id
PENELITIAN TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Oleh :
Maria Galuh Kamenyangan Sari
S 500708012
Pembimbing :
Prof. Bhisma Murti, dr, M.Sc, MPH, Ph.D
Sri Lilijanti W, dr, SpA(K)
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan
karuniaNYA, sehingga penulis dapat menyelesaian tesis penelitian dengan judul ”
HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG
PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”.
Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan penelitian dan persyaratan untuk
mencapai derajat magister. Terselesaikannya penelitian ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Endang Dewi Lestari, dr, SpA (K), MPH, selaku Kepala SMF Ilmu Kesehatan
Anak FK UNS/RSDM. Terima kasih telah memberikan kesempatan dan
dukungan untuk mengikuti program Magister di Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret.
2. Muhammad Riza, dr, SpA, Mkes, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Dokter Spesialis FK UNS/RSDM yang telah memberikan kesempatan untuk
mengikuti program Magister di Program Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret dan dorongan semangat serta fasilitas yang diberikan.
3. Prof. Bhisma Murti,dr, M.Sc, MPH, Ph.D selaku pembimbing metodologis
dan biostatistika yang dengan penuh kesabaran dalam meneliti proposal
penelitian ini, memberikan berbagai masukan yang berguna sehingga menjadi
lebih baik.
4. Sri Lilijanti W, dr, SpA(K) selaku pembimbing substansi kardiologi yang telah
memberikan banyak motivasi, semangat serta bimbingan yang membangun
dalam proses pembuatan proposal penelitian ini.
5. Yulidar Hafidh, dr, SpA (K) yang telah memperkenankan, menyediakan
waktu, memberi saran, koreksi, bimbingan serta memberikan kesempatan
dalam meneliti bidang ilmu perinatologi.
6. Dwi Hidayah, dr, SpA, M.Kes yang telah menyediakan waktu dan
memberikan kesempatan dalam meneliti bidang ilmu perinatologi.
7. Sunyataningkamto, dr, SpA yang telah memperkenankan, menyediakan
waktu, memberi saran, koreksi, bimbingan serta memberikan kesempatan
commit to user
dalam meneliti bidang ilmu perinatologi.
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8. Keluargaku tercinta ayahku DR. J.B. Prasodjo, dr., Sp Rad (K), ibuku Maria
Immaculata Ratna Dewi Martaningsih, adikku Theodora Ratih Labdagati
Iswara serta masku Marcellus Rudy Wardana yang selalu memberikan doa,
kasih sayang, pengorbanan serta supportnya yang luar biasa kepadaku.
9. Sahabat-sahabatku tersayang : mbak-mbakku Wasis Rohima, Siti Ariffatus
Saroh, Anggayasti yang selalu mendukung dalam kekompakan dan solidaritas
bersama satu angkatan.
10. Semua kakak-kakak senior, adik-adik junior yang telah banyak memberikan
masukan, saran, kritik dan supportnya.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis penelitian ini yang
tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa tesis penelitian ini masih banyak kekurangan, maka dari itu
kami mohon kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan tesis penelitian ini.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 2.3. Kriteria Ross untuk menilai gagal jantung pada bayi............................. 14
Tabel 4.3. Hubungan antara jenis residu lambung terhadap risiko terjadinya
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
peptide (BNP) pada pasien dengan sepsis berat dan syok septik........... 11
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR SINGKATAN
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Objective: to analyze the relationship between gastric residue and heart dysfunction
among neonates at risk of sepsis
Method: This cross-sectional study was conducted in January 2011 – October 2011 to
neonates suspected sepsis who were hospitalized at Neonatal-HCU Moewardi General
Hospital Surakarta. Sample was selected by quota sampling. Sepsis was assessed by
clinical major-minor criteria. Gastric residue was defined when the volume of gastric
aspiration 4 hours after feeding reached ≥ 20% for 2 days. Heart dysfunction was
measured using two-dimensional Doppler echocardiography. Chi square test was
performed to analyze this data using SPSS 17.0.
Conclusion: There was a relationship between gastric residue and heart dysfunction
among neonates at risk of sepsis. The presence of gastric residue can become a
marker of heart dysfunction among septic risk neonates.
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id 1
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
Adanya pasien sepsis dengan gangguan fungsi jantung, kurang dianggap sebagai
serta kematian (Rosentiel, 2001; Luce, 2007). Sepsis adalah penyakit yang
gangguan fungsi organ dan respon hemodinamik yang terjadi. Sepsis berat
didefinisikan sebagai sepsis dengan adanya gangguan fungsi organ (Levy, 2003).
mengkaji secara luas berbagai tanda dan gejala sepsis, belum ada perubahan yang
neonatus (Levy, 2003). Telah diakui pentingnya depresi jantung yang meliputi
infark miokard serta rendahnya indeks jantung (CI) ataupun bukti ekokardiografi
adanya disfungsi jantung sebagai kriteria diagnostik sepsis berat pada dewasa.
diduga sepsis banyak dikirim untuk investigasi ke unit perawatan intensif bayi
yang baru lahir di Amerika Serikat (Spitzer, 2005). Walaupun pemahaman kita
tahun terakhir ini, namun morbiditas dan mortalitas neonatus oleh karena sepsis
tetap tinggi. (Rosentiel, 2000; Angus, 2001; Tabbutt, 2001). Telah dilaporkan
angka kematian sebesar dua kali lipat pada pasien neonatus dengan sepsis yang
pada sepsis adanya depresi miokardium yang dinyatakan oleh denyut jantung
dalam definisi sepsis berat pada dewasa (Annane, 2005). Namun demikian,
kardiovaskular pada khususnya, relatif sangat jarang, maka dari itu diperlukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id
Hal ini belum banyak diteliti pada bayi dan anak di luar negeri maupun di
mekanisme yang terjadi pada bayi dengan risiko sepsis khususnya yang dirawat di
B. Rumusan Masalah
Adakah hubungan residu lambung dengan gangguan fungsi jantung pada neonatus
berisiko sepsis?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id
D. Manfaat Penelitian
risiko sepsis.
melakukan evaluasi residu lambung lebih cermat dan efektif secara klinis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sepsis neonatus
A.1. Definisi
Sepsis neonatal didefinisikan sebagai infeksi pada sirkulasi yang bersifat invasif
ditandai dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti darah, cairan
sumsum tulang ataupun air kemih. (Aminullah, 2009). Sejak adanya konsensus
2. Sepsis berat adalah suatu keadaan sepsis yang disertai dengan adanya
3. Syok septik ialah suatu kondisi dimana neonatus masih dalam keadaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id
Sepsis neonatal dibagi menjadi dua kelompok yakni sepsis awitan dini dan awitan
lambat. Pada sepsis awitan dini, gejala klinis didapatkan pada hari-hari pertama
kehidupan (usia kurang dari 72 jam), infeksi terjadi secara vertikal berasal dari
penyakit ibu atau ditularkan dari infeksi yang diderita ibu selama persalinan.
Tabel dibawah ini merupakan beberapa faktor risiko sepsis awitan dini.
berasal dari lingkungan sekitar neonatus pada saat setelah usia 3 hari. Keadaan ini
sering ditemukan pada neonatus yang dirawat di ruang intensif, beonatus kurang
waktu cukup lama, infeksi yang bersumber dari alat perawatan, infeksi
nosokomial ataupun infeksi silang dari bayi lain atau dari tenaga medis yang
merawat. Walaupun berbagai faktor risiko ini tidak selalu berakhir dengan infeksi,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id
A.2. Patogenesis
rangsangan imungen atau benda asing dari luar tubuh. Proses inflamasi
sistem imun dan berbagai macam sitokin baik yang bersifat pro inflamasi,
menginfeksi yaitu TNF-α, IL-1, IFN-γ, maupun yang bersifat anti inflamasi,
berlebihan yakni interleukin 1 receptor antagonis (IL-1 ra), IL4, IL-10. (Kaspan;
inflamasi dan anti inflamasi ini tidak dapat tercapai dengan baik, maka dapat
commit tosepsis
Gambar 1. Patogenesis user (Steve, 2006)
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id
Pada saat antigen masuk, maka antigen akan bereaksi dengan dengan
2 akan mengekspresikan IL-4, IL-5, IL- 6, IL-10. Pada kondisi sepsis, IL-1β dan
TNF-α serum penderita akan meningkat. IL-1β sebagai imuno regulator utama
bebas yang akan mempengaruhi oksigenasi pada mitokondria. Akibat dari proses
tersebut sel endotel akan menjadi nekrosis, sehingga terjadi kerusakan sel endotel
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id
A.3. Diagnosis
Sampai saat ini, belum ada parameter yang merupakan baku emas dalam
penegakan diagnosis pasti sepsis. Diagnosis sepsis yang sering digunakan yaitu
dengan ditemukannya bakteri pada hasil biakan darah maupun urin, namun
pemeriksaan ini mempunyai kelemahan yaitu biakan baru diketahui setelah 3-5
hari, dipengaruhi oleh pemberian antibiotika, jumlah sampel darah dan dapat
menunjukkan negatif palsu, dimana didapatkan biakan darah dan urin negatif,
namun secara klinis menunjukkan gejala yang nyata. Oleh karena itu beberapa
ahli membuat formulasi untuk dapat mendiagnosis terjadinya sepsis secara dini.
1. laju nafas > 60x/m dengan atau tanpa retraksi dan desaturasi O2
2. suhu tubuh tidak stabil (<36C atau >37,5C peraksiler)
3. capillary refill time > 3 detik
4. hitung lekosit <4000x109/L atau >34000x109 /L
5. CRP >10 mg/dl
6. IL-6 atau IL-8>70 pg/ml
7. 16 S rRNA gene PCR: positif.
Diagnosis sepsis pada neonatus ditegakkan apabila didapatkan satu atau lebih
kriteria FIRS disertai dengan adanya gejala klinis infeksi (Haque, 2005).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id
Variabel klinis
Suhu tubuh tidak stabil
Laju nadi > 180 kali/menit atau < 100 kali/menit
Laju nafas >60kali/menit, dengan retraksi atau desaturasi oksigen
Letargi
Intoleransi glukosa ( plasma glukosa > 10 mmol/L)
Intoleransi minum
Variabel hemodinamik
Tekanan darah < 2 SD menurut usia bayi
Tekanan darah sistolik < 50 mmHg (bayi usia 1 hari)
Tekanan darah sistolik < 65 mmHg (bayi usia kurang dari 6 bulan)
Variabel perfusi jaringan
Pengisian kembali kapiler/capillary refill > 3 detik
Asam laktat plasma > 3 detik
Variabel inflamasi
Leukositosis (>34000x109)
Leukopenia (<5000x109)
Neutrofil muda > 10%
Neutrofil muda/ total neutrofil (I/T ratio)>0.2
Trombositopenia <100000x109/L
C reaktive protein > 10 mg/dl atau > 2 SD dari nilai normal
Procalsitonin > 8,1 mg/dL atau > 2 SD dari normal
IL-6 atau IL-8 >70pg/ml
16 S rRNA gene PCR : poaitif
A.4. Pengobatan
14 hari sedangkan pada gram negatif pengobatan dapat dilanjutkan sampai 2-3
sirkulasi. Beberapa substansi yang telah dijelaskan yakni adanya peranan utama
dari TNF-α dan interleukin-1β (Kumar, 1996; CV, 2005; Lancel, 2005) serta
gangguan fungsi otot jantung pada anak dengan meningokokus dan syok septik
(Pathan, 2004).
Gambar 2. Mekanisme peningkatan cardiac troponin (cTn) dan B-type natriuretic peptide
(BNP) pada pasien dengan sepsis berat dan syok septic. ALI = acute lung injury; IL =
interleukin; LV = left ventricular; RV = right ventricular; RVEDP = right ventricular
end-diastolic pressure; RVSWI =commit to user stroke work index; TNF = tumor
right ventricular
necrosis factor. (Maeder, 2006)
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id
dewasa dapat menyebabkan perbedaan pula dalam efek sepsis terhadap jantung
kalsium (calcium channel) yang didasarkan pada saluran kalium ATP-sensitif dan
β-reseptor coupling, hal ini yang menjadi perbedaan dalam hasil dan pengobatan
sepsis pada neonatus dibandingkan dengan sepsis pada orang dewasa (Huang,
sepsis adalah akibat dari meningkatnya kadar TNF-α dan produksi nitrit oksida
(NO) serta peroxynitrite yang menyebabkan kerusakan DNA lebih lanjut serta
fungsi kardiovaskular. Serum darah pada pasien dengan sepsis secara langsung
(CV, 2005; Lancel, 2005). Namun, pada kardiomiosit neonatus, tidak ada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
terpapar lipopolisakarida. Maka dari itu, perlu diteliti lebih lanjut bagaimana
pada bayi baru lahir (Hickson, 2006). Komplikasi lain yang memperberat respon
seperti paten ductus arteriosus (PDA), hipertensi pulmoner, asfiksia dan asidosis
gangguan fungsi otot jantung ventrikel kiri. Kardiomiopati septik ditandai dengan
fraksi ejeksi dan indeks kerja ventrikel kiri (Timothy, 2008; Hunter, 2010).
pengisian diastolik yang abnormal dibandingkan dengan kontrol. Pada studi syok
Diagnosis gangguan fungsi jantung pada neonatus dan bayi sampai usia
kurang dari 1 tahun secara klinis dapat dinilai dengan kritria Ross, yang menilai
adanya toleransi minum, baik banyaknya volume maupun lamanya waktu setiap
kali minum, jenis pernapasan dan laju napas per menit, perfusi perifer, bising
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.3. Kriteria Ross untuk menilai gagal jantung pada bayi (Motz, 2005)
ekokardiografi. Alat ini dapat digunakan untuk menilai kelainan anatomis dan
mempunyai peranan utama terhadap pengisian jantung kiri yang berkaitan dengan
alat ekokardiografi Doppler, yang merupakan teknik yang sederhana, non invasif
adanya gangguan fungsi diastolik (Vlahovic, 1999; Vignon, 2007). Ada 2 jenis
dari berbagai kedalaman pada aksis vertikal dan waktu pada aksis horisontal.
Pemeriksaan ini ideal untuk mengukur berbagai dimensi ruang jantung dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id
pembuluh darah, karena dapat dilakukan tepat pada saat siklus jantung yang
ekokardiografi dari berbagai sudut pandang dan yang dianggap baku adalah
sistolik (FS = fractional shortening) dan fraksi ejeksi (EF = ejection fraction),
keduanya merupakan indikator yang baik dan tepat untuk menilai fungsi jantung.
ventrikel kiri saat kontraksi sistolik dan merupakan parameter yang sering
pemendekan ini dihitung dari perubahan persentase diameter ventrikel kiri yang
terjadi saat sistolik dengan mengukur diameter sistolik akhir dan diameter
tergantung usia dan laju jantung, namun tergantung dari preload dan afterload
pompa ventrikel. Fraksi ejeksi mewakili isi sekuncup sebagai persentase dari
volume akhir diastolik ventrikel kiri dengan nilai normal berkisar antara 64 – 83%
pengisian ventrikel pada saat awal diastolik (E), kecepatan maksimal pengisian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id
ventrikel pada saat kontraksi atrium (A), serta kecepatan rasio maksimal pengisian
awal dan akhir (E/A). Pada sepsis neonatus, adanya karakteristik adanya
ventrikel kiri, yang tampak jelas pada sepsis hari pertama, ketiga dan ketujuh
(Sharma, 2007).
syok septik dengan hasil 13% dari subyek penelitian menunjukkan depresi fraksi
ejeksi ventrikel kiri yang reversibel (LEVF) secara signifikan (Maeder, 2006).
Kelompok ini menunjukkan peningkatan volume akhir diastolik ventrikel kiri dan
akhir sistolik, dengan demikian volume isi sekuncup dapat tetap terpenuhi
meskipun terjadi gangguan pada fraksi ejeksi ventrikel kiri. Penurunan afterload
dapat terjadi pada fraksi ejeksi ventrikel kiri sebagai akibat penurunan
kontraktilitas otot jantung yang diukur dengan indeks kerja ventrikel kiri pada
serupa juga diamati pada ventrikel kanan (seperti terjadinya dilatasi dan
Studi yang dilakukan oleh Poelaert dkk mengemukakan data yang sangat
sistolik dan diastolik pada pasien dengan syok septik. Penelitian ini menganalisis
pola aliran transmitral, yakni rasio kecepatan aliran puncak pengosongan atrium
kiri ke ventrikel kiri (E) terhadap kontraksi atrium kiri untuk mengalirkan sisa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id
darah ke ventrikel kiri (A) serta pola kecepatan aliran vena pulmonalis saat fase
sistolik (S) dan diastolik (D). Berdasarkan analisis ini, subyek penelitian dibagi
kontraksi area fraksional ventrikel kiri (LVFAC) normal, pola aliran vena
pulmonalis dan aliran transmitral yang normal (E/A > 1 dan S/D > 1).
serta aliran transmitral yang pseudonormal (E/A > 1 dan S/D < 1).
kiri (LVFAC), adanya pola aliran vena pulmonalis dan aliran transmitral
menunjukkan angka mortalitas yang lebih tinggi dibanding kedua kelompok yang
lain. Tidak ada perbedaan yang bermakna dalam besarnya tahanan vaskuler
ini adalah rendahnya kontraksi area fraksional ventrikel kiri berhubungan secara
bermakna dengan kondisi yang lebih buruk berkaitan dengan adanya gangguan
Pada neonatus kurang bulan maupun cukup bulan, fungsi sistolik ventrikel
1998). Bayi baru lahir secara relatif mengalami penurunan massa otot ventrikel
kiri dan peningkatan proporsi tipe I kolagen (kekakuan jaringan) terhadap kolagen
tipe III (memberikan elastisitas) dalam jaringan otot jantung, yang dapat
pemendekan pertengahan dinding ventrikel kiri pada bayi kurang bulan (Joyce,
2004; Marijian, 1994; Kozak, 2001). Kelainan fisiologis ini, sesuai dengan
pernyataan bahwa otot jantung ventrikel kiri neonatus telah berfungsi sebagai
dasar fungsi kontraksi jantung, yang dapat membatasi kemampuan peningkatan isi
sepsis.
tersebut yakni ditemukannya penurunan fraksi ejeksi ventrikel kiri pada lebih dari
50% subyek penelitian (Spapen, 2000; Charpentier, 2004). Namun, pola spesifik
pada dilatasi ventrikel kiri dengan gangguan penurunan fraksi ejeksi ventrikel kiri
hanya ditemukan pada studi Charpentier dkk meskipun dimensi ventrikel nasih
normal.
Pada studi yang dilakukan oleh Shimada dkk menyatakan bahwa pada
ventrikel kiri namun berdampak penurunan aliran darah yang menuju ke aorta
2008).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id
Respon hemodinamik pada sepsis neonatus belum diketahui dengan jelas yang
2002). Pola hemodinamik pada syok septik biasanya ditandai dengan keadaan
indeks jantung secara signifikan setelah resusitasi cairan yang memadai. Namun,
ventrikel kiri pada pasien dengan syok septik. Adanya perbedaan dalam hal
anatomi, fisiologi dan adaptasi fungsi kardiovaskuler pada sepsis neonatus perlu
diidentifikasi lebih lanjut untuk strategi terapi yang lebih baik. (Tabbutt, 2001).
eksogen oleh karena adanya saraf otonom yang belum matang secara fungsional
terutama pada bayi kurang bulan (Hirsimaki, 1992; Kalio, 1998). Lemahnya
syok septik, sebagai akibat dari reseptor down regulation, reseptor dari
berbagai patogen akibat berbagai mekanisme (Setiati, 2009). Salah satunya adalah
respon aliran darah pada sistem splanknikus dan mesenterika. Penurunan sirkulasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id
sirkulasi mesenterika.
vena pada regio splanknikus sehingga terjadi autotransfusi. Efek ini meningkatkan
(Setiati, 2009).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id
(Kempley, 2000)
terhadap nutrisi enteral melalui sirkulasi transisional post natal. Penelitian yang
dilakukan oleh Bel dkk menunjukkan bahwa kecepatan aliran darah pada arteri
mesenterika superior meningkat sesuai usia gestasi dan berat badan, sedangkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id
(Kempley, 2000)
mengukur kecepatan aliran darah arteri mesenterika superior pada saat 1 jam
setelah lahir sampai dengan hari kelima setelah lahir dengan ultrasound Doppler.
Variabel lain yang diamati pada studi ini adalah adanya perubahan curah jantung
(cardiac output), denyut jantung, tekanan darah dan sirkulasi regional lainnya.
Respon sirkulasi terhadap nutrisi diamati dari hari ketiga hingga hari kelima
setelah lahir.
dalam proses inflamasi pada orang dewasa. Pola ini merupakan salah satu yang
resisten terhadap aliran darah, seperti yang ditunjukkan oleh berkurangnya indeks
pulsasi dalam aksis coeliaca dan arteri mesenterika superior yang secara konsisten
sistem coeliaca terhadap aliran darah sistolik arteri mesenterika superior pada
dengan adanya IUGR (Intra Uterin Growth Retardation), asfiksia, infeksi maupun
dengan resiko tinggi lainnya. Pada kelompok neonatus ini, didapatkan penurunan
kecepatan aliran darah arteri mesenterika superior dan penurunan kecepatan aliran
mengenai peningkatan kecepatan aliran darah pada aksis coeliaca antara kedua
menyingkirkan semua subjek yang memiliki berat lahir rendah. Adanya infeksi
sistemik. Pemenuhan aliran darah dan tekanan perfusi yang adekuat merupakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id
dengan efek dilatasi telah diketahui dapat meningkatkan perfusi splanknik dan
oksigenasi (Setiati, 2009). Pada kondisi seperti NEC telah terbukti berkaitan
2000).
perfusi dan distribusi oksigen dan nutrisi ke seluruh jaringan tubuh dalam upaya
lebih responsif terhadap terapi vasodilator dan inotropik (Rosentiel, 200; Rivers,
2001).
C. Residu lambung
asupan di mana lambung dihisap melalui selang nasogastrik atau orogastrik. Pada
residu lambung baik dinamis maupun menetap yang telah banyak digunakan.
Pada neonatus, interpretasi dari hasil aspirasi lambung ini dianggap abnormal bila
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id
volume mencapai lebih dari 30 % dari total formula yang diberikan 3 sampai 4
jam sebelum aspirasi lambung, dan memerlukan evaluasi lebih lanjut (Dollberg,
Aspirasi lambung yang normal pada neonatus adalah jika didapatkan kurang dari
20% dari volume formula yang diberikan 3-4 jam sebelum pengukuran, berupa
lambung dinamis yakni lebih dari 20 % dari volume asupan yang telah diberikan 4
jam sebelumnya (Dollberg, 1999), lebih dari 50 % dari volume asupan yang
volume residu lambung setiap 3 jam. Definisi yang banyak digunakan untuk
hijau. Tidak ada dari berbagai definisi tersebut yang dianggap lebih baik
dibanding yang lainnya pada suatu studi uji klinis (Silvestre, 1996).
petunjuk klinis sebagai gejala yang penting mengenai adanya penyebab masalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id
pada distal ampulla Vateri. Tipe residu ini menunjukkan masalah yang
a. Obstruksi usus
c. Meconium plug
d. Penyakit Hirschprung
e. Malrotasi usus
f. Volvulus
g. Ileus
Formula minum yang tercerna maupun yang tidak tercerna dapat terlihat
terlalu agresif. Hal ini sering dijimpai terutama pada neonatus kurang
bulan dengan berat badan lahir rendah yang diberi formula dalam jumlah
berikutnya dengan jumlah yang lebih besar dalam waktu yang terlalu
cepat.
d. Stenosis pilorus
e. Striktur post-NEC
f. Infeksi
h. Konstipasi
secara klinis dengan palpasi teraba supel, serta tak adanya tinja
i. Sindrom adrenogenital
j. Hipoplasi adrenal
k. Intoleransi formula
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id
d. Ulkus lambung
g. Medikasi
Penilaian volume aspirasi lambung lebih dari 20% total formula yang diberikan
sebelumnya menurut jenis dan karakteristik residu lambung dapat disebabkan oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id
berbagai hal. Diperlukan pemeriksaan yang teliti baik secara klinis maupun
pemeriksaan abdomen. Menilai ada atau tidaknya distensi abdomen dan eritema
peristaltik usus, dimana tidak adanya suara peristaltik usus dapat menunjukkan
gejala ileus atau peritonitis), serta menilai ada tidaknya hernia, karena dapat
hematokrit dan trombosit bila terjadi perdarahan. Kultur darah disertakan pula
intoleransi laktosa (yang ditunjukkan dengan pH tinja asam < 5,0). Adanya
polos abdomen. Pemeriksaan ini mutlak dilaksanakan jika secara klinis terdapat
pada pemeriksaan fisik abdomen, atau jika terjadi aspirasi lambung terus menerus.
Foto polos abdomen ini menunjukkan apakah selang nasogastrik berada dalam
posisi yang benar dan akan memberikan gambaran pola gas dalam usus. Perlu
dilacak pula adanya kelainan gambaran pola gas dalam usus, pneumatosis
intestinalis, ileus atau adanya obstruksi usus serta gambaran air-udara (air fluid
level). Penting pula untuk menilai foto polos abdomen posisi dekubitus lateral kiri
karena suatu perforasi sering tidak terlihat pada foto polos anteroposterior.
(Gomella, 2004).
Gerakan peristaltik terjadi oleh karena kemampuan motilitas usus yang sudah
matur melibatkan interaksi antara koordinasi dari sel-sel saraf pada usus, otot
menjadi masalah yang kompleks berkaitan dengan intoleransi asupan pada bayi
dengan berat badan lahir rendah. Gangguan motilitas usus sering terjadi pada
neonatus pada usia gestasi kurang dari 34 minggu oleh karena koordinasi antara
kurang bulan dibandingkan dengan neonatus cukup bulan. Hal ini disebabkan oleh
berlebihan sehingga terjadi distensi sebagai akibat dari produk gas fermentasi
bakteri (Berseth, 1996; Neu, 2007). Imaturitas usus ini memberikan kontribusi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id
pertahanan host imatur dan faktor lain yang menginisiasi kaskade translokasi
mikroba atau produk toksin melalui sawar mukosa usus yang imatur, yang
usus yang dapat melawan penetrasi dari fragmen – fragmen protein. Sebagai
mekanisme pertahanan diri terhadap invasi kuman atau benda asing yang
berbahaya melewati sawar mukosa usus, permukaan mukosa lumen usus pada
neonatus harus berkembang dengan baik untuk mengontrol dan memelihara epitel
(Riezzo, 2009).
lahir, merupakan masalah yang kompleks, terutama pada neonatus kurang bulan,
hal ini berkaitan erat dengan pola pematangan sluran pencernaan. Mekanisme
seperti sawar lambung (gastric barrier), sekresi pada permukaan usus, gerakan
maksimum pada traktus gastrointestinal. Selama periode post natal, terutama pada
neonatus kurang bulan dan kurang untuk masa kehamilan, perkembangan sistem
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id
maturitas dari sawar mukosa, bayi baru lahir rentan untuk terkena infeksi oleh
karena adanya substansi intralumen yang patologis (Piena, 2001; Riezzo, 2009).
superior pada saat fase diastolik terhadap pemberian minum yang dilaporkan pada
neonatus dengan patent ductus arteriosus (PDA) post shunting. Studi ini secara
melindungi usus dari keadaan iskemik. Pada neonatus dengan sepsis, terjadi
darah pada arteri mesenterika superior yang mencapai puncaknya pada waktu 30
aliran darah splanknik pada neonatus sehat maupun terinfeksi tidak terlepas dari
enzim pencernaan dicapai pada saat akhir kehamilan dan aktivitas lactase pada
saat usia gestasi 34 minggu hanya mencapai 30% pada neonatus cukup bulan
(Lebenthal, 1999). Sampai kini, hanya sedikit data yang menyatakan tentang
perkembangan fungsi motilitas usus dan sawar mukosa pada bayi baru lahir.
(Riezzo, 2009).
dan lamanya waktu pengosongan lambung. Metode yang sampai saat ini
electrogastrography (EGG) (Familoni, 1991). Studi EGG pada bayi baru lahir
menunjukkan tidak adanya gelombang normal saat lahir dan proses pematangan
atau maturasi yang dimodulasi oleh asupan enteral (Chen, 1997; Koch, 1993;
ultrasonografi yang dianggap sebagai teknik yang non invasif pada neonatus
(Riezzo, 2009).
interaksi sel mukosa yang saling berdekatan. Metode yang paling terpercaya
sampai sekarang untuk mempelajari fungsi integritas usus adalah uji absorbsi
gula atau sugar absorbtion test (SAT) pada orang dewasa maupun neonatus, baik
kurang bulan maupun cukup bulan (Shulman, 1998; Catassi, 1995). Beberapa
proses penting yang mempengaruhi permeabilitas mukosa usus, terjadi pada saat
motorik saluran pencernaan memegang peranan yang sangat penting dalam proses
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id
permeabilitas mukosa yang dapat difasilitasi oleh translokasi bakteri pada keadaan
lambung dan permeabilitas usus pada saat hari ke-3, 7, 15 dan 30 setelah lahir
usus dalam upaya menganalisis perbedaan fisiologi seiring dengan usia setelah
kelahiran. Pada bayi baru lahir, aktivitas elektrik lambung cukup stabil dengan
sedikit perbedaan dalam rasio dan pengosongan lambung pada saat hari-hari
perbaikan pada minggu pertama setelah kelahiran. Studi ini menyimpulkan bahwa
bayi baru lahir kurang bulan yang dalam kondisi sehat, menunjukkan pematangan
perbaikan dalam permeabilitas usus (Riezzo, 2001; Riezzo, 2003; Riezzo, 2009).
komplikasi sepsis pada neonatus, namun tidak ada kajian berbasis bukti untuk
menurun secara cepat pada neonatus yang mendapatkan ASI (air susu ibu)
Imaturitas usus didapatkan pada neonatus dengan usia gestasi kurang dari
34 minggu, namun dapat terjadi pada usia yang lebih matang. Imaturitas usus
Pada neonatus kurang bulan, inisiasi pemberian asupan secara enteral akan
fungsi permeabilitas usus yang lebih tinggi pada saat usia 2 sampai 6 hari setelah
lahir serta tidak terpengaruh oleh berat badan lahir maupun usia gestasi (Elburg,
2003).
Perkembangan sistem pencernaan terjadi pada awal minggu keempat usia gestasi.
usus. Pengaturan dari aliran darah mesenterika terjadi di tingkat arteriola dan
prekapiler. Neonatus mempunyai tahanan pembuluh darah usus yang lebih rendah
daripada fetus (Crissinger, 1992; Martinussen, 1996). Maka dari itu, aliran darah
mesenterika lebih besar pada neonatus daripada fetus sampai minggu kedua
bahkan minggu keempat setelah lahir, saat tahanan usus meningkat sebagai respon
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id
(Corpeleijn, 2008)
(Corpeleijn, 2008)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id
D. Kerangka konsep
Sepsis neonatus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id
Dari kerangka konsep diatas dapat dijelaskan bahwa sepsis yang terjadi pada
kiri (Rudiger, 2007). Selain itu, gejala klinis sepsis, seperti adanya demam akan
menyebabkan takikardi dan hipertrofi otot ventrikel kiri yang berakibat gangguan
darah pada sistem splanknikus dan mesenterika yang berakibat iskemia organ
residu lambung (Corpeleijn, 2008). Selain itu, faktor yang mempengaruhi adanya
E. Hipotesis
Terdapat hubungan antara residu lambung dengan gangguan fungsi jantung pada
sepsis neonatus.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruang perawatan bayi risiko tinggi, HCU (high care
unit) neonatus bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNS – RSUD Dr. Moewardi
C. Populasi
1. Populasi target pada penelitian ini adalah semua neonatus berisiko sepsis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id
Kriteria eksklusi :
2. Hipertrofi ventrikel
E. Besar Sampel
dianggap memadai berkisar antara 15 hingga 20 kali jumlah variabel bebas (Murti
B, 2010). Variabel bebas pada penelitian ini ada 3 yaitu : gangguan fungsi
diperlukan minimal 3x15 sampai 3x20, jadi diperlukan minimal 45-60 sampel.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id
prematuritas.
volume residu lambung mencapai lebih dari 30 % dari total formula yang
Aspirasi lambung yang normal pada neonatus adalah jika didapatkan kurang dari
20% dari volume formula yang diberikan 3-4 jam sebelum pengukuran, berupa
formula tak tercerna berwarna susu, terutama banyak didapatkan pada neonatus
Dilakukan oleh perawat ruang HCU-neonatus RSUD Dr. Moewardi dan dicatat
dalam formulir pemantauan mengenai jenis dan volumenya dan diambil rata-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id
ratanya selama pengamatan 2 x 24 jam. Jika jumlah volume lebih dari 20% dari
Gangguan fungsi jantung yang dinilai adalah fungsi sistolik dan diastolik
ventrikel kiri yang mencerminkan aliran darah sistemik. Fungsi sistolik ventrikel
kiri dapat dinilai dengan mengukur persentase pemendekan diameter ventrikel kiri
selama sistolik (FS) dan fraksi ejeksi (EF). Nilai normal persentase pemendekan
diameter ventrikel kiri selama sistolik (FS) berkisar antara 28% - 44% dengan
rata-rata 36%. Sedangkan nilai normal fraksi ejeksi (EF) berkisar antara 56% -
78% dengan rata-rata 66%. Fungsi sistolik dinyatakan terganggu pada penelitian
kiri selama sistolik (FS) sebesar ≤ 30% dan peningkatan fraksi ejeksi (EF)
kecepatan maksimal pengisian ventrikel kiri pada saat awal diastolik (E),
kecepatan maksimal pengisian ventrikel pada saat kontraksi atrium (A), keduanya
dengan besaran m/sec, serta kecepatan rasio maksimal pengisian awal dan akhir
(E/A). Fungsi diastolik ventrikel dinyatakan terganggu pada penelitian ini apabila
didapatkan hasil rasio E/A ≤ 1. Pada sepsis neonatus, sebagai karakteristik adanya
ventrikel kiri, yang tampak jelas pada sepsis hari pertama, ketiga dan ketujuh
apabila didapatkan salah satu atau kedua fungsi, baik diastolik maupun sistolik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id
yang dilakukan oleh dokter spesialis anak konsultan kardiologi di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta.
Neonatus dengan risiko sepsis awitan dini dinilai berdasarkan tabel dibawah ini :
Klinis sepsis yang dipakai pada penelitian ini adalah bila didapatkan tanda-tanda
sebagai berikut : FIRS/ SIRS ditegakkan apabila terdapat 2 atau lebih keadaan
sebagai berikut :
1. laju nafas > 60x/m dengan atau tanpa retraksi dan desaturasi O2
Variabel klinis
Suhu tubuh tidak stabil
Laju nadi > 180 kali/menit atau < 100 kali/menit
Laju nafas >60kali/menit, dengan retraksi atau desaturasi oksigen
Letargi
Intoleransi glukosa ( plasma glukosa > 10 mmol/L)
Intoleransi minum
Variabel hemodinamik
Tekanan darah < 2 SD menurut usia bayi
Tekanan darah sistolik < 50 mmHg (bayi usia 1 hari)
Tekanan darah sistolik < 65 mmHg (bayi usia kurang dari 6 bulan)
Variabel perfusi jaringan
Pengisian kembali kapiler/capillary refill > 3 detik
Asam laktat plasma > 3 detik
Variabel inflamasi
Leukositosis (>34000x109)
Leukopenia (<5000x109)
Neutrofil muda > 10%
Neutrofil muda/ total neutrofil (I/T ratio)>0.2
Trombositopenia <100000x109/L
C reaktive protein > 10 mg/dl atau > 2 SD dari nilai normal
Procalsitonin > 8,1 mg/dL atau > 2 SD dari normal
IL-6 atau IL-8 >70pg/ml
16 S rRNA gene PCR : poaitif
Klinis sepsis ditegakkan apabila didapatkan satu atau lebih kriteria FIRS disertai
dengan gambaran klinis infeksi seperti terlihat pada tabel diatas (Hague, 2005).
Penilaian ini dilakukan oleh residen anak yang bertugas dan mendapat persetujuan
dari dokter spesialis anak. Sampai saat ini, untuk diagnosis pasti sepsis belum ada
parameter yang dapat menjadi baku emas, maka dari itu digunakan beberapa
dengan kultur darah dan kultur urin. Cara pengambilan sampel yakni dari darah
commit
vena dan dimasukkan dalam reagen to user
bactec peds plus dan menggunakan mesin
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id
pelatihan khusus.
I. Alur penelitian
Evaluasi residu
Tidak ada residu dengan aspirasi lambung setiap 4 jam setelah
sama sekali pemberian minum melalui selang orogastrik
selama 2 x 24 jam
eksklusi
Positif Negatif
(rata-rata residu > 20% dari total (rata-rata residu < 20% dari total
formula) formula)
J. Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan diolah dengan SPSS 16.0. Variabel yang dinilai adalah
peningkatan residu lambung dan gangguan fungsi jantung yang dinyatakan dalam
K. Jadwal Kegiatan
KEGIATAN WAKTU
Penelusuran kepustakaan
Penyusunan naskah
Pelaksanaan penelitian
Pengolahan data
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id
BAB IV
A. Hasil penelitian
Jenis kelamin
Laki-laki 26 54.2
Perempuan 22 45.8
neonatus berisiko sepsis yang dirawat di ruang HCU (high care unit)-neonatus
RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi serta
(prematur) adalah 18 subyek (37.5%), berat badan lahir rendah (< 2500 gram)
sebanyak 16 (33.3%) dan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari perempuan,
subyek (56.3%) yang mengalami residu positif ≥20%, dengan jenis residu
terbanyak adalah susu (68.8%), kemudian billious (14.6%) dan bloody residu
sebanyak 16.7%.
diastolik saja dan 16 subyek (33.3%) mengalami gangguan fungsi keduanya, baik
Tabel 4.2 memuat adanya kejadian residu lambung pada subyek penelitian
berdasarkan usia gestasi, jenis kelamin, berat badan lahir, ada tidaknya gangguan
fungsi jantung serta PJB. Dari tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa dengan
adanya residu lambung memiliki kemungkinan sebesar 6.25 kali untuk terjadinya
faktor risiko untuk terjadinya residu lambung, namun tidak signifikan secara
statistik.
Residu lambung
N (%) Total (48)
Variabel CI 95%
positif negatif n (%) OR p
≥ 20% < 20%
Usia gestasi
< 37 minggu 12 (66.7) 6 (33.3) 18 (100.0) 2.00 0.260 0.59 sd 6.73
≥ 37 minggu 15 (50) 15 (50) 30 (100.0)
Jenis kelamin
laki-laki 17 (65.4) 9 (34.6) 26 (100.0) 2.27 0.165 0.71 sd 7.27
Perempuan 10 (45.5) 12 (54.5) 22 (100.0)
Berat badan lahir
(BBL)
< 2500 gram 11 (68.8) 5 (31.3) 16 (100.0) 2.20 0.217 0.62 sd 7.79
≥ 2500 gram 16 (50) 16 (50) 32 (100.0)
Gangguan fungsi
jantung
Ada 25 (64.1) 14 (35.9) 39 (100.0) 6.25 0.022 1.14 sd 34.29
Tidak 2 (22.2) 7 (77.8) 9 (100.0)
Gangguan fungsi
sistolik
Ada 17 (70.8) 7 (29.2) 24 (100.0) 3.40 0.042 1.03 sd 11.26
Tidak 10 (41.7) 14 (58.3) 24 (100.0)
Gangguan fungsi
diastolic
Ada 20 (64.5) 11 (35.5) 31 (100.0) 2.60 0.119 0.77 sd 8.75
Tidak 7 (41.2) 10 (58.8) 17 (100.0)
Penyakit jantung
bawaan (PJB)
Ada 10 (66.7) 5 (33.3) 15 (100.0) 1.88 0.327 0.53 sd 6.72
Tidak 17 (51.5) 16 (48.5) 33 (100.0)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id
volume maupun jenisnya, terhadap risiko adanya gangguan fungsi jantung pada
neonatus berisiko sepsis. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa kelompok
neonatus dengan residu lambung jenis susu memiliki risiko untuk mengalami
gangguan fungsi jantung delapan kali lebih besar daripada tanpa residu lambung
(OR: 8.00; CI95% 0.87 sd 73.27). Sedangkan untuk residu jenis bilious maupun
1.5 kalinya dan 6.72 kalinya (OR:1.50 ;CI95% 0.13 sd 17.18 dan OR:6.72 ;CI95%
0.33 sd 136.20).
B. Pembahasan
neonatus RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Data berasal dari data primer
berdasarkan anamnesis untuk mengetahui faktor risiko sepsis dari ibu selama
Selain itu, sumber data primer lain adalah hasil pemeriksaan residu lambung
mana terdiri dari jenis residu susu sebanyak 33 subyek (68.8%), kemudian billious
sebesar 7 subyek (14.6%) dan bloody residu sebanyak 8 subyek (16.7%), dan
tanpa residu lambung, hal ini menunjukkan kejadian residu lambung dengan
Dari tabel 4.2 terlihat bahwa kejadian residu lambung dengan gangguan
fungsi jantung pada semua neonatus berisiko sepsis adalah 25 subyek (64.1%),
dan hasil analisis dengan uji x2 menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna
secara statistik antara kejadian residu lambung positif dengan gangguan fungsi
jantung (OR: 6.25; p=0.022). Selain itu kelompok dengan residu lambung positif
(OR:3.4; p=0.042). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya dimana pada
kejadian sepsis berat dapat memicu sitokin inflamasi yang menyebabkan adanya
tersebut dilakukan pada penderita sepsis dewasa (Anane, 2005; Maeder et al.,
2006; Hunter, 2010). Selain itu, hasil penelitian ini mendukung pernyataan bahwa
sepsis yang terjadi pada neonatus menyebabkan gangguan fungsi sistolik dan
selain itu imaturitas dari organ saluran cerna termasuk lambung serta sistem
Maka pada penelitian ini prematuritas, berdasarkan usia gestasi < 37 minggu,
dianalisis tersendiri. Dari tabel 3 dapat diketahui jumlah subyek prematur yang
mengalami residu lambung positif sebanyak 12 subyek (66.7%) dan hasil analisis
uji chi square menunjukkkan prematuritas memiliki risiko 2 kali untuk terjadinya
Adanya berat badan lahir yang rendah (< 2500 gram) merupakan salah
satu faktor risiko terjadinya residu lambung, maka BBLR juga diperhitungkan
sebagai faktor perancu. Subyek yang mengalami residu lambung positif dan
memiliki berat badan lahir kurang dari 2500 gram relatif cukup banyak yakni
sebesar 11 subyek (68.8%), dan memiliki kemungkinan 2.2 kali untuk terjadinya
p=0.217).
gangguan fungsi jantung juga telah dianalisis. Dari tabel 4.3, analisis dengan uji
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 53
digilib.uns.ac.id
chi square menunjukkan bahwa seorang neonatus berisiko sepsis yang mengalami
jantung secara umum sebesar 8 kali lebih besar, dibandingkan dengan neonatus
tanpa residu lambung (OR:8.00 ;CI95% 0.87 sd 73.27). Sedangkan untuk jenis
bilious dan bloody memiliki kemungkinan lebih kecil, hal ini dimungkinkan oleh
cerna lokal pada saluran empedu dan duodenum, dapat berupa malformasi,
dan hipertrofi otot ventrikel kiri yang berakibat gangguan fungsi sistolik.
beserta percabangannya, secara khusus terjadi penurunan aliran darah pada sistem
efek sistemik. Pemenuhan aliran darah dan tekanan perfusi yang adekuat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id
Selain itu, pada studi yang dilakukan oleh Shimada dkk menyatakan
bahwa pada Patent Ductus Arteriosus (PDA) meskipun terjadi peningkatan output
dari ventrikel kiri namun berdampak penurunan aliran darah yang menuju ke aorta
2008).
terjadinya residu lambung, meskipun tidak bermakna secara statistik, namun tetap
sangat penting untuk dijadikan pertimbangan. Pada sebagian besar subyek yang
C. Keterbatasan penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain jumlah sampel yang
lebar sehingga menurunkan presisi. Adanya penyakit jantung bawaan (PJB) pada
subyek penelitian pada awalnya akan dieksklusi untuk memperoleh sampel yang
representatif untuk sepsis, namun karena sulitnya perolehan sampel, maka PJB
tetap kami sertakan sebagai subyek penelitian, namun dianalisis tersendiri, tanpa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini tidak bisa memastikan hubungan
sebab akibat / causal antara kejadian residu lambung dengan gangguan fungsi
sectional.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id
BAB V
A. Simpulan
Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara
kejadian residu lanbung dengan gangguan fungsi jantung pada neonatus berisiko
sepsis, sehingga residu lambung dapat digunakan sebagai penanda awal untuk
B. Implikasi Penelitian
Residu lambung dapat menjadi salah satu gejala atau penanda untuk terjadinya
Seorang dokter anak diharapkan mampu mengetahui tanda dan gejala dini
gangguan fungsi jantung pada neonatus dengan risiko sepsis sedini mungkin,
supaya dapat mengurangi mortalitas dan morbiditas akibat disfungsi jantung pada
C. Saran
neonatus berisiko sepsis yang dirawat di ruang intensif khusus untuk menilai
toleransi minum dan kapasitas lambung neonatus dalam keadaan sepsis serta
upaya diagnosis dan penatalaksanaan dini sepsis neonatus secara cermat dan tepat.
commit to user