Anda di halaman 1dari 6

PERJANJIAN KERJASAMA PINJAM PERUSAHAAN

Pada hari ini, ......., tanggal dd-mm-2016 (................. dua ribu enam belas) telah dilakukan
penandatanganan Perjanjian Kerjasama Pinjam Perusahaan (“Perjanjian”), oleh dan antara:

1. PT Arthamara.............., suatu perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum negara


Republik Indonesia, berdomisli di Jalan ........................................................................., yang
dalam hal ini diwakili oleh ........................, yang dalam kedudukannya selaku Direktur, oleh
dan karenanya sah bertindak untuk dan atas nama PT. ................................ (selanjutnya
disebut “PIHAK PERTAMA”).

2. PT. Ma’rifat..........................................., suatu perseroan terbatas yang didirikan


berdasarkan hukum negara Republik Indonesia, berdomisili di
Jalan .............................................. yang dalam hal ini diwakili oleh ............................, yang
dalam kedudukannya selaku Direktur, oleh dan karenanya sah bertindak untuk dan atas
nama ............................. (selanjutnya disebut “PIHAK KEDUA”).

Pihak Pertama dan Pihak Kedua secara bersama-sama untuk selanjutnya disebut Para Pihak.

Para Pihak telah sepakat untuk mengikatkan diri dalam Perjanjian dengan syarat-syarat dan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

PASAL 1
RUANG LINGKUP

1. Pihak Pertama meminjam bendera (perusahaan) Pihak Kedua yakni PT.

Ma’rifat.....................dalam hal Pemasaran dan operasional Program Umroh, Haji Plus


dan Tiketing, baik online maupun offline yang diselenggarakan oleh Pihak Pertama
dan Pihak Kedua.

2. Pihak Pertama meminjam bendera (Perusahaan) Pihak Kedua dengan spesifikasi

sebagai berikut:
a. Meminjam Semua Berkas Perusahaan yang diperlukan untuk pekerjaan tersebut berupa
fotocopy (akte perusahaan, domisili, kop surat, NPWP Perusahaan, TDP Perusahaan, dan
berkas pendukung lainnya)
b. Meminjam Semua Berkas Perusahaan yang diperlukan untuk pekerjaan tersebut berupa
ASLI (jika diperlukan untuk menunjukan)
3. Pihak Pertama hanya berhak menggunakan Perusahaan Pihak

pada pekerjaan Pemasaran dan operasional Program Umroh, Haji Plus serta tiketing


Kedua

dan tidak untuk dipinjamkan kembali kepada pihak lain maupun untuk pekerjaan selain
tersebut di atas.

4. Pihak Pertama dalam memakai PT. Ma’rifat......... untuk pekerjaan tersebut di atas

tidak akan melakukan perbuatan yang akan merugikan Pihak Kedua selaku pemilik
perusahaan, termasuk perbuatan melanggar hukum, atau perbuatan yang didalamnya
terdapat kegiatan yang mengakibatkan pihak customer/ jamaah/ klien dirugikan.

5. Pihak Pertama yang akan melakukan penadatanganan dengan User dan bertindak

selaku Pihak Pertama sebagai pemenang Proyek.

6. Pihak Pertama akan menanggung seluruh biaya yang timbul (jaminan pelaksanaan

dan denda) dalam rangka pelaksanaan Proyek dan melepaskan Pihak Kedua atas beban
tersebut.

7. User akan membayar pekerjaan Proyek yang dilakukan oleh Pihak Pertama melalui

transfer bank ke rekening Pihak Kedua.

PASAL 2
JANGKA WAKTU KERJASAMA

1. Jangka Waktu Perjanjian ini berlaku selama 3 (tiga) bulan yang terhitung sejak tanggal 16-09-
2016 (enam belas September dua ribu enam belas) sampai dengan 16-12-2016 (enam belas
Desember dua ribu enam belas).
2. Perjanjian ini dapat diperpanjang sesuai dengan timeline pekerjaan yang dilakukan oleh
Pihak Pertama dengan melakukan pemberitahuan tertulis terlebih dahulu kepada Pihak
Kedua selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum jangka waktu Perjanjian berakhir.
3. Apabila pada saat Perjanjian ini berakhir masih terdapat hak dan kewajiban yang belum
diselesaikan oleh Para Pihak, maka ketentuan-ketentuan dalam Perjanjian ini tetap berlaku
sampai diselesaikannya hak dan kewajiban tersebut oleh Para Pihak
4. Dalam hal terjadi pengakhiran Perjanjian ini, maka Para Pihak sepakat untuk
mengesampingkan Pasal 1266 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

PASAL 3
NILAI KERJASAMA DAN MEKANISME PEMBAYARAN

1. Pihak Pertama telah sepakat untuk memberikan commitment fee kepada Pihak Kedua
sebesar 2% (dua persen) dari nilai kontrak Proyek sebelum PPN 10% atau sebesar Rp.
38.020.000,- (tiga puluh delapan juta dua puluh ribu Rupiah).
2. Pembayaran atas pelaksanaan pekerjaan Proyek oleh User kepada Pihak Pertama akan
dibayarkan melalui rekening joint account atas nama Pihak Kedua sebesar Rp.
2.091.100.000,- (dua milyar sembilan puluh satu juta seratus ribu Rupiah) (sudah termasuk
PPN).
3. Pihak Kedua akan mentransfer dana kepada Pihak Pertama setelah dilakukan pemotongan
untuk commitment fee yang menjadi hak Pihak Kedua.
4. Mekanisme Pembayaran nilai kerjasama antara Pihak Kedua kepada Pihak Pertama akan
menyesuaikan dengan mekanisme pembayaran yang dilakukan oleh User kepada Pihak
Kedua.
5. Pihak Pertama akan menerbitkan invoice atas setiap nilai kontrak yang di transfer ke
rekening Pihak Kedua.
6. Pihak Kedua akan memberikan laporan kepada Pihak Pertama terkait jadwal pembayaran
User kepada Pihak Kedua.

PASAL 4
BIAYA & PAJAK

1. Segala biaya yang timbul dalam pelaksanaan pekerjaan Project ini menjadi beban dan
tanggung jawab Pihak Pertama.
2. Segala beban pajak yang timbul akibat pelaksanaan Perjanjian ini menjadi beban dan
tanggung jawab masing-masing Pihak berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku.
3. Beban pajak penghasilan (PPh) final yang timbul akibat pelaksanaan kontrak kerja antara
Pihak Kedua dengan User sebesar 1% (satu persen) menjadi beban Pihak Pertama.

PASAL 5
PERNYATAAN DAN JAMINAN

1. Bahwa Para Pihak adalah subyek hukum yang didirikan berdasarkan dan sah menurut hukum
dan Undang-Undang Negara Republik Indonesia serta mempunyai kuasa penuh dan
wewenang untuk menandatangani Perjanjian ini.
2. Bahwa semua tindakan dan perbuatan masing-masing pihak berdasarkan Perjanjian ini tidak
bertentangan dengan Anggaran Dasar dan/atau Anggaran Rumah Tangga masing-masing
pihak.
3. Bahwa Perjanjian ini tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan/atau Anggaran Rumah
Tangga masing-masing pihak serta tidak melanggar peraturan perundang-undangan yang
wajib ditaati oleh masing-masing pihak di dalam menjalankan perusahaannya.
4. Bahwa masing-masing pihak telah mengambil semua tindakan yang diperlukan sesuai
dengan ketentuan Anggaran Dasar dan/atau Anggaran Rumah Tangga masing-masing pihak
diantaranya mengenai kewenangan untuk melaksanakan Perjanjian ini dan subyek hukum
yang menandatangani Perjanjian ini telah diberi wewenang untuk berbuat demikian untuk
dan atas nama masing-masing pihak.
5. Pihak Kedua menyatakan dan menjamin kepada Pihak Pertama bahwa Pihak Kedua memiliki
kualifikasi, izin-izin dan memenuhi seluruh persyaratan yang diperlukan untuk melaksanakan
Perjanjian ini sesuai ketentuan dan standar yang berlaku.
6. Pihak Pertama menyatakan bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan Project dan
membebaskan Pihak Kedua atas segala risiko dan tuntutan yang mungkin timbul baik
sebelum, selama maupun setelah pelaksanaan Perjanjian ini.
7. Pihak Kedua menjamin Pihak Pertama dalam hal pembayaran bahwa pembayaran tidak akan
mengalami keterlambatan.
8. Para Pihak menyatakan dan menjamin bahwa tidak ada gugatan, pengajuan atau tuntutan
hukum yang tertunda yang secara material dapat mempengaruhi kemampuan Para Pihak
untuk melaksanakan kewajiban-kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini dan/atau
mempengaruhi keabsahan Perjanjian.

PASAL 6
KERAHASIAAN

1. Setiap Informasi Rahasia yang diberikan oleh satu pihak kepada pihak lainnya wajib setiap
saat dijaga kerahasiaannya oleh pihak penerima dan tidak diungkapkan, baik secara langsung
maupun tidak langsung kepada pihak ketiga manapun selama jangka waktu Perjanjian ini
dan untuk jangka waktu 2 (dua) tahun setelah tanggal pengakhiran atau berakhirnya jangka
waktu Perjanjian ini, kecuali:
a. Pengungkapan yang diwajibkan oleh pemerintah atau pihak yang berwenang yang
memiliki yuridiksi atas pihak tersebut dalam rangka mematuhi ketentuan undang-
undang, peraturan, keputusan, pengarahan atau pedoman yang berlaku; dan
b. Pengungkapan dilakukan secara rahasia kepada konsultan-konsultan profesional pihak
yang bersangkutan.
2. Untuk keperluan Pasal 8 ini, “Informasi Rahasia” diartikan sebagai informasi yang
diungkapkan dan/atau dikembangkan oleh salah satu pihak, yang sifatnya dimaksudkan
khusus untuk pengetahuan penerima saja dan/atau yang sifatnya merupakan kepemilikan
dan sensitif, namun tidak termasuk:
a. Informasi yang sudah berada dalam domain publik;
b. Informasi yang kemudian menjadi informasi publik selain karena pelanggaran pihak
penerima atau kewajiban-kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini;
c. Informasi yang telah diketahui oleh pihak penerima sebelum diungkapkan oleh pihak
yang mengungkapkan;
d. Informasi yang telah secara sah diterima oleh pihak ketiga yang tidak memiliki
kewajiban kerahasiaan kepada pihak yang mengungkapkan.

PASAL 7
KEADAAN KAHAR

1. Pihak Pertama maupun Pihak Kedua dibebaskan dari tanggung jawab atas kegagalan atau
keterlambatan dalam melaksanakan kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini yang
disebabkan hal-hal diluar kemampuan/kekuasaan yang wajar salah satu pihak untuk
mengatasinya yang bukan disebabkan atau akibat dari perbuatan salah satu pihak atau
orang yang berhubungan dengan salah satu pihak atau karyawan salah satu pihak, tetapi
semata-mata karena bencana alam pada umumnya atau yang dapat menimpa salah satu
pihak dalam Perjanjian ini yang tidak dapat dihindari karena berada di luar kemampuan
pihak yang mengalami peristiwa tersebut, hingga masing-masing pihak tidak dapat
memenuhi kewajibannya.
2. Yang dimaksud dengan Keadaan Kahar dalam Perjanjian ini adalah keadaan termasuk tetapi
tidak terbatas pada: gempa bumi, banjir, topan, kebakaran, epidemik, pemogokan masal,
perang, huru-hara, demonstrasi dengan kekerasan, blokade, embargo, pemogokan,
perselisihan perburuhan, pelaksanaan undang-undang, peraturan-peraturan yang
dikeluarkan oleh Pemerintah, tindakan pengadilan atau pemerintah/instansi berwenang
yang berkaitan langsung dengan dan mempengaruhi pelaksanaan Perjanjian ini.
3. Apabila salah satu pihak mengalami Keadaan Kahar tersebut, maka pihak tersebut harus
memberitahukan pihak lainnya selambat-lambatnya 3 X 24 jam setelah terjadinya Keadaan
Kahar tersebut.
4. Salah satu pihak tidak dapat dianggap telah melanggar ketentuan Perjanjian ini atau
bertanggung jawab kepada pihak lainnya, karena ia terlambat atau tidak melaksanakan
kewajibannya, sepanjang keterlambatan atau tidak dilaksanakannya kewajibannya tersebut
disebabkan oleh Keadaan Kahar yang telah diberitahukan kepada pihak lainnya. Pihak yang
mengalami Keadaan Kahar harus melakukan usaha-usaha dan mengambil tindakan yang
terbaik dan maksimal untuk menanggulangi dan/atau mengurangi dampak yang merugikan.
5. Apabila alasan Keadaan Kahar tidak dapat diterima oleh pihak lainnya, maka Para Pihak
setuju untuk tetap meneruskan kewajiban-kewajibannya sesuai ketentuan-ketentuan dalam
Perjanjian ini.
6. Apabila Keadaan Kahar diterima oleh pihak lainnya, maka kelanjutan pelaksanaan Perjanjian
akan dirundingkan kembali, termasuk antara lain menetapkan kembali jadwal pelaksanaan
Perjanjian serta hal-hal lain yang dianggap penting oleh Para Pihak dalam pelaksanaan
Perjanjian ini selanjutnya.
7. Masing-masing pihak tidak bertanggung jawab dan tidak dapat menuntut ganti rugi kepada
pihak lainya atas kegagalan atau keterlambatan dalam memenuhi ketentuan dalam
Perjanjian apabila kegagalan atau keterlambatan tersebut disebabkan oleh terjadinya
Keadaan Kahar.
8. Kewajiban yang tidak dibebaskan bagi Para Pihak dengan adanya Keadaan Kahar adalah
kewajiban pembayaran yang telah jatuh tempo termasuk denda keterlambatan (jika ada)
yang timbul sebelum terjadinya Keadaan Kahar.
9. Apabila Keadaan Kahar tersebut berlangsung terus lebih dari 6 (enam) bulan, maka Para
Pihak dengan didasari itikad baik akan berunding mengenai penyelesaiannya dan
pelaksanaan Perjanjian ini.

PASAL 8
PENYELESAIAN PERSELISIHAN

1. Para Pihak sepakat untuk menyelesaikan setiap perselisihan yang timbul dalam pelaksanaan
Perjanjian ini melalui musyawarah.
2. Jika perselisihan yang timbul tidak dapat diselesaikan secara musyawarah dalam waktu 60
(enam puluh) Hari Kalender sejak perselisihan itu pertama kali dikemukakan oleh salah satu
Pihak, salah satu Pihak dapat membawa permasalahan tersebut untuk diputuskan oleh
Badan Arbitrase Nasional Indonesia (“BANI”) di Jakarta dengan menggunakan aturan dan
prosedur arbitrase BANI dengan dewan arbitrase yang terdiri dari 3 (tiga) orang arbiter.
3. Para Pihak tetap harus melaksanakan seluruh kewajibannya berdasarkan Perjanjian sampai
adanya putusan arbitrase dan putusan arbitrase tersebut bersifat final dan mengikat Para
Pihak.
PASAL 9
PENGALIHAN PERJANJIAN

Masing-masing pihak tidak berhak mengalihkan hak dan kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini
baik sebagian atau seluruhnya tanpa mendapat persetujuan tertulis terlebih dahulu dari pihak
lainnya, persetujuan mana tidak akan diberikan tanpa alasan yang jelas.

PASAL 10
KETENTUAN LAIN

1. Perjanjian ini diatur, diintrepretasikan dan tunduk pada peraturan perundang-undangan dan
ketentuan hukum negara Republik Indonesia.
2. Perjanjian ini telah dinegosiasikan, ditulis, dan ditandatangani dalam Bahasa Indonesia.
3. Apabila seluruh atau suatu bagian yang manapun dari ketentuan Perjanjian ini batal demi
hukum, tidak dapat dilaksanakan atau tidak sah dalam suatu yurisdiksi, bagian tersebut
dipisahkan untuk yurisdiksi tersebut. Sisa dari Perjanjian ini akan tetap berlaku secara penuh
dan efektif dan keberlakuan atau pelaksanaan dari ketentuan tersebut dalam setiap
yurisdiksi lainnya tidak terpengaruh.
4. Perjanjian ini merupakan perjanjian dan kesepakatan yang final dan lengkap antara Para
Pihak sehubungan dengan pokok-pokok bahasan dari Perjanjian ini dan menggantikan
semua diskusi-diskusi dan perjanjian sebelumnya, baik yang tertulis maupun secara verbal,
sehubungan dengan pokok-pokok bahasan dalam Perjanjian ini.
5. Hal-hal yang belum dan/atau belum cukup diatur dalam Perjanjian ini maupun perubahan
dan tambahan/pengurangan, akan dituangkan secara tertulis dalam Addendum yang
ditandatangani oleh Para Pihak dan menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari dan
mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan Perjanjian ini.

Demikian Perjanjian ini dibuat dalam rangkap 2 (dua) asli masing-masing sama bunyinya, bermaterai
cukup serta mempunyai kekuatan hukum yang sama untuk masing–masing pihak.

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA


PT. BERKAH BINA AMANAT CV. NODIK CONTRAKTOR

IWAN AWALUDIN H. SIDIK SURITNO


Direktur Direktur

Anda mungkin juga menyukai