Sop Lakalaut Bakar Pusdik
Sop Lakalaut Bakar Pusdik
TENTANG
PENANGANAN TERHADAP KECELAKAAN
KEBAKARAN KAPAL
DI WILAYAH PERAIRAN
Tentang
PENDAHULUAN
1. Umum
Indonesia adalah Negara kepulauan yang memiliki lebih dari 17.499 ribu pulau
dan luas perairan lebih besar dari pada luas daratan, sehingga membuat
transportasi laut memiliki peranan penting dalam perkembangan perekonomian
di Indonesia. Salah satu jalur pelayaran di Indonesia adalah Selat Malaka dan
untuk hal tersebut pemerintah Indonesia mempunyai 3 ALKI (Alur Laut
Kepulauan Indonesia) yang termasuk ALKI I adalah Selat Sunda, selat
Karimata, laut Natuna dan laut Cina Selatan, ALKI II adalah Selat Lombok,
selat Makassar, dan laut Sulawesi, ALKI III - A dan B adalah Laut Sawu, selat
Ombai, laut Banda ( Barat Pulau Buru ) – laut Seram ( Timur Pulau Mongole )
– laut Maluku, Samudera Pasifik dan ALKI C adalah Laut Arafuru, laut Banda
terus ke utara ke ALKI III – A.
Sejarah bangsa Indonesia yang wilayahnya sering dilalui masyarakat Indonesia
maupun Negara lain, kepulauan Indonesia menjadi wilayah perdagangan
penting sejak abad ke 7 yang terbentang dari Sabang sampai Merauke.
Dengan semakin pesatnya alur perdagangan di wilayah perairan Indonesia
mengakibatkan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) dan selat sangat ramai
dimana itu merupakan jalur pelayaran terpadat di dunia. Hal ini dapat berakibat
sering terjadinya kecelakaan laut seperti tubrukan kapal, kapal tenggelam dan
kapal terbakar.
Hai ini tentunya memerlukan penanganan yang serius oleh Polri sebagai alat
Page 2
penegak hukum yang oleh Undang-Undang diberi wewenang untuk melakukan
penegakan hukum. Penanganan laka laut memerlukan tindakan yang cepat,
tepat dan professional oleh karena itu perlu adanya keseragaman dalam
bertindak, sehingga memerlukan SOP (Standar Operasional Prosedur)
penanganan laka laut khususnya Kapal Terbakar, agar anggota Pol Air di
kewilayahan tidak ragu-ragu dalam bertindak.
Standar Operasional Prosedur kebakaran kapalini harus dipahami, dikuasai
Penyidik dan dilaksanakan secara benar, tertib serta teratur sehingga dapat
dipergunakan untuk proses hukum dan dokumen pertanggung jawaban
Kesatuan maupun fungsi Kepolisian perairan.
b. Tujuan :
Sebagai pedoman dalam menentukan aspek kelalaian pada tersangka
dalam kasus laka laut terkait kebakaran kapal.
3. Ruang Lingkup
Standar Operasional Prosedur Penyidikan kebakaran kapal ini, meliputi
tindakan penanganan kebakaran kapal yang terjadi pada Kapal Tanker, Kapal
Penumpang dan Kapal Cargo yang harus dipenuhi di dalam proses persiapan
dan pelaksanaan SAR serta penyidikan tindak pidana.
4. Tata urut
a. Pendahuluan;
b. Dasar Hukum;
c. Penggolongan;
d. Pelaksanaan;
e. Administrasi;
f. Penutup.
Page 3
5. DASAR HUKUM
6. PENGGOLONGAN
7. PELAKSANAAN
A. Sasaran
1) Kapal Penumpang / Passenger adalah kapal yang digunakan untuk
angkutan penumpang. Kapal penumpang dapat berupa kapal Roro
dan kapal Ferry;
2) Kapal Tanker adalah kapal yang dirancang untuk mengankut minyak
atau produk turunannya. Jenis muatan kapal tanker termasuk tanker
minyak, tanker kimia dan pengangkut LNG;
3) Kapal Kargo / Kapal Barang adalah segala jenis kapal yang membawa
barang – barang dan muatan dari suatu pelabuhan ke pelabuhan
lainnya. Kapal kargo ini termasuk kapal container;
4) Kapal Perikanan adalah kapal, perahu atau apung lainnya yang
digunakan untuk melakukan penangkapan ikan mendukung operasi
penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan,
Page 4
pengolahan ikan, pelatih perikanan dan penelitian / eksplorasi
perikanan.
B. Pelaksana
a. Subyek
1) Anggota Polri ( Polisi Perairan ) / Kapal Polri
2) Dinas Perhubungan
3) Departemen Imigrasi
4) BASARNAS
5) Dinas Kesehatan
6) TNI AL
7) BMKG
8) Masyarakat Setempat
9) Instansi Terkait Lainnya
b. Obyek
1) Kapal Terbakar
2) Manusia
a) Nahkoda dan ABK kapal
b) Penumpang
c) Pemilik kapal
3) Barang / muatan
4) Dokumen / surat-surat penting di kapal
C. Tindakan
Tahap Persiapan dan Pelaksanaan Penanganan SAR Kebakaran Kapal
a. Tahap Persiapan SAR
Menerima laporan terjadinya kebakaran
Jika menerima laporan :
1) Membuat Laporan Polisi dan disertakan dengan keterangan :
a) Nama kapal;
b) Waktu dan tempat kejadian ( koordinat );
c) Ada atau tidaknya korban yang jatuh ke laut;
d) Mengapa terjadi kebakaran;
e) Mendatangi TKP;
f) Laporkan kepada pimpinan;
2) Membuat Sprin Gas.
Jika melihat langsung maka :
1) Mendatangi TKP;
2) Melakukan SAR awal;
3) Kordinasi dengan instansi terkait;
4) Laporkan kepada pimpinan;
5) Membuat Sprin Tugas.
Page 5
Koordinasi dengan instansi terkait
1) Syahbandar : berkoordinasi dengan Syahbandar terkait data -
data atau dokumen kapal dan bantuan kapal untuk evakuasi;
2) Basarnas : terkait bantuan SAR dan pemadaman api di atas
kapal;
3) Pertamina : terkait pencemaran bahan bakar minyak di laut;
4) TNI AL : terkait bantuan personil, kapal, dan SAR;
5) Agen kapal : untuk mengetahui jenis kapal, bobot kapal, manifest,
dokumen kapal, dokumen awak kapal;
6) BMKG : sehubungan dengan keadaan cuaca di laut;
7) Kedubes : apabila ada korban atau ABK yang berwarga negara
asing;
8) Labfor : untuk mencari titik permasalah terjadinya kebakaran di
atas kapal guna penyeidikan lebih lanjut;
9) Dokpol : untuk identifikasi korban yang tidak dapat dikenali akibat
hangus terbakar;
10) PMI : terkait bantuan ambulans dan P3K.
Page 6
Menggunakan sarana berupa kapal yang akan dipakai dalam hal
penanganan laka laut terkait kebakaran kapal perlu menggunakan
kapal yang laik operasi serta sarana dan prasarana yang ada di atas
kapal berupa alat - alat keselamatan memenuhi standar / syarat -
syarat yang terdapat pada SOLAS 1974.
Page 7
e) Korban tenggelam ditemukan dan meninggal maka kemudian
diangkat ke atas kapal polisi atau kapal Basarnas ataupun
kapal lain yang berada di TKP dan kemudian dievakuasi
menuju pelabuhan terdekat;
f) Korban tersebut sesampainya di pelabuhan segera
diserahkan kepada tim medis untuk melakukan tindakan
medis ( visum );
g) Korban tenggelam tidak ditemukan, maka kegiatan pencarian
harus dilakukan paling maksimal selama seminggu dan
dikoordinasi dengan Basarnas dan Angkatan Laut untuk
bersama - sama melakukan pencarian;
h) Mencatat identitas dari korban tenggelam yang ditemukan
maupun tidak ditemukan guna proses selanjutnya.
Page 8
d) Apabila ditemukan korban meninggal dunia akibat kebakaran
kapal segera dievakuasi dan diserahkan ke tim medis;
e) Berkoordinasi dengan Syahbandar untuk dilakukan
pemindahan bangkai kapal.
6) Mengambil dokumentasi.
a) Foto kapal;
b) Foto korban;
c) Foto disekeliling kapal yang terbakar.
b. Proses Penyidikan
Apabila dalam penyelidikan ditemukan adanya tindak pidana, maka
dapat dilanjutkan ke proses penyidikan :
1) Membuat surat perintah tugas penyidikan;
2) Membuat Sketsa TKP / GSPP;
3) Membuat SPDP ( Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan );
Page 9
4) Melakukan penyitaan terhadap barang bukti berupa kapal,
dokumen kapal dan muatan kapal;
5) Melakukan pemanggilan terhadap mualim I, mualim II, mualim III,
KKM, masinis I, masinis II, masinis III, ABK dan korban selamat
sebagai saksi untuk dimintai keterangan dan dituangkan dalam
Berita Acara Pemeriksaan saksi berikut Berita Acara
Pengambilan Sumpah / Janji, tidak menutup kemungkinan dari
saksi - saksi tersebut akan ditingkatkan statusnya menjadi
tersangka;( terlampir )
6) Melakukan pemanggilan terhadap Nahkoda sebagai tersangka
untuk dimintai keterangan dan dituangkan dalam Berita Acara
Pemeriksaan Tersangka;( terlampir )
7) Melakukan pemanggilan terhadap Ahli untuk dimintai
keterangannya dan dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan
Ahli berikut Berita Acara Pengambilan Sumpah / Janji; (terlampir)
8) Melakukan penahanan terhadap tersangka jika ancaman
hukumnya bisa dilakukannya penahanan;
9) Melengkapi administrasi penyidikan;
10) Membuat resume;
11) Melakukan pemberkasan berkas perkara;
12) Melimpahkan berkas perkara kepada Jaksa Penuntut Umum;
13) Menyerahkan tersangka dan barang bukti kepada JPU jika berkas
perkara dinyatakan Lengkap (P-21) atau sudah lewat 14 hari dari
waktu yang ditentukan sesuai dengan KUHAP;
14) Apabila ancaman hukuman lebih dari 5 tahun maka tersangka
wajib untuk didampingi oleh pengacara;
15) Apabila tersangka merupakan Warga Negara Asing (WNA), maka
wajib didampingi oleh pengacara, perwakilan dari kedutaan, dan
penerjemah.
D. Hal-hal perlu diperhatikan
a. Utamakan keamanan anggota dan navigasi;
b. Komando dan kendali operasi:
1) Komando operasi:
a) Untuk tingkat pusat Kapolri Cq. Dirpolair Polri;
b) Untuk tingkat kewilayahan Kapolda Cq. Dirpolairda Polda.
2) Kendali operasi:
a) Untuk tingkat pusat kendali operasi oleh Dirpolair Polri;
b) Untuk tingkat kewilayahan kendali operasi oleh Dirpolair
Polda.
Page 10
c. Sistem pelaporan :
1) Untuk tingkat pusat Kapolri Cq. Dir Polair Baharkam Polri;
2) Untuk tingkat kewilayahan Cq. Dirpolair Polda.
d. Keterpaduan dan koordinasi dengan lintas fungsi dan lintas sektoral.
8. ADMINISTRASI
9. PENUTUP
Dikeluarkan di : Jakarta
pada tanggal : Maret 2018
Page 11