Aprilia Rofika Inayah-Menelisik Aksi Penolakan RUUCiptaker
Aprilia Rofika Inayah-Menelisik Aksi Penolakan RUUCiptaker
(Omnibus Law)
Oleh :
XII MIPA 5
2020
i
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Penolakan RUU Cipta Lapangan Kerja” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalh ini adalah untuk memenuhi tugas guru
pada studi TIK. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan
mengenai “Penolakan RUU Cipta Lapangan Kerja” bagi pembaca dan juga penulis.
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu guru pengajar yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Manfaat Penulisan 2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Omnibus Law Cipta Kerja 3
2.2 Tujuan Pembentukan RUU Cipta Kerja 4
2.3 Penolakan RUU Cipta Kerja 4
2.4 Dampak RUU Cipta Kerja Terhadap Buruh dan Para Pekerja Yang Ada Di Indonesia 5
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan 7
3.2 Saran 7
DAFTAR PUSTAKA 8
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2020, tiga hari lebih cepat dari tanggal pengesahan yang dijadwalkan. Pengesahan
RUU juga dilakukan sebelum hari unjuk rasa selanjutnya yang telah direncanakan
oleh serikat pekerja. Pengesahan RUU Cipta Kerja didukung oleh tujuh partai yaitu
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Golkar, Gerindra, Partai Nasdem,
Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Amanat Nasional, dan Partai Persatuan
Pembangunan sementara dua partai yang menolak adalah Partai Demokrat dan Partai
Keadilan Sejahtera.
Setelah disahkannya Rancangan Undang-undang Cipta Kerja timbul kritik dari
berbagai kalangan organisasi masyarakat sipil, dari organisasi lingkungan, hak asasi
manusia, gerakan masyarakat adat, sosial, buruh dan lain-lain. Hal tersebut karena
masyarakat menilai bahwa beberapa pasal dalam UU guna menjamin keselamatan
lingkungan, justru dihapus dengan dalih mempermudah investasi.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
Secara proses pembuatan, pakar hukum menyebut bahwa tidak ada perbedaan
dengan proses pembuatan UU pada umumnya. Hanya saja, isinya tegas mencabut atau
mengubah beberapa UU yang terkait. Salah satu keunggulan metode omnibus law
adalah kepraktisan untuk mengoreksi banyak regulasi bermasalah. Sehingga dapat
diketahui, UU Omnibus Law Cipta Kerja artinya UU baru yang menggabungkan
regulasi dan memangkas beberapa pasal dari undang-undang sebelumnya termasuk
pasal tentang ketenagakerjaan menjadi peraturan perundang-undangan yang lebih
sederhana. Dengan adanya UU Omnibus Law Cipta Kerja ini, maka UU Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjaan) tidak berlaku lagi.
Omnibus Law ini memiliki 79 undang-undang dengan 1.244 pasal. Undang-Undang
direvisi agar investasi dapat semakin mudah masuk di Indonesia.
RUU Cipta Kerja merupakan RUU Prioritas Tahun 2020 dalam Program Legislasi
Nasional Tahun 2020. Pengesahan Rancangan UU Omnibus Law Cipta Kerja jadi
sorotan banyak kalangan. Poin-poin dalam Omnibus Law RUU Cipta Kerja ini pun
siap untuk diundangkan. Seperti diketahui, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah
mengesahkan Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja pada 5 Oktober 2020, meski
dalam proses pembahasan antara pemerintah dengan parlemen diiringi protes.
Begitupun setelah disahkan menjadi Undang – Undang, UU Cipta Kerja ini juga
mendapat banyak protes dan aksi penolakan di berbagai wilayah di Indonesia.
3
2.2 Tujuan Pembentukan RUU Cipta Kerja
Berdasarkan Pasal 3 RUU Cipta Lapangan Kerja, dikatakan bahwa tujuan dari
dibuatnya RUU Cipta Lapangan Kerja adalah untuk menciptakan lapangan kerja
yang seluas-luasnya bagi rakyat Indonesia secara merata. Hal ini dilakukan dalam
rangka memenuhi penghidupan yang layak melalui poin – poin sebagai berikut :
Pada tanggal 5 Oktober 2020, DPR RI mengesahkan RUU Cipta Kerja (Omnibus
Law) dalam rapat paripurna. Sejak pertama kali diusulkan, Omnibus Cipta Kerja
telah menuai kontroversi di kalangan serikat pekerja dan kelompok masyarakat
karena memuat pasal-pasal yang mengancam hak pekerja. Proses penyusunan RUU
Cipta Kerja dinilai sejumlah kelompok masyarakat kurang terbuka dan kurang
transparan. Selain itu RUU Omnibus Law juga tidak sesuai dengan UU Otonomi
Daerah, yang memberikan keleluasaan pada daerah untuk mengelola bidang
Ketenaga Kerjaan. Perubahan yang terdapat RUU Omnibus Law Cipta Kerja, yang
merenggut hak Pekerja dan mengancam kesejahteraan pekerja, yakni menghapus
tripartite, UMK, kebebasan berserikat, ancaman PHK setiap saat (Demokrasi pekerja
lumpuh), karena kasus union busting, akan selalu berujung pada PHK jika
perselisihan tidak menemui kesepakatan, dengan demikian jika penentuan Upah
dilaksanakan diperusahaan dengan Bipartite, yang melegalkan PHK pekerja secara
bebas, yang ada adalah ketidak seimbangan perundingan, Jaminan Pesangon
berkurang, dan kerancuan undang undang. Pembahasan yang dilakukan tertutup saat
hari libur dan waktu pengesahan yang lebih cepat dari yang dijadwalkan memicu
protes. Pembahasan yang dilakukan sejak awal dengan minim konsultasi melanggar
hak untuk berpartisipasi dalam urusan publik dan hak atas informasi. Selain itu,
4
Amnesty menilai banyak pasal-pasal atau peniadaan pasal-pasal berikut berpotensi
untuk melanggar hak asasi para pekerja.
2.3 Dampak RUU Cipta Kerja Terhadap Buruh dan Para Pekerja Yang Ada di
Indonesia
5
kekhawatiran akan adanya perbedaan batas waktu kerja bagi sektor tertentu dan
kompensasinya akan dapat merugikan pekerja di sektor-sektor tertentu, karena
mereka dapat diminta untuk bekerja lebih lama dan menerima pembayaran untuk
lembur yang lebih rendah dibandingkan pekerja di sektor lain.
6
BAB 3
PENUTUP
3.2 Kesimpulan
Omnibus Cipta Kerja telah menuai kontroversi di kalangan serikat pekerja dan
kelompok masyarakat karena memuat pasal-pasal yang mengancam hak pekerja.
Proses penyusunan RUU Cipta Kerja dinilai sejumlah kelompok masyarakat kurang
terbuka dan kurang transparan. Pembahasan RUU Cipta Kerja yang juga terkesan
terburu buru menimbulkan berbagai asumsi di masyarakat apalagi pembahasan RUU
Cipta Kerja yang dilakukan di masa pandemi saat ini dianggap sangat kurang pantas,
karena saat ini seluruh Negara di dunia sedang terfokus pada masalah kesehatan tetapi
di Indonesia yang kasus konfirmasi Covid-19 nya belum bisa melandai malah
menambah masalah baru dengan mengesahkan RUU Cipta Kerja yang memicu
terjadinya gelombang demo penolakan di berbagai daerah di Indonesia.
7
DAFTAR PUSTAKA
DSLA, Posted by Admin, and Admin DSLA. “Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja: Pengertian,
Tujuan, Dan Manfaat.” DSLA (Daud Silalahi & Lawencon Associates), 16 Apr. 2020,
Fitriya. “Poin-Poin UU Omnibus Law Cipta Kerja Yang Disahkan.” Talenta, Talenta, 15 Oct.
2020, www.talenta.co/blog/insight-talenta/poin-poin-uu-omnibus-law-cipta-kerja-yang-
disahkan/.
Nugroho, Rizal Setyo. “Apa Itu Omnibus Law Cipta Kerja, Isi, Dan Dampaknya Bagi Buruh?
www.kompas.com/tren/read/2020/10/06/104500965/apa-itu-omnibus-law-cipta-kerja-
isi-dan-dampaknya-bagi-buruh?page=all.
Putsanra, Dipna Videlia, and Agung DH. “Dampak Omnibus Law UU Cipta Kerja: Rugikan
uu-cipta-kerja-rugikan-buruh-hingga-abaikan-ham-f5Cs.
id.wikipedia.org/wiki/Undang-Undang_Cipta_Kerja.
detikcom, Tim. “Ini Dampak Omnibus Law Cipta Kerja Bagi Lingkungan Dan Pekerja.”
Detiknews, news.detik.com/berita/d-5201842/ini-dampak-omnibus-law-cipta-kerja-bagi-
lingkungan-dan-pekerja.