Utara
Jawa Tengah 14,77 0,15
jauh untuk menjangkau bank terdekat, Sumatera
13,66 0,14
produk yang ditawarkan tidak sesuai Selatan
Jambi 13,11 0,14
dengan kebutuhan, atau memiliki
Jawa Timur 12,64 0,13
pengalaman yang buruk dengan penyedia Bangka
10,52 0,11
Belitung
jasa (Ummah, 2013). Sehingga kepemilikan Lampung 9,45 0,10
rekening saja yang tercermin melalui rasio Sulawesi
9,08 0,09
Tenggara
DPK pada Perbankan Syariah tidak cukup Sulawesi
8,89 0,09
untuk menggambarkan keinklusifan sistem Tengah
Maluku Utara 8,69 0,09
keuangan. Indikator yang digunakan untuk Kalimantan
8,31 0,09
mengukur dimensi ini adalah jumlah Tengah
Bali 8,03 0,08
pembiayaan yang disalurkan oleh Kalimantan
7,94 0,08
perbankan syariah terhadap nilai PDRB Timur
Gorontalo 7,45 0,08
setiap provinsi. Berikut pada Tabel 3 Riau 6,82 0,07
merupakan rata-rata Nilai Indeks pada Sulawesi
6,78 0,07
Barat
Dimensi Penggunaan. Sulawesi
4,30 0,04
Utara
Tabel 3. Rata-rata Nilai Aktual dan Nilai Maluku 3,47 0,04
Indeks Dimensi Penggunaan Papua 2,79 0,03
Nilai Nilai NTT 2,11 0,02
Aktual Indeks Kate-
Provinsi Papua Barat 2,08 0,02
Dimen- Dimen- gori
si (D) si (d)
Aceh 77,65 0,80 Tinggi Pada Tabel 3 di atas menunjukkan
DKI Jakarta 49,08 0,51
terdapat satu provinsi yang dikategorikan
NTB 32,09 0,33 Medi-
DI um tinggi, tiga provinsi dikategorikan sedang,
30,69 0,32
Yogyakarta
dan 29 provinsi lainnya dikategorikan
Kalimantan Ren-
26,82 0,28
Selatan dah rendah dalam dimensi kegunaan jasa
24
EISSN:2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
Amwaluna: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah Vol. 4 No. 1 Januari 2020 Page 15 - 31

perbankan. Provinsi Aceh merupakan Rp. 49 Miliar, provinsi NTB sebesar Rp. 32
provinsi dengan kategori dimensi Miliar dan untuk provinsi D.I Yogyakarta
penggunaan tinggi. Pemberlakuan syariat sebesar Rp. 30 Miliar. Tingginya tingkat
Islam di Provinsi Aceh juga mengikat pada rasio DPK dan penyaluran pembiayaan di
lembaga keuangan formal. Dimana DKI Jakarta.
perbankan di Aceh sejak 25 Mei 2015 Untuk provinsi yang berada ada
melakukan perubahan kegiatan usaha dari kategori paling rendah di antara 29 provinsi
sistem konvensional menjadi sistem syariah adalah provinsi Papua Barat dan rata-rata
seluruhnya. Hal tersebut mengakibatkan penggunaan pembiayaan perbankan syariah
tingkat penggunaan produk dan penyaluran selama periode penelitian adalah hannya
pembiayaan pada perbankan syariah di Rp. 2 Miliar. Berdasarkan kajian Ekonomi
Aceh meningkat. Berdasarkan kajian Regional Bank Indonesia (2018)
ekonomi dan regional yang dilakukan oleh menunjukkann adanya perlambatan
Bank Indonesia, Provinsi Aceh memiliki pertumbuhan ekonomi pada provinsi ini.
keunggulan di bidang pertanian dan Tingkat inflasi tercatat meningkat dari
perdagangan. Hal tersebut tercermin pada tahun sebelumnya.
tingginya penyaluran dana berupa 4. Indeks Inklusi Keuangan Syariah
pembiayaan perbankan syariah di Aceh (ISFI) di Indonesia
pada sektor pertanian dan perdagangan. Secara keseluruhan, dari tahun 2015-
Rata-rata penggunaan pembiayaan 2018 tingkat inklusi keuangan syariah
perbankan syariah di Provinsi Aceh pada setiap provinsi di Indonesia mengalami
periode penelitian ini adalah sebesar Rp. 77 peningkatan. Rata-rata ISFI selama periode
Miliar. Tingginya tingkat pembiayaan yang penelitian adalah 0,18 dengan kategori
tersalurkan menyebabkan nilai dimensi rendah. Berdasarkan data Otoritas Jasa
penggunaan provinsi Aceh menjadi tinggi Keuangan (2018) tingkat inklusi keuangan
yaitu 0.8. pada perbankan syariah berada pada
Selanjutnya, provinsi yang berada kisaran 9.6 persen di Tahun 2016.
pada kategori sedang atau medium adalah
Tabel 4. ISFI Provinsi di Indonesia
provinsi DKI Jakarta, NTB dan D.I
Yogyakarta. DKI Jakarta menunjukkan
ISFI 33 Provinsi di Indonesia
Rata-rata penggunaan pembiayaan Provinsi
perbankan syariah di Provinsi DKI Jakarta 20 20 20 20 Kate-
pada periode penelitian ini adalah sebesar 15 16 17 18 gori
DKI Jakarta 0,6 0,7 0,7 0,7 Tinggi
25
EISSN:2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
Sindi Puspitasari, A. Jajang W. Mahri dan Suci Aprilliani Utami, Indeks Inklusi Keuangan Syariah di Indonesia
Tahun 2015-2018

7 4 6 Sulawesi 0,0 0,0 0,0 0,0


0,2 0,6 0,6 0,6 Barat 7 5 7 8
Aceh 0,0 0,0 0,0 0,0
5 7 9 9 Mediu Papua Barat
DI 0,3 0,3 0,3 0,3 m 7 7 7 6
Yogyakarta 4 2 3 5 Sulawesi 0,0 0,0 0,0 0,0
0,3 0,2 0,1 Utara 8 5 5 5
Jambi 0,3 0,0 0,0 0,0 0,0
6 9 9 Maluku
Kalimantan 0,2 0,2 0,2 0,2 5 5 5 5
Timur 5 5 5 9 0,0 0,0 0,0 0,0
Papua
Kepulauan 0,2 0,2 0,2 0,2 5 4 4 4
Riau 6 6 5 5 0,0 0,0 0,0 0,0
NTT
0,1 0,2 0,3 2 2 2 1
NTB 0,2 0,1 0,1 0,1 0,1 Renda
8 6 3 Indonesia
Kalimantan 0,2 0,2 0,2 0,1 7 8 8 8 h
Selatan 4 4 6 7
Sumatera 0,2 0,1 0,1 Berdasarkan nilai rata-rata indeks
0,2
Barat 2 9 8
0,1 0,1 0,1 0,1 inklusi keuangan syariah (ISFI), 30
Bengkulu
9 7 7 7
0,2 0,1 0,1 0,1 provinsi di Indonesia memiliki kategori
Banten
1 6 6 7 inklusi keuangan yang rendah. Kategori
0,1 0,1 0,1 0,1
Jawa Barat ISFI tinggi hanya satu povinsi yaitu DKI
7 7 6 6
Kalimantan 0,1 0,1 0,1 0,1
Jakarta dan dua provinsi dengan kategori
Barat 5 6 6 7
Sumatera 0,1 0,1 0,1 0,1 medium atau sedang.
Utara 7 5 5 5
Sulawesi 0,1 0,1 0,1 0,1 Jika dilihat dari sebaran ketiga
Selatan 7 6 5 5 dimensi inklusi keuangan, DKI Jakarta jauh
Rendah
Sumatera 0,1 0,1 0,1 0,1
Selatan 6 4 5 5 lebih tinggi dibandingkan dengan provinsi
0,1 0,1 0,1 0,1
Riau lainnya. Nilai dimensi dengan kategori
7 4 4 4
Bangka 0,1 0,1 0,1 0,1 tinggi di Provinsi DKI Jakarta adalah
Belitung 5 6 4 3
0,1 0,1 0,1 0,1 dimensi aksesibilitas dan dimensi
Jawa Timur
4 3 3 3 availabilitas. DKI Jakarta menempati posisi
Jawa 0,1 0,1 0,1 0,1
Tengah 3 2 3 4 pertama dengan sebaran aset perbankan
Maluku 0,1 0,1 0,1
0,1 syariah terbesar di Indonesia yaitu
Utara 1 4 5
Sulawesi 0,1 0,1 0,1 0,1 mencapai 56.60 persen (Otoritas Jasa
Tenggara 2 2 2 1
0,1 0,1 0,1 0,1 Keuangan, 2019).
Lampung
2 1 1 1 Sedangkan untuk dimensi
Sulawesi 0,1
0,1 0,1 0,1 penggunaan berada pada kategori sedang.
Tengah 1
0,0
Bali 0,1 0,1 0,1 Hal ini dikarenakan tingkat rasio NPF di
9
0,1 0,0 0,0 0,0 DKI Jakarta cukup tinggi yaitu mencapai
Gorontalo
2 9 8 9
Kalimantan 0,0 0,0 0,0 4.37 persen. Hal tersebut mengakibatkan
0,1
Tengah 9 9 9
26
EISSN:2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
Amwaluna: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah Vol. 4 No. 1 Januari 2020 Page 15 - 31

tingkat penggunaan yang diwakili tingkat (2017) dalam perkembangan perbankan


indikator pembiayaan perbankan syariah syariah regional, provinsi Aceh pada tahun
dimensi penggunaan di DKI Jakarta 2017 mengalami penurunan dari sisi DPK
menempati posisi sedang. yaitu sebesar 26.68 persen.
Provinsi yang termasuk ke dalam Provinsi D.I Yogyakarta memiliki
inklusi keuangan yang sedang adalah rata-rata ISFI sebesar 0.33. Dimensi
provinsi Aceh dan provinsi D.I Yogyakarta. availabilitas dan penggunaan berada pada
Provinsi Aceh mengalami peningkatan kategori sedang, namun untuk dimensi
yang sangat signifikan yaitu pada Tahun aksesibilitas berada pada kategori rendah.
2016, dimana di tahun sebelumnya masih ISFI yang paling tinggi di D.I Yogyakarta
berada di kategori rendah. Hal ini karena adalah pada Tahun 2015. Berdasarkan data
dimensi availabilitas dan dimensi perkembangan Perbankan Syariah market
penggunaan provinsi Aceh menempati share di provinsi D.I Yogyakarta
posisi tinggi. Dimana pada tahun 2016 meningkat di Tahun 2017 yaitu mencapai
semua lembaga keuangan formal di 4.82 persen. Selain itu, pertumbuhan
konversi menjadi syariah berdasarkan pembiayaan di Tahun 2017 cukup
pemberlakuan syariat Islam di Aceh. signifikan yaitu mencapai 18.16 persen
Sehingga tingkat ketersediaan layanan dimana di tahun sebelumnya hanya
keuangan formal syariah dan penggunaan mencapai 3.91 persen.
terhadap layanan syariah meningkat di Provinsi Jambi berada pada posisi ke
provinsi Aceh. empat karena tingkat dimensi
Berdasarkan Data Otoritas Jasa availabilitasnya berada pada kategori
Keuangan (2018) tingkat pangsa pasar sedang, namun untuk dimensi aksesibilitas
perbankan syariah mencapai 50.21 persen dan penggunaan berada pada kategori
pada Tahun 2017. Namun, untuk dimensi rendah. Hal tersebut dikarenakan sepanjang
aksesibilitas di provinsi Aceh masih tahun 2017 provinsi Jambi masuk ke dalam
kategori rendah. Hal tersebut mengartikan, kategori provinsi dimana market share
meskipun kantor layanan sudah tersebar perbankan syariah di atas 5 persen, yaitu
dan beroperasi, namun jumlah DPK yang mencapai 6.05 persen. Meski demikian,
mencerminkan kepemilikan rekening baik tingkat dimensi aksesibilitas dan dimensi
tabungan maupun deposito masyarakat penggunaan rendah menunjukkan,
masih belum merata. Sesuai dengan data walaupun di provinsi Jambi jumlah kantor
yang dilansir Otoritas Jasa Keuangan layanan perbankan syariah sudah memadai,

27
EISSN:2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
Sindi Puspitasari, A. Jajang W. Mahri dan Suci Aprilliani Utami, Indeks Inklusi Keuangan Syariah di Indonesia
Tahun 2015-2018

namun belum dapat diakses dan digunakan syariah. Rata-rata nilai dimensi akssibilitas,
atau dimanfaatkan oeh masyarakat baik itu availabilitas dan penggunaan di provinsi
dalam bentuk pembuatan rekening dan NTT berada pada kategori rendah selama
rasio pembiayaan yang diajukan terhadap periode penelitian.
perbankan syariah di Jambi. Selain provinsi NTT, provinsi Papua
Berdasarkan indeks inklusi keuangan, memiliki ISFI yang rendah pula. Terlihat
tingkat keinklusifan perbankan di provinsi perkembangan tiap tahunnya relatif
Jawa Barat jauh lebih rendah dari Provinsi stagnan. Dalam grafik perkembangan
NTB, Kalimantan Timur dan Kepulauan perbankan syariah, tercatat provinsi Papua
Riau. Rendahnya nilai indeks inklusi mengalami perlambatan bahkan relatif
keuangan di Jawa Barat dikarenakan menurun dari sisi pertumbuhan DPK
jumlah rekening yang terdaftar, jumlah menjadi -5.90 persen dari sebelumnya 3.13
kantor cabang, maupun jumlah DPK dan persen, dan dari sisi pertumbuhan
pembiayaan relatif lebih tinggi, tetapi tidak pembiayaan menjadi -5.58 persen
sebanding dengan jumlah populasi yang disebabkan tingkat rasio pembiayaan
ada di provinsi Jawa Barat. Rendahnya bermasalah di Papua juga tinggi yaitu
indeks inklusi keuangan menunjukkan mencapai 7.14 persen.
penyebaran dan pemanfaatan jasa Berdasarkan data perkembangan
perbankan masih rendah. perbankan syariah di Indonesia (Otoritas
Dari 30 provinsi dengan kategori ISFI Jasa Keuangan, 2017), terdapat lima
rendah, Provinsi NTT merupakan salah satu provinsi yang mengalami pertumbuhan
provinsi dengan ISFI terendah selama negatif, yaitu provinsi Papua Barat (-1.51
periode penelitian. Berdasarkan laporan persen), Papua (-3.00 persen), NTT (-12.47
OJK (2018) mengenai perkembangan persen), Riau (-16.31 persen), dan Maluku
Perbankan Syariah, market share di NTT (-24.67 persen). Adapun lima provinsi yang
menurun. Selain itu, grafik pertumbuhan memiliki market share terenah sepanjang
aset menurun drastis, dimana pada Tahun tahun 2017 antara lain NTT (0.48 persen),
2017 berada pada angka -1247 persen. Sulawesi Utara (0.98 persen), Papua (1.06
Selain dari rendahnya pertumbuahn aset, persen), Bali (1.21 persen) dan Maluku
pertumbuhan pembiayaan dan DPK juga (1.89 persen).
menurun setiap tahunnya. Hal tersebut Perbedaan indeks inklusi keuangan
menunjukkan rendahnya keterlibatan antar provinsi di Indonesia menunjukkan
masyarakat di NTT terhadap perbankan masih terjadinya ketimpangan akses jasa

28
EISSN:2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
Amwaluna: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah Vol. 4 No. 1 Januari 2020 Page 15 - 31

perbankan antar provinsi. Selain itu, dimensi aksesibilitas memiliki nilai tinggi
beberapa provinsi yang memiliki kantor serta paling dominan mempengaruhi
perbankan, rekening tabungan, dan tingkat tingkat inklusi keuangan.
penggunaan perbankan yang cukup tinggi Dalam perspektif Islam, peran
memiliki indeks inklusi keuangan lebih intermediasi sebuah lembaga keuangan
rendah dibandingkan dengan provinsi yang khusunya perbankan syariah bukan hanya
memiliki kantor perbankan, rekening profi saja, melainkan memiliki nilai tujuan
deposit, dan tingkat penggunaan perbankan yang lebih kholistik (Sukma, Akbar,
yang relatif lebih rendah. Azizah & Juliani, 2019).
Secara keseluruahan, tingkat inklusi Dalam menjalankan tingkat
keuangan syariah di Indonesia masih keinklusifan keuangan syariah memiliki
rendah. Adapun dimensi yang tujuan pada dua hal, yaitu mempromosikan
menunjukkan nilai yang tinggi adalah berbagai produk berdasarkan akad atau
dimensi availabilitas dan penggunaan. kontrak sebagai alternatif pembiayaan dari
Senada dengan penelitian yang dilakukan lembaga keuangan konvensional, dan yang
Umar (2017) dan Ummah (2013) dimensi kedua terkait instrumen khusus yang
yang sangat berpengaruh terhadap tingkat digunakan untuk mendistribusikan
ISFI antar provinsi di Indonesia adalah kekayaan disebagian orang (Mahri, Utami,
dimensi availabilitas dan penggunaan. Firmansyah, & Cakhyaneu, 2016).
Ketika availabilitas atau ketersediaan jasa Oleh karena itu, penggunaan indeks
perbankan syariah yang memadai di inklusi keuangan syariah (ISFI) sebagai
Indonesia, namun sebagian masyarakat indikator untuk mengukur bagaimana
tidak begitu optimal menggunakan layanan tingkat inklusi keuangan, khususnya sektor
yang ada dengan baik, karena adanya perbankan syariah meliputi BUS, UUS dan
kendala berupa kantor cabang, atau kantor BPRS setiap provinsi di Indonesia sangat
layanan jasa keuangan perbankan syariah efektif untuk digunakan. Hal ini mendorong
tidak dapat dijangkau karena lokasi berbagai stakehoder khususnya pihak
geografis atau tempat tinggal sebagian perbankan syariah atau regulator untuk
masyarakat masih terpencil. Namun hasil tepat strategi dalam menciptakan keuangan
penelitian ini tidak mendukung penelitian syariah yang inklusif, dimana ketersediaan
yang dilakukan oleh Sanjaya & akses pada berbagai lembaga, produk dan
Nursechafia (2016) dan Zin & Prasetyo layanan jasa keuangan disesuaikan dengan
(2018) dengan hasil menunjukkan bahwa kebutuhan dan kemampuan masyarakat

29
EISSN:2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
Sindi Puspitasari, A. Jajang W. Mahri dan Suci Aprilliani Utami, Indeks Inklusi Keuangan Syariah di Indonesia
Tahun 2015-2018

dalam rangka meningkatkan kesejahteraan Timur, Kalimantan Barat, Maluku Utara


masyarakat. Maka idealnya masyarakat dan Maluku. Terdapat 14 provinsi dengan
akan senantiasa memiliki pengetahuan serta tren perkembangan ISFI menurun di tahun
pengelolaan keuangan yang baik. 2016 dan relatif tetap di tahun selanjutnya
yaitu provinsi D.I Yogyakarta, Bengkulu,
III. Simpulan
Sumatera Selatan, Riau, Jawa Timur,
Hasil penelitian rata-rata indeks inklusi
Banten, Jawa Tengah, Lampung, Sulawesi
keuangan syariah (ISFI) setiap provinsi di
Tengah, Kalimantan Tengah, Sulawesi
Indonesia sebesar 90,9 persen atau
Barat, Sulawesi Utara, Sumatera Utara dan
sejumlah 30 provinsi di Indonesia memiliki
Papua. Terdapat tiga provinsi dengan tren
kategori inklusi keuangan yang rendah.
perkembangan ISFI menurun di Tahun
Tingkat inklusi keuangan syariah selama
2017 yaitu provinsi Kepulauan Riau, NTB
Tahun 2015-2018 mengalami
dan Jawa Barat. Terdapat enam proviinsi
perkembangan yang relatif stagnan. Secara
dengan tren perkembangan ISFI menurun
keseluruhan masing-masing provinsi
di Tahun 2018 yaitu provinisi Jambi,
memiiki nilai indeks dari tiga dimensi
Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara,
Inklusi Keuangan Syariah yang berbeda.
Bali, Papua Barat dan NTT. Dan terdapat
Kategori ISFI tinggi hanya satu provinsi
empat provinsi dengan tren perkembangan
yaitu DKI Jakarta. Kategori ISFI medium
ISFI menurun dari tahun 2015-2018 yaitu
atau sedang yaitu Provinsi Aceh dan D.I
provinsi Sumatera Barat, Sulawesi Selatan,
Yogyakarta. Provinsi Nusa Tenggara Timur
Bangka Belitung dan Gorontalo.
merupakan provinsi dengan kategori ISFI
terendah selama periode penelitian. Dengan
Daftar Pustaka
tiga dimensi keuangan yang relatif rendah
Fahmy, O. M., Rustam, M., & Asmayadi,
dan grafik pertumbuhan sektor perbankan E. (2016). Pengaruh Keuangan
syariah di provinsi NTT melambat. Inklusif Terhadap Kredit yang
Disalurkan pada Sektor UMKM di
Perkembangan ISFI setiap provinsi Indonesia. Jurnal Ekonomi Bisnis
dari tahun 2015-2018 memiliki tren yang dan Kewirausahaan, 118-135.
Mahri, A. W., Utami, S. A., Firmansyah, &
berbeda. Provinsi Aceh menunjukkan tren Cakhyaneu, A. (2016). Baitul Maal
perkembangan ISFI yang meningkat dan Wat Tamwil as an Islamic Financial
Inclusion Institution Model
signifikan. Terdapat lima provinsi dengan Towards a Sustainable
tren perkembangan ISFI meningkat namun Development. Proceedings of the
1st UPI International Conference
tidak signifikan selama tahun 2015-2018 on Sociology Education (hal. 232).
yaitu proviinsi DKI Jakarta, Kalimantan Bandung: UPI ICSE.
30
EISSN:2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
Amwaluna: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah Vol. 4 No. 1 Januari 2020 Page 15 - 31

doi:https://doi.org/10.2991/icse-
15.2016.50
Mardani, D. A. (2018, January). Peran
Perbankan Syariah dalam
Mengimplementasikan Keuangan
Inklusif di Indonesia. al-Afkar
Journal for Islamic Studies, 1, 104-
119. doi:10.5281/zenodo.1161568
Otoritas Jasa Keuangan. (2017). Strategi
Nasional Literasi Keuangan
Indonesia. Jakarta: Otoritas Jasa
Keuangan.
Otoritas Jasa Keuangan. (2019, Agu).
Snapshot Perbankan Syariah di
Indonesia. Jakarta: OJK.
Sarma, M. (2012). Index of Financial
Inclusion-A Measure of Financial
Sector Inclusivenes. Berlin Working
Papers on Money, Finance, Trade
and Development. Diambil kembali
dari http://finance-and-trade.htw-
berlin.de
Sukma, F. Annisa., Akbar, R. K., Azizah,
N. Nur., & Juliani, G. Putri. (2019).
Konsep dan Implementasi Akad
Qardhul Hasan pada Perbankan
Syariah dan Manfaatnya.
Amwaluna:Jurnal Ekonomi dan
Keuangan Syariah, Vol.3 No. 2,
148-162.
Umar, A. I. (2017, July). Index Of Syariah
Financial Inclusion In Indonesia.
Buletin Ekonomi Moneter dan
Perbankan, 20, 100-126.
Ummah, B. B. (2013). Analisis Keterkaitan
Keuangan inklusif dengan
Pembangunan di Asia.
Wahid, N. (2014). Keuangan Inklusif:
Membongkar Hegemoni Keuangan.
Jakarta: Kepustakaan Populer
Gramedia.

31
EISSN:2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399

Anda mungkin juga menyukai