Anda di halaman 1dari 40

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

HUBUNGAN PERAN KADER POSYANDU DENGAN KELENGKAPAN


IMUNISASI DASAR DI DESA KWARASAN SUKOHARJO
TAHUN 2011

KARYA TULIS ILMIAH

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan

Oleh :
LINA WAHYU SUSANTI
R1110013

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Lina Wahyu Susanti (R1110013). Hubungan Peran Kader Posyandu Dengan


Kelengkapan Imunisasi Dasar di Desa Kwarasan, Sukoharjo. Program Studi
DIV Kebidanan Transfer Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pemberian imunisasi sangat penting bagi bayi karena dapat mencegah beberapa
penyakit seperti Tubercolusis, Dipteri, Pertusis, Hepatitis dan Poliomyelitis atau
biasa disebut dengan Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Di
Indonesia kematian akibat penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi adalah 25
per 1.000 Angka Kelahiran Hidup. Kader Posyandu merupakan salah satu orang
yang sangat berperan dalam program imunisasi yang bertujuan untuk menurunkan
angka kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan peran kader Posyandu dengan
kelengkapan imunisasi dasar di desa Kwarasan, Sukoharjo.

Metode penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan


pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive
Sampling. Validitas dilakukan pada bulan Mei 2011 di Posyandu Desa
Sanggrahan dengan hasil r hitung > dari r tabel sedangkan hasil reliabilitas adalah
0,873. Penelitian dilakukan pada tanggal 9-25 Juni 2011 di Posyandu Desa
Kwarasan dengan menyebar kuesioner kepada 96 ibu balita yang mempunyai bayi
usia 9-12 bulan yang datang ke Posyandu Desa Kwarasan, Sukoharjo.

Hasil dari penelitian yang menggunakan perhitungan Chi Square dengan bantuan
SPSS version 13 for windows didapatkan X² hitung (73,456) > X² tabel (3,841),
dengan nilai P yaitu 0.00 dan nilai korelasi contingensi (C) sebesar 0,658 yang
berarti Ha diterima dan Ho ditolak.

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan


yang signifikan antara peran kader Posyandu dengan kelengkapan imunisasi
dasar.

Kata Kunci : Peran, Kader Posyandu, Kelengkapan Imunisasi Dasar

commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN VALIDASI ................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii

ABSTRAK ......................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi

DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xi

HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... xii

HALAMAN MOTTO ......................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Perumusan Masalah ...................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori ........................................................................... 5

1. Kader .................................................................................... 5

2. Posyandu ............................................................................... 7

3. Peran...................................................................................... 9
commit to user
4. Peran Kader Posyandu........................................................... 11

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5. Imunisasi ............................................................................... 12

B. Kerangka Konsep ....................................................................... 16

C. Hipotesis.........................................................................................16

BAB III METODOLOGI

A. Desain Penelitian ......................................................................... 17

B. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 17

C. Populasi dan Sampel .................................................................... 17

D. Kriteria Restriksi .......................................................................... 18

E. Definisi Operasional .................................................................... 19

F. Pengolahan dan Analisis Data ..................................................... 20

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum........................................................................... 24

B. Hasil Analis Univariat ................................................................. 24

C. Hasil Analisis Bivariat .................................................................. 26

BAB V PEMBAHASAN ............................................................................... 28

BAB VI PENUTUP

A. Simpulan ..................................................................................... 32

B. Saran ........................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 34

LAMPIRAN

commit to user

vii
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Diagram Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Penilaian Terhadap Peran Kader Posyandu ............................. 25

Gambar 4.2. Diagram Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Kelengkapan Imunisasi Dasar ................................................ 25

commit to user

vii
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Definisi Operasional ..................................................................... 19

Tabel 3.2. Skor Penilaian Peran Kader Posyandu .......................................... 20

Tabel 3.3. Kisi-kisi Kuesioner Hubungan Peran Kader Posyandu dengan

Kelengkapan Imunisasi Dasar ...................................................... 20

Tabel 4.1. Distribusi Silang Responden Berdasarkan Penilaian terhadap

Peran Kader Posyandu dan Kelengkapan Imunisasi Dasar .......... 24

Tabel 4.2. Hasil Pengujian Statistik ............................................................... 27

commit to user

vii
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1-2 : Data Hasil Uji Coba Kuesioner

Lampiran 3-5 : Hasil Perhitungan Validitas Awal

Lampiran 6 : Rekap Uji Validitas Awal

Lampiran 7-9 : Hasil Perhitungan Validitas Akhir

Lampiran 10 : Rekap Uji Validitas Akhir

Lampiran 11 : Hasil Perhitungan Reliabilitas

Lampiran 12-14 : Data Skor Penilaian Responden terhadap Peran Kader Posyandu

Lampiran 15 : Rekapitulasi Skor Item Soal

Lampiran 16 : Hasil Perhitungan Analisis Univariat

Lampiran 17 : Hasil Perhitungan Analisis Bivariat

Lampiran 18-19 : Rekap Data Penelitian

Lampiran 20-21 : Kuesioner Hubungan Peran Kader Posyandu dengan Kelengkapan

Imunisasi Dasar

Lampiran 22 : Permohonan Ijin Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 23 : Surat Ijin Penelitian

Lampiran 24 : Surat Ijin Pra Penelitian

Lampiran 25 : Jadwal Penyusunan KTI

Lampiran 26 : Lembar Konsultasi Pembimbing Utama

Lampiran 27 : Lembar Konsultasi Pembimbing Pendamping

commit to user

vii
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang mempunyai Angka Kematian Bayi

(AKB) tertinggi di negara ASEAN. Kendati Angka Kematian bayi dari tahun ke

tahun mengalami penurunan, tetapi jika dibandingkan dengan negara ASEAN

lainnya Indonesia menduduki peringkat pertama yaitu 35 per 1.000 Angka

Kelahiran Hidup (Media Indonesia, 2010).

Jumlah kematian bayi yang cukup tinggi di Indonesia disebabkan oleh

beberapa faktor seperti kematian neonatal, gangguan pernapasan, berat lahir

rendah, gizi buruk serta kurangnya pengetahuan orang tua tentang pencegahan

penyakit (Media Indonesia, 2010). Sebenarnya, faktor penyebab kematian bayi

di Indonesia bisa dicegah dengan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

dari tenaga kesehatan maupun dari masyarakat.

Upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan Sumber Daya

Manusia guna menurunkan Angka Kematian Bayi adalah dengan melakukan

pendekatan melalui Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD).

Program ini menekankan upaya promotif seperti promosi memberikan Air Susu

Ibu (ASI) kepada bayi, pemenuhan nutrisi, kebersihan diri dan lingkungan serta

melakukan imunisasi. Program PKMD juga melakukan upaya preventif seperti

perluasan cakupan imunisasi yang sesuai dengan kebijakan Menteri Kesehatan

Indonesia (Media Indonesia, 2010). Wujud nyata dari Program Kesehatan


commit to user
Masyarakat Desa adalah terbentuknya Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2

Posyandu merupakan kerjasama dari tenaga kesehatan dan masyarakat dalam

menanggulangi masalah kesehatan terutama dalam upaya menurunkan Angka

Kematian Bayi (Zulkifli, 2003). Salah satu upaya menurunkan Angka Kematian

Bayi yang dilakukan dalam Posyandu adalah pemberian imunisasi dasar pada

bayi usia 0-12 bulan.

Pemberian imunisasi sangat penting bagi bayi karena dapat mencegah

beberapa penyakit seperti Tubercolusis, Dipteri, Pertusis, Hepatitis dan

Poliomyelitis atau biasa disebut dengan Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan

Imunisasi (PD3I) (Joglo Semar, 2010). Di Indonesia kematian akibat penyakit

yang bisa dicegah dengan imunisasi adalah 25 per 1.000 Angka Kelahiran Hidup

(Noor, 2010).

Hasil Riset Kesehatan tahun 2007 menunjukkan bahwa Posyandu

merupakan sarana yang digunakan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan

imunisasi. Keberhasilan pelaksanaan imunisasi diukur dengan pencapaian

Universal Child Immunization (UCI) Desa/Kelurahan, target untuk tahun 2010 -

2014 adalah 100% Desa/Kelurahan (Depkes, 2010). Namun, pencapaian

cakupan imunisasi belum tentu menggambarkan kelengkapan imunisasi.

Kelengkapan imunisasi yang dimaksud adalah imunisasi pada bayi usia 9 – 12

bulan yang sudah mendapat lima imunisasi dasar lengkap (Albertina, 2008).

Kelengkapan imunisasi selain dipengaruhi oleh faktor ibu juga

dipengaruhi oleh kader Posyandu. Kader Posyandu merupakan salah satu orang

yang sangat berperan dalam program imunisasi yang bertujuan untuk

menurunkan angka kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan


commit to user
imunisasi.

2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan penulis di desa Kwarasan,

Sukoharjo terdapat 7 Posyandu. Masing-masing Posyandu balita memiliki 6

kader Posyandu, dari keseluruhan Posyandu terdapat 560 balita yang aktif dalam

kegiatan Posyandu. Dari keseluruhan balita, jumlah balita usia 9 - 12 bulan

adalah 135 balita yang seharusnya sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap

tetapi sebesar 21,5% balita yang berusia lebih dari 12 bulan belum mendapat

imunisasi dasar lengkap. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk

mengambil judul “Hubungan Kader Posyandu dengan kelengkapan imunisasi

dasar di Desa Kwarasan, Sukoharjo”.

B. Rumusan Masalah

“Adakah hubungan peran kader posyandu dengan kelengkapan imunisasi

dasar di Desa Kwarasan Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo ?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan peran kader Posyandu dengan kelengkapan

imunisasi dasar di desa Kwarasan, Sukoharjo.

2. Tujuan Khusus

a) Mengetahui peran kader Posyandu di desa Kwarasan, Sukoharjo.

b) Mengetahui kelengkapan Imunisasi dasar di desa Kwarasan,

Sukoharjo.

c) Menganalisis hubungan peran kader Posyandu dengan kelengkapan


commit to user
imunisasi dasar di desa Kwarasan, Sukoharjo.

3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Untuk kajian ilmiah tentang peran kader Posyandu dengan kelengkapan

Imunisasi dasar di desa Kwarasan, Sukoharjo.

2. Manfaat Aplikatif

a) Profesi

Dapat memberikan masukan kepada tenaga kesehatan khususnya

bidan untuk selalu bekerja sama dengan Kader Posyandu demi

tercapainya derajat kesehatan masyarakat

b) Kader

Dapat memberikan masukan kepada kader kesehatan dalam upaya

meningkatkan perannya dalam pembangunan kesehatan masyarakat.

c) Masyarakat

Dapat memberikan masukan kepada masyarakat dalam meningkatkan

kualitas pembangunan kesehatan masyarakat.

d) Ibu balita

Dapat memberikan motivasi kepada ibu balita untuk lebih mengetahui

manfaat pemberian imunisasi kepada bayinya.

commit to user

4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Kader

Kader adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan

untuk masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan.

Keberadaan kader sering dikaitkan dengan pelayanan rutin di posyandu

(Sudayasa, 2010). Ada beberapa macam kader Posyandu, yaitu:

a. Kader Posyandu Balita

Kader yang bertugas di pos pelayanan terpadu (posyandu) dengan kegiatan

rutin setiap bulannya melakukan pendaftaran, pencatatan, penimbangan

bayi dan balita.

b. Kader Posyandu Lansia

Kader yang bertugas di posyandu lanjut usia (lansia) dengan kegiatan rutin

setiap bulannya membantu petugas kesehatan saat pemeriksaan kesehatan

pasien lansia.

c. Kader Masalah Gizi

Kader yang bertugas membantu petugas puskesmas melakukan pendataan,

penimbangan bayi dan balita yang mengalami gangguan gizi (malnutrisi).

d. Kader Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Kader yang bertugas membantu bidan puskesmas melakukan pendataan,

pemeriksaan ibu hami dan anak-anak yang mengalami gangguan kesehatan


commit to user
(penyakit).

5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

e. Kader Keluarga Berencana (KB)

Kader yang bertugas membantu petugas KB melakukan pendataan,

pelaksanaan pelayanan KB kepada pasangan usia subur di lingkungan

tempat tinggalnya.

f. Kader Juru Pengamatan Jentik (Jumantik)

Kader yang bertugas membantu petugas puskesmas melakukan pendataan

dan pemeriksaan jentik nyamuk di rumah penduduk sekitar wilayah kerja

puskesmas

g. Kader Upaya Kesehatan Kerja (UKK)

Kader yang membantu petugas puskesmas melakukan pendataan dan

pemeriksaan kesehatan tenaga kerja di lingkungan pos tempat kerjanya

h. Kader Promosi Kesehatan (Promkes)

Kader yang bertugas membantu petugas puskesmas melakukan

penyuluhan kesehatan secara perorangan maupun dalam kelompok

masyarakat

i. Kader Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)

Kader yang bertugas membantu petugas puskesmas melakukan

penjaringan dan pemeriksaan kesehatan anak-anak usia sekolah pada pos

pelayanan UKS (Sudayasa, 2010).

Kriteria kader Posyandu, adalah :

a. Dapat membaca dan menulis.

b. Berjiwa sosial dan mau bekerja secara relawan.

c. Mengetahui adat istiadat dan kebiasaan masyarakat


commit to user
d. Mempunyai waktu yang cukup.

6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

e. Bertempat tinggal di wilayah Posyandu.

f. Berpenampilan ramah dan simpatik.

g. Diterima masyarakat setempat.

h. Pelaksanaan kegiatan setempat.

(Purwandari, 2010)

2. Posyandu

Posyandu merupakan unit pelayanan kesehatan di lapangan, yang

diselenggarakan oleh masyarakat untuk masyarakat dengan dukungan teknis

Puskesmas, Departemen Agama, Departemen Pertanian, dan BKKBN.

Posyandu juga merupakan forum, alih teknologi, dan pelayanan kesehatan

masyarakat, oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk

pengembangan SDM sejak dini dan pusat kegiatan masyarakat (Purwandari,

2010)

Secara konsep Posyandu adalah bentuk modifikasi yang lebih maju

dalam upaya pemberdayaan masyarakat untuk menunjang pembangunan

kesehatan, khususnya dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat melalui penurunan angka kematian bayi. Modifikasi tersebut tetap

mempertahankan prinsip dari, oleh, dan untuk masyarakat, gotong royong,

dan sukarela. Melalui keseragaman kegiatan masyarakat dalam bentuk

Posyandu, diharapkan dapat berdampak pada peningkatan derajat kesehatan

masyarakat, khususnya penurunan angka kematian bayi dan balita.

Menurut Purwandari langkah-langkah pembentukan Posyandu, yaitu:

commit to user

7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

a. Pertemuan lintas program dan lintas sektoral tingkat kecamatan.

b. Survei mawas diri yang dilaksanakanoleh kader PKK dibawah

bimbingan teknis unsur kesehatan dan KB.

c. Musyawarah masyarakat desa membicarakan hasil survei mawas

diri,sarana prasarana, dan biaya Posyandu.

d. Pemilihan kader Posyandu.

e. Pelatihan kader Posyandu.

f. Pembinaan.

Menurut Purwandari pengelompokan Posyandu adalah :

a. Posyandu Pratama (warna merah) :

1) Belum mantap.

2) Kegiatan belum rutin.

3) Kader terbatas.

b. Posyandu Madya (warna kuning) :

1) Kegiatan lebih teratur.

2) Jumlah kader lima orang.

c. Posyandu Purnama (warna hijau) :

1) Kegiatan teratur.

2) Cakupan program/kegiatan baik.

3) Jumlah kader lima orang.

4) Mempunyai program tambahan.

d. Posyandu Mandiri (warna biru) :

1) Kegiatan secara teknik dan mantap.


commit to user
2) Cakupan program/kegiatan baik.

8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

3) Memiliki Dana Sehat dan JPKM yang mantap

3. Peran

Peran adalah bagian dari tugas utama yang harus dijalankan (Kamus

Besar Bahasa Indonesia, 2002). Dalam kehidupan bermasyarakat, peran

merupakan konsekuensi dari status seseorang. Bila kehidupan bermasyarakat

ada yang berstatus sebagai tokoh masyarakat, kader , tenaga kesehatan

maupun pasien, individu – individu tersebut diharapkan muncul perilaku yang

sesuai dengan statusnya masing – masing (Sudarma, 2009). Sedangkan

menurut Soekanto (2007) peran adalah segala sesuatu oleh seseorang atau

kelompok orang dalam melakukan suatu kegiatan karena kedudukan yang

dimilikinya.

Menurut Sudarma (2009) ada beberapa asosiasi yang berkaitan dengan istilah

“peranan”, yaitu :

a. Peranan selalu diartikan sebagai sesuatu hal yang tersedia bagi orang

yang memainkannya, yaitu si pelaku. Suatu peranan sudah ada di luar

orang yang bersangkutan sebelum disampaikan.

b. Hal yang tersedia itu dapat dirumuskan sebagai sejumlah sikap, gerak,

tutur kata, dan perilaku yang diharapkan.

c. Bersama dengan pola – pola perilaku lain merupakan satu keseluruhan.

Tiap peranan bersifat “bagian”.

d. Mengingat bahwa pola-pola perilaku untuk “sikap” sudah tersedia

sebelum dimainkan oleh pelaku, maka ia harus mempelajari dan

menghafalkan perannya supaya mampu untuk itu.


commit to user

9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

e. Dari segi si pemain tidak ada peranan atu pesona dramatis yang bersifat

habis – habisan dalam arti menghabiskan semua kemungkinan. Dengan

kata lain, orang dapat menghafalkan dan memainkan lebih dari satu

peranan.

Dari beberapa pemikiran tersebut, peran dimaknai sebagai atu pola tingkah

laku, kepercayaan, nilai, sikap, yang diharapkan oleh masyarakat muncul dan

menandai sifat dan tindakan si pemegang status atau kedudukan sosial

(Sudarma, 2009).

Menurut Soekanto (2006) menyebutkan bahwa suatu peranan paling sedikit

mencakup tiga hal yaitu :

a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi tau

tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan

rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam

kehidupan bermasyarakat.

b. Peran adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan individu

dalam masyarakat sebagai organisasi.

c. Peran juga dapat dikatakan sebagai perikelakuan individu yang penting

bagi struktur sosial masyarakat.

Berdasarkan ketiga hal diatas, maka dalam peran perlu adanya fasilitas -

fasilitas bagi seseorang atau kelompok untuk dapat menjalankan peranannya.

Lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada merupakan bagian dari

masyarakat yang dapat memberikan peluang untuk pelaksanaan peranan

seseorang atau kelompok.


commit to user
Peranan yang melekat pada setiap individu dan suatu masyarakat

10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11

memiliki kepentingan dalam hal-hal :

a. Bahwa peran-peran tertentu harus dilaksanakan apabila struktur

masyarakat hendak mempertahankan kelangsungannya.

b. Peran hendaknya dilekatkan pada individu yang oleh masyarakat

dianggap mampu untuk melaksanakannya.

c. Dalam masyarakat kadang-kadang dijumpai individu yang tidak mampu

melaksanakan peranannya sebagaimana diharapkan. Oleh karena

mungkin pelaksanaanya memerlukan pengorbanan yang terlalu banyak

artinya kepentingan-kepentingan pribadinya.

d. Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan peranannya,

belum tentu masyarakat dapat memberikan peluang-peluang yang

seimbang bahkan sering kali terlihat masyarakat terpaksa membatasi

peluang-peluang tersebut (Soekanto, 2006).

4. Peran Kader Posyandu

Kader Posyandu adalah orang yang mempunyai tugas untuk

melaksanakan program Posyandu termasuk didalamnya adalah imunisasi

(Torik, 2005). Posyandu pada umumnya dan kader Posyandu pada khususnya

mempunyai peran penting dalam meningkatkan kelengkapan imunisasi bayi

usia 0-12 bulan (Torik, 2005). Kelengkapan imunisasi dasar selain

dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu sebagai faktor predisposisi juga

dipengaruhi oleh sikap petugas, dalam hal ini adalah kader Posyandu

(Notoadmojdo,2003).

Kader Posyandu dalam setiap kegiatan selalu melakukan penyuluhan


commit to user
tentang imunisasi, sehingga hal inilah yang mempengaruhi kelengkapan

11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

status imunisasi bayi. Dengan penyuluhan imunisasi yang dilakukan oleh

kader Posyandu, maka ibu balita akan senantiasa mengingat pentingnya

imunisasi dasar pada bayi (Torik, 2003).

Menurut Zulkifli (2003), kegiatan yang dilakukan oleh kader untuk

membantu meningkatkan kelengkapan imunisasi adalah memberikan

penyuluhan tentang imunisasi, mengajak ibu-ibu balita untuk datang ke

Posyandu, melakukan kunjungan dan memberikan motivasi kepada ibu balita,

memberikan informasi yang dibutuhkan ibu balita sertas selalu datang dalam

setiap kegiatan Posyandu.

5. Imunisasi

Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan tubuh

terhadap suatu penyakit, dengan memasukkan kuman atau produk kuman

yang sudah dilemahkan atau dimatikan (Marimbi, 2010). Imunisasi bertujuan

untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang. Imunisasi juga

bertujuan menberikan kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah penyakit

dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering

berjangkit (Marimbi, 2010).

Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk mencapai kadar

kekebalan diatas ambang perlindungan. Imunisasi diberikan pada bayi antara

umur 0-12 bulan, yang terdiri dari imunisasi:

a. BCG (Bacillus Calmette Guerrin)

Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit

tuberkolosis (TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2


commit to user
bulan, vaksin ini mengandung bakteri bacillus calmette guerrin hidup

12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

yang dilemahkan sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis. Biasanya

reaksi yang ditimbulkan oleh imunisasi ini setelah 4-6 minggu di tempat

bekas suntikan akan timbul bisul kecilyang akan pecah tetapi ini adalah

reaksi yang normal.

Vaksin BCG berbentuk bubuk kering yang harus dilarutkan dengan 4 cc

NaCL 0,9 %. Setelah dilarutkan harus segera dipakai dalam waktu 3 jam,

sisanya dibuang. Penyimpanannya pada suhu < 5º C, terhindar dari sinar

matahari. Imunisasi BCG disuntikkan kanan bagian atas secara intra

cutan atau dibawah kulit dengan dosis 0,05 cc.

b. DPT (Difteri Pertusis Tetanus)

Imunisasi DPT adalah vaksin yang melindungi terhadap difteri, pertusis

dan tetanus. Difteri disebabkan oleh bakteri yang menyerang

tenggorokan dan dapat meyebabkan komplikasi yabg serius dan fatal.

Penyakit ini mudah menular melalui batuk atau bersin.

Pertusis (batuk rejan) adalah infeksi bakteri pada saluran utara yang

ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang

melengking. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti

pnemounia, kejang dan kerusakan otak.

Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada

rahang serta kejang.Reaksi yang ditimbulkan dari pemberian vaksin DPT

adalah demam, nyeri pada daerah bekas suntikan. Penyuntikan vaksin ini

dibagian paha kiri bagian atas secara sub cutan atau intra muscular

dengan dosis 0,5 cc.


commit to user

13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

c. Hepatitis B

Imunisasi Hepatitis B untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh

virus hepatitis B yang berakibat pada hat. Penyakit ini menular melalui

darah atau cairan tubuh yang lain dari orang yang terinfeksi, vaksin ini

diberikan 3 kali pada usia 3-6 bulan. Dewasa ini, pemberian vaksin

hepatitis B sudah dikombinasikan dengan vaksin DPT yang biasanya

disebut DPT Hb combo. Vaksin ini juga diberikan pada bayi baru lahir,

tetapi yang diberikan adalah vaksin yang berisi HbsAG murni.

Penyuntikan imunisasi ini sama dengan imunisasi DPT, dengan dosis dan

cara penyuntikan yang sama.

d. Polio

Imunisasi Polio memberikan kekebalan terhadap penyakit polio. Penyakit

ini disebabkan oleh virus, yang menyebar melalui tinja/kotoran orang

yang terinfeksi. Anak yang terkena polio dapat menjadi lumpuh

layuh.Vaksin polio ada 2 jenis, yakni vaccine polio inactivated (IPV) dan

vaccine polio oral (OPV). Tetapi yang lazim digunakan di Indonesia

adalah vaksin jenis OPV yang diberikan secara oral. Vaksin Polio

diberikan pada bayi baru lahir 2, 4, 6, dan 8 bulan. Cara pemberian

vaksin ini adalah dengan meneteskan vaksin sebanyak 2 tetes langsung

kedalam mulut anak.

e. Campak

Campak adalah penyakit menular yang dapat disebabkan oleh virus.

Penularan penyakit ini melalui uadra atau kontak langsung dengan


commit to user
penderita. Gejala dari penyakit ini adalah demam, batuk, pilek, dan

14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

bercak-bercak merah pada permukaan kulit 3-5 hari setelah anak

menderita demam.

Komplikasi dari campak ini adalah radang paru-paru, infeksi pada

telinga, radang pada syaraf, radang pada sendi, dan radang pada otak

yang dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen. Pemberian

vaksin campak diberikan pada bayi saat berusia 9 bulan, penyuntikan

vaksin campak diberikan di lengan kiri bagian atas dengan cara sub

cutan dan dengan dosis 0, 5 cc.

(Marimbi, 2010).

Imunisasi dikatakan lengkap apabila seorang bayi sudah di

imunisasi dengan vaksin BCG pada usia 0-2 bulan, vaksin DPT, Hepatitis

B dan Polio pada usia 2-6 bulan serta vaksin Campak pada usia 9-12 bulan

(Marimbi, 2010).

commit to user

15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

B. Kerangka Konsep

Posyandu

Peran Kader Posyandu

1. Berperan :
- Penyuluhan
- Memotivasi
- Memberi Informasi
- Mengajak ibu balita
- Disiplin
2. Sikap
- Dorongan dari diri sendiri
- Dorongan dari luar
3. Tindakan

Kelengkapan imunisasi dasar

Keterangan :

: yang diteliti

: yang tidak diteliti

C. Hipotesis

Ada hubungan peran kader Posyandu dengan kelengkapan imunisasi dasar

di Desa Kwarasan Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.


commit to user

16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III

METODOLOGI

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik yaitu mencari

hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat yang menggunakan

pendekatan cross sectional, dimana peran kader Posyandu sebagai variabel

bebas dengan kelengkapan imunisasi dasar sebagai variabel terikat, yang dilihat

dan diukur hanya sekali pada saat yang sama (Taufiqurrohman, 2008).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di desa Kwarasan, Kecamatan Grogol,

Kabupaten Sukoharjo pada bulan Juni 2011.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah ibu balita di Posyandu balita yang

berada di Desa Kwarasan, Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo yang

berjumlah 560 ibu balita.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu balita di Posyandu balita desa

Kwarasan yang mempunyai bayi usia 9 - 12 bulan sebanyak 135 ibu balita.

Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling yaitu


commit to user
pemilihan subyek berdasarkan atas ciri-ciri atau sifat tertentu yang berkaitan

17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

dengan karakteristik populasi (Taufiqurrohman, 2008). Penulis menggunakan

penghitungan besar sampel menurut Notoadmojdo yaitu :


n=
ẘ 絀

ẘ勘=
ẘ ẘ勘= 鮸,鮸=

ẘ勘=
ẘ,勘勘Ė=

96

Keterangan :

N : Besar Populasi

n : Besar Sampel

d : Tingkat kesalahan yang diinginkan

(Notoadmojdo, 2005)

Penulis menggunakan tingkat kesalahan sebesar 0,05, jadi jumlah sampel

yang digunakan adalah 96 ibu balita

D. Kriteria Restriksi

1. Kriteria Inklusi

a. Ibu balita yang mempunyai balita usia 9 – 12 bulan.

b. Ibu balita yang mengikuti Posyandu di desa Kwarasan, Kecamatan

Grogol, Kabupaten Sukoharjo.

c. Ibu balita yang bisa membaca dan menulis.

commit to user

18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

19

2. Kriteria Eksklusi

a. Ibu balita yang tidak hadir di Posyandu desa Kwarasan, Grogol,

Sukoharjo

b. Ibu balita yang tidak bersedia menjadi responden.

E. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional


No Variabel Definisi Pengukuran
Operasional Alat Ukur Kriteria penilaian Skala ukur
1. Peran kader Seperangkat Menggunakan Penilaian peran Nominal
Posyandu tingkah laku yang kuesioner kader Posyandu
(variebel diharapkan kader yang terdiri dengan nilai
bebas) Poyandu dari 30 maksimal 30 dan
pernyataan. nilai minimal 15.
Dikatakan
berperan jika
nilai ≥ 15 dan
tidak berperan
jika nilai < 15.

2. Kelengkapan Pemberian lima Kartu Menuju Kelengkapan Nominal


Imunisasi imunisasi dasar Sehat (KMS) imunisasi
Dasar lengkap pada dikatakan
(variabel balita usia 9 – 12 lengkap = bila
terikat) bulan. lima imunisasi
dasar sudah
diberikan pada
anak usia 9 – 12.
Tidak lengkap =
bila salah satu
dari lima
imunisasi dasar
belum diberikan
pada bayi usia 9 –
12 bulan

commit to user

19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20

F. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan data

a. Peran Kader Posyandu

Alat yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini

adalah kuesioner tentang peran kader Posyandu yang akan diujikan pada

ibu balita yang mempunyai balita usia 9-12 bulan dengan jumlah 30 soal.

Kuesioner disusun dengan dua alternatif jawaban yaitu “ya” dan “tidak”

kemudian responden diminta untuk memilih diantara alternatif jawaban

tersebut. Dalam kuesioner terdapat pernyataan positif dan negatif, artinya

Tabel 3.2 Skor penilaian Peran Kader Posyandu

Jawaban Favourable Unfavourable


Ya 1 0
Tidak 0 1

Dari 30 item soal yang terdapat dalam kuesioner ada beberapa

pernyataan negatif yaitu no 2, 8, 9, 11, 16, 18, 24, 27, dan 28 sedangkan

item soal lainnya adalah pernyataan positif.

Tabel 3.3. Kisi-kisi kuesioner Hubungan Peran Kader Posyandu dengan

Kelengkapan Imunisasi Dasar

Variabel Indikator No item ∑ item


penelitian

Peran Kader Keberhasilan 1-11 11


Posyandu Posyandu
Keaktifan kader 12-27 16
Posyandu
Kehadiran kader 28-30 3
Posyandu
commit to user

20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21

b. Kelengkapan Imunisasi dasar

Alat ukur untuk mengukur kelengkapan imunisasi dasar adalah status

imunisasi pada KMS bayi. Sedangkan cara pengukurannya adalah

dengan melihat status imunisasi balita yang berusia 9-12 bulan.

Kuesioner dapat digunakan sebagai alat ukur harus memenuhi syarat

valid dan reliabel. Untuk itu, kuesioner harus diuji validitas dan reliabilitas

terlebih dahulu.

a. Validitas

Pengujian validitas dilakukan dengan analisis butir yaitu

mengkorelasikan antar skor item instrumen dengan skor total menggunakan

teknik korelasi product moment (Arikunto, 2006). Untuk mengukur validitas

dari kuesioner peran kader Posyandu menggunakan korelasi product moment.

Suatu kuesioner dikatakan valid apabila hasil perolehan harga r

dikontribusikan dengan harga product moment dinyatakan valid setelah

dikonsultasikan dengan r tabel pada taraf signifikan 5 % jika harga r xy lebih

besar dari r tabel maka dikatakan butir soal valid (Sugiyono, 2006). Validitas

dan reliabilitas kuesioner dilakukan di Desa Sanggrahan, Kecamatan grogol,

Sukoharjo dengan melibatkan 30 ibu balita yang mempunyai balita 9-12

bulan sebagai responden yang menjawab item pertanyaan yang ada dalam

kuesioner.

Hasil dari pengujian validitas dari 38 item soal terdapat 8 item yang

tidak valid (soal no 7, 16, 17, 18, 35, 36, 37 dan 38) dan 30 item yang valid.

Item soal yang tidak valid kemudian dibuang, sedangkan 30 item soal
commit to user
tersebut dinyatakan valid setelah dikonsultasikan dengan r tabel pada taraf

21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22

signifikan 5 % dari n = 30 responden diperoleh r tabel (0,361). 30 item soal

tersebut mempunyai r hitung lebih besar dari r tabel maka 30 item soal

instrumen tersebut valid dengan rentang nilai r hitung dari 0,372 sampai

0,588

b. Reliabilitas

Untuk menguji reliabilitas kuesioner dari peran kader Posyandu dapat

dilakukan dengan Alpha Cronbach’s. Hasil uji reliabilitas menunjukkan

syarat reliabel apabila angka tersebut memiliki kestabilan baik bila digunakan

untuk responden lain atau digunakan pada waktu yang berlainan. Instrumen

dikatakan reliabel apabila ada nilai 1-0, semakin mendekati angka 1, maka

kuesioner tersebut dikatakan reliabel (Azwar, 2005) sedangkan menurut

Sugiyono (2007) suatu kuesioner dikatakan reliabel jika memiliki koefisien α

> 0,6.

Hasil dari pengujian reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach’s yang

dilakukan pada 30 responden dengan perhitungan SPSS didapat harga sebesar

0,873 yang berarti nilai α > 0,6. Maka dapat disimpulkan bahwa instrumen

tersebut reliabel.

2. Analisis Data

a. Penyunting (editing)

Kegiatan yang dilakukan dalam penyuntingan ini adalah memeriksa

seluruh daftar pertanyaan yang dikembalikan responden, dengan

memperhatikan beberapa hal dalam pemeriksaan yaitu:

1) Kesesuaian jawaban responden dengan pertanyaan yang diajukan


commit to user
2) Kelengkapan pengisian daftar pertanyaan

22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23

3) Mengecek macam isian data

b. Pengkodean (coding)

Setelah penyuntingan diselesaikan, kegiatan selanjutnya dilakukan

memberikan kode dalam hubungan dengan pengolahan data jika akan

menggunakan computer.

c. Tabulating (tabulating)

Data hasil pengkodean disusun dan dihitung untuk kemudian

disajikan kedalam bentuk tabel agar mudah dibaca.

d. Analisis Data

Dalam menganalisis data peneliti menggunakan Chi Square (x²)

dengan menggunakan bantuan SPSS version 13 for windows. Dalam

analisis data menggunakan Chi Square, terdapat dua analisis yaitu

1) Analisis univariat yaitu analisis yang mencangkup penggambaran

responden berdasarkan variabel penelitian

2) Analisis bivariat yaitu analisis yang menggambarkan penilaian

terhadap peran kader Posyandu dengan kelengkapan imunisasi dasar.

Untuk mencari hubungan antar variabel nilai X² hitung harus lebih besar

dari X² tabel yang artinya Ha diterima dan Ho ditolak. Sedangkan untuk

menilai derajat hubungan antar variabel menggunakan Contingency

Coefficient, hubungan dikatakan kuat apabila nilai Contingency semakin

mendekati 1 (Sugiyono, 2009).

commit to user

23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum

Desa Kwarasan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo merupakan salah

satu desa yang mempunyai Posyandu sebagai sarana untuk meningkatkan derajat

kesehatan terutama ibu dan anak. Jumlah Posyandu di Desa Kwarasan adalah

tujuh Posyandu yang di pantau langsung oleh bidan desa. Posyandu Desa

Kwarasan dijalankan oleh kader Posyandu yang dipilih oleh bidan desa, setiap

Posyandu rata-rata mempunyai tujuh kader Posyandu. Dalam kegiatan

Posyandu, tidak semua kader berperan aktif. Terdapat beberapa kader yang tidak

aktif, misalnya jarang atau bahkan tidak pernah datang dalam Posyandu.

Terdapat pula kader yang tidak pernah memberikan penyuluhan kesehatan,

khususnya tentang imunisasi sehingga ibu balita belum begitu paham tentang

manfaat imunisasi.

B. Hasil Analisis Univariat

Analisis univariat mencakup penggambaran responden berdasarkan variabel

penelitian yaitu penilaian peran kader posyandu dan kelengkapan imunisasi

dasar.

commit to user

24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25

1. Peran Kader Posyandu

Tidak
Berperan
29,2%
Berperan
70,8%

Sumber : Pengolahan Data Primer Juni 2011

Gambar 4.1 Diagram Distribusi Responden berdasarkan Penilaian terhadap


Peran Kader Posyandu

Gambar 4.1 menunjukkan distribusi responden berdasarkan penilaian

terhadap peran kader posyandu. Sebagian besar responden menilai bahwa

kader posyandu dapat dikategorikan berperan (68 ibu balita atau 70,8%).

Sebagian kecil saja yang menilai bahwa kader posyandu dikategorikan tidak

berperan (28 ibu balita atau 29,2%).

2. Kelengkapan Imunisasi Dasar

Tidak
Lengkap
24,0%
Lengkap
76,0%

Sumber : Pengolahan Data Primer Juni 2011

Gambar 4.2 Diagram Distribusi Responden berdasarkan Kelengkapan


Imunisasi Dasar

commit to user

25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26

Gambar 4.2 menunjukkan distribusi responden berdasarkan

kelengkapan imunisasi dasar. Sebagian besar responden memberikan

imunisasi dasar kepada anaknya secara lengkap (73 ibu balita atau 76,0%).

Sebagian kecil saja yang memberikan imunisasi dasar kepada anaknya secara

tidak lengkap (23 ibu balita atau 24,0%).

C. Hasil Analisis Bivariat

Tabel 4.1. Distribusi Silang Responden berdasarkan Penilaian terhadap Peran


Kader Posyandu dan Kelengkapan Imunisasi Dasar
Kelengkapan Imunisasi Dasar
Total
Lengkap Tidak lengkap
68 0 68
Peran Berperan
(70,80%) (0,00%) (70,80%)
Kader
5 23 28
Posyandu Tidak berperan
(5,20%) (24,00%) (29,20%)
73 23 96
Total
(76,00%) (24,00%) (100,0%)
Sumber : Pengolahan Data Primer Juni 2011

Tabel 4.1 menunjukkan distribusi silang responden berdasarkan penilaian

terhadap peran kader posyandu dan kelengkapan imunisasi dasar. Responden

yang menilai bahwa kader posyandu berperan semuanya memberikan imunisasi

dasar kepada anaknya secara lengkap (70,8%). Responden yang menilai bahwa

kader posyandu tidak berperan sebagian besar memberikan imunisasi dasar

kepada anaknya secara tidak lengkap (24,0%). Distribusi tersebut memberikan

gambaran secara deskriptif bahwa ibu yang menilai bahwa kader posyandu

berperan cenderung memberikan imunisasi dasar kepada anaknya secara

lengkap.

commit to user

26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

27

Tabel 4.2. Hasil Pengujian Statistik


c2hitung Df c2tabel C p

73,456 1 3,841 0,658 0,000

Sumber : Pengolahan Data Primer Juni 2011

Tabel 4.2 menyajikan hasil perhitungan uji statistik chi square. Apabila

dibandingkan terlihat bahwa c2hitung > c2tabel (73,456 > 3,841) atau p < 0,05

sehingga diputuskan untuk menolak H0 dan menerima Ha. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara peran kader

posyandu dengan kelengkapan imunisasi dasar. Nilai korelasi contingency (C)

sebesar 0,658. Semakin mendekati 1 derajat hubungan antara kedua variabel

semakin kuat.

commit to user

27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian yang dilakukan tentang hubungan peran kader Posyandu dengan

kelengkapan imunisasi dasar di Desa Kwarasan, Sukoharjo didapatkan 96 ibu balita

sebagai responden yang mempunyai balita umur 9-12 bulan.

Berdasarkan jumlah responden yang diteliti, terdapat 68 responden (70,8 %)

yang menjawab kuesioner dengan nilai lebih dari 15 (kader Posyandu berperan) dan

status imunisasi bayi lengkap. Responden yang menjawab kuesioner dengan nilai

kurang dari 15 sebanyak 23 responden (24,0 %), yang berarti kader Posyandu tidak

berperan dalam kelengkapan imunisasi dasar dan status imunisasi bayi tidak lengkap.

Sedangkan responden yang menjawab kuesioner dengan nilai kurang dari 15 tetapi

status imunisasi bayinya lengkap sebanyak 5 responden (5,2 %). Hal ini

menunjukkan bahwa peran kader Posyandu mempengaruhi kelengkapan imunisasi

dasar.

Dalam kuesioner terdapat 3 indikator peran kader dikatakan berhasil, indikator

pertama adalah keberhasilan Posyandu dengan jumlah 11 item soal. Dari soal

tersebut, item soal yang mempunyai skor paling tinggi adalah soal nomor 5 yaitu

dengan adanya Posyandu akan meningkatkan kelengkapan imunisasi, dengan 62 ibu

balita yang menjawab benar.

Indikator kedua adalah keaktifan kader Posyandu dengan jumlah 16 item soal.

Dari soal tersebut, item soal yang mempunyai “skor paling tinggi” adalah soal nomor

15 yaitu kader Posyandu selalu menginformasikan manfaat pemberian imunisasi.


commit to user
Memberi informasi tentang manfaat imunisasi adalah salah satu bentuk penyuluhan

28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29

yang dilakukan oleh kader. Hal ini menjelaskan bahwa sikap petugas sangat

berpengaruh terhadap kelengkapan imunisasi. Dengan 68 ibu balita yang menjawab

benar.

Indikator ketiga adalah kehadiran kader Posyandu dengan jumlah 3 item soal.

Dari soal tersebut yang mempunyai skor paling tinggi adalah soal nomor 28 yaitu

kader Posyandu selalu datang terlambat (unfavourable), dengan 59 ibu balita yang

menjawab benar dan 37 ibu balita yang menjawab salah.

Kegiatan yang dilakukan oleh kader untuk membantu meningkatkan

kelengkapan imunisasi adalah memberikan penyuluhan tentang imunisasi, mengajak

ibu-ibu balita untuk datang ke Posyandu, melakukan kunjungan dan memberikan

motivasi kepada ibu balita, memberikan informasi yang dibutuhkan ibu balita serta

selalu datang dalam setiap kegiatan Posyandu (Zulkifli, 2003)

Posyandu adalah orang yang mempunyai tugas untuk melaksanakan program

Posyandu termasuk didalamnya adalah imunisasi (Torik, 2005). Posyandu pada

umumnya dan kader Posyandu pada khususnya mempunyai peran penting dalam

meningkatkan kelengkapan imunisasi bayi usia 0-12 bulan (Torik, 2005).

Kelengkapan imunisasi dasar selain dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu

sebagai faktor predisposisi juga dipengaruhi oleh sikap petugas, dalam hal ini adalah

kader Posyandu (Notoadmojdo,2003).

Kader Posyandu dalam setiap kegiatan selalu melakukan penyuluhan tentang

imunisasi, sehingga hal inilah yang mempengaruhi kelengkapan status imunisasi

bayi. Dengan penyuluhan imunisasi yang dilakukan oleh kader Posyandu, maka ibu

balita akan senantiasa mengingat pentingnya imunisasi dasar pada bayi (Torik,
commit to user
2003).

29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30

Berdasarkan hasil penelitian terdapat 3 dimensi hubungan antara peran kader

posyandu dengan kelengkapan imunisasi dasar yang diteliti yaitu ada tidaknya

hubungan yang signifikan, kekuatan hubungan dan bentuk atau arah hubungan.

Kriteria pengambilan kesimpulan dengan tingkat ketelitian 0,05 maka nilai X²

tabel untuk pengujian dari chi square adalah sebesar 3,841 pengambilan kesimpulan

dilakukan dengan aturan Ho diterima apabila X² hitung Ð X² tabel dan Ha diterima

apabila X² hitung ³ X² tabel. Dimana Ho adalah “tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara peran kader posyandu dengan kelengkapan imunisasi dasar“ dan Ha

adalah ” terdapat hubungan yang signifikan antara peran kader posyandu dengan

kelengkapan imunisasi dasar ”.

Berdasarkan perhitungan SPSS version 13 for windows diperoleh X² hitung

(73,456) > X² tabel (3,841) dengan n = 96 maka Ha diterima dan Ho di tolak dan nilai

P sebesar 0.00. Dengan demikian disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara peran kader posyandu dengan kelengkapan imunisasi dasar.

Kekuatan hubungan atau nilai yang menyatakan derajat keeratan hubungan

antara peran kader posyandu dengan kelengkapan imunisasi dasar diukur dengan

koefisien kontingensi. Berdasarkan perhitungan SPSS diperoleh nilai koefisien

kontingensi sebesar 0,658 dengan demikian dapat dikatakan bahwa kekuatan

hubungan antara peran kader posyandu dengan kelengkapan imunisasi dasar

termasuk kuat

Berdasarkan hasil analisis bivariat diketahui bahwa ibu balita yang menjawab

bahwa kader berperan dan balitanya sudah di imunisasi lengkap sebanyak 68 orang

commitbahwa
(70,8 %). Ibu balita yang menjawab to userkader tidak berperan dan imunisasi

balitanya tidak lengkap sebanyak 23 orang (24,0 %), sedangkan ibu balita yang

30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31

menjawab bahwa kader tidak berperan tetapi status imunisasi balitanya lengkap

sebanyak 5 orang (5,2 %) . Dengan demikian terdapat kecenderungan yang

mengatakan bentuk atau arah hubungan yaitu semakin besar peran kader maka

semakin lengkap imunisasi dasar pada balita.

commit to user

31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Hubungan Peran Kader Posyandu

dengan Kelengkapan Imunisasi dasar di Desa Kwarasan, Sukoharjo dapat

diambil kesimpulan bahwa :

1. 68 responden (70,8 %) menyatakan bahwa kader Posyandu di Desa

Kwarasan, Sukoharjo berperan.

2. Jumlah balita di Desa Kwarasan, Sukoharjo yang mempunyai satus imunisasi

dasar lengkap sebanyak 73 balita (76,0 %)

3. Terdapat hubungan antara peran kader Posyandu dengan kelengkapan

imunisasi dasar di Desa Kwarasan. Dengan X² hitung (73,456) lebih besar

dari X² tabel (3,841) dan koefisien kontingensi sebesar 0,658 pada taraf

signifikan 5 % serta nilai P sebesar 0.00.

B. Saran

1. Bagi Kader Posyandu diharapkan tetap mempertahankan kegiatan yang sudah

dilakukan seperti penyuluhan kepada ibu balita, mengaktifkan kader yang

sering tidak hadir dalam kegiatan Posyandu, serta melakukan kerjasama yang

baik dengan sesama kader Posyandu.

2. Bagi Institusi Kesehatan diharapkan tetap menjaga hubungan baik dengan

kader Posyandu untuk terus bekerja sama meningkatkan derajat kesehatan.


commit to user

32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33

3. Bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian yang dapat

mengungkapkan penyebab ketidaklengkapan imunisasi sebesar 24 % pada

balita di Desa Kwarasan dengan penelitian yang bersifat kualitatif sehingga

dapat diketahui faktor lain penyebab ketidaklengkapan imunisasi.

commit to user

33

Anda mungkin juga menyukai