Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

A. PENGERTIAN

Ikterus neonatorum adalah kondisi perubahan warna kuning pada kulit, mukosa dan sklera
karena kadar serum bilirubin dalam darah mengalami peningkatan > 85 µmol/L atau > 5mg/dl,
Bilirubin terbentuk ketika komponen heme sel darah merah dipecah dilimpa menjadi biliverdin
dengan istilah lain adalah bilirubin tak terkojugasi, kondisi terjadinya peningkatan tersebut
menyebabkan muncul tanda dan gejala kuning pada bayi (Brits et al, 2017). Kejadian ikterus
fisiologis terjadi pada 40 - 60% bayi cukup bulan sedangkan ikterus patologis terjadi sekitar 80% pada
bayi dengan diagnosa sekunder seperti berat bayi lahir rendah dan lain-lain (Seriana, Yusrawat &
Lubis, 2015). Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang usia 0 - 28 hari, yang lahir pada usia
kehamilan 37 - 42 minggu Depkes (2010); Dewi (2010) dalam Oktarina dkk (2017). Tanda bayi lahir
sehat dengan berat lahir 2500 – 4000 gram, menangis kencang, reflek rooting, sucking, morro,
grasping baik, kulit merah muda dan tanpa kelainan kongenital. Masalah gangguan kesehatan yang
sering terjadi pada bayi lahir seperti asfiksia neonatorum, sindrom gangguan pernafasan idiopatik,
kejang, trauma pasca kelahiran, dan ikterus neonatorum (Depkes, 2010; Purwadianto et al 2013 dalam
Muthmainnah, 2017)

B. PENYEBAB

Penyakit kuning disebabkan oleh penumpukan zat bernama bilirubin di dalam aliran darah.
Bilirubin terbentuk dari penghancuran sel darah merah. Setiap orang memiliki kadar bilirubin normal
yang berbeda-beda sesuai usianya. Selain itu, pada kasus tertentu, penyakit kuning juga bisa
disebabkan oleh kelainan pada empedu atau hati, misalnya abses hepar dan infeksi atau radang
kantong empedu.

Pada orang dewasa, kadar bilirubin normal adalah di bawah 1,2 mg/dL. Sedangkan pada anak-anak
(di bawah usia 18 tahun), kadar bilirubin normal adalah di bawah 1 mg/dL. Khusus pada bayi baru
lahir, kadar bilirubin normal tergantung kepada usia bayi baru lahir. Berikut penjelasan lengkapnya:

Usia kurang dari 1 hari: di bawah 10 mg/dL

Usia 1 sampai 2 hari: di bawah 15 mg/dL

Usia 2 sampai 3 hari: di bawah 18 mg/dL

Usia lebih dari 3 hari: di bawah 20 mg/Dl


Bayi dengan kadar bilirubin di atas normal harus segera ditangani. Sebab jika kadar bilirubin
mencapai 25 mg/dL, bayi kuning tersebut dapat berisiko mengalami kerusakan otak, kehilangan
pendengaran, serta terserang penyakit cerebral palsy.

C. GEJALA

Penderita penyakit kuning, kulit, mata, dan lapisan dalam mulut atau hidungnya akan kelihatan
kekuningan. Selain itu penderita penyakit kuning biasanya akan mengeluarkan feses berwarna seperti
dempul dan urine yang berwarna seperti teh. Ada juga berbagai gejala lain seperti demam dan nyeri
otot.

D. PATOFISIOLOGI

Patofisiologi terjadinya ikterus neonatorum fisiologis adalah akibat peningkatan sekunder


produksi bilirubin dan rendahnya kapasitas ekskresi hepatik. Bilirubin tak terkonjugasi pada
ikterus neonatorum fisiologis biasanya mencapai kadar serum kurang dari 15 mg/dl.[1,3]

Bilirubin diproduksi dalam sistem retikuloendotelial sebagai produk akhir katabolisme heme
dan dibentuk melalui reaksi oksidasi reduksi. Sekitar 75% bilirubin berasal dari hemoglobin,
namun degradasi mioglobin, sitokrom, dan katalase juga berkontribusi. Pada langkah oksidasi
pertama, biliverdin dibentuk dari heme melalui aksi heme oxygenase. Proses tersebut juga
melepaskan besi dan karbon monoksida. Besi disimpan untuk digunakan kembali, sedangkan
karbon monoksida dikeluarkan melalui paru-paru dan dapat diukur dalam napas pasien untuk
mengukur produksi bilirubin.

Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Kejadian yangsering
ditemukan adalah apabila terdapat beban bilirubin pada sel hepar yang berlebihan. Halini
dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia.Gangguan
pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar bilirubin tubuh.
Halini dapat terjadi apabila kadar protein berkurang, atau pada bayi hipoksia, asidosis.
Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan
gangguankonjugasi hepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi misalnya
sumbatansaluran empedu.Pada derajat tertentu bilirubin akan bersifat toksik dan merusak
jaringan tubuh. Toksisitasterutama ditemukan pada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut
dalam air tapi mudahlarut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis
pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi
di otak disebutkernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kadar bilirubin indirek lebih
dari20mg/dl.Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak
hanyatergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar darah
otak apabila bayi terdapat keadaan berat badan lahir rendah, hipoksia, dan hipoglikemia.
(Markum, 1991)

Anda mungkin juga menyukai