KASUS
Perusakan dan pembiaran rusaknya kawasan dan bangunan cagar budaya terjadi
lagi. Dari kawasan Candi Borobudur dilaporkan telah terjadi perubahan tanpa izin
terhadap Manohara, salah satu bangunan yang terletak dalam kawasan Candi
Borobudur. Candi Borobudur sendiri bukan hanya telah ditetapkan sebagai
bangunan cagar budaya, tetapi juga telah menjadi warisan dunia yang diakui
secara internasional.
Manohara awalnya dibangun sebagai pusat studi atau penelitian mengenai Candi
Borobudur. Hal itu terungkap dalam siaran pers yang dikeluarkan Kepala Balai
Konservasi Borobudur (BKB), Tri Hartono. Disebutkannya, "Dalam rancangan
JICA Masterplan yang telah disusun pada tahun 1979 tentang Borobudur
Archaeological Park, Manohara direncanakan untuk digunakan sebagai Centre of
Borobudur Studies".
Justru yang muncul adalah surat dari Direksi PT Taman Wisata Candi Borobudur,
Prambanam dan Ratu Boko bernomor 1498/PF.201/VI/2018 perihal permohonan
ekskavasi (penggalian) pada lahan pembangunan Manohara Meditation Centre.
Menanggapi itu, Kepala BKB membalasnya dengan surat bernomor
0877/E12/HM/2018 bahwa tidak bisa melakukan ekskavasi karena sesuai
peraturan UU Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya bahwa pembangunan
Meditation Centre Manohara harus didahului dengan studi kelayakan pelestarian
cagar budaya.
Soal
Jawaban :
2.Subjek Hukum :Dalam artikel tersebut yang menjadi subjek hukum pada kasus
tersebut adalah pemerintah Provinsi magelang dan pengelola candi Borobudur UU
No. 11 tahun 2010 dalam Pasal 37 “Pemerintah membentuk sistem Register
Nasional Cagar Budaya untuk mencatat data Cagar Budaya. Benda, bangunan,
struktur, lokasi, dan satuan ruang geografis yang telah ditetapkan sebagai Cagar
Budaya harus dicatat di dalam Register Nasional Cagar Budaya” .Pada pasal 40
no.2 UU cagar budaya yang berbunyi “Pengelolaan Register Nasional Cagar
Budaya di daerah sesuai dengan tingkatannya menjadi tanggung jawab pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupaten/kota” dalam hal ini bahwa pemerintah adalah
tanggung jawab dari kasus tersebut
3.Hak dan Kewajiban Hukum : Dalam kasus ini yang dimaksud hak dan
kewajiban terdapat dalam UU nomor 11 tahun 2010 pasal 22 poin 1 Setiap orang
yang memiliki dan/atau menguasai Cagar Budaya berhak memperoleh
kompensasi apabila telah melakukan kewajibannya melindungi Cagar Budaya”
2. SISTEMATIKA HUKUM
“b. Merusak fisik daya tarik wisata sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah melakukan perbuatan mengubah warna, mengubah bentuk,
menghilangkan spesies tertentu, mencemarkan lingkungan,
memindahkan, mengambil, menghancurkan, atau memusnahkan daya
tarik wisata sehingga berakibat berkurang atau hilangnya keunikan,
keindahan, dan nilai autentik suatu daya tarik wisata yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.”
- UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Pasal 30 poin (h).
“Pemerintah kabupaten/kota berkewajiban: h. menyelenggarakan
pelatihan dan penelitian kepariwisataan dalam lingkup
kabupaten/kota”
- UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya Pasal 96 ayat (1) poin
(p).
“1. Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan tingkatannya
mempunyai wewenang: p. menghentikan proses pemanfaatan ruang
atau proses pembangunan yang dapat menyebabkan rusak, hilang, atau
musnahnya Cagar Budaya, baik seluruh maupun bagian-bagiannya.”