Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MENELISIK AKSI PENOLAKAN

RUU CIPTA KERJA

(Omnibus Law)

Oleh :

Aprilia Rofika Inayah (5)

XII MIPA 5

JURUSAN MATEMATIKA & ILMU PENGETAHUAN ALAM

SMA NEGERI 1 SINGARAJA

2020

i
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Penolakan RUU Cipta Lapangan Kerja” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalh ini adalah untuk memenuhi tugas guru
pada studi TIK. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan
mengenai “Penolakan RUU Cipta Lapangan Kerja” bagi pembaca dan juga penulis.

Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu guru pengajar yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Singaraja, 15 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Manfaat Penulisan 2

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Omnibus Law Cipta Kerja 3
2.2 Tujuan Pembentukan RUU Cipta Kerja 4
2.3 Penolakan RUU Cipta Kerja 4
2.4 Dampak RUU Cipta Kerja Terhadap Buruh dan Para Pekerja Yang Ada Di Indonesia 5

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan 7
3.2 Saran 7
DAFTAR PUSTAKA 8

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kondisi perekonomian global yang saat ini mengalami perlambatan dan
ketidakpastian sangat mempengaruhi perekonomian Indonesia. Dalam hal ini
pemerintah Indonesia menganggap perlu adanya tanggapan nyata yang cepat dan
tepat dengan mendorong peningkatan kerja pemerintah serta meningkatkan kinerja
investasi.
Memasuki periode kedua masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo, pemerintah
membuat suatu terobosan dalam meningkat investasi di Indonesia agar bisa bersaing
dengan bangsa-bangsa lain. Yang kita ketahui bahwa Indonesia banyak berkembang
usaha start up (perusahaan rintisan) yang berkembang dari unicorn menjadi decacorn
karena valuasi usaha sudah lebih dari 10 triliyun. Maka dalam pengembangan suatu
iklim investasi perlu dilindungi oleh aturan-aturan terkait yang mendukung iklim
investasi. Iklim investasi sulit berkembang bilamana terlalu banyaknya aturan yang
tumpang tindih dari pusat hingga daerah, serta dengan prosedur perizinan yang lama
menjadi suatu sumber masalah yang tidak kunjung selesai. Melihat hal tersebut
Presiden Joko Widodo membuat terobosan dengan menggunakan Omnibus Law
Cipta Lapangan Kerja atau sering kali disebut dengan RUU Omnibus Law Cilaka.
Presiden Joko Widodo dalam pidato pelantikannya pada 20 Oktober 2019,
menyampaikan rencananya mengenai perumusan omnibus law bersama DPR. Ia
menyebutkan ada dua undang-undang yang akan tercakup di dalamnya, yaitu UU
Cipta Lapangan Kerja dan UU Pemberdayaan UMKM. Pada Februari 2020,
pemerintah Indonesia mengajukan undang-undang sapu jagat ke DPR dengan target
musyawarah yang selesai dalam tempo 100 hari.
Awal tahun 2020 tepatnya tanggal 13 Februari 2020 Pemerintah Indonesia
menyerahkan secara legal Rancangan Undang-Undang Cipta Lapangan Kerja, yang
mana itu merupakan suatu aturan perundang-undangan inisiatif dari eksekutif kepada
Legislatif Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia. Setelah revisi yang dilakukan
terhadap beberapa pasal, RUU Cipta Kerja disahkan DPR pada Senin, 5 Oktober

1
2020, tiga hari lebih cepat dari tanggal pengesahan yang dijadwalkan. Pengesahan
RUU juga dilakukan sebelum hari unjuk rasa selanjutnya yang telah direncanakan
oleh serikat pekerja. Pengesahan RUU Cipta Kerja didukung oleh tujuh partai yaitu
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Golkar, Gerindra, Partai Nasdem,
Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Amanat Nasional, dan Partai Persatuan
Pembangunan sementara dua partai yang menolak adalah Partai Demokrat dan Partai
Keadilan Sejahtera.
Setelah disahkannya Rancangan Undang-undang Cipta Kerja timbul kritik dari
berbagai kalangan organisasi masyarakat sipil, dari organisasi lingkungan, hak asasi
manusia, gerakan masyarakat adat, sosial, buruh dan lain-lain. Hal tersebut karena
masyarakat menilai bahwa beberapa pasal dalam UU guna menjamin keselamatan
lingkungan, justru dihapus dengan dalih mempermudah investasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud RUU Cipta Kerja Omnibus Law?
2. Apa tujuan pembentukan RUU Cipta Kerja?
3. Mengapa RUU Cipta Kerja menimbulkan aksi penolakan di berbagai daerah?
4. Bagaimana dampak dari RUU Cipta Kerja terhadap para buruh yang ada di
Indonesia?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian RUU Cipta Kerja Omnibus Law.
2. Untuk mengetahui tujuan dibentuknya RUU Cipta Kerja.
3. Untuk mengetahui penyebab timbulnya penolakan RUU Cipta Kerja.
4. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari RUU Cipta Kerja.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan penulis
maupun pembaca terkait RUU Cipta Lapangan Kerja yang saat ini tengah menjadi
polemik di masyarakat.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian RUU Cipta Kerja Omnibus Law

Omnibus Law adalah sebuah konsep yang menggabungkan secara resmi


(amandemen) beberapa peraturan perundang-undangan menjadi satu bentuk undang-
undang baru. Ini dilakukan untuk mengatasi tumpang tindih regulasi dan memangkas
masalah dalam birokrasi, yang dinilai menghambat pelaksanaan dari kebijakan yang
diperlukan. Konsep omnibus law atau juga dikenal dengan omnibus bill sendiri
umumnya digunakan di negara yang menganut sistem common law, seperti Amerika
Serikat dalam membuat regulasi.

Secara proses pembuatan, pakar hukum menyebut bahwa tidak ada perbedaan
dengan proses pembuatan UU pada umumnya. Hanya saja, isinya tegas mencabut atau
mengubah beberapa UU yang terkait. Salah satu keunggulan metode omnibus law
adalah kepraktisan untuk mengoreksi banyak regulasi bermasalah. Sehingga dapat
diketahui, UU Omnibus Law Cipta Kerja artinya UU baru yang menggabungkan
regulasi dan memangkas beberapa pasal dari undang-undang sebelumnya termasuk
pasal tentang ketenagakerjaan menjadi peraturan perundang-undangan yang lebih
sederhana. Dengan adanya UU Omnibus Law Cipta Kerja ini, maka UU Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjaan) tidak berlaku lagi.
Omnibus Law ini memiliki 79 undang-undang dengan 1.244 pasal. Undang-Undang
direvisi agar investasi dapat semakin mudah masuk di Indonesia.

RUU Cipta Kerja merupakan RUU Prioritas Tahun 2020 dalam Program Legislasi
Nasional Tahun 2020. Pengesahan Rancangan UU Omnibus Law Cipta Kerja jadi
sorotan banyak kalangan. Poin-poin dalam Omnibus Law RUU Cipta Kerja ini pun
siap untuk diundangkan. Seperti diketahui, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah
mengesahkan Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja pada 5 Oktober 2020, meski
dalam proses pembahasan antara pemerintah dengan parlemen diiringi protes.
Begitupun setelah disahkan menjadi Undang – Undang, UU Cipta Kerja ini juga
mendapat banyak protes dan aksi penolakan di berbagai wilayah di Indonesia.

3
2.2 Tujuan Pembentukan RUU Cipta Kerja

Berdasarkan Pasal 3 RUU Cipta Lapangan Kerja, dikatakan bahwa tujuan dari
dibuatnya RUU Cipta Lapangan Kerja adalah untuk menciptakan lapangan kerja
yang seluas-luasnya bagi rakyat Indonesia secara merata. Hal ini dilakukan dalam
rangka memenuhi penghidupan yang layak melalui poin – poin sebagai berikut :

1. Kemudahan, Perlindungan dan Pemberdayaan UMKM serta Perkoperasian;

2. Peningkatan ekosistem investasi;

3. Kemudahan menerapkan usaha;

4. Peningkatan perlindungan dan kesejahteraan pekerja;

5. Investasi Pemerintah Pusat dan percepatan proyek strategis nasional.

2.2 Penolakan RUU Cipta Kerja

Pada tanggal 5 Oktober 2020, DPR RI mengesahkan RUU Cipta Kerja (Omnibus
Law) dalam rapat paripurna. Sejak pertama kali diusulkan, Omnibus Cipta Kerja
telah menuai kontroversi di kalangan serikat pekerja dan kelompok masyarakat
karena memuat pasal-pasal yang mengancam hak pekerja. Proses penyusunan RUU
Cipta Kerja dinilai sejumlah kelompok masyarakat kurang terbuka dan kurang
transparan. Selain itu RUU Omnibus Law juga tidak sesuai dengan UU Otonomi
Daerah, yang memberikan keleluasaan pada daerah untuk mengelola bidang
Ketenaga Kerjaan. Perubahan yang terdapat RUU Omnibus Law Cipta Kerja, yang
merenggut hak Pekerja dan mengancam kesejahteraan pekerja, yakni menghapus
tripartite, UMK, kebebasan berserikat, ancaman PHK setiap saat (Demokrasi pekerja
lumpuh), karena kasus union busting, akan selalu berujung pada PHK jika
perselisihan tidak menemui kesepakatan, dengan demikian jika penentuan Upah
dilaksanakan diperusahaan dengan Bipartite, yang melegalkan PHK pekerja secara
bebas, yang ada adalah ketidak seimbangan perundingan, Jaminan Pesangon
berkurang, dan kerancuan undang undang. Pembahasan yang dilakukan tertutup saat
hari libur dan waktu pengesahan yang lebih cepat dari yang dijadwalkan memicu
protes. Pembahasan yang dilakukan sejak awal dengan minim konsultasi melanggar
hak untuk berpartisipasi dalam urusan publik dan hak atas informasi. Selain itu,

4
Amnesty menilai banyak pasal-pasal atau peniadaan pasal-pasal berikut berpotensi
untuk melanggar hak asasi para pekerja.

2.3 Dampak RUU Cipta Kerja Terhadap Buruh dan Para Pekerja Yang Ada di
Indonesia

1. Masuknya Pasal 88B yang memberikan kebebasan kepada pengusaha untuk


menentukan unit keluaran yang ditugaskan kepada pekerja sebagai dasar
penghitungan upah (sistem upah per satuan). Tidak ada jaminan bahwa sistem
besaran upah per satuan untuk menentukan upah minimum di sektor tertentu tidak
akan berakhir di bawah upah minimum.
2. Penghapusan Pasal 91 di UU Ketenagakerjaan, yang mewajibkan upah yang
disetujui oleh pengusaha dan pekerja tidak boleh lebih rendah daripada upah
minimum sesuai peraturan perundang-undangan. Apabila persetujuan upah
tersebut lebih rendah daripada upah minimum dalam peraturan perundang-
undangan, maka pengusaha diwajibkan untuk membayar para pekerja sesuai
dengan standar upah minimum dalam peraturan perundang-undangan. Jika
dilanggar pengusaha akan mendapat sanksi. Menghapus Pasal 91 UU
Ketenagakerjaan ini akan berujung pada kurangnya kepatuhan pengusaha
terhadap upah minimum menurut undang-undang. Dengan kata lain,
kemungkinan besar pengusaha akan memberikan upah yang lebih rendah kepada
pekerja dan tidak melakukan apa-apa karena tidak ada lagi sanksi yang
mengharuskan mereka melakukannya.
3. Pencantuman Pasal 59 UU Ketenagakerjaan terkait perubahan status PKWT
menjadi PKWTT. Meski demikian, jangka waktu maksimum perjanjian kerja
sementara dan jangka waktu perpanjangan maksimum belum secara spesifik
diatur seperti dalam UU Ketenagakerjaan, namun disebutkan akan diatur dalam
PP. Catatan: aturan teknis apapun yang dibuat menyusul pengesahan Omnibus
jangan sampai membebaskan pengusaha dari kewajiban mereka untuk mengubah
status pekerja sementara menjadi pekerja tetap. Hal ini menghilangkan kepastian
kerja.
4. Batasan waktu kerja dalam Pasal 77 ayat (2) masih dikecualikan untuk sector
tertentu. Detail skema masa kerja dan sektor tertentu yang dimaksud akan
dijabarkan lebih lanjut melalui peraturan pemerintah (PP). Ini menimbulkan

5
kekhawatiran akan adanya perbedaan batas waktu kerja bagi sektor tertentu dan
kompensasinya akan dapat merugikan pekerja di sektor-sektor tertentu, karena
mereka dapat diminta untuk bekerja lebih lama dan menerima pembayaran untuk
lembur yang lebih rendah dibandingkan pekerja di sektor lain.

6
BAB 3

PENUTUP

3.2 Kesimpulan

Omnibus Cipta Kerja telah menuai kontroversi di kalangan serikat pekerja dan
kelompok masyarakat karena memuat pasal-pasal yang mengancam hak pekerja.
Proses penyusunan RUU Cipta Kerja dinilai sejumlah kelompok masyarakat kurang
terbuka dan kurang transparan. Pembahasan RUU Cipta Kerja yang juga terkesan
terburu buru menimbulkan berbagai asumsi di masyarakat apalagi pembahasan RUU
Cipta Kerja yang dilakukan di masa pandemi saat ini dianggap sangat kurang pantas,
karena saat ini seluruh Negara di dunia sedang terfokus pada masalah kesehatan tetapi
di Indonesia yang kasus konfirmasi Covid-19 nya belum bisa melandai malah
menambah masalah baru dengan mengesahkan RUU Cipta Kerja yang memicu
terjadinya gelombang demo penolakan di berbagai daerah di Indonesia.

7
DAFTAR PUSTAKA

DSLA, Posted by Admin, and Admin DSLA. “Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja: Pengertian,

Tujuan, Dan Manfaat.” DSLA (Daud Silalahi & Lawencon Associates), 16 Apr. 2020,

www.dslalawfirm.com/omnibus-law/#:~:text=Menurut Rancangan Undang-undang

Cipta,dan investasi Pemerintah Pusat dan.

Fitriya. “Poin-Poin UU Omnibus Law Cipta Kerja Yang Disahkan.” Talenta, Talenta, 15 Oct.

2020, www.talenta.co/blog/insight-talenta/poin-poin-uu-omnibus-law-cipta-kerja-yang-

disahkan/.

Nugroho, Rizal Setyo. “Apa Itu Omnibus Law Cipta Kerja, Isi, Dan Dampaknya Bagi Buruh?

Halaman All.” KOMPAS.com, Kompas.com, 6 Oct. 2020,

www.kompas.com/tren/read/2020/10/06/104500965/apa-itu-omnibus-law-cipta-kerja-

isi-dan-dampaknya-bagi-buruh?page=all.

Putsanra, Dipna Videlia, and Agung DH. “Dampak Omnibus Law UU Cipta Kerja: Rugikan

Buruh Hingga Abaikan HAM.” Tirto.id, Tirto.id, 6 Oct. 2020, tirto.id/dampak-omnibus-law-

uu-cipta-kerja-rugikan-buruh-hingga-abaikan-ham-f5Cs.

“Undang-Undang Cipta Kerja.” Wikipedia, Wikimedia Foundation, 14 Oct. 2020,

id.wikipedia.org/wiki/Undang-Undang_Cipta_Kerja.

detikcom, Tim. “Ini Dampak Omnibus Law Cipta Kerja Bagi Lingkungan Dan Pekerja.”

Detiknews, news.detik.com/berita/d-5201842/ini-dampak-omnibus-law-cipta-kerja-bagi-

lingkungan-dan-pekerja.

Anda mungkin juga menyukai