Anda di halaman 1dari 6

Medica Hospitalia Med Hosp 2016; vol 4 (1) : 51–56

Original Article

Efek Lumatan Daun Pepaya (Carica Papaya L.)


terhadap Proses Penyembuhan Luka Bakar Derajat II Dangkal
Pada Tikus Putih (Rattus Novergicus) Galur Wistar
Putri Setyani1, Yuswinda K2

Perawat RSUP Dr. Kariadi Semarang

Abstrak The effect of Carica Papaya L.


for the recovery of second degree wound burn
Luka bakar masih menjadi masalah kesehatan utama di negara at Rattus Norvegicus wistar rats
berkembang. Luka bakar derajat II adalah tipe luka bakar yang
biasa ditemukan pada kejadian luka bakar dirumah.
Penatalaksanaan yang tidak tepat dapat menimbulkan efek buruk Abstract
pada penyembuhan. Saat ini perawatan luka bakar secara umum
adalah menggunakan Silver Sulfadiazine 1%. Penelitian ini
Burn is still a major health problem in developing countries. The
bertujuan untuk mengetahui efek lumatan daun pepaya dalam
second degree burn wound is the type of burn commonly found in
mempercepat penyembuhan luka bakar derajat II. Penelitian ini
the burn accident at home. Unproper treatment may cause bad
merupakan penelitian murni (true experimental) dengan
effect in the healing process of burn wound. Generally, Silver
rancangan pretest-posttest only control group design. Variabel
Sulfadiazine 1% is use to treat it. The aim of this research is to know
yang diukur adalah kecepatan penyembuhan luka yang
the healing effect of papaya leave extract on second degree burn.
didapatkan dengan mengukur prosentase kontraksi luka. Sampel
This research is a true experimental pretest-posttest only control
terdiri dari 2 kelompok masing-masing 9 ekor tikus, yaitu
group design. The variable was healing process on the second
kelompok lumatan daun pepaya (kelompok 1) dan kelompok Silver
degree burn wound, which was measured by measuring the
Sulfadiazine 1% (kelompok 2). Hasil penelitian menunjukan rata-
percentage of wound contraction. Sample consist of two group,
rata prosentasi kontraksi luka pada kelompok 1 sebesar 92,7% dan
each groups contains nine rats, first group will be treat with papaya
rata-rata prsentasi kontraksi luka pada kelompok 2 sebesar 89,7%.
leave extract (group one) and second group with silver
Uji statistik T-Test 2 Sampel menunjukan kedua kelompok memiliki
Sulfadiazine 1% (group two). Experiment result shows the average
signifikansi sebesar 0,002 < α (0,05). Berdasarkan hasil diatas
percentage of wound contraction on first group 92.7% (papaya
dapat disimpulkan bahwa lumatan daun pepaya mempunyai efek
leave Extract) and second group 89.7% (Silver Sulfadiazine 1%). T-
dalam mempercepat penyembuhan luka bakar derajat II.
Test two sample shows both of groups have significance 0.002 < α
(0.05). It can be conclude papaya leave extract has an effect in
Kata Kunci : Lumatan Daun Pepaya, kontraksi luka, penyembuhan
healing acceleration of second degree burn.
luka bakar
Keywords : Papaya Leave Extract, Wound Contraction, Second
Degree Burn, Wound healing

PENDAHULUAN dan sengatan panas dari knalpot kendaraan bermotor.1


Luka bakar ini menyebabkan kulit korban memerah,
Luka bakar bisa terjadi dimana saja. Kebanyakan luka melepuh dan membengkak dimana didalamnya berisi
bakar terjadi dirumah ketika memasak, dikamar mandi cairan yang biasa disebut bula. ini adalah karakterisitik
karena air panas dan penggunaan alat elektronik yang luka bakar derajat dua dangkal.3 Jika hal ini terjadi
tidak sesuai.5 Sedangkan untuk anak-anak dan remaja tindakan yang sering dilakukan di masyarakat adalah
penyebab luka bakar sering disebabkan oleh arus listrik mengolesi area luka tersebut dengan mentega atau pasta

51
Medica Hospitalia | Vol. 4, No. 1, November 2016

gigi. Sebenarnya efek dari pemberian mentega dan pasta berperan meningkatkan fase awal dari inflamasi dengan
gigi tersebut hanya memberikan rasa dingin pada luka cara meningkatkan jumlah monosit dan makrofag pada
tanpa mempercepat proses penyembuhan luka. Bahkan area luka, memodulasi aktivitas kolagenase, mendukung
jika pemberian dilakukan dengan cara yang kurang tepat diferensiasi sel epitel, dan meningkatkan lokalisasi serta
justru akan menyebabkan terjadinya infeksi.6 Untuk merangsang respon imun, sedangkan Vitamin C
mencegah terjadinya infeksi dan mengoptimalkan berperan dalam meningkatkan migrasi neutrofil,
penyembuhan diperlukan suatu perawatan luka dan transformasi limfosit dan sintesa kolagen.2 Peneliti
pemberian antibiotik. Preparat antibiotik topikal yang memilih daun pepaya untuk diteliti sebagai alternatif
sering digunakan adalah silver sulfadiazine 1% obat luka bakar karena pada daun pepaya memiliki
(silvadene).5 Silver sulfadiazine 1% adalah antimikroba kandungan zat kimia yang lebih bervariasi dan Vitamin
spektrum luas yang mampu menghambat bakteri yang A dan C dalam jumlah besar dimana zat-zat tersebut
resisten terhadap antimikroba lain.1 Akan tetapi, pilihan memiliki efek farmakologis terhadap perawatan luka
terapi ini memiliki resiko toksisitas yang cukup besar bakar. Selain itu daun papaya juga mudah dijumpai di
dimana efek yang ditimbulkan dapat bersifat lokal setiap wilayah di Indonesia dan memiliki harga lebih
maupun sistemik. Efek toksik sistemik berupa argyria ekonomis dibandingkan dengan silver sulfadiazine 1%
dan perubahan warna kulit yang mengganggu atau bahan perawatan luka lainnya.
penampilan dan efek lokal yang ditimbulkan adalah Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek
terhambatnya proses penyembuhan luka.3 Sebenarnya perawatan luka menggunakan lumatan daun pepaya
untuk luka bakar derajat dua dangkal dapat dilakukan (Carica Papaya L.) dalam mempercepat proses
perawatan mandiri dirumah tanpa harus membawa penyembuhan luka bakar derajat II dangkal pada tikus
korban ke rumah sakit, kecuali terdapat infeksi lebih putih (Rattus norvegicus) galur Wistar sehingga dapat
lanjut yang sangat mengancam. Ini karena hanya cukup Memberikan pilihan atau alternatif terapi untuk
mempertahankan kebersihan luka saja maka luka bakar perawatan pasien dengan luka bakar derajat II dangkal.
derajat dua dangkal dapat sembuh spontan antara 14–21 Hipotesa penelitian adalah lumatan daun pepaya (Carica
hari.3 Berdasarkan hal tersebut, dibutuhkan suatu terapi Papaya L.) mempunyai efek dalam mempercepat proses
alternatif yang dapat meminimalisir efek samping yang penyembuhan luka bakar derajat II dangkal pada tikus
ditimbulkan oleh penggunaan antibiotik topikal. Hal ini putih (Rattus norvegicus) galur Wistar.
dapat dilakukan dengan mempersingkat waktu
perawatan terhadap luka bakar tersebut melalui METODE
penggunaan tanaman obat yang banyak tersedia di alam
dan mudah penggunaanya oleh masyarakat untuk Penelitian ini termasuk jenis true experimental research
merawat luka. dengan menggunakan pretest-posttest only control group
Salah satu diantara tanaman obat tersebut adalah design, dimana kelompok eksperimental diberi perlakuan
Carica Papaya L. Di Indonesia Carica Papaya L lebih dikenal dan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan. 4
dengan nama tanaman pepaya. Tanaman papaya Selanjutnya kedua kelompok dibuat luka bakar derajat II.
mempunyai kandungan kimia yang berbeda-beda pada Pada kelompok eksperimental diberi perlakuan berupa
buah, daun, akar maupun biji. Buah pepaya sering perawatan luka menggunakan lumatan daun pepaya
digunakan di Gambia (The Royal Victoria Hospital), Banjul sedangkan kelompok kontrol dilakukan perawatan
(The Pediatric Unit) untuk penanganan luka bakar, karena standar menggunakan silver sulfadiazine 1% (silvadene).
memiliki toleransi yang baik untuk anak, murah dan Setiap anggota kelompok perlakuan dan kelompok
mudah diterima secara luas. Bagian lain dari tanaman kontrol dipilih dengan teknik random. Pada kedua
pepaya yang saat ini jarang diteliti adalah pada bagian kelompok diawali dengan pra-test yaitu mengukur luas
daun. Jika diteliti lebih mendalam pada bagian daun luka pada hari pertama dan setelah pemberian perlakuan
memiliki kandungan kimia yang lebih bervariasi selesai dilakukan pengukuran kembali (pasca-test) yaitu
daripada bagian lainnya. Didalamnya terdapat saponin, dengan cara mengukur pada hari ke-21. Peneliti
alkaloid, dehidrokarpain, pesedokarpain, flavonol, menggunakan hari ke-21 sebagai hari akhir dalam
polifenol, benzilglukosinolat, papain dan tannin2. Zat pengamatan karena luka bakar derajat 2 dangkal dapat
flavonoid dan polifenol mempunyai aktivitas sebagai sembuh secara spontan antara 14–21 hari.3 Sampel tikus
antiseptik dan antioksidan.2 Saponin adalah zat yang yang diambil dengan sistem simple random sampling.
berfungsi sebagai pemacu pembentukan kolagen, yaitu Diambil sejumlah 18 ekor. Setelah tikus dikelompok-
protein struktur yang berperan dalam proses kelompokan, maka dibuat luka bakar derajat dua pada
penyembuhan luka.2 Selain memiliki kandungan kimia punggung tikus sesuai dengan prosedur pembuatan
yang bervariasi tersebut daun pepaya juga memiliki luka. Kemudian tikus diberikan perawatan luka dengan
kandungan vitamin A dan vitamin C terbesar metode tertutup. Pada penelitian ini, hewan yang
dibandingkan dengan bagian tanaman pepaya yang lain. digunakan adalah jenis primate karena mempunyai
Pada proses penyembuhan luka bakar Vitamin A persamaan filogenik dengan manusia dan mempunyai

52
Efek Lumatan Daun Pepaya (Carica Papaya L.) terhadap Proses Penyembuhan Luka Bakar Derajat II Dangkal Pada Tikus Putih (Rattus Novergicus) Galur Wistar

sifat-sifat respon biologis yang mendekati kesamaan semula.Prosedur perawatan luka dilakukan 1 kali sehari
dengan manusia. Sampel yang ditentukan sebagai pada pukul 08.00 WIB. Semua kelompok dibersihkan
subyek penelitian memenuhi kriteria sebagai berikut dulu dengan aquades lalu diberikan perlakuan:
untuk meminimalisasi confounding factor : galur Wistar, kelompok pertama diberikan perawatan dengan lumatan
jenis kelamin jantan, berat badan antara 150 - 220 gram, daun pepaya dan kelompok kedua diberikan perawatan
jenis lokal, umur 2-3 bulan, sehat ditandai dengan dengan sulfadiazine 1%.
gerakannya aktif, bulu bersih dan baik, mata jernih dan Pengumpulan data dilakukan dengan
baik, tidak mendapat pengobatan sebelumnya. menggunakan teknik observasi single blindyang terdiri
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biokimia- dari peneliti dan satu observer. Hal ini dilakukan guna
Biomolekuler Fakultas Kedokteran Universitas meminimalisasi terjadinya subjektivitas dari peneliti
Brawijaya bulan Januari Februari 2011. terhadap hasil yang didapat. Analisa data untuk
Pembuatan lumatan daun pepaya dilakukan pengujian statistik yang digunakan pada penelitian ini
dengan cara peneliti mencuci tangan terlebih dahulu adalah Uji Statistik Parametris T-Test 2 Sampel yaitu
sebelum menggunakan sarung tangan. Daun pepaya dengan meneliti efek perawatan luka dengan
sebanyak 80 gram dicuci menggunakan larutan pencuci menggunakan lumatan daun pepaya dalam
sayur dan buah dan diletakkan di tirisan lalu mempercepat proses penyembuhan luka bakar derajat II,
dikeringkan. Setelah mengering daun pepaya disiram untuk kelompok perlakuan yaitu pemberian lumatan
dengan aquades dan ditriskan kembali. Setelah itu mortir daun pepaya dan perawatan luka dengan silver
dan alas plastik disterilkan dengan alkohol 70%. Setelah sulfadiazin 1% sebagai kelompok kontrol. Dengan
itu peneliti melepas sarung tangan yang telah dipakai membedakan mean (rata-rata) dari 2 sampel secara
dan menggantinya dengan sarung tangan steril. Setelah serentak4 dengan menggunakan selang kepercayaan 95%
menggunakan sarung tangan steril, peneliti mengambil dan diolah dengan SPSS ver. 15 for Windows. Sebelum
daun pepaya yang telah ditiriskan dan memasukkannya melakukan analisis data dengan menggunakan
ke dalam kantong plastik. Daun pepaya yang berada di independent T-test (sebagai salah satu parametrik) maka
dalam plastik diletakkan ke dalam mortir lalu ditumbuk dilakukan penentuan atas beberapa asumsi data, yaitu
dan ditimbang sesuai dosis yang diinginkan (daun data harus mempunyai sebaran (distribusi) normal,
pepaya masih berada dalam kantong plastik pada saat mempunyai ragam yang homogen, galat (eror),
proses penumbukan). Setelah didapatkan dosis yang percobaan bersifat acak/bebas. Distribusi normal
diinginkan maka lumatan daun pepaya siap digunakan merupakan distribusi teoritis dari variabel random yang
untuk penelitian. kontinyu. Kurva yang menggambarkan distribusi
Prosedur pembuatan luka diawali dengan peneliti normal adalah kurva normal yang berbentuk simetris.
menentukan area pembuatan luka dimana dalam Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan
percobaan ini adalah punggung sebelah kanan atas agar jenis distribusi normal maka digunakan pengujian one-
terhindar dari kemungkinan digigit oleh dirinya sendiri Sample Kolmogorov-Smirnov Test terhadap masing-masing
yang dapat memperluas luka. Setelah itu area tersebut variabel. Hipotesa diambil dengan kriteria pengujian:
dibersihkan dan dicukur sampai jarak 1 cm dari area yang angka signifikansi p value >0,05 maka data berdistribusi
akan dibuat luka. Sebelum dilakukan tindakan peneliti normal dan angka signifikansi p value < 0,05 maka data
memasang perlak sebagai alas dibawah tikus yang akan tidak berdistribusi normal. Setelah didapatkan data
dibuat luka bakar. Sebelum melakukan tindakan peneliti berdistribusi normal kemudian dilanjutkan pengujian T-
mencuci tangan terlebih dahulu untuk mengurangi test.
mikroorganisme yang ada di tangan, selanjutnya
membuka bak steril yang telah disiapkan dan HASIL
menggunakan sarung tangan steril yang ada
didalamnya. Untuk membuat luka bakar sebelumnya Eksperimen telah dilaksanakan pada tanggal 19 Januari –
peneliti mengoleskan disinfektan ke area yang akan 16 Februari 2011 di Laboratorium Biokimia Fakultas
dibuat luka dengan alkohol dan menunggunya sampai Kedokteran Universitas Brawijaya. Eksperimen
mengering. Setelah mengering peneliti menggunakan didahului dengan proses adaptasi tikus pada tanggal 19
lidokain sebanyak 1-1,5 cc untuk anestesi. Setelah Januari sampai 25 Januari 2011. Studi eksperimen
anastesi diberikan peneliti menempelkan kassa yang dilakukan pada tanggal 26 Januari – 16 Februari 2011
telah dicelupkan air panas yang bersuhu 100°C ke daerah untuk membuktikan efek lumatan daun pepaya (Carica
yang akan dibuat luka selama 40 detik. Setelah itu Papaya L.) dalam mempercepat proses penyembuhan
punggung tikus yang telah diberikan luka dibasuh luka bakar derajat II dangkal. Hasil penelitian
dengan air steril. Setelah terbentuk luka bakar derajat II menunjukkan efek lumatan daun pepaya dalam
dangkal maka peneliti menutup luka dengan kassa steril. mempercepat proses penyembuhan luka bakar derajat II
setelah pembuatan luka selesai dilakukan peneliti dangkal dinilai dari peningkatan prosentase kontraksi
mencuci tangan kembali dan merapikan alat ketempat luka yang disajikan pada gambar 1.

53
Medica Hospitalia | Vol. 4, No. 1, November 2016

350
300
250 Luas hari 1 (DP)

200 Luas hari 21 (DP)


150 Luas hari 1 (SSD)
100
Luas hari 21 (SSD)
50
0
Sampel Sampel Sampel Sampel Sampel Sampel Sampel Sampel Sampel
1 2 3 4 5 6 7 8 9

Gambar 1. Perbandingan luas luka hari ke-1 dan hari ke-21 pada kelompok perlakuan (Daun Pepaya)
dan kelompok kontrol (Silver sulfadiazine 1%)

93 92,7

92

91
DP : Daun Pepaya

90 89,7
SSD : Silver Sulfadiazine 1%

89

88

Gambar 2. Prosentase peningkatan kontraksi luka pada hari ke-21

Berdasarkan gambar 2, kelompok perawatan luka DISKUSI


menggunakan lumatan daun pepaya didapatkan rata-
rata peningkatan prosentase kontraksi luka sebesar Dari hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata
92,7% dan pada kelompok kontrol dengan perawatan peningkatan prosentase kontraksi luka pada
menggunakan Silver sulfadiazin 1% didapatkan rata-rata penyembuhan luka dengan menggunakan lumatan daun
peningkatan prosentase kontraksi luka sebesar 89,7%. pepaya adalah sebesar 92,7%. Pemberian lumatan daun
Berdasarkan data di atas dapat diambil kesimpulan pepaya dapat mempercepat penyembuhan luka bakar
bahwa kelompok lumatan daun pepaya dapat derajat 2 dangkal pada tikus putih karena didalam
mempercepat penyebuhan luka bakar derajat II dangkal lumatan daun pepaya terdapat beberapa zat yang
dengan peningkatan prosentase kontraksi luka sebesar berperan penting mendukung proses penyembuhan luka
92,7%. Hasil studi dianalisa dengan independent T-Test di antaranya saponin, alkaloid, flavonol, polifenol, tannin
SPSS ver 15 for Windows untuk dengan selang ,vitamin A dan vitamin C. Kandungan saponin dalam
kepercayaan 95% atau taraf kesalahan 5%. Sehingga jika lumatan daun pepaya diduga mempunyai efek dalam
nilai p>0,05 maka hipotesis ditolak dan dapat diartikan mengurangi gejala inflamasi yaitu menghambat eritema
tidak ada perbedaan kontraksi luka yang terjadi pada dan edema. 2 Selain saponin daun pepaya juga
kedua kelompok. Akan tetapi jika p<0,05 maka hipotesis mengandung vitamin A dan Vitamin C. Vitamin A
gagal ditolak dan berarti terdapat perbedaan kecepatan berperan meningkatkan fase awal dari inflamasi dengan
peningkatan kontraksi luka. Hasil T-test pada cara meningkatkan jumlah monosit dan makrofag pada
peningkatan prosentasi kontraksi luka pada kedua area luka, sedangkan vitamin C berperan dalam
kelompok didapatkan nilai p sebesar 0,002. Dengan meningkatkan migrasi neutrofil dan transformasi
demikian dapat dikatakan ada perbedaan yang limfosit. Daun pepaya juga mengandung tannin yang
signifikan pada prosentase peningkatan kontraksi luka berfungsi sebagai hemostatik (menghentikan
antara kelompok perlakuan (Daun Pepaya) dan perdarahan), Selain itu terdapat juga flavonoid dan
kelompok kontrol (Silver Sulfadiazine 1%). polifenol yang merupakan antioksidan yang kuat.

54
Efek Lumatan Daun Pepaya (Carica Papaya L.) terhadap Proses Penyembuhan Luka Bakar Derajat II Dangkal Pada Tikus Putih (Rattus Novergicus) Galur Wistar

Dari hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata antioksidan flavonoid sebagai scavenger radikal bebas
peningkatan prosentase kontraksi luka pada yaitu sebagai chelator transisi ion logam dan menghambat
penyembuhan luka dengan menggunakan silver enzim oksidan atau produksi radikal bebas oleh sel.1
sulfadiazine adalah sebesar 89,7%. Silver Sulfadiazine 1% Sehingga dengan pemberian lumatan daun pepaya dapat
(SSD) dalam proses penyembuhan luka memiliki efek mencegah terjadinya infeksi yang memperpanjang
antimikroba dengan cara memblokir sistem respirasi proses penyembuhan luka. Lumatan daun pepaya juga
atau energi sel mikroba. Efek preparat silver terhadap mengandung Tanin. Tanin merupakan astrigen yang
luka sebagai suatu zat yang mengurangi proses inflamasi mengikat dan mengendapkan protein berlebih dalam
permukaan luka dan mengurangi efek negatif dari tubuh. Dalam bidang pengobatan Tanin digunakan
metalloproteinase (MMP). MMP ini adalah kelompok untuk hemostatik (menghentikan pendarahan).6 Selain
enzim kolagenase yang menyebabkan proses destruksi Tanin daun pepaya juga mengandung sedikit enzim
jaringan. Berlawanan dengan efek Growth Factor (GF) papain. Pada fase inflamasi papain memecah produk dari
yang berperan pada sintesis jaringan. MMP mengikat Zn protein matriks ekstraselular seperti kolagen yang dapat
untuk aktivitasnya, sementara Zn diperlukan untuk merangsang reaksi leokosit polimorfonuklear dan
penyembuhan jaringan, dengan diproduksinya MMP, monosit/makrofag ke area luka.6 Sedangkan pada fase
proses penyembuhan jaringan mengalami gangguan. dekstruksi papain beefungsi sebagai agen debridement
Preparat silver akan meningkatkan kadar kalsium yang dapat membersihkan jaringan nekrosis pada luka.6
dipermukaan luka sehingga memungkinkan terjadinya Selain itu daun pepaya juga mengandung vitamin
proses re-epitelisasi. C dan vitamin A . Pada fase inflamasi vitamin C berperan
Dari hasil penelitian diketahui bahwa proses dalam meningkatkan migrasi neutrofil dan transformasi
penyembuhan luka bakar pada perlakuan dengan limfosit.2 Sedangkan pada fase prolifersi vitamin C
lumatan daun pepaya lebih cepat dibandingkan dengan diperlukan untuk sintesa kolagen. Jika jumlah dan fungsi
perlakuan dengan Silver Sulfadiazine 1%. Didapatkan vitamin C tidak adekuat maka sintesa kolagen akan
hasil bahwa kelompok lumatan daun pepaya rata-rata menurun bahkan terhenti, kapiler darah baru dapat
terjadi peningkatan prosentase kontraksi luka sebesar rusak dan mengalami perdarahan, serta penyembuhan
92,7 % dan pada kelompok kontrol yang menggunakan luka terhambat atau terhenti. Sedangkan vitamin A
Silver Sulfadiazine 1%. sebagai perawatan luka bakar rata- dibutuhkan untuk epitalisasi dan perkembangan
rata mengalami peningkatan prosentase kontraksi luka jaringan tulang, diferensiasi sel, dan fungsi sistem imun.
sebesar 89,7 %. Hal ini juga diperkuat dengan hasil Hubungan antara vitamin A dan penyembuhan luka
analisa T-Test Independent yang menunjukkan bahwa ada adalah meningkatkan fase awal dari inflamasi, yaitu
perbedaan yang signifikan pada rata-rata peningkatan dengan cara meningkatkan jumlah monosit dan
kontraksi luka pada kedua kelompok yang diuji yaitu makrofag pada area luka, memodulasi aktivitas
dengan nilai signifikansi sebesar 0,002. kolagenase, mendukung diferensiasi sel epitel, dan
Dari berbagai literatur dijelaskan bahwa lumatan meningkatkan lokalisasi serta merangsang respon imun.2
daun pepaya (Carica Papaya L.) memiliki beberapa Selain mengandung zat antiinflamasi dan anti bakteri,
kandungan kimia beserta efek farmakologisnya yang daun pepaya juga mengandung mineral seperti zat besi,
berperan penting pada proses penyembuhan luka. protein, kalsium, natrium, dan kalium. Mineral kalsium
Diantara kandungan kimia tersebut yang pertama adalah berguna untuk memberi ketahanan terhadap penyakit,
saponinyang memiliki efek utama dalam menghambat menjaga kesehatan serta berinteraksi dengan vitamin
proses inflamasi (anti inflamasi) yaitu menghambat dalam mendukung proses tubuh.
pembentukan asam arachidonat sehingga terjadi Efek samping yang dapat muncul karena
hambatan pembentukan enzim lipoksigenase dan pemberian lumatan daun pepaya adalah luka menjadi
siklooksigenase sehingga menghambat sekresi mediator basah dan daging menjadi lebih lunak karena dalam
inflamasi PGE2, TNF-α (Tumour necrosis factor), IL-1β lumatan daun pepaya mengandung enzim papain, yaitu
(Interleukine-1) dan IL-6 (Interleukine-6). 6 Sebagai enzim protease (pengurai protein) paling kuat yang
akibatnya fase inflamasi tidak akan diperpanjang. dihasilkan oleh seluruh bagian tanaman pepaya. Namun
Saponin juga memiliki aktivitas biologi sebagai anti hal tersebut tidak terjadi selama eksperimen yang kami
bakteri,5 sehingga dapat meminimalkan infeksi kuman lakukan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
yang dapat memperlama proses penyembuhan luka. dilakukan dan hasil uji statistik yang digunakan
Pada fase proliferasi saponin berperan sebagai pemacu mengenai efek lumatan daun pepaya terhadap proses
pembentukan kolagen. 2 Senyawa lainnya adalah penyembuhan luka bakar derajat II dangkal pada tikus
flavonoid dan polifenol. Flavonoid bekerja secara putih strain Wistar dapat diketahui bahwa lumatan daun
sinergis dengan vitamin C (asam askorbat), yaitu pepaya lebih cepat menyembuhkan luka dibandingkan
meningkatkan efektivitas vitamin C. Di dalam tubuh dengan silver sulfadiazine 1%. Hal ini tentunya dapat
manusia flavonoid dan polifenol berfungsi sebagai menjadi alternatif baru dalam perawatan luka bakar
antioksidan. Mekanisme yang tercatat dari aktivitas mengingat efek samping yang dimiliki oleh silver

55
Medica Hospitalia | Vol. 4, No. 1, November 2016

sulfadiazine cukup besar. Terdapat perbedaan kecepatan penyembuhan luka yang


Dalam pelaksanaan penelitian, ada beberapa ditandai dengan peningkatan kontraksi luka antara
keterbatasan yang dapat berpengaruh terhadap hasil kelompok perawatan luka menggunakan lumatan daun
yang diperoleh. Hal tersebut antara lain : peneliti tidak pepaya dan perawatan luka menggunakan silver
dapat mengontrol jumlah makanan dan minuman yang sulfadiazine 1%. Hasil T-test pada peningkatan prosentasi
telah dihabiskan oleh sampel setiap harinya, selain itu kontraksi luka pada kedua kelompok didapatkan nilai p
peneliti tidak dapat mengontrol sistem imun tiap sampel sebesar 0,002. Sehingga dapat dapat disimpulkan
sehingga hal ini dapat mempengaruhi proses kontraksi terdapat pengaruh pemberian lumatan daun pepaya
luka. Hasil penelitian tidak dilihat secara mikroskopis dalam proses penyembuhan luka bakar derajat II
sehingga aktivitas sel-sel dalam proses penyembuhan dangkal yaitu mempercepat proses penyembuhan luka.
luka sulit diketahui.
DAFTAR PUSTAKA
SIMPULAN
Effendi C., 1999. Perawatan Pasien Luka Bakar, 5-6; 25. Penerbit
Dari hasil penelitian ini dapat kesimpulan secara umum buku kedokteran EGC: Jakarta.
Mackay dan Miller. 2003. Nutritional Support for Wound Healing.
bahwa ada pengaruh pemberian lumatan daun pepaya
Alternative Medicine Review, 8, 369-370.
terhadap proses penyembuhan luka bakar derajat II Moenadjat, Yefta. 2003. Luka Bakar: Pengetahuan Klinis Praktis.
dangkal pada tikus putih galur Wistar dengan hasil FKUI : Jakarta.
sebagai berikut : Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
1. Prosentase peningkatan kontraksi luka pada Keperawatan : Panduan, Skripsi, Tesis, dan Instrumen
Penelitian Keperawatan. Edisi 2. Salemba Mediks : Jakarta.
kelompok yang dirawat menggunakan lumatan
Smeltzer dan Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
daun pepaya (Carica Papaya L.) adalah sebesar 92,7%. Brunner dan Suddart (Edisi 8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh Agung
2. Prosentase peningkatan kontraksi luka pada Waluyo, dkk. EGC: Jakarta
kelompok yang dirawat menggunakan Silver Syamsuhidayat. 2000. Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Jilid 1.
Sufadiazine 1% adalah sebesar 89,7 %. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan
RI: Jakarta

56

Anda mungkin juga menyukai