Anda di halaman 1dari 13

PERJANJIAN KERJASAMA

KONTRAK PRODUKSI
Antara
CV/PT. Urban Indo Manufaktur dengan PT. Neo Kosmetika Industri

Nomor : 0001/ NKI/ SPK/ VIII /18

Pada hari ini Kamis tanggal 16 Agustus 2018, telah dibuat suatu perjanjian kerja sama kontrak
produksi oleh dan diantara :

Nama Perusahan : CV/PT. Urban Indo Manufaktur


Nama Perwakilan PJ : Irvan Afriandi
Jabatan : Direktur
Alamat : Jl. Industri Raya III, Blok AD No. 9, Kp. Bunder, RT.
012/003 Kel. Bunder, Kec. Cikupa, Kab. Tanggerang
15710.
No.KTP : 3275-0424-0485-0015
No.Tlp rumah / handphone : 0813-1919-6699
Email perusahaan : irvan.afriandi@urinma.com

Selanjutnya disebut sebagai pemberi kontrak disebut juga Pihak Pertama,

Nama Perusahaan : PT. Neo Kosmetika Industri


Alamat Perusahaan : Kp. Raden No. 40 Rt.003/01 Jatiranggon –Jatisampurna
Pondok Gede Bekasi 17432
Nama Perwakilan PJ : Yusvendi Budiman
Jabatan : Direktur PT. Neo Kosmetika Industri
Alamat : Jl. Hijau Daun D7/34A, RT/RW 010/010,
Desa/Kelurahan Kelapa Gading,
Kabupaten/Kota Jakarta Utara
No.KTP : 3275062411850009
No.Tlp Rumah : (021) 84591890
No. Tlp. Kantor/Fax : (021 ) 29824123
Email perusahaan : neo_kosmetika@yahoo.com

Untuk selanjutnya disebut sebagai penerima kontrak juga disebut Pihak Kedua.

Pihak Pertama dan Pihak Kedua apabila disebut secara bersama-sama maka disebut “Para
Pihak”.
Mengingat bahwa para pihak terlibat dalam pembuatan produk Kosmetik.

Mengingat bahwa Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak bekerja sama dalam pembuatan
produk-produk Kosmetik bermutu tertentu oleh Penerima Kontrak ;

Mengingat bahwa Pihak I dan Pihak II menyadari akan kenyataan bahwa kesesuaian dengan
prinsip-prinsip dan peraturan-peraturan dibidang kosmetik yang secara umum diterima dalam
pembuatan dan pengawasan dari produk kosmetik bermutu (Cara Pembuatan Kosmetik yang
Baik/CPKB) adalah sangat penting ;

Mengingat bahwa Pihak I dan Pihak II berkeinginan untuk menentukan kewajiban dan
tanggung jawab mereka sehubungan dengan kerjasama dalam pembuatan dan pengawasan
produk Kosmetik; maka Pihak I dan Pihak II membuat kesepakatan kontrak sebagai berikut :

PASAL I
KETENTUAN UMUM

Dalam perjanjian ini yang dimaksud dengan :


1.1 Pemberi kontrak disebut sebagai pihak I
1.2 Penerima Kontrak disebut pihak II
1.3 Pihak I dan Pihak II apabila disebut secara bersama-sama maka disebut “Para
Pihak”.
1.4 Penandaan adalah keterangan lengkap mengenai kosmetika meliputi aspek
keamanan dan manfaat, serta informasi lain yang dianggap perlu yang dicantumkan
pada etiket, brosur, atau bentuk lain yang disertakan pada kosmetika.
1.5 Klaim Kosmetika adalah pernyataan pada penandaan berupa informasi mengenai
manfaat, keamanan dan/atau pernyataan lain.
1.6 Bahan kemas primer adalah bahan kemas yang bersentuhan langsung dengan isi
produk seperti: pot, botol, tube, plastik wrapping dll.
1.7 Bahan kemas sekunder adalah bahan kemas yang tidak bersentuhan langsung
dengan isi produk seperti: unit box, kardus coklat dll.
1.8 Bahan awal meliputi bahan baku dan bahan kemas
1.9 Kepala Badan adalah Kepala Badan yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
pengawasan obat dan makanan.
1.10 Bahan Kosmetika adalah bahan atau campuran bahan yang berasal dari alam dan
atau sintetik yang merupakan komponen kosmetika.
1.11 Nomor notifikasi produk adalah nomor notifikasi yang didaftarkan dan akan
digunakan selama proses kerjasama kontrak produksi oleh para pihak.
1.12 Produk adalah produk yang akan diproduksi oleh pihak II.
1.13 Pengawasan mutu adalah orang yang bertanggung jawab terhadap mutu produk.
1.14 Tim teknis adalah orang yang bertanggung jawab dan berhubungan dengan
masalah antara lain teknis produksi, metode analisis dan pemeriksaan mutu produk.
1.15 Bagian hukum adalah bagian yang berhubungan dengan persyaratan legal beserta
ketentuan – ketentuan lain.

PASAL 2
POKOK PERJANJIAN

2.1 Perjanjian ini berhubungan dengan penyediaan oleh Pihak II kepada Pihak I berupa
produk jadi bermutu, sebagaimana dinyatakan pada Lampiran A selanjutnya
disebut sebagai “Daftar Produk”. Pihak II akan memproduksi produk untuk dan
atas nama Pihak I produk kosmetik sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan
dengan harga yang telah disetujui bersama.
2.2 Pihak II akan memproduksi untuk dan atas nama Pihak I sesuai dengan daftar
produk yang tercantum pada (Lampiran A) yang mana daftar produk tersebut
diajukan dan disetujui oleh Pihak I.
2.3 Kewajiban-kewajiban dan tanggung jawab dari masing-masing pihak sehubungan
dengan pembuatan dan pengawasan mutu dari produk dinyatakan pada Lampiran B.
2.4 Keterangan yang diperlukan untuk pembuatan, pengawasan mutu dan
penyimpanan yang benar dijabarkan pada Lampiran C (selanjutnya disebut sebagai
“Ketentuan Teknis”).

PASAL 3
PENDAFTARAN PRODUK
3.1 Pendaftaran nomor notifikasi produk diinstansi yang terkait antara lain Badan
Pengawasan Obat dan Makanan bisa dilakukan oleh salah satu pihak sesuai dengan
kesepakatan antara Pihak I dengan Pihak II. Nomor notifikasi menjadi milik Pihak
I selama masih berkerjasama dan berproduksi dengan Pihak II.
3.2 Setiap ada perubahan komposisi/formula (reformulasi) dalam produk yang telah
didaftarkan maka pihak I harus setuju untuk melakukan pendaftaran ulang untuk
mendapatkan nomor notifikasi baru.

PASAL 4
JADWAL PRODUKSI
4.1 Setelah Purchase Order (PO) diterima oleh pihak II maka akan langsung dilakukan
pengadaan bahan awal, penjadwalan produksi dan pengiriman produk jadi.
4.2 Jika Bahan awal semua dari pihak I maka penjadwalan akan dilakukan setelah
bahan awal diterima oleh pihak II.

PASAL 5
PEMBUATAN DAN PENGAWASAN MUTU

5.1 Pihak II harus memastikan bahwa produk dibuat dan mutunya diawasi secara ketat
sesuai dengan Ketentuan Teknis (termasuk spesifikasi), ketentuan registrasi
Kosmetik, Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik, hukum setempat dan hukum yang
berlaku di tempat diadakan kegiatan.
5.2 Pihak II akan memproduksi setiap produk kosmetik sesuai dengan CPKB dan
bertanggung jawab atas kualitas produknya selama masa 36 bulan dengan catatan
bahwa penyimpanan produk adalah sesuai dengan tata cara penyimpanan barang
(kosmetik) yang baik.
5.3 Keluhan atas ketidak sesuaian spesifikasi (out of specification) harus diajukan
dalam waktu 14 hari kerja (HK) setelah barang diterima/keluar dari gudang Pihak
II.
5.4 Apabila kemasan, sticker serta kelengkapan produksi lainnya untuk produksi yang
diterima Pihak II cacat/rusak bukan pada saat produksi, maka Pihak II dapat
mengembalikan kelengkapan produk tersebut kepada Pihak I untuk diganti.
5.5 Pihak II akan mengambil sample pertinggal dari setiap batch dari produk hasil
produksi sebanyak 2 pcs untuk pemeriksaan.
PASAL 6
PERUBAHAN & PENYIMPANGAN

Semua perubahan atau penyimpangan dari yang tercantum pada Ketentuan Teknis hanya
boleh dilaksanakan setelah mendapat persetujuan tertulis dari para Pihak.

PASAL 7
SUB - KONTRAK

7.1 Pihak I tidak diperkenankan memproduksi atau menggunakan jasa pihak lain untuk
memproduksi produk sejenis dan atau menggunakan nomor notifikasi yang
terdaftar tanpa persetujuan tertulis dari Pihak II.
7.2 Para pihak tidak diperkenankan melakukan penambahan bahan aktif atau bahan
penolong dengan maksud tertentu tanpa persetujuan dari Badan POM setelah
produk didaftarkan.
7.3 Pihak 1 diperkenankan mengiklankan produk berupa brosur, etiket dan lain-lain
terkait informasi produk sesuai dengan peraturan yang berlaku dan berkordinasi
dengan pihak II.
7.4 Pihak II diperbolehkan melakukan subkontrak atau pekerjaan yang berhubungan
dengan pembuatan, pengawasan mutu, dan atau pelulusan dari produk, hanya
dengan persetujuan tertulis dari Pihak I. Persetujuan ini hendaknya diberikan
apabila permohonan Pihak II tersebut dinilai maksimal.

PASAL 8
TANGGUNG JAWAB PIHAK I

8.1 Pihak I akan memberikan kontrak kerjasama produksi dengan merek “New
MSGLOW”.
8.2 Pihak I wajib memesan suatu jumlah tertentu yang merupakan “minimum order”
dan memberikan perkiraan (forecast) dari seluruh kebutuhannya dalam 1 (satu)
tahun.
8.3 Apabila bahan baku dan kemasan beserta formula akan disediakan oleh Pihak I
maka harus diserahkan kepada Pihak II semua data lengkap dengan spesifikasi dan
komposisinya.
8.4 Pihak I berkewajiban memberikan Surat Pesanan Barang (SPB) kepada Pihak II
secara tertulis untuk setiap order yang diajukan minimal 1 bulan sebelum barang
dikirim.
8.5 Pihak I harus memberikan Surat Pesanan Barang (SPB) maximal 3 bulan setelah
nomor Notifikasi diterbitkan. Jika sampai batas 3 bulan tidak memberikan surat
pesanan barang maka pihak II akan membuat surat peringatan kepada pihak I.
8.6 Jika dalam waktu 6 bulan berturut – turut setelah nomor notifikasi diterbitkan dan
pihak I tidak melakukan PO maka pihak II berhak mengajukan permohonan
pembatalan nomor notifikasi secara sepihak ke Badan POM.
8.7 Pihak I berkewajiban mengirimkan bahan kemas primer dan bahan kemas sekunder
produk sesuai jumlah Purchasing Order dan bentuk kemasan yang telah disetujui.
8.8 Pihak I wajib mengambil seluruh hasil produksi yang dibuat oleh Pihak II sesuai
dengan waktu penyerahan yang telah ditentukan.
8.9 Pihak I berkewajiban melaporkan jumlah produk yang beredar 6 bulan sebelum
nomor notifikasi berakhir kepada pihak II jika akan diperpanjang.
8.10 Pihak I tidak boleh mengedarkan produk dengan nomor notifikasi telah habis masa
berlakunya, informasi yang menyesatkan, mengandung bahan melebihi batas dan
sistem penandaan yang tidak sesuai dengan peraturan ketentuan teknis penandaan
yang berlaku.
8.11 Jika pihak I terbukti mengedarkan sebagaimana yang dijelaskan pada poin 8.9
maka pihak I harus menarik produk tersebut dari peredaran disertai bukti penarikan
dan mengamankan produk tersebut berkoordinasi dengan pihan II.
8.12 Jika pihak I mendapat surat peringatan produk Tidak Memenuhi Syarat (TMS)
maka pihak I harus menarik kosmetik TMS penandaan dari peredaran dan
menggantikannya dengan penandaan yang sesuai dengan persyaratan penandaan
dan melaporkan hasil pelaksanaan tersebut kepada Badan POM RI.
8.13 Penanggung jawab Pihak I dan pihak II akan saling memberitahukan orang yang
bertanggung jawab untuk pembuatan dan atau pengawasan mutu produk. Orang
tersebut harus memenuhi kualifikasi yang diperlukan secara hukum dan para pihak
hendaknya memberitahukan satu sama lain mengenai perubahan tersebut.
PASAL 9
TANGGUNG JAWAB PIHAK II

9.1 Pihak II bertugas dan berkewajiban untuk memproduksi produk kosmetik sesuai
dengan spesifikasi dan desain kemasan dari pihak I
9.2 Pihak II memperbaiki proses produksi sesuai dengan aspek Cara Pembuatan
Kosmetik yang Baik (CPKB)
9.3 Pihak II akan memberikan spesifikasi dari bahan baku yang digunakan dan desain
kemasan, sekiranya keduanya tidak/bukan berasal dari Pihak I dan prosedur
pembuatan dan pengisian /pengepakan.
9.4 Pihak II akan menyediakan formula dari produk kosmetik apabila dikehendaki oleh
Pihak I dan dalam hal ini formula dari produk tersebut tetap milik dari pihak I
kecuali ditentukan lain
9.5 Pihak II akan memberikan penawaran harga secara tertulis untuk pembuatan
dan/atau pengisian produk kosmetik yang diminta Pihak I
9.6 Pihak II akan menentukan Harga Pokok Penjualan kepada pihak I dan akan
dilakukan peninjauan ulang terhadap Harga Pokok Penjualan tersebut setiap 6
bulan sekali dan perhitungannya akan disesuaikan dengan kondisi harga bahan
baku pada saat itu.
9.7 Pihak II akan memberikan laporan pembuatan sertifikat analisis yang akan
ditandatangani oleh Penanggung jawab yang meluluskan Batch dalam hal ini Head
Of Quality Control (yang berisi/mencantumkan nomor batch dan satuan yang
disetujui, tanggal pembuatan, tanggal kadaluwarsa hasil uji sesuai teknis).
Pernyataan bahwa produk telah dibuat dan diuji sesuai CPKB dan memenuhi
spesifikasi.
9.8 Pihak II berkewajiban melakukan pengiriman produk jadi maksimal 30 (tiga puluh)
hari setelah Surat Pemesanan Barang (SPB) diterima oleh Pihak II.
9.9 Berkewajiban menyelesaikan seluruh tugas pekerjaan sesuai waktu yang
ditetapkan dalam surat perjanjian kerjasama ini.
9.10 Berkewajiban menjaga kerahasiaan seluruh dokumen tehadap pihak manapun yang
diberikan oleh Pihak I.
PASAL 10
PELULUSAN PRODUK

Pihak II harus memberikan kepada Pihak I untuk setiap bets produk bersangkutan semua
dokumen yang terkait berupa sertifikat analisis, contoh pertinggal, keterangan lebih lanjut
dan dokumen mengenai pembuatan dan pengawasan mutu. Sertifikat analisis harus
ditandatangani oleh penganggung jawab yang meluluskan bets produk tersebut yang
kemudian akan menjadi bukti bahwa batch yang bersangkutan telah diluluskan
sebagaimana mestinya.

PASAL 11
INSPEKSI DIRI (AUDIT)

11.1 Pihak I berhak untuk mengunjungi dan mengaudit sarana produksi, pengolahan,
pengawasan mutu dan fasilitas penyimpanan, termasuk dokumentasi yang
bersangkutan dan Pihak II membantu pelaksanaan hal tersebut di atas.
11.2 Pihak I berhak untuk mengambil contoh produk.
11.3 Pihak II menyetujui untuk memberi bantuan dan keterangan yang diperlukan Pihak
I seperti pengujian dan menjawab keluhan teknis, keputusan tentang tindakan
kemamanann produk, penerapan dan tindakan keamanan produk.
11.4 Pihak II akan memberi keterangan kepada Pihak I mengenai hasil inspeksi pihak
lain yang dilakukan oleh pejabat pemerintah di sarana Pihak II yang berhubungan
dengan kegiatan CPKB yang berkaitan dengan Produk.
11.5 Bila ada permintaan dari instansi yang berwenang di bidang Kosmetik kepada
Pihak I, Pihak II harus mengizinkan wakil dari instansi yang berwenang tersebut
untuk mengunjungi bangunan Pihak II guna mengadakan audit yang berkaitan
dengan sertifikasi CPKB. Pihak II harus memberikan bantuan dan informasi yang
diperlukan kepada pejabat dari badan yang berwenang tersebut.

PASAL 12
KEAMANAN PRODUK, KELUHAN

Dengan tunduk pada hukum yang berlaku, Pihak II harus membantu Pihak I atas segala
temuan yang berhubungan dengan keamanan Kosmetik atau mutu produk, dan
menyediakan segala keterangan yang diperlukan dan bekerja sama untuk penyelidikan
terhadap kasus tersebut, selama produk tersebut diproduksi oleh pihak II.

PASAL 13
KERAHASIAAN

13.1 Pihak II hendaknya menggunakan Ketentuan Teknis, dokumentasi mengenai


pembuatan dan pengawasan mutu dan sertifikat analisis yang diterima dari Pihak I
hanya untuk tujuan pembuatan dan pengawasan mutu dari produk milik pihak I.
13.2 Pihak II hendaknya merahasiakan semua Ketentuan Teknis dan dokumentasi dan
hanya memberikan kepada staff yang berkepentingan untuk tujuan pembuatan dan
atau pengawasan mutu produk yang dimaksud.
13.3 Kewajiban tersebut di atas tetap berlaku selama masa perjanjian ini dan untuk 10
tahun sesudahnya.
13.4 Kewajiban-kewajiban sesuai butir 13.1. sampai 13.3. tidak berlaku untuk ketentuan
teknis yang:
13.4.1 Pada saat dipaparkan atau sesudahnya menjadi bagian dari milik umum
tanpa kesalahan dari Pihak II;
13.4.2 Sudah diketahui oleh Pihak II;
13.4.3 Telah diterima Pihak II secara tidak ada hubungan dari Pihak lain
13.4.4 Telah dikembangkan oleh Pihak II tanpa ada hubungannya dengan
pemberitahuan oleh Pihak I.
13.5 Pihak II berhak untuk memberitahukan ketentuan teknis dan dokumen serta
informasi rahasia kepada instansi yang berwenang di bidang kosmetik atau
pengadilan sejauh diperlukan secara hukum. Dalam hal demikian Pihak II akan
memberitahukan Pihak I secara tertulis sebelum ketentuan teknis dan dokumentasi
rahasia tersebut diberitahukan kepada pejabat atau pengadilan yang bersangkutan.

PASAL 14
BIAYA DAN CARA PEMBAYARAN

14.1 Yang dimaksud dengan biaya adalah biaya notaris, registrasi produk, biaya uji dan
biaya produksi.
14.2 Pihak I wajib membayar, biaya notaris, biaya registrasi dan biaya uji secara penuh
(100%) dari awal, sedangkan biaya produksi dibayarkan DP 50 % pada saat
Purchase Order/Surat Pesanan Barang diterima Pihak II, dan 50% dibayarkan
sebelum barang diterima oleh pihak I dengan ketentuan bahwa barang dalam
kondisi sudah jadi dan siap kirim.
14.3 Jika Purchase Order (PO) yang diterima oleh pihak II terdiri dari banyak jenis
produk dan pengiriman produk dilakukan secara parsial maka pelunasan
pembayaran 50 % akan dilakukan per jenis produk yang sudah siap kirim ke pihak
I.
14.4 Jika setelah barang sudah siap dikirm tetapi belum melakukan pelunasan karena
suatu alasan atau kondisi tertentu yang bisa diterima oleh pihak II maka barang
akan tetap dikirim dan akan diberikan tenggang waktu pelunasan maximal 30 (tiga
puluh) hari kalender, setelah lewat 30 (tiga puluh) hari kalender maka akan
dikenakan denda sebesar 10 % per bulan untuk seluruh total sisa tagihan.

PASAL 15
FORCE MAJURE

15.1 Apabila terjadi Force Majure (keadaan darurat) seperti gempa bumi, badai, banjir,
kebakaran, ledakan, gunung meletus, pemogokan, huru-hara, peperangan,
perubahan kebijakan pemerintah dan lain-lain atau hal apapun yang diluar kendali
kedua belah pihak yang mengakibatkan Force Majure, maka para pihak dengan
memberitahukan kepada pihak lainnya secara tertulis selambat-lambatnya 7 (tujuh)
hari kalender setelah terjadinya keadaan Force Majure tersebut, dapat
dimungkinkan untuk dimusyawarahkan.

15.2 Ketentuan berlakunya Force Majeure


15.2.1 Pihak yang tidak dapat melaksanakan kewajibannya dikarenakan adanya
peristiwa Force Majeure pada kesempatan pertama harus segera
memberitahukannya melalui telepon terlebih dahulu mengenai peristiwa
Force Majeure tersebut atau selanjutnya wajib menyusulkan
pemberitahuan secara tertulis beserta alasan dan perkiraan lamanya
penangguhan kepada pihak lainnya dalam waktu selambat-lambatnya 1
(satu) minggu yang selanjutnya para pihak segera melakukan hal-hal yang
perlu guna mengatasi situasi tersebut sehingga ketentuan-ketentuan dalam
perjanjian ini tetap dapat dilaksanakan. Penentuan timbulnya peristiwa
Force Majeure harus mendapat persetujuan dari Para Pihak dan diketahui
oleh pejabat Pemerintah/Instansi yang berwenang.
15.3 Keterlambatan / kelalaian Para Pihak dalam memberitahukan adanya Force
Majeure tersebut mengakibatkan tidak diakuinya peristiwa tersebut sebagai Force
Majeure oleh pihak lainnya dan harus dianggap / dinyatakan bahwa tidak pernah
terjadi Force Majeure.
15.4 Dalam hal terjadinya Force Majeure, Para Pihak setuju bahwa pihak yang tidak
terkena Force Majeure, Para Pihak setuju bahwa pihak yang tidak terkena Force
Majeure tidak akan mengajukan tuntutan hukum apapun terhadap pihak yang
terkenal Force Majeure.
15.5 Apabila para pihak mengalami kejadian seperti kehilangan karena pencurian,
perampokan, kerusakan pada alat-alat produksi dan kejadian sejenisnya maka hal
tersebut tidak termasuk dalam Force Majeure dan merupakan tanggung jawab dari
para pihak.
15.6 Segala dan setiap permasalahan yang timbul dari dan akibat terjadinya Force
Majeure akan diselesaikan oleh Para Pihak secara musyawarah untuk mencapai
mufakat.
15.7 Apabila penundaan pengiriman dikarenakan kesalahan Pihak I maka dalam jangka
waktu sampai dengan 60 (enam puluh) hari kalender setelah lewatnya delivery
date, Pihak II berhak dan tetap melakukan pengiriman produk serta melakukan
penagihan atas produk tersebut sesuai jadwal awal, dan pembayaran dilakukan
sebagaimana dijelaskan pada Pasal 14 ayat 14.2, 14. 3. & 14.4.

PASAL 16
KETENTUAN LAIN

16.1 Perjanjian ini beserta Lampiran A, B dan C yang melengkapi Perjanjian seperti
disebutkan pada halaman 1 (satu) bersifat mengikat.
16.2 Bila terjadi ketidaksesuaian dalam Perjanjian ini, maka ketentuan dalam Perjanjian
ini akan tetap berlaku.
16.3 Dalam hal terjadi perubahan yang disebabkan oleh perubahan hukum, dasar dari
perjanjian ini harus disesuaikan sedemikian rupa sehingga pihak yang terkena
secara rasional dapat diharapkan mampu melaksanakan perjanjian ini, untuk itu
Pihak I dan Pihak II hendaklah bermusyawarah untuk menentukan perjanjian baru
yang sesuai.
16.4 Setiap keterangan, perubahan (alamat, nomor telepon, penanggung jawab dan lain-
lain ) atau pelengkap yang manapun terhadap Perjanjian ini hendaklah disampaikan
secara tertulis ke alamat yang disebut di atas selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari
kalender sejak ada perubahan.
16.5 Hal-hal yang belum diatur dalam perjanjian kerjasama ini akan diatur dan
diterapkan kemudian dalam addendum yang disepakati oleh para pihak.

PASAL 17
SYARAT, PEMUTUSAN DAN AKIBAT
DARI PEMUTUSAN PERJANJIAN

17.1 Perjanjian ini berlaku pada saat penandatanganan oleh para pihak dan akan tetap
berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun.
17.2 Perjanjian kerjasama ini akan dievaluasi oleh kedua belah pihak setiap satu tahun
dan hasil evaluasi tersebut digunakan sebagai masukan bagi penyempurnaan
kerjasama selanjutnya.
17.3 Jika salah satu pihak melakukan pelanggaran maka akan diselesaikan secaraa
bermusyawarah dan pabila dengan cara musyawarah tidak tercapai kata sepakat
dan tidak memuaskan para pihak, maka akan didamaikan oleh suatu komisi
arbitrase yang terdiri dari seorang wakil dari pihak I, seorang wakil dari pihak II,
dan seorang ahli yang dipilih oleh wakil-wakil para pihak.
17.4 Pada tingkat akhir, bilamana keputusan komisi arbitrase tidak memuaskan Para
Pihak, maka segala persengketaan akan diserahkan kepada Pengadilan Negeri
setempat.
17.5 Pada pemutusan Perjanjian ini Pihak II akan berhenti untuk menggunakan
ketentuan teknis dan dokumen yang diterima dari dan akan mengembalikannya
kepada Pihak I.
PASAL 18
ADDENDUM
Segala perubahan dan hal – hal yang belum diatur dan/atau belum cukup diatur
dalam perjanjian ini akan dimusyawarahkan lebih lanjut oleh para pihak dan hasilnya akan
dituangkan ke dalam suatu addendum yang ditandatangani oleh para pihak yang merupakan
satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian ini.

PASAL 19
P E N UT U P
Perjanjian kerjasama ini dibuat dan ditanda tangani pada hari, tanggal, bulan, dan
tahun sebagaimana disebutkan pada bagian awal isi perjanjian kerjasama ini, dalam rangkap
2 (dua), masing-masing didokumentasikan oleh para pihak.

Bertindak sebagai saksi perjanjian ini telah dibuat dalam 2 (dua) bentuk asli.

Bekasi , 16 Agustus 2018


Pihak I Pihak II

(Materai+stempel)

Irvan Afriandi Yusvendi Budiman


Direktur Direktur
PT. Urban Indo Manufaktur PT. Neo Kosmetika Industri

Anda mungkin juga menyukai