Identifikasi berbagai hambatan dalam pemberian stimulasi pada janin yang biasa

dialami oleh keluarga Penerima Manfaat dan berikan solusinya!

Berbagai hambatan dalam pemberian stimulasi pada janin yang biasa dialami oleh
keluarga Penerima manfaat diantaranya:

1. Minimnya pengetahuan bahwa janin sudah bisa di dtimulasi sejak dalam

kandungan.
2. Menganggap mengajak bicara atau berkomunikasi dengan janin dalam
kandungan adalah hal yang tabu atau sia-sia
3. Beranggapan bahwa menstimulasi janin dalam kandungan harus dengan atau
menggunakan alat-alat yang mahal
4. KPM/Ibu yang hamil terlalu sibuk dengan pekerjaan rumah dan ayah atau suami
terlalu sibuk bekerja sehingga lupa untuk meluangkan waktu berkomunikasi atau
memberikan stimulasi kepada janin dalam kandungan.

Solusi terhadap hambatan atau permasalahan diatas adalah:

1. SDM Kesos dalam hal ini pendamping PKH dapat memberikan materi atau
kunjungan kepada ibu hamil tentang perlunya stimulasi janin atau sesekali
menemani ibu hamil untuk memeriksakan kandungan ke puskesmas atau bidan
dan meminta petugas kesehatan menjelaskan secara detail hal-hal apa saja
yang bisa dilakukan untuk menstimulasi janin dalam kandungan.
2. Memberikan sosialisasi atau pemahaman kepada KPM bahwa berkomunikasi
atau berbicara kepada bayi yang masih ada di dalam perut bukanlah hal yang
sia-sia. Bayi dapat merasakan getaran ,sentuhan dan gelombang suara dari
orang-orang yang mencitainya walau masih di dalam kandungn.
3. Memberitahu kepada KPM bahwa untuk menstimulasi janin dalam kandungan
tidak perlu dengan peralatan mahal,bisa dengan menyinari lampu senter ke
bagian perut, selain itu bisa memutar murrotal AL-Quran atau musik lembut
untuk di dengarkan kepada janin dalam kandungan.
4. Beritahu KPM bahwa sesibuk mapapun dengan tugas rumah atau pekerjaan
sempatkan waktu sebelum tidur atau istirhat untuk menstimulasi bayi dalam
 kandungan.Bisa dalam keadaan berbaring dengan mengajak ngobrol atau
bercerita,tak perlu lama asal ini konsisten dilakukan demi perkembangan janin
yang baik dan optimal.
5.