Original Article
51
Medica Hospitalia | Vol. 4, No. 1, November 2016
gigi. Sebenarnya efek dari pemberian mentega dan pasta berperan meningkatkan fase awal dari inflamasi dengan
gigi tersebut hanya memberikan rasa dingin pada luka cara meningkatkan jumlah monosit dan makrofag pada
tanpa mempercepat proses penyembuhan luka. Bahkan area luka, memodulasi aktivitas kolagenase, mendukung
jika pemberian dilakukan dengan cara yang kurang tepat diferensiasi sel epitel, dan meningkatkan lokalisasi serta
justru akan menyebabkan terjadinya infeksi.6 Untuk merangsang respon imun, sedangkan Vitamin C
mencegah terjadinya infeksi dan mengoptimalkan berperan dalam meningkatkan migrasi neutrofil,
penyembuhan diperlukan suatu perawatan luka dan transformasi limfosit dan sintesa kolagen.2 Peneliti
pemberian antibiotik. Preparat antibiotik topikal yang memilih daun pepaya untuk diteliti sebagai alternatif
sering digunakan adalah silver sulfadiazine 1% obat luka bakar karena pada daun pepaya memiliki
(silvadene).5 Silver sulfadiazine 1% adalah antimikroba kandungan zat kimia yang lebih bervariasi dan Vitamin
spektrum luas yang mampu menghambat bakteri yang A dan C dalam jumlah besar dimana zat-zat tersebut
resisten terhadap antimikroba lain.1 Akan tetapi, pilihan memiliki efek farmakologis terhadap perawatan luka
terapi ini memiliki resiko toksisitas yang cukup besar bakar. Selain itu daun papaya juga mudah dijumpai di
dimana efek yang ditimbulkan dapat bersifat lokal setiap wilayah di Indonesia dan memiliki harga lebih
maupun sistemik. Efek toksik sistemik berupa argyria ekonomis dibandingkan dengan silver sulfadiazine 1%
dan perubahan warna kulit yang mengganggu atau bahan perawatan luka lainnya.
penampilan dan efek lokal yang ditimbulkan adalah Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek
terhambatnya proses penyembuhan luka.3 Sebenarnya perawatan luka menggunakan lumatan daun pepaya
untuk luka bakar derajat dua dangkal dapat dilakukan (Carica Papaya L.) dalam mempercepat proses
perawatan mandiri dirumah tanpa harus membawa penyembuhan luka bakar derajat II dangkal pada tikus
korban ke rumah sakit, kecuali terdapat infeksi lebih putih (Rattus norvegicus) galur Wistar sehingga dapat
lanjut yang sangat mengancam. Ini karena hanya cukup Memberikan pilihan atau alternatif terapi untuk
mempertahankan kebersihan luka saja maka luka bakar perawatan pasien dengan luka bakar derajat II dangkal.
derajat dua dangkal dapat sembuh spontan antara 14–21 Hipotesa penelitian adalah lumatan daun pepaya (Carica
hari.3 Berdasarkan hal tersebut, dibutuhkan suatu terapi Papaya L.) mempunyai efek dalam mempercepat proses
alternatif yang dapat meminimalisir efek samping yang penyembuhan luka bakar derajat II dangkal pada tikus
ditimbulkan oleh penggunaan antibiotik topikal. Hal ini putih (Rattus norvegicus) galur Wistar.
dapat dilakukan dengan mempersingkat waktu
perawatan terhadap luka bakar tersebut melalui METODE
penggunaan tanaman obat yang banyak tersedia di alam
dan mudah penggunaanya oleh masyarakat untuk Penelitian ini termasuk jenis true experimental research
merawat luka. dengan menggunakan pretest-posttest only control group
Salah satu diantara tanaman obat tersebut adalah design, dimana kelompok eksperimental diberi perlakuan
Carica Papaya L. Di Indonesia Carica Papaya L lebih dikenal dan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan. 4
dengan nama tanaman pepaya. Tanaman papaya Selanjutnya kedua kelompok dibuat luka bakar derajat II.
mempunyai kandungan kimia yang berbeda-beda pada Pada kelompok eksperimental diberi perlakuan berupa
buah, daun, akar maupun biji. Buah pepaya sering perawatan luka menggunakan lumatan daun pepaya
digunakan di Gambia (The Royal Victoria Hospital), Banjul sedangkan kelompok kontrol dilakukan perawatan
(The Pediatric Unit) untuk penanganan luka bakar, karena standar menggunakan silver sulfadiazine 1% (silvadene).
memiliki toleransi yang baik untuk anak, murah dan Setiap anggota kelompok perlakuan dan kelompok
mudah diterima secara luas. Bagian lain dari tanaman kontrol dipilih dengan teknik random. Pada kedua
pepaya yang saat ini jarang diteliti adalah pada bagian kelompok diawali dengan pra-test yaitu mengukur luas
daun. Jika diteliti lebih mendalam pada bagian daun luka pada hari pertama dan setelah pemberian perlakuan
memiliki kandungan kimia yang lebih bervariasi selesai dilakukan pengukuran kembali (pasca-test) yaitu
daripada bagian lainnya. Didalamnya terdapat saponin, dengan cara mengukur pada hari ke-21. Peneliti
alkaloid, dehidrokarpain, pesedokarpain, flavonol, menggunakan hari ke-21 sebagai hari akhir dalam
polifenol, benzilglukosinolat, papain dan tannin2. Zat pengamatan karena luka bakar derajat 2 dangkal dapat
flavonoid dan polifenol mempunyai aktivitas sebagai sembuh secara spontan antara 14–21 hari.3 Sampel tikus
antiseptik dan antioksidan.2 Saponin adalah zat yang yang diambil dengan sistem simple random sampling.
berfungsi sebagai pemacu pembentukan kolagen, yaitu Diambil sejumlah 18 ekor. Setelah tikus dikelompok-
protein struktur yang berperan dalam proses kelompokan, maka dibuat luka bakar derajat dua pada
penyembuhan luka.2 Selain memiliki kandungan kimia punggung tikus sesuai dengan prosedur pembuatan
yang bervariasi tersebut daun pepaya juga memiliki luka. Kemudian tikus diberikan perawatan luka dengan
kandungan vitamin A dan vitamin C terbesar metode tertutup. Pada penelitian ini, hewan yang
dibandingkan dengan bagian tanaman pepaya yang lain. digunakan adalah jenis primate karena mempunyai
Pada proses penyembuhan luka bakar Vitamin A persamaan filogenik dengan manusia dan mempunyai
52
Efek Lumatan Daun Pepaya (Carica Papaya L.) terhadap Proses Penyembuhan Luka Bakar Derajat II Dangkal Pada Tikus Putih (Rattus Novergicus) Galur Wistar
sifat-sifat respon biologis yang mendekati kesamaan semula.Prosedur perawatan luka dilakukan 1 kali sehari
dengan manusia. Sampel yang ditentukan sebagai pada pukul 08.00 WIB. Semua kelompok dibersihkan
subyek penelitian memenuhi kriteria sebagai berikut dulu dengan aquades lalu diberikan perlakuan:
untuk meminimalisasi confounding factor : galur Wistar, kelompok pertama diberikan perawatan dengan lumatan
jenis kelamin jantan, berat badan antara 150 - 220 gram, daun pepaya dan kelompok kedua diberikan perawatan
jenis lokal, umur 2-3 bulan, sehat ditandai dengan dengan sulfadiazine 1%.
gerakannya aktif, bulu bersih dan baik, mata jernih dan Pengumpulan data dilakukan dengan
baik, tidak mendapat pengobatan sebelumnya. menggunakan teknik observasi single blindyang terdiri
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biokimia- dari peneliti dan satu observer. Hal ini dilakukan guna
Biomolekuler Fakultas Kedokteran Universitas meminimalisasi terjadinya subjektivitas dari peneliti
Brawijaya bulan Januari Februari 2011. terhadap hasil yang didapat. Analisa data untuk
Pembuatan lumatan daun pepaya dilakukan pengujian statistik yang digunakan pada penelitian ini
dengan cara peneliti mencuci tangan terlebih dahulu adalah Uji Statistik Parametris T-Test 2 Sampel yaitu
sebelum menggunakan sarung tangan. Daun pepaya dengan meneliti efek perawatan luka dengan
sebanyak 80 gram dicuci menggunakan larutan pencuci menggunakan lumatan daun pepaya dalam
sayur dan buah dan diletakkan di tirisan lalu mempercepat proses penyembuhan luka bakar derajat II,
dikeringkan. Setelah mengering daun pepaya disiram untuk kelompok perlakuan yaitu pemberian lumatan
dengan aquades dan ditriskan kembali. Setelah itu mortir daun pepaya dan perawatan luka dengan silver
dan alas plastik disterilkan dengan alkohol 70%. Setelah sulfadiazin 1% sebagai kelompok kontrol. Dengan
itu peneliti melepas sarung tangan yang telah dipakai membedakan mean (rata-rata) dari 2 sampel secara
dan menggantinya dengan sarung tangan steril. Setelah serentak4 dengan menggunakan selang kepercayaan 95%
menggunakan sarung tangan steril, peneliti mengambil dan diolah dengan SPSS ver. 15 for Windows. Sebelum
daun pepaya yang telah ditiriskan dan memasukkannya melakukan analisis data dengan menggunakan
ke dalam kantong plastik. Daun pepaya yang berada di independent T-test (sebagai salah satu parametrik) maka
dalam plastik diletakkan ke dalam mortir lalu ditumbuk dilakukan penentuan atas beberapa asumsi data, yaitu
dan ditimbang sesuai dosis yang diinginkan (daun data harus mempunyai sebaran (distribusi) normal,
pepaya masih berada dalam kantong plastik pada saat mempunyai ragam yang homogen, galat (eror),
proses penumbukan). Setelah didapatkan dosis yang percobaan bersifat acak/bebas. Distribusi normal
diinginkan maka lumatan daun pepaya siap digunakan merupakan distribusi teoritis dari variabel random yang
untuk penelitian. kontinyu. Kurva yang menggambarkan distribusi
Prosedur pembuatan luka diawali dengan peneliti normal adalah kurva normal yang berbentuk simetris.
menentukan area pembuatan luka dimana dalam Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan
percobaan ini adalah punggung sebelah kanan atas agar jenis distribusi normal maka digunakan pengujian one-
terhindar dari kemungkinan digigit oleh dirinya sendiri Sample Kolmogorov-Smirnov Test terhadap masing-masing
yang dapat memperluas luka. Setelah itu area tersebut variabel. Hipotesa diambil dengan kriteria pengujian:
dibersihkan dan dicukur sampai jarak 1 cm dari area yang angka signifikansi p value >0,05 maka data berdistribusi
akan dibuat luka. Sebelum dilakukan tindakan peneliti normal dan angka signifikansi p value < 0,05 maka data
memasang perlak sebagai alas dibawah tikus yang akan tidak berdistribusi normal. Setelah didapatkan data
dibuat luka bakar. Sebelum melakukan tindakan peneliti berdistribusi normal kemudian dilanjutkan pengujian T-
mencuci tangan terlebih dahulu untuk mengurangi test.
mikroorganisme yang ada di tangan, selanjutnya
membuka bak steril yang telah disiapkan dan HASIL
menggunakan sarung tangan steril yang ada
didalamnya. Untuk membuat luka bakar sebelumnya Eksperimen telah dilaksanakan pada tanggal 19 Januari –
peneliti mengoleskan disinfektan ke area yang akan 16 Februari 2011 di Laboratorium Biokimia Fakultas
dibuat luka dengan alkohol dan menunggunya sampai Kedokteran Universitas Brawijaya. Eksperimen
mengering. Setelah mengering peneliti menggunakan didahului dengan proses adaptasi tikus pada tanggal 19
lidokain sebanyak 1-1,5 cc untuk anestesi. Setelah Januari sampai 25 Januari 2011. Studi eksperimen
anastesi diberikan peneliti menempelkan kassa yang dilakukan pada tanggal 26 Januari – 16 Februari 2011
telah dicelupkan air panas yang bersuhu 100°C ke daerah untuk membuktikan efek lumatan daun pepaya (Carica
yang akan dibuat luka selama 40 detik. Setelah itu Papaya L.) dalam mempercepat proses penyembuhan
punggung tikus yang telah diberikan luka dibasuh luka bakar derajat II dangkal. Hasil penelitian
dengan air steril. Setelah terbentuk luka bakar derajat II menunjukkan efek lumatan daun pepaya dalam
dangkal maka peneliti menutup luka dengan kassa steril. mempercepat proses penyembuhan luka bakar derajat II
setelah pembuatan luka selesai dilakukan peneliti dangkal dinilai dari peningkatan prosentase kontraksi
mencuci tangan kembali dan merapikan alat ketempat luka yang disajikan pada gambar 1.
53
Medica Hospitalia | Vol. 4, No. 1, November 2016
350
300
250 Luas hari 1 (DP)
Gambar 1. Perbandingan luas luka hari ke-1 dan hari ke-21 pada kelompok perlakuan (Daun Pepaya)
dan kelompok kontrol (Silver sulfadiazine 1%)
93 92,7
92
91
DP : Daun Pepaya
90 89,7
SSD : Silver Sulfadiazine 1%
89
88
54
Efek Lumatan Daun Pepaya (Carica Papaya L.) terhadap Proses Penyembuhan Luka Bakar Derajat II Dangkal Pada Tikus Putih (Rattus Novergicus) Galur Wistar
Dari hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata antioksidan flavonoid sebagai scavenger radikal bebas
peningkatan prosentase kontraksi luka pada yaitu sebagai chelator transisi ion logam dan menghambat
penyembuhan luka dengan menggunakan silver enzim oksidan atau produksi radikal bebas oleh sel.1
sulfadiazine adalah sebesar 89,7%. Silver Sulfadiazine 1% Sehingga dengan pemberian lumatan daun pepaya dapat
(SSD) dalam proses penyembuhan luka memiliki efek mencegah terjadinya infeksi yang memperpanjang
antimikroba dengan cara memblokir sistem respirasi proses penyembuhan luka. Lumatan daun pepaya juga
atau energi sel mikroba. Efek preparat silver terhadap mengandung Tanin. Tanin merupakan astrigen yang
luka sebagai suatu zat yang mengurangi proses inflamasi mengikat dan mengendapkan protein berlebih dalam
permukaan luka dan mengurangi efek negatif dari tubuh. Dalam bidang pengobatan Tanin digunakan
metalloproteinase (MMP). MMP ini adalah kelompok untuk hemostatik (menghentikan pendarahan).6 Selain
enzim kolagenase yang menyebabkan proses destruksi Tanin daun pepaya juga mengandung sedikit enzim
jaringan. Berlawanan dengan efek Growth Factor (GF) papain. Pada fase inflamasi papain memecah produk dari
yang berperan pada sintesis jaringan. MMP mengikat Zn protein matriks ekstraselular seperti kolagen yang dapat
untuk aktivitasnya, sementara Zn diperlukan untuk merangsang reaksi leokosit polimorfonuklear dan
penyembuhan jaringan, dengan diproduksinya MMP, monosit/makrofag ke area luka.6 Sedangkan pada fase
proses penyembuhan jaringan mengalami gangguan. dekstruksi papain beefungsi sebagai agen debridement
Preparat silver akan meningkatkan kadar kalsium yang dapat membersihkan jaringan nekrosis pada luka.6
dipermukaan luka sehingga memungkinkan terjadinya Selain itu daun pepaya juga mengandung vitamin
proses re-epitelisasi. C dan vitamin A . Pada fase inflamasi vitamin C berperan
Dari hasil penelitian diketahui bahwa proses dalam meningkatkan migrasi neutrofil dan transformasi
penyembuhan luka bakar pada perlakuan dengan limfosit.2 Sedangkan pada fase prolifersi vitamin C
lumatan daun pepaya lebih cepat dibandingkan dengan diperlukan untuk sintesa kolagen. Jika jumlah dan fungsi
perlakuan dengan Silver Sulfadiazine 1%. Didapatkan vitamin C tidak adekuat maka sintesa kolagen akan
hasil bahwa kelompok lumatan daun pepaya rata-rata menurun bahkan terhenti, kapiler darah baru dapat
terjadi peningkatan prosentase kontraksi luka sebesar rusak dan mengalami perdarahan, serta penyembuhan
92,7 % dan pada kelompok kontrol yang menggunakan luka terhambat atau terhenti. Sedangkan vitamin A
Silver Sulfadiazine 1%. sebagai perawatan luka bakar rata- dibutuhkan untuk epitalisasi dan perkembangan
rata mengalami peningkatan prosentase kontraksi luka jaringan tulang, diferensiasi sel, dan fungsi sistem imun.
sebesar 89,7 %. Hal ini juga diperkuat dengan hasil Hubungan antara vitamin A dan penyembuhan luka
analisa T-Test Independent yang menunjukkan bahwa ada adalah meningkatkan fase awal dari inflamasi, yaitu
perbedaan yang signifikan pada rata-rata peningkatan dengan cara meningkatkan jumlah monosit dan
kontraksi luka pada kedua kelompok yang diuji yaitu makrofag pada area luka, memodulasi aktivitas
dengan nilai signifikansi sebesar 0,002. kolagenase, mendukung diferensiasi sel epitel, dan
Dari berbagai literatur dijelaskan bahwa lumatan meningkatkan lokalisasi serta merangsang respon imun.2
daun pepaya (Carica Papaya L.) memiliki beberapa Selain mengandung zat antiinflamasi dan anti bakteri,
kandungan kimia beserta efek farmakologisnya yang daun pepaya juga mengandung mineral seperti zat besi,
berperan penting pada proses penyembuhan luka. protein, kalsium, natrium, dan kalium. Mineral kalsium
Diantara kandungan kimia tersebut yang pertama adalah berguna untuk memberi ketahanan terhadap penyakit,
saponinyang memiliki efek utama dalam menghambat menjaga kesehatan serta berinteraksi dengan vitamin
proses inflamasi (anti inflamasi) yaitu menghambat dalam mendukung proses tubuh.
pembentukan asam arachidonat sehingga terjadi Efek samping yang dapat muncul karena
hambatan pembentukan enzim lipoksigenase dan pemberian lumatan daun pepaya adalah luka menjadi
siklooksigenase sehingga menghambat sekresi mediator basah dan daging menjadi lebih lunak karena dalam
inflamasi PGE2, TNF-α (Tumour necrosis factor), IL-1β lumatan daun pepaya mengandung enzim papain, yaitu
(Interleukine-1) dan IL-6 (Interleukine-6). 6 Sebagai enzim protease (pengurai protein) paling kuat yang
akibatnya fase inflamasi tidak akan diperpanjang. dihasilkan oleh seluruh bagian tanaman pepaya. Namun
Saponin juga memiliki aktivitas biologi sebagai anti hal tersebut tidak terjadi selama eksperimen yang kami
bakteri,5 sehingga dapat meminimalkan infeksi kuman lakukan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
yang dapat memperlama proses penyembuhan luka. dilakukan dan hasil uji statistik yang digunakan
Pada fase proliferasi saponin berperan sebagai pemacu mengenai efek lumatan daun pepaya terhadap proses
pembentukan kolagen. 2 Senyawa lainnya adalah penyembuhan luka bakar derajat II dangkal pada tikus
flavonoid dan polifenol. Flavonoid bekerja secara putih strain Wistar dapat diketahui bahwa lumatan daun
sinergis dengan vitamin C (asam askorbat), yaitu pepaya lebih cepat menyembuhkan luka dibandingkan
meningkatkan efektivitas vitamin C. Di dalam tubuh dengan silver sulfadiazine 1%. Hal ini tentunya dapat
manusia flavonoid dan polifenol berfungsi sebagai menjadi alternatif baru dalam perawatan luka bakar
antioksidan. Mekanisme yang tercatat dari aktivitas mengingat efek samping yang dimiliki oleh silver
55
Medica Hospitalia | Vol. 4, No. 1, November 2016
56