Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA Nn.A


DENGAN FLOUR ALBUS DI
PMB WINARTI,AM.KEB

DISUSUN OLEH :
ASTARI WAHYUNI
2015901002

PROGRAM PROFESI
PRODI KEBIDANAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
TAHUN AJARAN 2020 / 2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur  kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesempatan dan kesehatan kepada kami sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah seminar ini. Dan tidak lupa pula kami panjatkan
syukur kami kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kami dari
alam kebodohan menjadi alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti
sekarang ini. Makalah ini berisikan tentang ”Laporan Kasus Asuhan
Kebidanan Flour Albus pada Nn.A Di PMB Bidan Winarti, Am.Keb
”.Tak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada:
1. Dosen pembimbing kami, Ibu Nina Fitri,S.ST,M.Keb yang telah
memberikan ilmu dalam makalah ini.
2. Kepada Ibu Winarti,Am.Keb selaku pembimbing dilapangan yang
telah memberikan ilmu dalam makalah ini.
3. Kepada ibu Nita Tri Putri,MPH selaku penguji teria kasih telah
bersedia memberi masukan dan ilmunya
Kami menyadari bahwa Laporan Kasus ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Jambi, 06 Mei 2021

                               Penulis,

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
LatarBelakang...................................................................................1
Tujuan Penulisan...............................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI.................................................................3
Pengertian Flour Albus......................................................................3
Flour Albus Fisiologis.......................................................................6
Flour Albus Patologis........................................................................6
Gejala Flour Albus ...........................................................................7
Pencegahan Flour Albus....................................................................8
Penyebab Flour Albus ......................................................................10
Dampak Flour Albus ........................................................................12
Pengobatan Flour Albus....................................................................14
Remaja...............................................................................................14
BAB III TINJAUAN KASUS...............................................................16
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................21
BAB V PENUTUP.................................................................................25
Kesimpulan........................................................................................25
Saran..................................................................................................25
DOKUMENTASI
DAFTAR PUSAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Keputihan (flour albus, leukorhea, atau white discharge) merupakan gejala
yang berupa cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa darah
(Hutabarat, 2007).
Pengeluaran cairan ini sebagai keadaan dari saluran kelamin wanita. Seluruh
permukaan saluran kelamin wanita mempunyai kemampuan untuk mengeluarkan
cairan berupa lendir jernih, tidak berwarna dan tidak berbau busuk (Putu, 2009).
Remaja merupakan fase perkembangan yang paling kompleks dengan segala
permasalahannya. Fase paling penting bagi remaja adalah masa pubertas, dimana bagi
remaja putri ditandai dengan matangnya organ reproduksi (Elizabeth, 2007).
Kematangan organ reproduksi akan menjadi faktor pencetus keputihan bagi
remaja putri terutama masa sebelum dan sesudah haid (Prawirohardjo, 2007).
Sekresi flour albus fisiologi tersebut bisa cair seperti air atau kadang-kadang
agak berlendir, umumnya cairan yang keluar sedikit, jernih, tidak berbau dan tidak
gatal. Sedangkan flour albus yang tidak normal disebabkan oleh infeksi biasanya
disertai dengan rasa gatal didalam vagina dan disekitar bibir vagina bagian luar, kerap
pula disertai bau busuk, dan menimbulkan rasa nyeri sewaktu berkemih atau
bersenggama (Mahammad Shadine. 2012).
Flour albus yang normal (fisiologi) memang merupakan hal yang wajar.
Namun flour albus yang tidak normal dapat menjadi petunjuk adanya penyakit yang
harus diobati (Dini Kasdu, 2008).
Berbagai macam permasalahan kesehatan pada remaja diperparah dengan
kondisi dimana pelayanan yang minim bagi mereka. Padahal akses pelayanan yang
efektif pada remaja hanya dapat dijamin jika pelayanan terjangkau secara finansial,
sesuai dengan kebutuhannya dan dapat diterima oleh remaja sebagi pengguna
pelayanan (Gay dkk, 2007). Tetapi selama ini petugas kesehatan sendiri masih
menganggap remeh terhadap keluhan flour albus, menganggapnya sebagai hal yang
biasa saja, dapat sembuh dengan sendirinya (Nurul dkk, 2011). Tindakan ini
berdampak pada perilaku remaja, yang akan melakukan pengobatan sendiri sebelum
memeriksakan diri ke dokter/petugas kesehatan. Bahkan ada kebiasaan sebagian dari
mereka meminum ramuan tradisional untuk mengobati flour albus, karena mereka

3
meyakini kalau keluhan flour albus walaupun mengganggu adalah hal yang biasa saja
dan dapat sembuh tanpa harus ke dokter atau pelayanan kesehatan yang ada.
Salah satu faktor penunjang perilaku siswi adalah informasi yang mencakup
tentang flour albus sehingga pengetahuan dan perilaku siswi tentang pencegahan flour
albus sangat menunjang untuk menghindari terjadinya keputihan patologi. Para
remaja mengetahui informasi tentang kesehatan reproduksi salah satunya tentang
keputihan yang paling banyak adalah dari teman sebayanya. Bahkan hanya masalah
kesehatan reproduksi saja, setiap remaja banyak bertanya dalam segala hal dengan
teman temannya. Walaupun mereka menyadari bahwa teman-teman tidak memiliki
informasi yang memadai juga, ini menyebabkan informasi yang didapat tidak benar,
salah satunya tentang flour albus (Andrews, 2008)
Dengan adanya masalah tersebut remaja tersebut bisa mendapatkan informasi
dari sekolahan, misalnya dari mata pelajaran biologi yang membahas kesehatan
reproduksi antara lain adalah tentang flour albus fisiologi. Yang meliputi pengertian
tentang flour albus fisiologi dan penyebab dari flour albus tersebut, dengan demikian
para siswi akan mengetahui flour albus yang dialaminya, sehingga siswi dapat
memeriksakannya ke petugas kesehatan seperti bidan yang berada didesa jika terjadi
flour albus yang abnormal.Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik
untuk melakukan konseling dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Nn. A dengan
fluor albus Di PMB Bidan Winarti, Amd.Keb”
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Pada Nn. A
dengan fluor albus Di PMB Bidan Winarti, Amd.Keb ?”
C.Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Mmpu melakukan Asuhan Kebidanan Komprehensif Kesehatan Reproduksi
Pada Nn.A yang mengalami flour albus di BPM Bidan Winarti,Am.Keb
b. Tujuan Khusus
1. Mampu mengumpulkan atau pengkajian data pada Nn.A
2. Mampu menyusun diagnosa kebidanan Nn.A
3. Merencanakan Asuhan Kebidanan Nn.A
4. Mampu melakukan identifikasi kebutuhan Nn.A
5. Mampu melakukan implementasi pelaksanaan asuhan kebidanan pada Nn.A
4
6. Melakukan Evaluasi asuhan kebidanan yang sudah diberikan
7. Melakukan pencatatan kebidanan dalam bentuk perdokumentasian

5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Flour Albus
Flour Albus adalah cairan yang keluar berlebihan dari vagina bukan merupakan
darah (Sibagariang dkk, 2010).
Flour Albus merupakan sekresi vaginal abnormal pada wanita. Keputihan yang
disebabkan oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa gatal di dalam vagina dan di sekitar
bibir vagina bagian luar, kerap pula disertai bau busuk, dan menimbulkan rasa nyeri
sewaktu berkemih atau bersenggama (Shadine, 2012)
Kalsifikasi Flour Albus menurut Sibagariang dkk (2010) adalah :
B. Flour Albus fisiologis
Flour Albus fisiologis terdiri atas cairan yang kadang – kadang berupa muskus
yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang. Flour Albus normal dapat
terjadi pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, sekitar fase sekresi antara hari ke
10 – 16 siklus menstruasi, saat terangsang, hamil, kelelahan, stres dan sedang
mengkonsumsi obat – obat hormonal seperti pil KB. Flour Albus ini tidak berwarna atau
jernih, tidak berbau dan tidak menyebabkan rasa gatal. Flour Albus yang fisiologis dapat
disebabkan oleh :
a. Pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin sehingga bayi baru lahir
sampai umur 10 hari mengeluarkan Flour Albus.
b. Pengaruh estrogen yang meningkat pada saat menarche.
c. Rangsangan saat koitus sehingga menjelang persetubuhan seksual menghasilkan sekret, yang
merupakan akibat adanya pelebaran pembuluh darah, divagina atau vulva, sekresi kelenjar
serviks yang bertambah sehingga terjadi pengeluaran transudasi dari dinding vagina. Hal ini
diperlukan untuk melancarkan persetubuhan atau koitus.
d. Adanya peningkatan produksi kelenjar – kelenjar pada mulut rahim saat masa ovulasi
e. Mukus servik yang padat pada masa kehamilan sehingga menutup lumen serviks yang
berfungsi mencegah kuman masuk ke rongga uterus.

C. Flour Albus patologis


Flour Albus patologis terjadi karena disebabkan oleh :

6
A. Infeksi Adanya jamur dan bakteri seperti Gonokokus, Klamidia Trakomatis,
Grandnerella, Treponema Pallidum, Parasit dan Virus.
B. Kelainan alat kelamin didapat atau bawaan Adanya fistel vesikovaginalis atau
rektovaginalis akibat cacat bawaan.
C. Cedera persalinan dan radiasi kanker genetalia atau kanker itu sendiri.
D. Benda asing Kondom yang tertinggal dan pesarium untuk penderita hernia
E. prolaps uteri dapat merangsang secret vagina berlebihan.
F. Kanker Flour Albus ditemukan pada neoplasma jinak maupun ganas, apabila
tumor itu dengan permukaannya untuk sebagian atau seluruhnya memasuki lumen
saluran alat – alat genetalia. Sel akan tumbuh sangat cepat secara abnormal dan
mudah rusak, akibat dari pembusukan dan perdarahan akibat pemecahan
pembuluh darah pada hipervaskularisasi.Gejala yang ditimbulkan ialah cairan
yang banyak, berbau busuk disertai darah tak segar.
G. Menopause Pada menopause sel – sel dan vagina mengalami hambatan dan
dalam pematangan sel akibat tidak adanya hormon estrogen sehingga vagina
kering, sering timbul gatal karena tipisnya lapisan sel sehingga mudah luka dan
timbul infeksi penyerta
D. Gejala Flour Albus
Menurut Sibagariang dkk (2010), ada beberapa gejala Flour Albus, anatara lain :
1. Sekret yang berlebihan seperti susu dan dapat menyebabkan labia menjadi terasa gatal,
umumnya disebabkan oleh infeksi jamur kandida dan biasa terjadi pada kehamilan, penderita
diabetes dan akseptor pil KB.
2. Sekret yang berlebihan berwarna putih kehijauan atau kekuningan dan berbau
tak sedap, kemungkinan disebabkan oleh infeksi trikomonas atau ada benda asing
di vagina.
3. Keputihan / Flour Albus yang disertai nyeri perut di bagian bawah atau nyeri
panggul belakang, kemungkinan terinfeksi sampai pada organ dalam rongga
panggul.
4. Sekret sedikit atau banyak berupa nanah, rasa sakit dan panas saat berkemih
atau terjadi saat hubungan seksual, kemungkinan disebabkan oleh infeksi
gonorhoe.

7
5. Sekret kecoklatan (darah) terjadi saat senggama, kemungkinan disebabkan oleh
erosi pada mulut rahim.
6. Sekret bercampur darah dan disertai bau khas akibat sel – sel mati,
kemungkinan adanya sel – sel kanker pada serviks.
E. Pencegahan Flour Albus
Menurut Shadine (2012), ada beberapa cara untuk menghindari terjadinya Flour
Albus, antara lain :
1. Selalu menjaga kebersihan diri, terutama kebersihan alat kelamin. Rambut vagina atau pubis
yang terlampau tebal dapat menjadi tempat sembunyi kuman.
2. Biasanya untuk membasuh vagina dengan cara yang benar, yaitu dengan
gerakan dari depan ke belakang. Cuci dengan air bersih setiap buang air dan
mandi. Jangan lupa untuk tetap menjaga vagina dalam keadaan kering.
3. Hindari suasana vagina yang lembab berkepanjangan karena pemakaian celana
dalam yang basah, jarang diganti dan tidak menyerap keringat. Usahakan
menggunakan celana dalam yang terbuat dari bahan katun yang menyerap
keringat. Pemakaian celana jeans terlalu ketat juga meningkatkan kelembaban
daerah vagina. Ganti tampon atau panty liner pada waktunya.
4. Hindari terlalu sering memakai bedak talk disekitar vagina, tisu harum atau
tisu toilet. Ini akan membuat vagina kerap teriritasi.
5. Perhatikan kebersihan lingkungan. Keputihan / Flour Albus juga bisa muncul
lewat air yang tidak bersih. Jadi, bersih bak mandi, ember, ciduk, water torn dan
bibir kloset dengan antiseptik untuk menghindari menjamurkan kuman.
6. Setia kepada pasangan merupakan langkah awal untuk menghindari
Keputihan / Flour Albus yang disebabkan oleh infeksi yang menular melalui
hubungan seks.
Patofisiologi Flour Albus Sebenarnya didalam alat genital wanita terdapat
mekanisme pertahanan tubuh berupa bakteri yang menjaga kadar keasaman pH vagina.
Normalnya angka keasaman pada vagina berkisar antara 3,8 – 4,2. Sebagian besar, hingga 95%
adalah bakteri laktobasilus dan selebihnya adalah bakteri pathogen (yang menimbulkan
penyakit). Biasanya ketika ekosistem didalam keadaan seimbang bakteri patogen tidak akan
mengganggu. Masalah baru ketika kondisi asam ini turun alias lebih besar dari 4,2. Bakteri –

8
bakteri laktobasilus gagal menandingi bakteri patogen. Ujungnya, jamur akan berjaya dan
terjadilah keputihan. Data penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukkan 75%
wanita di dunia pasti menderita keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya
bisa mengalaminya sebanyak dua kali atau lebih (Shadine, 2012)
Penatalaksanaan Flour Albus Menurut Sibagariang dkk (2010) untuk menghindari
komplikasi yang serius dari Flour Albus, sebaiknya penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin
sekaligus untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab lain seperti kanker leher rahim
yang juga memberikan gejala keputihan berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat
mengandung darah atau hitam serta berbau busuk. Penatalaksanaan Flour Albus tergantung dari
penyebab infeksi seperti jamur, bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat – obatan untuk
mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat – obatan
yang digunakan dalam mengatasi keputihan biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk
mengatasi infeksi candida dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan
parasit. Sediaan obat dapat berupa sediaan oral (tablet, kapsul), topikal seperti krem yang
dioleskan dan vulva yang dimasukkan langsung ke dalam liang vagina. Untuk keputihan yang
ditularkan melalui hubungan seksual, terapi juga diberikan kepada pasangan seksual dan
dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual selama masih dalam pengobatan. Selain itu,
dianjurkan untuk menjaga kebersihan daerah intim sebagai tindakan pencegahan sekaligus
mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan :
1) Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga ringan, istirahat cukup, hindari rokok dan
alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
2) Setia kepada pasangan untuk mencegah penularan penyakit menular seksual.
3) Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan tidak
lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat, hindari
pemakaian celana terlalu ketat. Biasanya untuk mengganti pembalut, panty liner pada waktunya
untuk mencegah bakteri berkembang biak.
4) Biasanya membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke
belakang.
5) Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan
flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan
pembersih vagina.

9
6) Hindari penggunaan bedak talk, tisu atau sabun dengan pewangi pada daearah vagina karena
dapat menyebabkan iritasi.
7) Hindari pemakaian barang – barang yang memudahkan penularan seperti meminjam
perlengkapan mandi. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan
mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.
F. Penyebab flour albus
Menurut Marhaeni (2016) faktor – faktor penyebab flour albus dibedakan menjadi
dua yaitu :
a. Faktor – faktor penyebab flur albus fisiologis
1. Bayi yang baru lahir kira – kira 10 hari, flour albus ini disebabkan oleh pengaruh hormone
esterogen dari ibunya Masa sekitar menarche atau pertama kalinya haid datang, keadaan ini
ditunjang oleh hormon esterogen
2. Masa di sekitar ovulasi karena produksi kalenjar – kalenjar rahim dan pengaruh dari hormon
esterogen serta progesterone.
3. Seorang wanita yang terangsang secara seksual. Rangsangan seksual ini berkaitan dengan
kesiapan vagina untuk menerima penetrasi senggama, vagina mengeluarkan cairan yang
digunakan sebagai pelumas dalam senggama
4. Kehamilan yang mengakibatkan meningkatnya suplai darah ke vagina dan mulut rahim, serta
penebalan dan melunaknya selaput lender vagina
5. Akseptor kontrasepsi pil yang mengandung hormon esterogen dan progesteron yang dapat
meningkatkan lender servik menjadi lebih encer
6. Pengeluaran lender yang bertambah pada wanita yang sedang menderita penyakit kronik
b. Faktor – faktor penyebab flour albus patologis
1. Kelelahan fisik
Kelelahan fisik merupakan kondisi yang dialami oleh seseorang akibat meningkatnya
pengeluaran energi karena terlalu memaksakan tubuh untuk bekerja berlebihan dan menguras
fisik meningkatnya pengeluaran energi menekan sekresi hormon esterogen. Menurunnya sekresi
hormon esterogen menyebabkan penurunan kadar glikogen.Glikogen digunakan oleh
Lactobacillus doderlein untuk metabolisme. Sisa dari metabolisme ini adalah asam laktat yang
digunakan untuk menjaga keasaman vagina. Jika asam laktat yang dihasilkan sedikit, bakteri,
jamur, dan parasit mudah berkembang.

10
2. Ketegangan psikis
Ketegangan psikis merupakan kondisi yang dialami seseorang akibat dari
meningkatnya beban pikiran akibat dari kondisi yang tidak menyenangkan atau
sulit diatasi. Meningkatnya bebabn pikiran memicu peningkatan hormon
adrenalin. Meningkatnya sekresi hormon adrenalin menyebabkan penyempitan
pembuluh darah dan mengurangi elastisitas pembuluh darah. Kondisi ini
menyebabkan aliran hormon esterogen ke organ – organ tertentu termasuk vagina
terhambat sehingga asam laktat yang dihasilkan berkurang. Berkurangnya asam
laktat menyebabkan keasaman vagina berkurang sehingga bakteri, jamur dan
parasit penyebab keputihan mudah berkembang.
3. Kebersihan diri
Kebersihan diri merupakan suatu tindakan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan untuk
kesejahteraan fisik dan psikis. Keputihan yang abnormal banyak dipicu oleh cara wanita dalam
menjaga kebersihan dirinya, terutama alat kelamin. Kegiatan kebersihan diri yang dapat memicu
keputihan adalah penggunaan pakaian dalam yang ketat dan berbahan nilon, cara membersihkan
alat kelamin (cebok) yang tidak benar, penggunaan sabun vagina dan pewangi vagina,
penggunaan pembalut kecil yang terus menerus di luar siklus menstruasi. Menurut Setyana
(2012), ada empat penyebab utama yang dapat menyebabkan flour albus , yaitu :
a. Faktor fisiologis
Faktor fisiologis disebabkan antara lain terjadi saat menarche karena mulai
terdapat pengaruh hormon esterogen, wanita dewasa apabila dirangsang sebelum
dan saat koitus, akibat pengeluaran transudate dari dinding vagina, saat ovulasi,
dengan secret dari kelenjar – kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer.
b. Faktor konstitusi
Faktor konstitusi dapat disebabkan akibat kelelahan, stress emosional,
masalah keluarga, masalah pada pekerjaan, atau bisa akibat dari penyakit serta
bisa diakibatkan oleh status imun seseorang yang menurun maupun obat – obatan.
c. Faktor iritasi
Faktor iritasi meliputi, penggunaan sabun untuk membersihkan organ
intim, penggunaan pembilas atau pengharum vagina, ataupun bisa teriritasi oleh
celana

11
d. Faktor patologis
Terjadi karena ada benda asing dalam vagina, infeksi vagina oleh kuman,
jamur, virus, parasit, tumor, kanker pada alat kelamin. Pada vagina terdapat 95%
bakteri lactobacillus dan selebihnya bakteri patogen. Tingkat keasaman ekosistem
vagina yang seimbang yaitu berada pada kisaran 3,8 – 4,2, pada tingkat keasaman
itu lactobacillus akan subur berkembang dan bakteri patogen tak akan
mengganggu dan menjaga derajat keasaman (pH) level normal. Dalam kondisi
tertentu kadar ph bisa berubah tidak seimbang. Jika pH vagina naik menjadi lebih
tinggi dari 4,2, maka jamur akan tumbuh dan berkembang. Flour albus patologis
akibat infeksi diakibatkan oleh infeksi alat reproduksi bagian bawah atau pada
daerah yang lebih proksimal, yang bisa disebabkan oleh infeksi gonokokus,
trikomonas, klamidia, treponema, candida, human papilloma virus, dan herpes
genitalis.
G. Dampak Resiko flour albus
1. Akibat yang sering ditimbulkan karena keputihan sebagai berikut:
Gangguan psikologis Respon psikologis seseorang terhadap keputihan akan menimbulkan
kecemasan yang berlebihan dan membuat seseorang merasa kotor serta tidak percaya diri dalam
menjalankan aktifitasnya sehari-hari.
2. Penyakit infeksi pada alat kelamin
a. Infeksi vagina (vulvitis) diabetika Terdapat pembengkakan vagina, merah
dan terutama ada rasa gatal yan hebat, dapat disertai dengan rasa nyeri. Ini
terjadi pada mereka yang berbadan relative gemuk. Pada pemeriksaan
laboratorium di jumpai penyakit kencing manis (diabetes mellitus).
b. Infeksi liang sanggama (vaginitis) Di dalam liang sanggama hidup bersama
bakteri saling menguntungkan beberapa bakteri yaitu basil doderlein,
stafilokokus, dan streptopkokus, serta basil difteroid. Secara umum gejala
infeksi liang sanggama (vaginitis) disertai infeksi bagian luar (bibir),
pengeluaran cairan (bernanah), terasa gatal dan terbakar. Pada permukaan
kemaluan tampak merah membengkak dan terdapat bintik-bintik merah.
c. Infeksi spesifik vagina Beberapa infeksi khusus pada vagina meliputi
trichmonas vaginalis, dengan gejala leukorea encer sampai kental, berbau khas,

12
gatal, dan rasa terbakar. Cara penularan utama dengan hubungan seksual.
Pengobatan dengan antibiotic metronidazole untuk suami dan istri secara
bersamaan. Infeksi vagina lain adalah kandidiasis vaginitis, infeksi ini
disebabkan oleh jamur candida albicans. Candida albicans merupakan jamur
yang pertumbuhannya cepat yaitu sekitar 48-72 jam Keputihan yang berwarna
putih, bergumpal dan sangat gatal. Pada dinding vagina terdapat selaput yang
melekat dan bila dikorek mudah berdarah. Pengobatannya dengan mycostatin
sebagai obat minum atau dimasukkan ke dalam liang sanggama selama
beberapa minggu dan suaminya juga mendapat pengobatan.
d. Servisitis akuta Infeksi dapat disebabkan oleh gonokokus (gonorea) sebagai
salah satu infeksi hubungan seksual. Pada infeksi setelah keguguran dan
persalinan disebabkan oleh stafilokokus dan streptokokus. Gejala infeksi ini
adalah pembengkakan mulut rahim, pengeluaran cairan bernanah, adanya rasa
nyeri yang dapat menjalar ke sekitarnya. Pengobatan terhadap infeksi ini
dengan memberi antibiotika dosis tepat dan menjaga kebersihan daerah
kemaluan.
e. Servisitis menahun (kronis) Infeksi ini dapat terjadi pada sebagian besar
wanita yang telah melahirkan. Terdapat perlukaan ringan pada mulut rahim.
Gejala infeksi ini adalah leukorea yang kadang sedikit atau banyak, dapat
terjadi perdarahan (saat hubungan seks). Pengobatan terhadap infeksi ini
dimulai dengan pemeriksaan setelah 42 hari setelah persalinan atau sebelum
hubungan seks dimulai, pada mulut rahim luka local disembuhkan dengan
cairan butyl tingtura, cairan nitrasargenti tingtura, dibakar dengan pisau listrik,
termokauter, mendinginkannya (crysurgery). Penyembuhan servisitis menahun
sangat penting karena dapat menghindari keganasan dan merupakan pintu
masuk infeksi ke alat kelamin bagian atas. f) Penyakit radang panggul (pelvic
inflammantory disease) Merupakan infeksi alat genital bagian atas wanita,
terjadi akibat hubungan seksual. Penyakit ini dapat bersifat akut atau menahun
atau akhirnya akan menimbulkan berbagai penyakit yang berakhir dengan
terjadinya perlekatan sehingga dapat menyebabkan kemandulan.
Tandatandanya yatu nyeri yang menusuk-nusuk bagian bawah perut,

13
mengeluarkan keputihan dan bercampur darah, suhu tubuh meningkat dan
pernafasan bertambah serta tekanan darah dalam batas normal. Penentuan
infeksi genitalia ini lebih akurat bila dilakukan pemeriksaan pap smear untuk
memungkinkan keganasan.
H. Pengobatan flour albus
Flour albus dapat diobati dengan cara berikut:
1) Untuk memberantas penyebab flour albus obatnya adalah
a. Obat untuk trichomoniasis: metronidazole
b. Obat candidosis: nystatin (pemberian oral maupun local).
c. Obat untuk bacterial vaginosis: metronidazole, ampisilin, pemakaian betadin
vagina gel.
d. Gonore: obat lain seperti: urfamisin (diminum); kanamisin dan ceftriaxone
(suntikan); obat penicillin secara suntikan.
I. Remaja
Pendapat tentang usia remaja bervariasi antara beberapa ahli, organisasi, atau
lembaga kesehatan. Usia remaja merupakan periode transisi perkembangan dari masa
anak ke masa dewasa, usia antara 10-24 tahun. Secara etiomologis, remaja berarti
“tumbuh menjadi dewasa”. Definisi remaja (adolescence) menurut organisasi
kesehatan dunia (WHO) adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut kaum muda (youth) untuk usia
Administrations Guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11-21 tahun
dan terbagi menjadi tiga tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun); remaja menengah (15-
17 tahun); dan remaja akhir (18-21 tahun). Definisi ini kemudian disatukan dalam
terminology kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun.
Definisi remaja sendiri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu :
1. secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-12 tahun sampai 20-
21 tahun;
2. secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan pada penampilan fisik dan fungsi
fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual

14
3. secara psikologis, remaja merupakan masa dimana individu mengalami perubahan-
perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral, di antara masa anak-anak
menuju masa dewasa.

BAB III
TINJAUAN KASUS
DOKUMENTASI ASUHAN KESEHATAN REPRODUKSI
FLOUR ALBUS PADA Nn.A
Hari / Tanggal :06 MEI 2021
Pukul :
I. Pengkajian Data
A. Data subjektif
1. Biodata
Nama : Nn.anisa sasabila

15
Umur :17th
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Melayu
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelaar
Alamat : Sumber Bening
No.Tlpn : 082185919235
2. Keluhan : Mengalami keputihan selama 4-5 hari setiap sebelum haid dan
sesudah haid mengalami keputihan 3-4 hari berwarna putih ,tidak berbau,tidak gatal
3. Riwayat Obstetri :
a. Riwayat menstruasi
Menarche : 11tahun
Siklus : 28hari
Lama : 7 hari
Warna : merah
Banyak : 3x ganti pembalut / sehari
Keluhan : tidak ada
b. Riwayat pernikahan
Status pernikahan : belum nikah
c. Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas yang lalu : tidak ada
d. Riwayat KB
Jenis kontrasepsi : tidak ada
Lama pemakaian : tidak ada
Efek samping : tidak ada
e. Riwayat kesehatan
- Riwayat penyakit yang pernah di derita :
- Riwayat penyakit keturunan : tidak ada
- Riwayat penyakit menular : tidak ada
- Riwayat penyakit keluarga : tidak ada

4. Pola kegiatan sehari-hari

16
a. Nutrisi dan cairan
- Makan
Frekuensi : 3x sehari
Menu : nasi,sayur-sayuran dan lauk pauk
Porsi : 1 piring
Keluhan : tidak ada
- Minum
Frekuensi : 7-8 gelas/sehari
Jenis : air putih
Keluhan : tidak ada
b. Eliminasi
- BAB
Frekuensi : 2x sehari
Konsistensi:lunak
Warna : kuning kecoklatan
Keluhan :tidak ada
- BAK
Frekuensi : 5-6 x sehari
Warna :putih
Keluhan : tidak ada

c. Istirahat / tidur
Istirahat siang : 1 jam
Tidur malam : 7-8 jam
Keluhan : tidak ada
d. Personal hygiene
Mandi : 2x sehari
Keramas : 3-4 x seminggu
Gosok gigi : 3x sehari
Ganti pakaian :2x sehari
Ganti pakaian dalam : 2x sehari

17
e. Olahraga dan rekreasi
Jenis : meratton dan joging
Frekuensi : 15 menit
Keluhan : tidak ada
f. Pola hidup sehat
Merokok :tidak ada
Minum-minuman keras :tidak ada
Obat-obatan / jamu :tidak ada

B. DATA OBJEKTIF
1. Data umum
Keadaan umum: baik
Kesadaran : compos metris
TTV :
- Tekanan Darah : 110/80 mmHg
- Nadi : 80x/menit
- Suhu : 36,4C
- Pernafasan : 24x/menit
Tinggi Badan : 159cm
Berat Badan : 60kg
2. Data khusus
- Mata : Simetris,conjungtiva tidak pucat
- Kelenjar gondok : tidak ada
- Payudara : simetrs,tidak ada benjolan
- Abdomen : simetris,tidak ada luka
- Genitalia : simetris,bersih

3. Data penunjang
Pemeriksaan labor
- Pap smear : tidak dilakukan
- Urine : tidak dilakukan

18
- Darah : tidak dilakukan
- USG : tidak dilakukan
- Pemeriksaan dalam : tidak dilakukan
II. Interpretasi Data
Diagnosa Kebidanan : Nn.A usia 17th dengan flour albous fisiologis
Masalah :keluar cairan bening dari vagina sebelum dan sesudah haid

Kebutuhan : pengetahuan tentang keputihan dan menjaga kebersihan


III. Antisipasi Diagnosa/ Masalah Potensial :tidak ada
IV. Tindakan Segera / Kolaborasi : tidak ada

V. Perencanaan Asuhan
1. Melakukan pemeriksaan fisik
2. Memberitahukan apa itu keputihan
3. Mengajarkan menjaga kebersihan vagina
4. Menganjurkan konjungan ulang jika ada keluhan lainnya
VI. Implementasi / Pelaksanaan (Mandiri, Kalaborasi, Rujukan)
1. Pemeriksaan fisik telah dilakukan Ku: Baik TD:110/80MmHg
S:36,4C Rr: 24x/menit N : 80x/menit
2. Menjelaskan pada An.A jika keputihan itu adalah pengeluaran cairan dari vagina ada 2
normal dan tidak normal,jika yang normal cairannya bening,tidak berbau,tidak gatal dan biasa
keluar pada sebelum hadi dan setelah haid ada juga pada masa subur sedangkan keputihan
tidak normal berwarrna kuning/hijau,berbau dan gatal.
3. Ajarkan Nn.A menjaga kebersihan pada vagina dengan sering mengganti pakaian
dalam,menggunakan pakaian dalam yang longgar dan memberikan vagina dengan air bersih
dari anus sampai kedepan vagina.
4. Anjurkan An.A untuk melakukan kunjungan ulang jika ada keluhan seperti yang tidak
normal pada keputihannya.

VII. Evaluasi
1. Pemeriksaan Fisik telah di lakukan

19
2. An. A telah mengetahui tentang apa itu Keputihan
3. An. A telah mengerti bagaimana menjaga keberishan pada Vagina
4. An.A bersedia kunjungan ulang jika ada masalah lainnya

20
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini penulis akan menjelaskan kesenjangan yang ada


dengan cara membandingkan teori yang ada dengan praktek yang dilakukan
dilahan. Dalam menjelaskan kesenjangan tersebut penulis menggunakan
langkah – langkah dalam manajemen kebidanan yaitu pengkajian , interpretasi
data, diagnosa potensial, antisipasi, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
Pembahasan ini dimaksudkan agar diambil suatu kesimpulan dan
pemecahan masalah dari kesenjangan yang ada, sehingga dapat digunakan
sebagai tindak lanjut dalam penerapan asuhan kebidanan yang tepat, efektif
dan efisien khususnya pada asuhan kebidanan reproduksi pada Nn. A umur 17
tahun dengan Flour Albus
Perilaku Personal Hygiene Nn.A umur 17 tahun karena beberapa
faktor, salah satunya lingkungan Personal hygiene organ reproduksi adalah
perilaku yang berkaitan dengan tindakan untuk memelihara kesehatan dan
upaya menjaga kebersihan pada daerah kewanitaan, perilaku tersebut
mencakup; menjaga kebersihan genitalia, seperti membasuh kemaluan dengan
air bersih, menggunakan celana yang menyerap keringat, mengganti celana
dalam, mengganti pembalut minimal 4-5 kali sehari, mandi dua kali sehari.
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), pengkajian adalah langkah
pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari sumber yang
berkaitan dengan kondisi pasien. Pengkajian meliputi data subyektif dan
obyektif. Pengkajian pada kasus dilakukan pada tanggal 6 Mei 2021
didapatkan Data Subyektif adalah data yang mencakup identitas pasien
(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Data identitas pasien Nama Nn. A , umur
17 tahun. Keluhan utama adalah mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas
pelayanan kesehatan (Sulistyawati, 2009). Pada kasus Flour Albus Mengalami
keputihan selama 4-5 hari setiap sebelum haid dan sesudah haid mengalami
keputihan 3-4 hari berwarna putih dan tidak berbau.
Riwayat Menstruasi menurut Irianto (2015) seseorang menjelang dan
sesudah haid akan mengalami keputihan. Hal ini disebabkan karena kelenjar
didalam vagina aktif dan pengaruh dari hormon estrogen dan progesteron.
21
Pada kasus Nn. M mengatakan menjelang dan sesudah haid mengalami
keputihan, sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek
dilahan.
Asumsi pengelolaan Pada kasus Nn.A Pada pemeriksaan anogenital
menurut Shadine, 2013 yaitu pengeluaran pervaginam didapatkan cairan
berwarna putih,tidak berbau dan tidak gatal, perineum (kulit diantara vagina
dan anus), tidak ada disertai nyeri saat berkemih dan senggama. Pada kasus
Nn. A tidak dilakukan pemeriksaan anogenital tetapi Nn. A mengatakan ada
pengeluaran pervaginam berupa cairan , putih , tidak berbau dan tidak gatal.
Sehingga terdapat kesenjangan antara teori dan praktek dilahan.
Inspekulo dilakukan untuk mengetahui keadaan serviks (cairan atau
darah, luka atau perdagangan, tanda – tanda keganasan), serta untuk
mengetahui keadaan dinding vagina terdapat cairan, darah atau luka
(Muslihatun dkk, 2009).
Pada kasus Flour Albus ditemukan keluar cairan yang Normal dari
vagina (Shadine, 2012). Pada kasus Nn. A tidak dilakukan pemeriksaan
inspekulo. Sehingga terdapat kesenjangan antara teori dan praktek dilahan
Pemeriksaan penunjang yaitu untuk melengkapi data yang telah
dikumpulkan dan keperluan menegakkan diagnosis pasien. Pada kasus Flour
Albus pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antara lain pemeriksaan
melalui sekret atau cairan pervaginam Pada kasus Nn. A tidak dilakukan
pemeriksaan laboratorium. Sehingga terdapat kesenjangan antara teori dan
praktek dilahan.
Menurut Sibagariang dkk (2010), kebutuhan yang diperlukan oleh
remaja dengan asuhan reproduksi Flour Albus yaitu dukungan moril dan KIE
cara menjaga personal hygiene. Sedangkan pada Nn.A kebutuhan yang
diberikan yaitu memberi support mental dan KIE cara menjaga personal
hygiene.Sehinggan pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan anatara teori
dan praktek dilahan
Asumsi Evaluasi asuhan yang diberikan pada gangguan reproduksi
Flour Albus diantaranya :
A. Flour Albus dapat sembuh dan telah diatasi dengan baik.
B. Klien sudah mengerti bagaimana cara membersihkan daerah pribadi dan
genetalianya agar tetap bersih dan kering.
22
C. Klien bersedia melaksanakan anjuran yang diberikan oleh Bidan.
D. Klien bersedia datang kembali jika ada keluhan. Setelah dilakukan Asuhan
Kebidanan i pada tanggal 6 Mei 2021 pada Nn. A umur 17 tahun dengan
Asuhan reproduksi Flour Albus di Bpm Winarti, maka hasil asuhan yang
didapat yaitu flour albus dapat diatasi dan mengerti penyebab flouar albus
yang Nn.A rasakan, Nn.A bersedia untuk menjaga kebersihan daerah
genetalianya dan Nn. A bersedia untuk kontrol ulang jika mengalami flour
albus patologis seperti yang telah dijelaskan oleh tenaga kesehatan/bidan.
Penanganan yang diberikan kepada klien maka dari hasil evaluasi tidak
ditemukan kesenjangan anatar teori dan praktek dilapangan.

23
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan pada Nn. A dengan asuhan


reproduksi Flour Albus di Bpm Winarti,Amd.Keb, maka dapat ditarik kesimpulan
sebai berikut :

A. Kesimpulan
Simpulan Dari hasil pembahasan dan analisis data sehingga dapat disimpulkan
memiliki pengetahuan yang tidak baik tentang personal hygiene. Sedangkan untuk
kasus keputihan yang dialami remaja tersebut sebagian besar termasuk keputihan
yang normal.
B. Saran
1. Bagi Pasien
Mengingatkan pada Nn.A agar memperhatikan kapan harus kembali lagi,
dan Nn.A harus mengerti dan mengetahui dengan jelas apakah hal yang
harus diperhatikan jika mengalami Flour albus yang berbahaya
2. Bagi Bidan
Untuk Bidan lebih meningkatkan penyuluhan dan informasi mengenai
pentingnya menjaga kesehatan organ reproduksi terutama organ genetalia
eksterna agar terhindar dari flour albus ,meskipun Keputihan yang dialami
pada Nn.A normal tetapi remaja diwilayah Sumber Bening Curup masih
banyak yang tidak mengetahui apa itu keputihan yang Normal dan Tidak
Normal.
3. Bagi Institusi
Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan perlu kiranya pembelajaran
tentang penerapan manajemen kebidanan dalam pemecahan masalah lebih
ditingkatkan dan dikembangkan mengingat proses tersebut sangat
bermanfaat dalam membina tenaga bidan guna menciptakan sumber daya
manusia yang berpotensi dan profesional

24
DOKUMENTASI Kesehatan Reproduksi

25
DAFTAR PUSAKA

https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29500/3/KHAIRUNISA
%27%20DEWI%20ADAWIYAH-FKIK.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-miraahmadg-6123-4-
babii.pdf
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2171/3/BAB%20II.pdf
Widyastuti, Yani, Anita Rahmawati, Yuliasti Eka Purnamaningrum. Kesehatan
Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya; 2009
Manuaba, Ida Bagus Gede. Memahami Kesehatan Reproduksi Perempuan. Jakarta:
EGC; 2009.

26

Anda mungkin juga menyukai