Anda di halaman 1dari 16

Makalah

Topikal Aplikasi Fluor

Kelompok Tutorial H

Pembimbing:

drg. Sulistiyani, M.Kes

Oleh:

Vanny Septian (171610101069)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan ini, tentang Topikal Aplikasi
Fluor. Laporan ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi tutorial kelompok H pada
skenario empat.
Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. drg.Sulistiyani,M.Kes selaku dosen pembimbing tutor yang telah membimbing
jalannya diskusi tutorial kelompok H Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
dan yang telah memberi masukan yang membantu, bagi pengembangan ilmu yang
telah didapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
perbaikan–perbaikan di masa mendatang demi kesempurnaan laporan ini. Semoga
laporan ini dapat berguna bagi kita semua.

Jember, Maret 2020

Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah kesehatan gigi dan mulut dapat terjadi pada orang dewasa maupun
anak. Akan tetapi, anak lebih rentan terkena masalah tersebut terutama anak
Sekolah Dasar (SD). Menurut data survei World Health Organization (WHO),
tercatat bahwa di seluruh dunia 60–90% anak mengalami karies gigi. Pada tahun
2010, Survei Departemen Kesehatan Republik Indonesia (SDKI) menunjukkan
bahwa prevalensi penduduk Indonesia yang menderita karies gigi sebesar 80%–
90%, diantaranya adalah golongan anak. Prevalensi karies gigi di Indonesia terus
meningkat. Pada tahun 2007 penderita karies gigi aktif sebesar 43,4%. Kemudian,
pada tahun 2013 meningkat menjadi 53,2%. Berdasarkan data tersebut, dapat
disimpulkan bahwa dalam kurun waktu 6 tahun telah terjadi peningkatan
prevalensi karies gigi aktif di Indonesia sebesar 9,8% (Mukhbittin, 2018).
Berbagai cara telah dikembangkan untuk mencegah karies gigi, salah satunya
adalah dengan penggunaan fluor. Penggunaan fluor ini dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu sistemik dan lokal. Pemberian fluor secara sistemik dilakukan
dengan fluoridasi air minum dan melalui pemberian makanan tambahan fluoride
yang berbentuk tablet, tetes atau tablet isap. Aplikasi fluor secara topikal
merupakan teknik pemberian fluorida secara langsung pada permukaan gigi
dengan tujuan memberikan kesempatan kepada fluorida untuk berpenetrasi ke
dalam email gigi dan selanjutnya ion fluorida akan menggantikan ion hidroksil
pada email sehingga dapat meningkatkan ketahanan email terhadap serangan
asam. Aplikasi fluor secara topikal efektif untuk mengurangi karies pada
permukaan halus dari gigi, tetapi kurang efektif dalam mencegah karies pada
permukaan oklusal. Pit dan fissure pada permukaan oklusal gigi merupakan
daerah paling rentan terhadap terjadinya karies (Hudiyati , 2016).
1.2 Rumusan masalah
1. Apa definisi dari topikal aplikasi flour ?
2. Apa Indikasi dan Kontraindikasi penggunaan fluor ?
3. Apa saja macam- macam sediaan fluor ?
4. Apa manfaat atau tujuan penggunaan TAF ?
5. Apa saja dampak yang ditimbulkan akibat kelebihan dan kekurangan fluor ?

6. Bagaimana Prosedur Aplikasi TAF ?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa Mampu Memahami, Mengkaji dan Menjelaskan Definisi TAF.

2. Mahasiswa Mampu Memahami, Mengkaji dan Menjelaskan Indikasi dan


Kontraindikasi Fluor

3. Mahasiswa Mampu Memahami, Mengkaji dan Menjelaskan Macam- Macam


Sediaan Fluor .

4. Mahasiswa Mampu Memahami, Mengkaji dan Menjelaskan Manfaat atau


Tujuan TAF.

5. Mahasiswa Mampu Memahami, Mengkaji dan Menjelaskan Dampak


ditimbulkan Akibat Kelebihan dan Kekurangan Fluor.

6. Mahasiswa Mampu Memahami, Mengkaji dan Menjelaskan Prosedur


Aplikasi TAF .
BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi dari Topikal Aplikasi Fluor (TAF)


Aplikasi topikal fluor adalah pengolesan langsung larutan fluor yang pekat pada
email setelah gigi dibersihkan dan dikeringkan dengan semprotan udara. Aplikasi
topikal fluor merupakan tehnik yang sederhana untuk aplikasi larutan fluor yang
dilakukan oleh praktisi gigi dan dapat diaplikasikan dengan mudah. Fluoridasi topikal
ini sangat dianjurkan pada gigi anak yang baru erupsi di dalam mulut untuk
memperkuat lapisan email gigi. Permukaan gigi diolesi larutan fluor serta dibiarkan
kering selama 3 menit dan selama 1 jam tidak boleh makan, minum maupun
berkumur. Pemberian fluor melalui aplikasi topikal dapat memakai bermacam-macam
bentuk fluor, antara lain: pasta fluor dengan konsentrasi tinggi (SnF2), larutan fluor
(NaF) dan fluor dalam bentuk gel (APF). Tujuan TAF adalah untuk melindungi gigi
dari karies, fluor bekerja dengan cara menghambat metabolisme bakteri plak yang
dapat memfermentasi karbohidrat melalui perubahan hidroksi apatit pada enamel
menjadi fluor apatit yang lebih stabil dan lebih tahan terhadap pelaruutan asam.
(Hudiyati, 2016; Sirat, 2014).
2.2 Indikasi dan Kontraindikasi Penggunaan Fluor
Indikasi dan Kontraindikasi Penggunaan Fluor
A. Indikasi
1. Pasien anak di bawah 5 tahun yang memiliki resiko karies sedang sampai
tinggi.
2. Gigi dengan permukaan akar yang terbuka.
3. Gigi yang sensitive.
4. Anak-anak dengan kelainan motorik, sehingga sulit untuk membersihkan gigi
(contoh: Down syndrome).
5. pasien yang sedang dalam perawatan orthodontic
B. Kontraindikasi
1. Pasien anak dengan resiko karies rendah.
2. Pasien yang tinggal di kawasan dengan air minum berfluor.
3. Terdapat ada kavitas besar yang terbuka (Sirat, 2014).
2.3 Macam-macam Sediaan Fluor
Pemberiaan flour ada dua cara, yaitu dengan cara sistemik dan topikal. Sediaan
fluor secara sistemik berupa air minum, suplemen, garam dan susu formula berfluor.
Sediaan fluoridasi topikal berupa pasta gigi, obat kumur, gel, varnish, dan SDF
(Annisa, 2018). Fluor topikal akan lebih efektif apabila dilakukan dengan kombinasi
sediaan. Aplikasi fluor secara topikal dapat menggunakan beberapa jenis sediaan,
antara lain varnish fluor yang mengandung 5% natrium fluorida (NaF) dan gel fluor
yang mengandung 1,23% acidulated phosphate fluoride (APF) (Hudiyati, 2016).
a. Pemberian Fluor Secara Sistemik
Fluoride sistemik adalah fluoride yang diperoleh tubuh melalui
pencernaan dan ikut membentuk struktur gigi. Fluoride sistemik juga
memberikan perlindungan topikal karena fluoride ada di dalam air liur yang
terus membasahi gigi. Fluoride sistemik ini meliputi fluoridasi air minum dan
melalui pemberian makanan tambahan fluoride yang berbentuk tablet, tetes
atau tablet isap. Namun di sisi lain, para ahli sudah mengembangkan berbagai
metode penggunaan fluor, yang kemudian dibedakan menjadi metode
perorangan dan kolektif (Herdiyanti dan Sasmita, 2010). Terdapat tiga cara
pemberian fluor secara sistemik, yaitu :
1. Fluoridasi air minum
Telah dibuktikan, apabila dalam air minum yang dikonsumsi oleh suatu
daerah, atau kota tertentu dibubuhi zat kimia fluor maka penduduk di situ
akan terlindung dari karies gigi. Pemberian fluor dalam air minum ini
jumlahnya bervariasi antara 1-1,2 ppm (part per million). Selain dapat
mencegah karies, fluor juga mempunyai efek samping yang disebut mottled
enamel. Mottled enamel adalah gigi yang kelihatan kecoklat-coklatan,
berbintik-bintik permukaannya dan bila fluor yang masuk dalam tubuh
terlalu banyak, dapat menyebabkan gigi jadi rusak sekali. Konsentrasi
optimum fluorida yang dianjurkan dalam air minum adalah 0,7–1,2 ppm
(Herdiyanti dan Sasmita, 2010).
2. Pemberian fluor melalui makanan
Kadang-kadang makanan yang kita makan sudah mengandung fluor
yang cukup tinggi, hingga dengan makanan itu saja sudah mencegah
terjadinya karies gigi. Jadi harus diperhatikan bahwa sumber yang ada sehari-
hari seperti di rumah, contohnya di dalam air mineral, minuman ringan dan
makanan sudah cukup mengandung fluoride. Karena itu makanan fluoride
harus diberikan dengan hati-hati (Annisa,2018). Makanan tambahan fluoride
hanya dianjurkan untuk mereka yang tinggal di daerah yang sumber airnya
rendah fluor . Fluoride dapat berbahaya jika dikonsumsi secara berlebihan.
Apabila pemakaian fluoride tidak terkontrol maka akan menyebabkan
kerusakan gigi. Contohnya adalah fluorosis (Herdiyanti dan Sasmita, 2010).
3. Pemberian fluor dalam bentuk obat-obatan
Pemberian fluor dapat juga dilakukan dengan tablet, baik itu
dikombinasikan dengan vitamin-vitamin lain maupun dengan tablet tersendiri.
Pemberian tablet fluor disarankan pada anak yang berisiko karies tinggi
dengan air minum yang tidak mempunyai konsentrasi fluor yang optimal (2,2
mg NaF, yang akan menghasilkan fluor sebesar 1 mg per hari). Tablet fluor
dapat diberikan sejak bayi berumur 2 minggu hingga anak 16 tahun. Umur 2
minggu- 2 tahun biasanya diberikan dosis 0,25 mg, 2-3 tahun diberikan 0,5
mg, dan 3-16 tahun sebanyak 1 mg (Herdiyanti dan Sasmita, 2010).
b. Penggunaan Fluor Secara Topikal
Tujuan penggunaan fluor adalah untuk melindungi gigi dari karies, fluor
bekerja dengan cara menghambat metabolisme bakteri plak yang dapat
memfermentasi karbohidrat melalui perubahan hidroksil apatit pada enamel
menjadi fluor apatit yang lebih stabil dan lebih tahan terhadap pelarutan asam.
Sehingga menghasilkan enamel yang lebih tahan asam sehingga dapat
menghambat proses demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi.
Remineralisasi adalah proses perbaikan kristal hidroksiapatit dengan cara
penempatan mineral anorganik pada permukaan gigi yang telah kehilangan
mineral tersebut. Demineralisasi adalah proses pelarutan kristal hidroksiapatit
email gigi, yang terutama disusun oleh mineral anorganik yaitu kalsium dan
fosfat, karena penurunan pH plak sampai mencapai pH kritis (pH 5) oleh bakteri
yang menghasilkan asam (Sirat,2014).
Penggunaan fluor sebagai bahan topikal aplikasi telah dilakukan sejak lama
dan telah terbukti menghambat pembentukan asam dan pertumbuhan
mikroorganisme sehingga menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam
mempertahankan permukaan gigi dari proses karies (Sirat,2014). Penggunaan
fluor secara topikal untuk gigi yang sudah erupsi, dilakukan dengan beberapa
cara:
1. Topikal Aplikasi
Topikal aplikasi fluor adalah pengolesan langsung fluor pada enamel.
Setelah gigi dioleskan fluor lalu dibiarkan kering selama 5 menit, dan selama
1 jam tidak boleh makan, minum atau berkumur. Sediaan fluor dibuat dalam
berbagai bentuk yaitu NaF, SnF, APF yang memakainya diulaskan pada
permukaan gigi dan pemberian varnish fluor. NaF digunakan pertama kali
sebagai bahan pencegah karies. NaF merupakan salah satu yg sering
digunakan karena dapat disimpan untuk waktu yang agak lama, memiliki rasa
yang cukup baik, tidak mewarnai gigi serta tidak mengiritasi gingiva. Senyawa
ini dianjurkan penggunaannnya dengan konsentrasi 2%, dilarutkan dalam
bentuk bubuk 0,2 gram dengan air destilasi 10 ml. Sekarang SnF jarang
digunakan karena menimbulkan banyak kesukaran, misalnya rasa tidak enak
sebagai suatu zat astringent dan kecenderungannya mengubah warna gigi
karena beraksinya ion Sn dengan sulfida dari makanan, serta mengiritasi
gingiva (Sirat,2014).
2. Pasta gigi fluor
Penyikatan gigi dua kali sehari dengan menggunakan pasta gigi yang
mengandung fluor terbukti dapat menurunkan karies. Akan tetapi
pemakaiannya pada anak pra sekolah harus diawasi karena pada umunya
mereka masih belum mampu berkumur dengan baik sehingga sebagian pasta
giginya bisa tertelan. Kebanyakan pasta gigi yang kini terdapat di pasaran
mengandung kira-kira 1 mg F/g ( 1 gram setara dengan 12 mm pasta gigi pada
sikat gigi)(Sirat,2014).
3. Obat kumur dengan fluor
Obat kumur yang mengandung fluor dapat menurunkan karies
sebanyak 20-50%. Penggunaan obat kumur disarankan untuk anak yang
berisiko karies tinggi atau selama terjadi kenaikan karies. Berkumur fluor
diindikasikan untuk anak yang berumur diatas enam tahun karena telah
mampu berkumur dengan baik dan orang dewasa yang mudah terserang
karies, serta bagi pasien-pasien yang memakai alat ortho (Sirat,2014).
2.4 Manfaat dan Tujuan TAF
Tujuan penggunaan fluor adalah untuk melindungi gigi dari karies, fluor bekerja
dengan cara menghambat metabolisme bakteri plak yang dapat memfermentasi
karbohidrat melalui perubahan hidroksil apatit pada enamel menjadi fluor apatit yang
lebih stabil danlebih tahan terhadap pelarutan asam. Efek aplikasi fluor secara topikal
dalam menghambat karies gigi yaitu dapat memacu proses remineralisasi pada
permukaan enamel, menghambat sistem enzim mikrobiologi yang merubah
karbohidrat menjadi asam dalam plak gigi dan adanya efek bakteriostatik yang
menghambat kolonisasi bakteri pada permukaan gigi. Penggunaan flour juga memiliki
manfaat dan tujuan praerupsi dan pasca erupsi gigi. Penggunaan flour juga memiliki
manfaat dan tujuan praerupsi dan pasca erupsi gigi.
Pra Erupsi
1. Selama pembentukan gigi, fluorida melindungi enamel dari pengurangan
sejumlah matriks yang dibentuk
2. Pembentukan enamel yang lebih baik dengan kristal yang lebih resisten
terhadap asam
3. Pemberian yang optimal, kristal lebih besar, kandungan karbonat lebih rendah
kelarutan terhadap asam berkurang
4. Pengurangan jumlah dan ukuran daerah yang menyebabkan akumulasi
makanan dan plak (Annisa, 2018).
Pasca Erupsi
1. Fluoroapatit Menurunkan Kelarutan Enamel Dalam Asam
2. Fluoroapatit lebih padat dan membentuk kristal sedang daerah permukaan
yang bereaksi dengan asam lebih sedikit
3. Pembentukan kalsium fluorida pada permukaan kristal (lapisan pelindung
karena sedikit larut dalam asam)
4. Fluoride menggantikan ion karbonat dalam struktur apatit. Kristal apatit
dengan karbonat rendah lebih stabil dan kurang larut dibanding karbonat tinggi
5. Adanya fluoride dalam saliva meningkatkan remineralisasi, sehingga
merangsang perbaikan atau penghentian lesi karies awal
6. Fluoride menghambat banyak sistem enzim. Hambatan terhadap enzim yang
terlibat dalam pembentukan asam serta pengangkutan dan penyimpanan
glukosa dalam streptokokus oral dan juga membatasi penyediaan bahan
cadangan untuk pembuatan asam dalam sintesa polisakarida (Annisa, 2018).
2.5 Dampak yang ditimbulkan Akibat Kekurangan atau Kelebihan Fluor
2.4.1 Kekurangan Fluor
Kekurangan Flour dapat menyebabkan kerusakan gigi yang berlebihan, pada
gigi akan mengakibatkan gigi menjadi rapuh. Bila kekurangan flour ini dapat
menyebabkan gigi mudah terserang karies , terjadi perubahan warna pada gigi
anak dan dapat terjadi penipisan tulang (Suratri,2018). Dampak yang ditimbulkan
akibat kekurangan fluor yaitu:
1. Kerusakan gigi yang berlebihan.
2. Kekurangan fluor ini akan mengakibatkan gigi menjadi rapuh.
3. Selain gigi menjadi rapuh, bila kekurangan flour ini dapat menyebabkan
gigi mudah terserang karies atau gigi gigis (caries dentis).
4. Terjadi perubahan warna pada gigi anak.
5. Dapat terjadi penipisan tulang .
2.4.2 Kelebihan Fluor
Tingginya kandungan fluor pada air minum mengakibatkan kerusakan
pada gigi. Semua zat bila digunakan tidak semestinya atau berlebihan maka
akan menyebabkan masalah atau berbahaya bagi kesehatan. Konsumsi 2 ppm
fluor dapat menyebabkan mottled enamel, 5 ppm dapat menyebabkan
osteosklerosis, 50 ppm dapat menyebabkan kelainan kalenjar tiroid, 120 ppm
dapat menyebabkan retardasi mental, 125 ppm dapat menyebabkan penyakit
ginjal, dan 2,5 gram sampai 5 gram dapat menyebabkan dosis akut dan
kematian. Kelebihan flour dapat mengakibatkan kelainan tulang dan gigi.
Flour dalam tubuh separuhnya akan disimpan dalam tulang dan terus
bertambah sesuai umur, akibatnya tulang menjadi mudah patah karena terjadi
flourosis pada tulang (Herdiyanti dan Sasmita, 2010).
Efek fluor yang berlebihan bisa mengakibatkan fluorosis gigi.
Fluorosis gigi merujuk kepada perubahan tampilan enamel gigi yang
disebabkan oleh pengambilan fluor dalam jangka masa panjang ketika gigi
sedang berkembang. Perubahan tampilan enamel gigi adalah warna gigi
menjadi tidak putih,pucat dan buram. Ini bisa berupa tompokan putih yaitu
masih pada tahap ringan sehingga kepada tompokan gelap atau hitam. Warna
gigi yang gelap atau hitam ini terlihat pada fluorosis yang lebih berat dan
enamelnya juga menjadi lunak dan rapuh (Mariati,2015). Tanda pertamanya
berupa erupsi gigi dengan enamel yang berbintik-bintik (mottled enamel).
Fluorosis gigi disebabkan konsumsi fluor yang terlalu banyak dalam jangka
masa panjang ketika gigi masih berkembang didalam gusi. Jadi hanya anak-
anak berumur 8 tahun dan ke bawah yang beresiko karena ketika usia ini gigi
yang permanen sedang berkembang didalam gusi. Oleh sebab itu, fluorosis
gigi hanya berlaku pada anak-anak,tidak berlaku pada dewasa. Keparahan
kondisi ini tergantung kepada dosis,durasi dan masa pengambilan fluor
(Wilianti,2015).
Berlaku peningkatan fluorosis gigi terutamanya yang tahap ringan
disebabkan banyak sumber fluor tersedia yang pada mulanya digunakan untuk
menghalang dari berlakunya karies gigi. Sumber-sumber ini termasuklah air
minum yang difluoridasi dan pasta gigi berfluorida, terutamanya jika pasta
gigi ini tertelan oleh anak-anak ketika menyikat gigi (Wilianti,2015).
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Skenario Kasus

SKENARIO 4

TOPIKAL APLIKASI FLUOR

Seorang Ibu bersama anak laki-lakinya yang berumur 8 tahun, datang ke klinik
Pedodonsia RSGM Unej menginginkan gigi anak nya di periksa di karenakan ada gigi
yang berlubang kecil. Ibu tersebut berharap supaya gigi anak nya tidak banyak yang
berlubang. Dokter melakukan pemeriksaan :

- Pemeriksaan Ektra oral tidak ada kelainan

- Hasil anamnesa di dapatkan bahwa anak tersebut sangat sulit untuk


menggosok gigi terutama pada malam hari saat mau tidur, pasien juga
tidak di curigai adanya kelainan sistemik maupun alergi.

- Pemeriksaan intra oral di dapatkan gigi 64 karies dentin pada permukaan


pit dan fissure, gigi 73 dan 63 karies email pada permukaan halus. Ke
empat molar pertama permanent sudah erupsi sempurna , Ke empat
insisive permanent juga sudah erupsi.

Selanjutnya dokter menyarankan melakukan tindakan pencegahan dengan melakukan


perawatan secara topical (Topikal Aplikasi Fluor) pada gigi geligi yang sehat (gigi
yang bebas karies) untuk mencegah gigi berlubang.

3.2 Perawatan Berdasarkan Kasus dalam Skenario

Berdasarkan skenario diatas, didapatkan beberapa kasus yaitu minimnya


kesadaran anak tersebut dalam menyikat gigi, kejadian karies pada gigi-geligi sulung,
serta beberapa gigi permanen yang sudah erupsi.Hasil anamnesa didapatkan bahwa
anak tersebut sangat sulit untuk menggosok gigi terutama pada malam hari saat mau
tidur, pasien juga tidak dicurigai adanya kelainan sistemik maupun alergi. Perawatan
yang diperlukan adalah Dental Health Education (DHE), yaitu dengan memberikan
edukasi mengenai pentingnya menyikat gigi dan risiko bila tidak rajin menggosok
gigi. Selain itu, demonstrasi prosedur sikat gigi yang benar perlu untuk disampaikan,
serta penjelasan mengenai makanan sehat dan makanan yang kurang baik bagi
kesehatan gigi.

Pemeriksaan intra oral didapatkan gigi 64 karies dentin pada permukaan pit dan
fissure, gigi 73 dan 63 karies email pada permukaan halus. Perawatan yang
direncanakan adalah: a. gigi 64 dilakukan penumpatan kelas I dengan menggunakan
Glass Ionomer Cement b. gigi 73 dan 63 dilakukan penumpatan kelas V dengan
menggunakan Glass Ionomer Cement atau Komposit.

Keempat molar pertama permanen sudah erupsi sempurna, keempat insisivus


permanent juga sudah erupsi. Perawatan yang dilakukan adalah perawatan preventif
yaitu melakukan prosedur TAF dengan pengaplikasian NaF pada gigi 16, 26, 36, 46
dan 11, 12, 21, 22, 31, 32, 41, 42.

3.3 Alat dan Bahan Topikal Aplikasi Fluor

A. Alat

1. Alat dasar diagnose (kaca mulut, pinset, sonde)

2. Cotton roll

3. Cotton applicator

B. Bahan 1

1. Sodium fluoride (Naf) / Stannous fluoride (SnF2) / APF (Acidulated


phosphate fluoride)

2. Pasta profilaksis

3.3 Prosedur Aplikasi Topikal Aplikasi Fluor

A. Aplikasi sodium fluoride (NaF)

1. Konsentrasi NaF yang digunakan yaitu 2%, 0,2gram NaF dalam bentuk
bubuk dilarutkan pada 10ml air destilasi yang disimpan di botol plastik.

2. Gigi dibersihkan dan di poles dengan pasta profilaksis

3. Gigi diisolasi dan dikeringkan dengan cotton roll

4. Oleskan sediaan NaF pada permukaan gigi menggunakan cotton aplicator

5. Biarkan selama 3-4 menit

6. Larutan dibersihkan, jangan sampai tertelan


7. Instruksikan untuk tidak makan dan minum selama 30 menit

8. Diberikan dalam waktu 1 minggu sampai 4 kali kunjungan

9. Perawatan di anjurkan pada anak usia 3, 7, 11, 13 tahun bersamaan


dengan erupsi gigi baru (Kuldeep, 2017).

B. Aplikasi stannous fluoride (SnF2)

1. SnF2 yang digunakan adalah 8% dengan melarutkan bubuk SnF2 0,8 gram
dengan air destilasi 10ml

2. Gigi dibersihkan dan di poles dengan pasta profilaksis

3. Gigi diisolasi dan dikeringkan dengan cotton roll

4. Oleskan sediaan SnF2 pada permukaan gigi menggunakan cotton aplikator

5. Biarkan selama 3-4 menit

6. Larutan dibersihkan, jangan sampai tertelan

7. Instruksikan untuk tidak makan dan minum selama 30 menit

8. Diberikan dalam waktu 1 sampai 2 kali dalam setahun (Kuldeep, 2017).

C. Aplikasi APF (Acidulated phosphate fluoride)

1. APF mengandung NaF 2%, dilarutkan dalam 1 ml fosforid acid

2. Gigi dibersihkan dan di poles dengan pasta profilaksis

3. Gigi diisolasi dan dikeringkan dengan cotton roll

4. Oleskan sediaan APF pada permukaan gigi menggunakan cotton aplicator

5. Biarkan selama 3-4 menit

6. Larutan dibersihkan, jangan sampai tertelan

7. Instruksikan untuk tidak makan dan minum selama 30 menit

8. Diberikan dalam waktu 1 sampai 2 kali dalam setahun (Kuldeep, 2017).


BAB IV

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

1. Pemberian fluor dapat diberikan secara sistemik dan juga topical.


2. Ada 3 mekanisme aksi mendasar untuk mencegah dan menghambat terjadinya
karies, yaitu: menghambat metabolism bakteri, menghambat demineralisasi serta
meningkatkan remineralisasi.
3. Dampak dari kekurangan fluor dapat menyebabkan : Kerusakan gigi yang
berlebihan, kekurangan fluor ini akan mengakibatkan gigi menjadi rapuh. Selain
gigi menjadi rapuh, bila kekurangan flour ini dapat menyebabkan gigi mudah
terserang karies atau gigi gigis (caries dentis). Terjadi perubahan warna pada gigi
anak.

3.2 Saran
1. Disarankan untuk melakukan kontrol rutin ke dokter gigi minimal 6 bulan sekali
untuk meminimalisir terjadinya masalah pada gigi dan mulut.
2. Disarankan untuk melakukan pemberian TAF pada gigi anak yang sehat pada gigi
sulung maupun permanen yang tealh erupsi guna mencegah terjadinya karies.
DAFTAR PUSTAKA

Annisa, Iwan Ahmad.2018.Mekanisme fluor sebagai kontrol karies pada gigi


anak.Journal of Indonesian Dental Association.1(1):63-69.

Dhama, Kuldeep, Patti, Basavaraj,Singla, Ashish.2017.Topical Fluoride A Literature


Review,Hamburg, Anchor Academic Publishing.

Herdiyanti Y, Sasmita SI. 2010. Penggunaan fluor dalam kedokteran gigi. Bandung.


Universitas Padjadjaran.

Hudiyati,Maya,Shanty Chairani, Sri Wahyuningsih Rais.2016.Pengaruh Jenis Fluor


Topikal Terhadap Kebocoran Mikro pada Pit and fissure sealant.Jurnal Material
Kedokteran Gigi,5(1):35-41.

Mariati,Ni Wayan.2015. Penanganan Fluorosis Gigi dengan Menggunakan Teknik


Mikrobasi.Jurnal e-GiGi (eG), 3(1):149-154.

Mukhbitin,Faihatul.2018.Gambaran Kejadian Karies Gigi Pada Siswa Kelas 3 MI


Al-Mutmainnah.Jurnal Promkes.6(2):155-156.

Sirat,Ni Made.2014.Pengaruh Aplikasi Topikal dengan Larutan NaF dan Snf2 dalam
Pencegahan Karies Gigi.Jurnal Kesehatan Gigi.2(2):222-232.

Suratri, Lely Ayu Made, Tince A. Jovina, Indirawati Tjahja


Notohartojo.2018.Hubungan Kejadian Karies Gigi dengan Konsumsi Air Minum
pada Masyarakat di Indonesia.Media Litbangkes,28(3):211-218

Wilianti,Enny.2015.Pengaruh Larutan Fluoride Terhadap Aktivitas Amilase


Saliva.Jurnal “Ilmiah Kedokteran”. 4(2):54-66.

Anda mungkin juga menyukai