Pada hari ini Kamis tanggal tiga bulan januari tahun dua ribu dua puluh (03-01-2020), bertempat di
Cimahi, masing – masing pihak antara :
1. Fadjar Swatyas : dalam hal ini bertindak selaku Direktur untuk dan atas nama
PT. Chitose Internasional Tbk, yang berkedudukan di Jalan
Industri III Nomor 5 Utama Cimahi, yang selanjutnya disebut
PIHAK KESATU.
2. Jefri Hoego : dalam hal ini bertindak selaku Direktur untuk dan atas
CV. Rajawali Sakti yang berkedudukan di Jalan Cilampeni
No. 23 Kopo Katapang Kabupaten Bandung, yang selanjutnya
disebut PIHAK KEDUA.
Kedua belah pihak telah setuju untuk mengikatkan diri dalam suatu perpanjangan perjanjian
kerjasama dalam bidang produksi untuk produk milik Pihak Kesatu dengan syarat dan
ketentuan sebagai berikut :
Pasal 1
Hak dan Kewajiban
1. Pihak Kesatu memberi hak produksi secara keseluruhan ataupun per bagian produk Pihak
Kesatu kepada Pihak Kedua dengan menggunakan merek dagang milik Pihak Kesatu, sesuai
dengan spesifikasi yang ditentukan oleh Pihak Kesatu.
2. Hak produksi seperti tersebut pada ayat 1 di atas dilakukan dengan mempergunakan
sarana produksi milik Pihak Kesatu dan atau milik Pihak Kedua.
3. Sarana produksi sebagaimana dimaksud pada ayat 2 di atas adalah matres dan atau mould
dan atau jig dan atau mesin.
4. Pihak Kesatu wajib memberikan Purchase Order (PO) terhadap setiap pemesanan produk
kepada Pihak Kedua.
5. Pihak Kedua wajib memenuhi pesanan dari Pihak Kesatu sesuai dengan spesifikasi dan yang
tercantum di dalam PO.
6. Pihak Kedua wajib memenuhi spesifikasi produk yang ditentukan Pihak Kesatu, dan
menjual seluruh produk tersebut kepada Pihak Kesatu.
7. Apabila Pihak Kedua tidak menyediakan bahan baku produk, maka Pihak Kesatu akan
menjual bahan baku produk kepada Pihak Kedua dengan jumlah sesuai dengan
pemesanan, kecuali untuk kepentingan uji coba pembuatan komponen.
8. Sebagaimana dimaksud ayat 7, Pihak Kesatu menjamin akan membeli kembali seluruh hasil
produksi atas bahan baku yang telah dijual kepada Pihak Kedua kecuali barang yang
dinyatakan gagal atau cacat akibat hasil produksi dari Pihak Kedua.
Paraf Pihak Kesatu : _____
Pasal 2
Uji Coba
1. Uji coba adalah proses-proses yang dilakukan oleh kedua belah pihak untuk melakukan
pengujian apakah produk yang dihasilkan oleh sarana produksi sesuai dengan desain dan
spesifikasi yang diberikan oleh Pihak Kesatu.
2. Hasil uji coba yang telah dinyatakan sesuai dengan desain dan spesifikasi kemudian
dijadikan sebagai item produk baru dan dimasukkan ke dalam lampiran perjanjian ini.
3. Apabila akan melakukan uji coba sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatas, maka :
a. Desain dan atau spesifikasi produk telah disetujui oleh Pihak Kesatu.
b. Uji coba akan dilakukan oleh kedua belah pihak dengan menunjuk ahlinya masing-
masing.
c. Pernyataan kebenaran terhadap hasil pengujian dinyatakan oleh Pihak Kesatu
berdasarkan dokumen dari Pihak Kesatu.
4. Beban biaya bahan sebagaimana dimaksud ayat 3 ditanggung sepenuhnya oleh Pihak
Kesatu.
5. Beban biaya jasa sebagaimana dimaksud ayat 3 ditanggung sepenuhnya oleh Pihak Kedua.
6. Uji coba ini berlaku untuk keperluan produk :
a. lama;
b. modifikasi;
c. baru.
Pasal 3
Produk
1. Pihak Kedua hanya dapat memproduksi produk setelah mendapatkan keputusan pejabat
yang berwenang dari Pihak Kesatu (terlampir).
2. Pihak Kedua dapat mengusulkan desain dan spesifikasi produk, serta proses atau cara
produksi kepada Pihak Kesatu.
3. Setiap produk yang disepakati harus lulus tes kualitas dari Pihak Kesatu.
4. Perubahan spesifikasi produk disampaikan secara tertulis oleh Pihak Kesatu kepada Pihak
Kedua.
5. Jangka waktu perubahan spesifikasi produk sebagaimana dimaksud ayat 4 ditentukan oleh
kedua belah pihak.
Pasal 4
Harga
1. Harga jual produk dari Pihak Kedua ke Pihak Kesatu harus disepakati oleh kedua belah
pihak.
2. Harga yang tercantum di dalam PO bersifat mengikat kedua belah pihak.
3. Apabila bahan baku disediakan oleh Pihak Kesatu, maka Pihak Kedua tidak diperkenankan
mengambil keuntungan atau margin atas bahan baku yang dijual.
4. Jika diperlukan Pihak Kesatu dapat meminta perincian biaya produksi dari Pihak Kedua.
5. Apabila ada perubahan harga, maka Pihak Kedua wajib memberitahukan secara tertulis
beserta alasan perubahannya, 1 (satu) bulan sebelum perubahan kepada Pihak Kesatu dan
wajib telah disepakati oleh kedua belah pihak sebelum perubahan tersebut dilakukan.
6. Pihak Kedua memberi kesempatan kepada Pihak Kesatu selama 1 (satu) bulan setelah
perubahan harga disetujui oleh kedua belah pihak untuk membeli produk tersebut dengan
harga sebelum perubahan harga.
1. Pengiriman produk dan pengambilan bahan baku pada setiap bulannya berdasarkan jadwal
yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Pihak Kesatu wajib memberikan jadwal
pengiriman maksimal tanggal 30, setiap bulannya.
2. Pihak Kedua berkewajiban untuk menyediakan sarana transportasi untuk mengirimkan
produk pesanan dan mengambil bahan baku ke tempat Pihak Kesatu sesuai dengan jadwal
pengiriman dari Pihak Kesatu. Untuk memperlancar pengiriman, Pihak Kedua wajib
menyerahkan stock minimum sesuai dengan daftar stock yang dikeluarkan Pihak Kesatu.
3. Setiap pengiriman produk dari Pihak Kedua kepada Pihak Kesatu, maka Pihak Kedua wajib
mencantumkan nomor PO yang masih berlaku dari Pihak Kesatu pada surat jalan Pihak
Kedua. Pihak Kedua tidak diperkenankan mengirimkan barang kepada Pihak Kesatu tanpa
PO dari Pihak Kesatu.
4. Pengiriman produk dari Pihak Kedua kepada Pihak Kesatu dibatasi oleh masa berlaku dari
PO yang dikeluarkan oleh Pihak Kesatu.
5. Apabila terdapat kelebihan pengiriman dari total pemesanan, maka Pihak Kesatu berhak
menolak kelebihan pengiriman tersebut.
Pasal 6
Pembayaran
1. Setiap penagihan dari Pihak Kedua wajib disertai salinan PO, surat jalan asli, faktur
penjualan asli, kwitansi bermaterai cukup dan faktur pajak asli yang berlaku.
2. Pembayaran akan dilakukan per realisasi dari pengiriman pesanan dan sesuai dengan PO,
harga dan jangka waktu pembayaran yang telah disepakati.
Pasal 7
Kegagalan Produksi
1. Apabila terdapat kegagalan terhadap hasil produksi yang diakibatkan oleh kesalahan Pihak
Kesatu, maka Pihak Kedua Wajib mengembalikan kegagalan tersebut kepada Pihak Kesatu
dengan tanpa kewajiban penggantian biaya.
2. Apabila terdapat kegagalan terhadap hasil produksi yang diakibatkan oleh kesalahan Pihak Kedua,
maka Pihak Kesatu memberikan toleransi kegagalan ditetapkan sebesar 1% untuk non finising
maupun finishing.
3. Apabila melebihi toleransi tersebut Ayat (2) diatas maka kegagalan tersebut akan ditagihkan kepada
Pihak Kedua dan Pihak Kedua akan menanggung seluruh biaya yang timbul akibat kegagalan
tersebut.
4. Pihak Kedua wajib melaporkan jumlah barang gagal dan barang reject setiap 1 (satu) minggu secara
rutin kepada Pihak Kesatu.
5.
Pasal 8
Sanksi
1. Apabila salah satu pihak melanggar ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur dalam pasal 1
(4), pasal 1 (10), pasal 1 (14) dan pasal 5 (3), maka dikenakan sanksi administrasi berupa
teguran tertulis dari pihak yang dirugikan.
2. Apabila salah satu pihak melanggar ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur dalam
pasal 1 (5), pasal 2 (7), pasal 3 (1), pasal 3 (4), pasal 4 (4), pasal 4 (5), pasal 4 (6), atau pasal 5
(1), atau apabila salah satu pihak melakukan pelanggaran terhadap pasal 8 (1) sebanyak 2
(dua) kali, maka dikenakan sanksi administrasi berupa peringatan tertulis dari pihak yang
dirugikan.
3. Apabila salah satu pihak melanggar ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur dalam pasal 1
(6), pasal 1 (8), pasal 1 (11), pasal 1 (13), pasal 3 (3), pasal 5 (2), pasal 6 (2) atau pasal 7,
maka dikenakan sanksi berupa ganti rugi terhadap pihak yang dirugikan berdasarkan pada
kerugian yang diderita oleh pihak yang dirugikan dan kesepakatan kedua belah pihak.
4. Apabila Pihak Kedua melanggar ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur dalam pasal 1 (6)
dan pasal 7 sebanyak 2 (dua) kali, maka dikenakan sanksi berupa pemutusan hubungan
kerjasama oleh Pihak Kesatu.
5. Dalam hal terjadi kehilangan sarana dan / atau bahan baku milik Pihak Kesatu, maka Pihak
Kedua wajib mengganti dan / atau menanggung biaya ganti rugi kepada Pihak Kesatu.
Pasal 9
Keadaan Memaksa
Pasal 10
Ketentuan Lain
1. Jenis pekerjaan, harga, kualitas, jadwal pengiriman, kuantitas dan spesifikasi produk diatur
dalam lampiran tersendiri yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
perjanjian ini.
2. Apabila terdapat kesalah-pahaman dalam pelaksanaan perjanjian ini, maka kedua belah
pihak setuju untuk menyelesaikan perselisihan tersebut dengan cara musyawarah untuk
mufakat.
3. Apabila kesalah-pahaman tersebut tidak dapat diselesaikan, maka kedua belah pihak setuju
untuk menyelesaikan kesalah-pahaman tersebut sesuai dengan prosedur hukum yang
berlaku.
4. Apabila dikemudian hari ada pemeriksaan dari pihak luar dan ditemukan ada kejanggalan
mengenai harga yang dimaksud maka pihak Kedua bertanggung jawab dalam masalah ini.
5. Pihak Kedua tidak diperbolehkan untuk memberikan gratifikasi dalam bentuk apapun
kepada Pihak Kesatu, apabila dibuktikan adanya pemberian gratifikasi maka perjanjian ini
akan ditinjau kembali
6. Perjanjian Kerjasama Produksi ini dibuat sebagai pedoman dan mulai berlaku tanggal
03 Januari 2020 sampai dengan tanggal 02 Januari 2021.
7. Sebelum waktu tersebut dalam ayat 6 diatas berakhir, sekurang–kurangnya satu bulan
sebelumnya, antara kedua belah pihak dapat diadakan perundingan lagi, apakah perjanjian
kerjasama produksi akan diperpanjang / diperbaharui lagi atau tidak.
8. Hal-hal yang tidak atau belum tercantum dalam perjanjian ini atau akan dilakukan
perubahan terhadap perjanjian ini, maka akan ditentukan bersama oleh kedua belah pihak
secara musyawarah dan akan dituangkan dalam suatu addendum (tambahan) perjanjian
dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan perjanjian ini.
9. Perjanjian ini disepakati dan ditanda-tangani dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan dari
pihak manapun dan hal – hal lain yang belum tercantum pada kerjasama ini akan di atur
secara terpisah dan disetujui terlebih dahulu oleh kedua belah pihak.