Anda di halaman 1dari 3

Sayyidina Umar RA dan Seekor Burung Pipit

Oleh: Imam Hanafie, S.Ag, M.A.1

Dikisahkan, ketika pada suatu hari Sahabat Umar r.a. berjalan-jalan ke kota
Madinah, dilihatnya seorang anak kecil sedang mempermainkan seekor burung pipit dengan
tangannya. Sahabat Umar merasa iba melihat seekor burung pipit dipermainkan anak kecil
tersebut layaknya mainan. Lalu ia membelinya, kemudian melepaskan burung tersebut
sehingga burung tersebut bebas dan terbang ke angkasa.
Perilaku di atas membuktikan bahwa ajaran Rasulullah SAW telah menancap kuat di
hati dan perilaku Sahabat Umar R.A. Meskipun sering tampil garang, sahabat Nabi berjuluk
”Singa Padang Pasir” itu tetap menunjukkan kelembutan hatinya, meskipun hanya kepada
seekor burung pipit.
Selanjutnya pada suatu saat ketika Sahabat Umar R.A, telah wafat, beberapa sahabat
bermimpi bertemu dengan Umar dan para sahabat tersebut bertanya kepada Umar tentang
bagaimana keadaannya setelah wafatnya.
"Apa yang telah diperbuat oleh Allah SWT kepadamu, wahai Umar?" tanya mereka.
Umar pun menjawab: "Allah SWT telah mengampuni dan melewatkan dosa-dosaku,". Para
sahabat itupun bertanya lagi" "Karena apa Allah SWT mengampuni dan melewatkan dosa-
dosamu? Apakah karena kedermawananmu? Karena keadilanmu, ataukah karena
kezuhudanmu, wahai Umar?"
Umar pun menjawab: "Ketika kalian menguburkanku, menimbunku dengan tanah
dan meninggalkan aku seorang diri, maka dua malaikat yang menakutkan mendatangiku. Aku
kehilangan akal. Sendi-sendi tulangku terguncang karena ketakutan. Dua orang malaikat
itupun mengambilku dan mendudukkanku dengan maksud menanyaiku. Tiba-tiba terdengar
suara yang keras: "Tinggalkan hambaku ini! Jangan kamu menakut-nakutinya, karena Aku
menyayangi dia". Semua dosanya telah Kuampuni. Karena ketika di dunia ia telah
menyayangi seekor burung pipit. Maka Aku pun menyayangi dia sebagai balasannya".
Begitulah, kisah tersebut menggambarkan bahwa manusia tidak pernah tahu jawaban
dari sebuah pertanyaan tentang “apa yang menyebabkan seseorang masuk durga?” Kita tentu
tahu bagaimana derajat amal kebaikan Sahabat Umar Ibn Khaththab. Jika dibandingkan
dengan Umar RA, amal baik yang kita kumpulkan saat ini tidaklah seberapa. Sahabat Umar

1
Penulis adalah Guru Pendidikan Agama Islam dan Waka Kurikulum di SMA Negeri 1 Sangatta Selatan.
Disarikan dari Al-Mawaidh Al-’Usfuriyah, Karya Syeikh Muhammad Bin Abu Bakar Al-’Ushfury
dikenal luas sebagai seorang sahabat Nabi SAW, sangat dermawan, adil, dan zuhud, belum
lagi amalan-amalan ibadah mahdhah (ibadah yang berhubungan langsung dengan Allah
SWT) lainnya. Umar RA mendapatkan ampunan Allah SWT bukan lantaran derajat ibadah
mahdhah-nya, sikap adilnya atau sifat zuhudnya, tetapi sebaliknya (hanya) karena lantaran
perangai lembutnya terhadap seekor burung pipit.
Dalam kisah yang lain diceritakan, seorang ulama yang arif dan bijaksana menegur
kawan dekatnya sesama ulama hanya karena tidah tidak menaruh kasih sayang terhadap
seekor hewan. Alkisah, ulama tersebur bernama Abu Ishak As-Sirazi. Suatu ketika Abu Ishak
As-Sirazi sedang berjalan-jalan bersama kawan dekatnya, di tengah jalan ada seekor anjing,
lantas anjing itu diusir oleh kawan ulama itu karena menghambat perjalanan mereka. Melihat
tindakan kawannya itu, Abu Ishak As-Sirazi menegurnya: "Hai sahabat, apakah engkau tidak
mengerti bahwa jalan ini adalah hak umum".
Demikianlah, betapa luhurnya ajaran Islam. Islam tidak hanya menganjurkan untuk
memberikan kasih sayang kepada sesama umat manusia, bahkan Islam pun menganjurkan
kepada umatnya untuk memberikan kasih sayang kepada sesama makhluk, baik manusia
maupun hewan, termasuk kepada seekor anjing sekalipun.
Islam adalah agama yang mengajarkan kasih sayang kepada sesama umat, dengan
tanpa membeda-bedakan warna kulit, suku, bahasa, status sosial dan sebagainya. Lebih dari
itu, Islam tidak hanya menganjurkan untuk memberikan kasih sayah kepada sesama umat
manusia saja, bahkan Islam pun juga mengajarkan kepada umatnya untuk menebarkan kasih
sayang kepada semua makhluk yang ada di bumi, termasuk di dalamnya kepada binatang.
Rasulullah SAW dalam salah satu haditsnya yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad
menyatakan: "Orang-orang yang penyayang akan disayangi oleh Allah SWT. Berkata Allah
SWT: "Sayangilah makhluk yang ada di bumi, niscaya Dzat yang di langit akan
menyayangimu" (HR. Imam Ahmad)
Hadits Rasulullah SAW di atas memberikan penjelasan kepada kita bahwa
menyebarkan kasih sayang bukanlah semata-mata (hanya) dilakukan antar umat manusia,
tetapi juga terhadap semua makhluk yang hidup di bumi, termasuk di dalamya tumbuh-

ِ ‫( َم ْن فِى اْأل َْر‬man fi al-ardhi) yang berarti apapun yang hidup


tumbuhan dan hewan. Kalimat ‫ض‬

di muka bumi menunjukkan bahwa anjuran untuk menyebarkan kasih sayang dianjurkan
untuk diberikan kepada semua maklhuk hidup yang ada di muka bumi. Jika manusia dapat
menebarkan kasih sayang kepada semua makhluk yang ada di bumi, maka Allah SWT
menjanjikan akan mengaruniakan kasih sayang-Nya pula kepada mereka, termasuk dengan
memberikan kasih sayang-Nya kelak ketika Hari Pembalasan telah tiba, sebagaimana
diilustrasikan dalam kisah Sahabat Umar r.a. yang diuraikan di muka tadi.
Jika terhadap binatang saja kasih sayang dianjurkan untuk kita berikan, maka sudah
seharusnya kasih sayang juga harus lebih kita berikan dan kita praktekkan terhadap sesama
umat manusia, dengan tanpa memandang perbedaan-perbedaan yang ada pada masing-
masing kita umat manusia.
Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang semakin plural, di
mana persoalan-persoalan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia ini makin hari semakin berat
dan semakin kompleks seharusnya tidaklah semakin menjadikan kita bergaya hidup
individualis, nafsi-nafsi dan mementingkan diri sendiri, tetapi malah seharusnya kondisi yang
semakin berat itu semakin menyadarkan diri kita masing-masing untuk saling bahu-
membahu, membantu yang lemah, meringankan beban mereka agar mereka dapat menikmati
kehidupan yang layak dan lebih baik sebagai sesama umat muslim dan sebagai sesama
masyarakat suatu bangsa.
Pesan lain yang bisa dipetik dari kisah di atas adalah bahwa cakupan cinta-kasih itu
bersifat tanpa batas. Ia bisa kita tebarkan kepada siapa saja dan apa saja, kepada pohon,
sungai, tanah, makanan, pakaian, buku, burung, anjing, dan seterusnya. Terlebih kepada
sesama kita umat manusia.
Berkaitan dengan hal ini, Rasulullah SAW dalam salah satu haditsnya yang
diriwayatkan oleh Thabrani dan Baihaqi bersabda: "Bukanlah orang beriman orang yang
semalaman kenyang,sedangkan tetangga di sebelahnya dalam keadaan lapar, padahal ia
mengetahuinya" (HR. Thabrani dan Baihaqi).
Oleh karena itu, menanamkan rasa kasih tidak hanya terbatas pada diri dan keluarga
kita, tetapi juga kepada sesama manusia dan sesama makhluk, lebih-lebih terhadap sesama
muslim. Harus kita sadari bahwa salah satu bentuk realisasi dari ungkapan kasih sayang kita
itu adalah dengan menunjukkan kepedulian kita kepada sesama muslim, sesama umat
manusia, dan sesama makhluk ciptaan Allah SWT di muka bumi, baik tumbuh-tumbuhan
maupun binatang sekalipun. Wallahu a’lam bish shawab.

Anda mungkin juga menyukai