Anda di halaman 1dari 11

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN LATIHAN POLRI

PUSAT PENDIDIKAN POLISI PERAIRAN

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR

TENTANG
PENANGANAN TERHADAP KECELAKAAN
KEBAKARAN KAPAL
DI WILAYAH PERAIRAN

Jakarta, Maret 2018


BADAN PEMELIHARA KEAMANAN POLRI
DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR


B/ /III/2018/Ditpolair

Tentang

PENANGANAN TERHADAP KECELAKAAN


KEBAKARAN KAPAL
DI WILAYAH PERAIRAN

PENDAHULUAN

1. Umum

Indonesia adalah Negara kepulauan yang memiliki lebih dari 17.499 ribu pulau
dan luas perairan lebih besar dari pada luas daratan, sehingga membuat
transportasi laut memiliki peranan penting dalam perkembangan perekonomian
di Indonesia. Salah satu jalur pelayaran di Indonesia adalah Selat Malaka dan
untuk hal tersebut pemerintah Indonesia mempunyai 3 ALKI (Alur Laut
Kepulauan Indonesia) yang termasuk ALKI I adalah Selat Sunda, selat
Karimata, laut Natuna dan laut Cina Selatan, ALKI II adalah Selat Lombok,
selat Makassar, dan laut Sulawesi, ALKI III - A dan B adalah Laut Sawu, selat
Ombai, laut Banda ( Barat Pulau Buru ) – laut Seram ( Timur Pulau Mongole )
– laut Maluku, Samudera Pasifik dan ALKI C adalah Laut Arafuru, laut Banda
terus ke utara ke ALKI III – A.
Sejarah bangsa Indonesia yang wilayahnya sering dilalui masyarakat Indonesia
maupun Negara lain, kepulauan Indonesia menjadi wilayah perdagangan
penting sejak abad ke 7 yang terbentang dari Sabang sampai Merauke.
Dengan semakin pesatnya alur perdagangan di wilayah perairan Indonesia
mengakibatkan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) dan selat sangat ramai
dimana itu merupakan jalur pelayaran terpadat di dunia. Hal ini dapat berakibat
sering terjadinya kecelakaan laut seperti tubrukan kapal, kapal tenggelam dan
kapal terbakar.
Hai ini tentunya memerlukan penanganan yang serius oleh Polri sebagai alat
Page 2
penegak hukum yang oleh Undang-Undang diberi wewenang untuk melakukan
penegakan hukum. Penanganan laka laut memerlukan tindakan yang cepat,
tepat dan professional oleh karena itu perlu adanya keseragaman dalam
bertindak, sehingga memerlukan SOP (Standar Operasional Prosedur)
penanganan laka laut khususnya Kapal Terbakar, agar anggota Pol Air di
kewilayahan tidak ragu-ragu dalam bertindak.
Standar Operasional Prosedur kebakaran kapalini harus dipahami, dikuasai
Penyidik dan dilaksanakan secara benar, tertib serta teratur sehingga dapat
dipergunakan untuk proses hukum dan dokumen pertanggung jawaban
Kesatuan maupun fungsi Kepolisian perairan.

2. Maksud dan tujuan


a. Maksud :
Diharapkan penyidik Polair dapat melakukan proses penyidikan dan
persamaan persepsi dalam penanganan laka laut terkait kebakaran kapal
bagi anggota Kepolisian Perairan agar terhindar dari tuntutan hukum di
masyarakat.

b. Tujuan :
Sebagai pedoman dalam menentukan aspek kelalaian pada tersangka
dalam kasus laka laut terkait kebakaran kapal.

3. Ruang Lingkup
Standar Operasional Prosedur Penyidikan kebakaran kapal ini, meliputi
tindakan penanganan kebakaran kapal yang terjadi pada Kapal Tanker, Kapal
Penumpang dan Kapal Cargo yang harus dipenuhi di dalam proses persiapan
dan pelaksanaan SAR serta penyidikan tindak pidana.

4. Tata urut
a. Pendahuluan;
b. Dasar Hukum;
c. Penggolongan;
d. Pelaksanaan;
e. Administrasi;
f. Penutup.

Page 3
5. DASAR HUKUM

a. Kitab Undang-Undang Hukum pidana;


b. Undang-undang nomor 8 tahun 1981 tentang hukum acara pidana;
c. Undang-undang nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia;
d. Undang-undang nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran;
e. Undang-undang nomor 17 tahun 1985 tentang pengesahan UNCLOS
tahun 1982;
f. Undang-undang Nomor 5 tentang tahun 1983 tentang Zona Ekonomi
Ekslusif ( ZEE );
g. Undang-undang Nomor 39 tahun 32 tentang Lingkungan Hidup;
h. PP nomor 1 tahun 1988 ( PP 8 tahun 2004 ) tentang Pemeriksaan
Kecelakaan Kapal;
i. PP nomor 82 tahun 1999 tentang Angkutan di Perairan.

6. PENGGOLONGAN

Penggolongan terbagi atas:


a. Sasaran;
b. Pelaksanaan;
c. Tindakan;
d. Hal-hal yang perlu diperhatikan.

7. PELAKSANAAN
A. Sasaran
1) Kapal Penumpang / Passenger adalah kapal yang digunakan untuk
angkutan penumpang. Kapal penumpang dapat berupa kapal Roro
dan kapal Ferry;
2) Kapal Tanker adalah kapal yang dirancang untuk mengankut minyak
atau produk turunannya. Jenis muatan kapal tanker termasuk tanker
minyak, tanker kimia dan pengangkut LNG;
3) Kapal Kargo / Kapal Barang adalah segala jenis kapal yang membawa
barang – barang dan muatan dari suatu pelabuhan ke pelabuhan
lainnya. Kapal kargo ini termasuk kapal container;
4) Kapal Perikanan adalah kapal, perahu atau apung lainnya yang
digunakan untuk melakukan penangkapan ikan mendukung operasi
penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan,

Page 4
pengolahan ikan, pelatih perikanan dan penelitian / eksplorasi
perikanan.
B. Pelaksana
a. Subyek
1) Anggota Polri ( Polisi Perairan ) / Kapal Polri
2) Dinas Perhubungan
3) Departemen Imigrasi
4) BASARNAS
5) Dinas Kesehatan
6) TNI AL
7) BMKG
8) Masyarakat Setempat
9) Instansi Terkait Lainnya

b. Obyek
1) Kapal Terbakar
2) Manusia
a) Nahkoda dan ABK kapal
b) Penumpang
c) Pemilik kapal
3) Barang / muatan
4) Dokumen / surat-surat penting di kapal

C. Tindakan
Tahap Persiapan dan Pelaksanaan Penanganan SAR Kebakaran Kapal
a. Tahap Persiapan SAR
Menerima laporan terjadinya kebakaran
Jika menerima laporan :
1) Membuat Laporan Polisi dan disertakan dengan keterangan :
a) Nama kapal;
b) Waktu dan tempat kejadian ( koordinat );
c) Ada atau tidaknya korban yang jatuh ke laut;
d) Mengapa terjadi kebakaran;
e) Mendatangi TKP;
f) Laporkan kepada pimpinan;
2) Membuat Sprin Gas.
Jika melihat langsung maka :
1) Mendatangi TKP;
2) Melakukan SAR awal;
3) Kordinasi dengan instansi terkait;
4) Laporkan kepada pimpinan;
5) Membuat Sprin Tugas.

Page 5
Koordinasi dengan instansi terkait
1) Syahbandar : berkoordinasi dengan Syahbandar terkait data -
data atau dokumen kapal dan bantuan kapal untuk evakuasi;
2) Basarnas : terkait bantuan SAR dan pemadaman api di atas
kapal;
3) Pertamina : terkait pencemaran bahan bakar minyak di laut;
4) TNI AL : terkait bantuan personil, kapal, dan SAR;
5) Agen kapal : untuk mengetahui jenis kapal, bobot kapal, manifest,
dokumen kapal, dokumen awak kapal;
6) BMKG : sehubungan dengan keadaan cuaca di laut;
7) Kedubes : apabila ada korban atau ABK yang berwarga negara
asing;
8) Labfor : untuk mencari titik permasalah terjadinya kebakaran di
atas kapal guna penyeidikan lebih lanjut;
9) Dokpol : untuk identifikasi korban yang tidak dapat dikenali akibat
hangus terbakar;
10) PMI : terkait bantuan ambulans dan P3K.

Menyiapkan personil yang akan melaksanakan penanganan


kebakaran kapal
Personil yang akan diturunkan dalam hal penanganan Kebakaran
kapal harus memiliki kemampuan dalam hal penanganan kebakaran
kapal dan juga memiliki keahlian khusus di bidang laka laut
khususnya dalam hal penanganan kebakaran kapal di laut.

Mempersiapkan alat - alat keselamatan :


1) Life jacket;
2) Pelampung / Life buoy;
3) Alat - alat pemadam ( Klas A, B, C, dan D );
4) Rubber boat;
5) Tali;
6) Alat P3K;
7) Sirine;
8) Kompas dan peta;
9) Alat selam;
10) Senter;
11) Alat komunikasi;
12) Semaphore;
13) Peluit;
14) Teropong;

Mempersiapkan Kapal yang akan digunakan untuk melakukan


penanganan kebakaran di atas kapal

Page 6
Menggunakan sarana berupa kapal yang akan dipakai dalam hal
penanganan laka laut terkait kebakaran kapal perlu menggunakan
kapal yang laik operasi serta sarana dan prasarana yang ada di atas
kapal berupa alat - alat keselamatan memenuhi standar / syarat -
syarat yang terdapat pada SOLAS 1974.

Mempersiapkan dokumentasi ( kamera )


Setiap kegiatan yang dilakukan terkait penanganan kebakaran kapal
wajib dilakukan pengambilan foto / dokumentasi guna sebagai alat
bukti dan pertanggung jawaban terhadap kegiatan yang dilakukan.

b. Tahap Pelaksanaan SAR


Adapun tindakan pertama yang dilakukan adalah SAR sehubungan
dengan penanganan laka laut ( kebakaran kapal ) antara lain :
Melakukan penyelamatan penumpang ataupun ABK Kapal :
1) Terhadap Korban Luka :
a) Jika kebakaran kapal tersebut mengakibatkan adanya korban
luka baik itu luka ringan maupun luka berat, maka segera
melakukan tindakan pertolongan;
b) Korban dievakuasi dengan menggunakan kapal polisi yang
digunakan atau kapal Basarnas ataupun kapal lain yang saat
itu ada di TKP menuju pelabuhan terdekat;
c) Sesampainya di pelabuhan korban tersebut segera
diserahkan kepada tim medis untuk dilakukannya tindakan
medis;
d) Mencatat identitas dari korban selamat luka ringan maupun
luka berat guna proses selanjutnya.

2) Terhadap Korban Jatuh ke Laut :


a) Jika kebakaran kapal tersebut mengakibatkan adanya Korban
( korban jatuh ke laut namun tidak tenggelam ) maka segera
melakukan pertolongan dengan cara memberikan alat - alat
keselamatan berupa Life jacket atau Life buoy kepada korban
tersebut untuk dapat dipergunakan oleh korban;
b) Korban jatuh tersebut kemudian diangkat ke atas kapal polisi
atau kapal Basarnas ataupun kapal lain yang berada di TKP
dan kemudian dievakuasi menuju pelabuhan terdekat;
c) Jika korban tersebut mengalami luka maka sesampainya di
pelabuhan segera diserahkan kepada tim medis untuk
dilakukan tindakan medis;
d) Jika kebakaran kapal tersebut mengakibatkan adanya korban
jatuh ke laut dan tenggelam maka segera melakukan tindakan
penyelaman untuk mencari korban;

Page 7
e) Korban tenggelam ditemukan dan meninggal maka kemudian
diangkat ke atas kapal polisi atau kapal Basarnas ataupun
kapal lain yang berada di TKP dan kemudian dievakuasi
menuju pelabuhan terdekat;
f) Korban tersebut sesampainya di pelabuhan segera
diserahkan kepada tim medis untuk melakukan tindakan
medis ( visum );
g) Korban tenggelam tidak ditemukan, maka kegiatan pencarian
harus dilakukan paling maksimal selama seminggu dan
dikoordinasi dengan Basarnas dan Angkatan Laut untuk
bersama - sama melakukan pencarian;
h) Mencatat identitas dari korban tenggelam yang ditemukan
maupun tidak ditemukan guna proses selanjutnya.

3) Terhadap Korban Selamat


a) Memanfaatkan alat - alat keselamatan di atas kapal
penumpang seperti sekoci dan life raft untuk dilakukan
evakuasi yang mendadak jika kebakaran kapal berpotensi
tenggelam;
b) Melakukan evakuasi dengan menggunakan kapal polisi atau
kapal Basarnas ataupun kapal lain menuju ke pelabuhan
terdekat;
c) Sesampainya di pelabuhan tersebut segera mencatat
identitas dari korban selamat guna proses selanjutnya.

4) Pemadaman dan penanggulangan kebakaran


a) Bersama dengan kapal bantuan instansi terkait guna
memadamkan api di atas kapal;
b) Apabila terjadi pencemaran laut segera dilakukan
pemasangan oil boom oleh Pertamina;
c) Muatan berbahaya yg berada di atas kapal segera dipisahkan
atau dibuang ke laut untuk menghindari kebakaran yang lebih
besar;

5) Tindakan setelah pemadaman kebakaran kapal


a) Menyelamatkan dan mengamankan Nahkoda dan ABK kapal
yang masih tersisa di atas kapal;
b) Menyelamatkan dan mengamankan dokomen - dokumen yg
berada di atas kapal;
c) Apabila korban kebakaran kapal terdapat warga negara
asing, selanjutnya berkoordinasi dengan kedutaan besar
setempat;

Page 8
d) Apabila ditemukan korban meninggal dunia akibat kebakaran
kapal segera dievakuasi dan diserahkan ke tim medis;
e) Berkoordinasi dengan Syahbandar untuk dilakukan
pemindahan bangkai kapal.

6) Mengambil dokumentasi.
a) Foto kapal;
b) Foto korban;
c) Foto disekeliling kapal yang terbakar.

Tahap Penegakkan Hukum Kebakaran Kapal


a. Proses Penyelidikan
Sehubungan dengan proses penyelidikan terkait penanganan laka
laut ( kebakaran kapal ) sebagai berikut :
1) Mencari informasi dengan cara pengumpulan bahan keterangan
seperti melakukan pemeriksaan terhadap kamar mesin,
pelistrikan yang ada di atas kapal, dapur, tempat sampah, dan
muatan yang ada di atas kapal tersebut;
2) Melakukan penyelidikan awal terhadap penyebab kebakaran
kapal tersebut dengan cara melakukan pengecekkan atau
pemeriksaan kamar mesin dan pelistrikan;
3) Mengamankan Nakhoda dan para ABK kapal untuk dimintai
keterangan ( interogasi );
4) Mencari keterangan - keterangan dari saksi yang berada di
sekitar lokasi kebakaran kapal;
5) Berkoordinasi dengan pihak Laboratorium Forensik guna
mengetahui penyebab terjadinya kebakaran di atas kapal
tersebut;
6) Mengumpulkan alat bukti lain yang dapat mendukung jalannya
proses penyelidikan;
7) Apabila terdapat unsur - unsur kelalaian dan terdapat korban jiwa
dalam kebakaran kapal tersebut segera dilakukan tindakan
penyidikan;
8) Melaporkan kepada pimpinan terkait hasil penyelidikan yang
dilakukan.

b. Proses Penyidikan
Apabila dalam penyelidikan ditemukan adanya tindak pidana, maka
dapat dilanjutkan ke proses penyidikan :
1) Membuat surat perintah tugas penyidikan;
2) Membuat Sketsa TKP / GSPP;
3) Membuat SPDP ( Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan );

Page 9
4) Melakukan penyitaan terhadap barang bukti berupa kapal,
dokumen kapal dan muatan kapal;
5) Melakukan pemanggilan terhadap mualim I, mualim II, mualim III,
KKM, masinis I, masinis II, masinis III, ABK dan korban selamat
sebagai saksi untuk dimintai keterangan dan dituangkan dalam
Berita Acara Pemeriksaan saksi berikut Berita Acara
Pengambilan Sumpah / Janji, tidak menutup kemungkinan dari
saksi - saksi tersebut akan ditingkatkan statusnya menjadi
tersangka;( terlampir )
6) Melakukan pemanggilan terhadap Nahkoda sebagai tersangka
untuk dimintai keterangan dan dituangkan dalam Berita Acara
Pemeriksaan Tersangka;( terlampir )
7) Melakukan pemanggilan terhadap Ahli untuk dimintai
keterangannya dan dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan
Ahli berikut Berita Acara Pengambilan Sumpah / Janji; (terlampir)
8) Melakukan penahanan terhadap tersangka jika ancaman
hukumnya bisa dilakukannya penahanan;
9) Melengkapi administrasi penyidikan;
10) Membuat resume;
11) Melakukan pemberkasan berkas perkara;
12) Melimpahkan berkas perkara kepada Jaksa Penuntut Umum;
13) Menyerahkan tersangka dan barang bukti kepada JPU jika berkas
perkara dinyatakan Lengkap (P-21) atau sudah lewat 14 hari dari
waktu yang ditentukan sesuai dengan KUHAP;
14) Apabila ancaman hukuman lebih dari 5 tahun maka tersangka
wajib untuk didampingi oleh pengacara;
15) Apabila tersangka merupakan Warga Negara Asing (WNA), maka
wajib didampingi oleh pengacara, perwakilan dari kedutaan, dan
penerjemah.
D. Hal-hal perlu diperhatikan
a. Utamakan keamanan anggota dan navigasi;
b. Komando dan kendali operasi:
1) Komando operasi:
a) Untuk tingkat pusat Kapolri Cq. Dirpolair Polri;
b) Untuk tingkat kewilayahan Kapolda Cq. Dirpolairda Polda.
2) Kendali operasi:
a) Untuk tingkat pusat kendali operasi oleh Dirpolair Polri;
b) Untuk tingkat kewilayahan kendali operasi oleh Dirpolair
Polda.

Page 10
c. Sistem pelaporan :
1) Untuk tingkat pusat Kapolri Cq. Dir Polair Baharkam Polri;
2) Untuk tingkat kewilayahan Cq. Dirpolair Polda.
d. Keterpaduan dan koordinasi dengan lintas fungsi dan lintas sektoral.

8. ADMINISTRASI

A. Dukungan administrasi dan logistik menggunakan saran dan prasaran


yang tersedia;
B. Sistem laporan menggunakan petunjuk administrasi umum;
C. Anggaran biaya menggunakan anggaran rutin tersedia.

9. PENUTUP

A. Standar Operational Prosedur (SOP) ini harus dihayati, dicermati dan


disikapi serta dipedomani oleh setiap personel polisi perairan dan
dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab;
B. Standar Operational Prosedur (SOP) ini mulai berlaku sejak dikeluarkan.

Dikeluarkan di : Jakarta
pada tanggal : Maret 2018

KEPALA KORPS KEPOLISIAN PERAIRAN DAN UDARA POLRI,

Drs. M. CHAIRUL NOOR ALAMSYAH, S.H., M.H.


INSPEKTUR JENDERAL POLISI

Page 11

Anda mungkin juga menyukai