Anda di halaman 1dari 24

PATOLOGI PENYAKIT INFEKSI

(KANKER)

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
KELAS IV B

1. KADEK GITA SANTI SAVITRI (P07131221053)


2. NI KADEK SATYA DEWI LESTARI (P07131221063)
3. PUTU RIKA DINDA LESTARI (P07131221092)
4. NI KADEK INTAN RINJANI (P07131221097)
5. NI LUH ARTAMI DARMI INDRAYANI (P07131221099)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN GIZI PROGRAM STUDI GIZI DAN DIETETIKA
PROGRAM SARJANA TERAPAN
DENPASAR
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah ini berjudul:


“PATOLOGI PADA PENYAKIT KANKER”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Patologi Penyakit Tidak Menular
Oleh
KELOMPOK 5

1. KADEK GITA SANTI SAVITRI (P07131221053)


2. NI KADEK SATYA DEWI LESTARI (P07131221063)
3. PUTU RIKA DINDA LESTARI (P07131221092)
4. NI KADEK INTAN RINJANI (P07131221097)
5. NI LUH ARTAMI DARMI INDRAYANI (P07131221099)

Dosen Pengampu PENANGGUNG JAWAB


Patologi Penyakit Tidak Menular KELOMPOK 5

Pande Putu Sri Sugiani, DCN.M.Kes Kadek Gita Santi Savitri


NIP. 19641227 198903 20023 NIM. P07131221053

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang
Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nyalah makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Makalah yang berjudul “Patologi Penyakit Infeksi Kanker” ini dibuat dalam
rangka penugasan dan juga menambah pengetahuan serta wawasan.
Makalah ini dapat selesai berkat adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua
pihak, terutama kepada Ibu Dr Ni Komang Wiardani, SST. M, Kes dan Ibu Pande Putu Sri
Sugiani, DCN.,M.Kes selaku dosen mata kuliah Patologi Penyakit Infeksi yang telah
memberikan arahan dan masukan demi kelancaran dan kelengkapan tugas Makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan-kekurangan. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
semua kritik dan saran pembaca akan kami terima dengan senang hati demi perbaikan
makalah lebih lanjut.

Denpasar, 19 Januari 2023

Penulis

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR -------------------------------------------------------------------------------------------II


DAFTAR ISI ---------------------------------------------------------------------------------------------------- III
BAB I
PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------------------------------ 1
1.1 Latar Belakang ------------------------------------------------------------------------------------------- 1
1.2 Rumusan Masalah --------------------------------------------------------------------------------------- 2
1.3 Tujuan Penulisan ---------------------------------------------------------------------------------------- 2
BAB II
PEMBAHASAN -------------------------------------------------------------------------------------------------- 3
2.1 Pengertian Penyakit Kanker ----------------------------------------------------------------------------3
2.2 Klasifikasi Kanker ---------------------------------------------------------------------------------------4
2.3 Faktor Risiko dan Etiologi Kanker -------------------------------------------------------------------- 7
2.4 Gambaran Klinis, Fisik dan Laboratorium Kanker ------------------------------------------------ 10
2.5 Penegakan Diagnosa Penyakit Kanker -------------------------------------------------------------- 11
2.6 Prognosis Penyakit Kanker --------------------------------------------------------------------------- 12
2.7 Tatalaksana Penyakit Kanker ------------------------------------------------------------------------- 15
2.8 Interaksi Obat dan Makanan pada Penyakit Kanker ----------------------------------------------- 16
BAB III
PENUTUP -------------------------------------------------------------------------------------------------------- 19
3.1 Kesimpulan --------------------------------------------------------------------------------------------- 19
3.2 Saran dan Penutup ------------------------------------------------------------------------------------- 19
DAFTAR PUSTAKA --------------------------------------------------------------------------------------------20

III
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker merupakan salah satu penyebab utama kematian, sebanyak 8,2 juta orang
meninggal akibat kanker. Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit kronis yang
berawal dari pertumbuhan sel jaringan secara tidak normal yang berubah menjadi kanker
(Kemenkes, 2015). Menurut data Globocan menyebutkan di tahun 2018 terdapat 18,1 juta
kasus baru dengan angka kematian sebesar 9,6 juta kematian, dimana 1 dari 5 laki-laki dan 1
dari 6 perempuan di dunia mengalami kejadian kanker. Angka kejadian penyakit kanker di
Indonesia (136.2/100.000 penduduk) berada pada urutan 8 di Asia Tenggara, sedangkan di
Asia urutan ke 23. Angka kejadian tertinggi di Indonesia untuk laki-laki adalah kanker paru
yaitu sebesar 19,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 10,9 per 100.000
penduduk, yang diikuti dengan kanker hati sebesar 12,4 per 100.000 penduduk dengan rata-
rata kematian 7,6 per 100.000 penduduk. Sedangkan angka kejadian untuk perempuan yang
tertinggi adalah kanker payudara yaitu sebesar 42,1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata
kematian 17 per 100.000 penduduk yang diikuti kanker leher rahim sebesar 23,4 per 100.000
penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk (Kemenkes RI, Hari Kanker
Sedunia 2019, 2019).

Tingginya kasus baru kanker dan sekitar 40% dari kematian akibat kanker berkaitan
erat dengan faktor risiko kanker yang seharusnya dapat dicegah. Salah satu faktor yang
mempengaruhi angka penderita kanker dan kematian yang disebabkan oleh kanker adalah
rendahnya angka kunjungan penderita kanker ke ahli medis untuk memeriksakan dirinya saat
sudah merasakan gejala. Diketahui bahwa 65% penderita kanker di Indonesia memeriksakan
dirinya pada ahli medis (dokter dan dokter spesialis) sudah berada pada kanker stadium lanjut.

Kanker yang sering terjadi adalah kanker paru, lambung, hepar, kolorektal, esofagus
dan prostat manakala pada wanita adalah kanker payudara, paru, lambung, kolorektal, dan
serviks (WHO, 2008). Apabila penyakit ini dapat dideteksi pada tahap awal, maka lebih
daripada separuh penyakit kanker dapat dicegah, bahkan dapat disembuhkan dan perlu
redefinisi dalam pelayanan kesehatan dari pengobatan ke promosi dan preventif (DETAK,
2007). Tetapi hasil diagnosis kanker menyatakan bahwa 80% penderita kanker ditemukan

1
pada stadium lanjut yaitu stadium 3 dan stadium 4 (Kompas, 2002). Pada tahap ini kanker
sudah menyebar ke bagian-bagian lain di dalam tubuh sehingga semakin kecil peluang untuk
sembuh dan pulih. Keadaan di atas menjadi salah satu penyebab meningkatnya penyakit
kanker di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah yang dimaksud pengertian dari penyakit kanker?
1.2.2 Bagaimanakah klasifikasi dari penyakit kanker?
1.2.3 Bagaimanakah faktor risiko dan etiologi dari penyakit kanker?
1.2.4 Bagaimanakah gambaran fisik, klinis dan laboratorium penyakit kanker?
1.2.5 Bagaimana mengetahui penegakan diagnosa dari penyakit kanker?
1.2.6 Bagaimana mengetahui prognosis dari penyakit kanker?
1.2.7 Bagaimana mengetahui penatalaksanaan dari penyakit kanker?
1.2.8 Bagaimana mengetahui interaksi obat dan makanan terhadap penyakit kanker?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari penyakit kanker
1.3.2 Untuk mengetahui klasifikasi dari penyakit kanker
1.3.3 Untuk mengetahui faktor risiko dan etiologi dari penyakit kanker
1.3.4 Untuk mengetahui gambaran fisik, klinis dan laboratorium penyakit kanker
1.3.5 Untuk mengetahui penegakan diagnosa dari penyakit kanker
1.3.6 Untuk mengetahui prognosis dari penyakit kanker
1.3.7 Untuk mengetahui penatalaksanaan dari penyakit kanker
1.3.8 Untuk mengetahui interaksi obat dan makanan terhadap penyakit kanker

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penyakit Kanker

Kanker dapat disebut juga dengan keganasan (malignancy), tumor ganas, atau
neoplasma (secara harfiah disebut juga pertumbuhan baru). Kanker merupakan kata dari
bahasa latin yang berarti “kepiting”. Orang terdahulu menggunakan kata tersebut untuk
mengartikan sebagai suatu keganasan, karena kanker ini mirip kepiting yang tampak
menggenggam jaringan yang diserangnya.

Kanker adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan tidak


terkendali sel tubuh tertentu yang berakibat merusak sel dan jaringan tubuh lain, bahkan
sering berakhir dengan kematian. Karena sifatnya demikian “ganas” (tumbuh tak terkendali
dan berakibat kematian), maka kanker juga disebut sebagai penyakit keganasan, dan sel
kanker disebut juga sel ganas. Semua sel tubuh dapat terkena kanker, kecuali rambut, gigi
dan kuku (Hendry, 2007).

Kanker merupakan penyakit atau kelainan pada tubuh sebagai akibat dari sel-sel
tubuh yang tumbuh dan berkembang abnormal, diluar batas kewajaran dan sangat liar.
Keadaan kanker terjadi jika sel-sel normal berubah dengan pertumbuhan yang sangat cepat,
sehingga tidak dapat dikendalikan oleh tubuh dan tidak berbentuk. Pada penyakit kanker, sel
yang tumbuh secara terus-menerus secara tidak terkendali, tidak terbatas, dan tidak normal
(abnormal). Secara normal, seluruh tubuh melakukan pembelahan untuk membentuk jaringan
sel yang kompak demi terciptanya keseimbangan tubuh. Selain melakukan pembelahan, sel
juga memiliki teknik membaca pesan yang sama demi menjalankan fungsi sebagai satu-
kesatuan (Supriyanto,2014).

Dapat disimpulkan bahwa, kanker adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, yang akibat
adanya kerusakan gen yang mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel. Pembelahan sel ini

3
tidak terkendali, sel-sel tersebut kemudian menyerang dan merusak jaringan biologis lainnya
baik dengan dengan pertumbuhan secara langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau
dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (Sukardja, 2010).

2.2 Klasifikasi Kanker

Jenis-jenis kanker banyak sekali tapi secara umum dibagi menjadi 4 golongan utama yaitu :

1. Sarkoma (kanker jaringan lunak), kanker ini tumbuh dari jaringan penyambung dan
penyokong, seperti tulang, tulang rawan, saraf, pembuluh darah, otot dan lemak.
Penyebab kanker jaringan lunak tidak diketahui secara pasti. Namun, peneliti
menyebutkan bahwa mutasi DNA dan lingkungan turut berperan dalam
perkembangan kanker ini. Umumnya orang yang mengidap jenis kanker ini akan
mengeluhkan gejala seperti timbulnya benjolan dapat menimbulkan rasa tidak
nyaman, rasa nyeri, atau tidak keduanya. Contoh Kanker Sarkoma : fibrosarkoma
yang tumbuh diantara jaringan fibrosa (kulit dan tulang)

Gambar Osteosarkoma atau kanker tulang

2. Karsinoma (kanker pada jaringan kulit), kanker yang paling umum menyerang
manusia, tumbuh dari jaringan epitelial (jaringan bersel yang menutupi permukaan),
seperti kulit dan lapisan rongga dan organ tubuh, dan jaringan kelenjar, seperti jaringan
payudara dan prostat. Contoh kanker karsinoma, Karsinoma sel ginjal, sesuai namanya,
karsinoma ini melibatkan sel- sel ginjal yang tumbuh dan berkembang tidak terkendali.

Gambar jenis-jenis kanker karsinoma

4
3. Adenokarsinoma (kanker pada jaringan epitel dan lapisan rongga tubuh), kanker
yang paling umum menyerang manusia, tumbuh dari jaringan epitelial (jaringan bersel
yang menutupi permukaan), seperti kulit dan lapisan rongga dan organ tubuh, dan
jaringan kelenjar, seperti jaringan payudara dan prostat.Merupakan jenis kanker
karsinoma dengan struktur berlapis-lapis yang menyerupai kulit disebut sebagai
karsinoma sel skuamosa (sel tanduk). Contoh kanker ini seperti kanker adenokarsinoma
paru yang merupakan tumor epitel ganas pada paru dengan diferensiasi glandular.

Ilustrasi kanker Adenokarsinoma paru

4. Limfoma (kanker pada kelenjar getah bening), disebut kanker darah yang
mengakibatkan pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati). Kanker ini
dicirikan dengan pertumbuhan sel abnormal pada sistem limfatik (sistem kelenjar getah
bening) yaitu salah satu bagian dari sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi.

Gambar Kanker kelenjar getah bening

Pada umumnya kanker membentuk benjolan (tumor), tetapi tidak semua benjolan
tersebut bersifat kanker, atau ganas, sebagian besar bersifat jinak (tidak berbahaya) yang
disebut Tumor Jinak. Ciri tumor jinak sebagai berikut:

1. Pertumbuhan yang sangat terpusat dan biasanya dipisahkan dari jaringan


tetangganya oleh sebuah kapsul yang mengelilinginya.

5
2. Pertumbuhan tumor jinak biasanya lambat, dan dari segi struktur biasanya
sangat menyerupai jaringan asal.
3. Dalam beberapa kasus, tumor jinak dapat membahayakan pasien jika
menghalangi, menekan, atau memindahkan struktur tetangganya, seperti pada
otak.
4. Sejumlah tumor jinak, seperti polip di usus besar, dapat bersifat pra-kanker.

Sedangkan ciri Tumor Ganas penyebab kanker, yang paling utama adalah
kemampuan mereka untuk menyebar melampaui lokasi asal, sebagai berikut:

1. Kanker dapat menyerang jaringan tetangga melalui perluasan langsung atau infiltrasi,
atau ia menyebar ke lokasi yang letaknya jauh dan mengembangkan pembentukan
abnormal kedua yang dikenal sebagai metastasis. Dimana rute dan lokasi metastasis
bervariasi antara kanker primer yang berbeda-beda.
2. Kanker menyebar melalui permukaan organ asal ke dalam suatu rongga, maka sel
mungkin dapat melepaskan diri dari permukaan dan tumbuh pada permukaan organ
yang bersebelahan dengannya.
3. Sel tumor cenderung bermigrasi ke dalam saluran limfatik dan terangkut ke aliran
kelenjar getah bening, atau mereka dapat menembus pembuluh darah. Sewaktu berada
di aliran darah, sel tumor dialirkan ke titik yang terlalu kecil baginya. Sel tumor dari
saluran lambung dan usus akan dihentikan di hati, lalu dapat mengalir ke paru-paru.
Sel yang berasal dari semua tumor lainnya akan melewati paru-paru sebelum diangkut
ke organ lainnya. Oleh karena itu paru-paru dan hati biasanya menjadi lokasi
metastasis.
4. Banyak kanker cenderung meninggalkan sel di dalam aliran darah pada masa-masa
awal perjalanannya. Kebanyakan sel ini mati di saluran darah, tetapi beberapa di
antara mereka tersangkut pada permukaan dan menembus dinding untuk kemudian
memasuki jaringan.Beberapa mungkin menemukan jaringan yang menguntungkan,
tempat mereka dapat bertahan hidup, dan tumbuh menjadi tumor. Beberapa lagi
mungkin hanya dapat membelah beberapa kali saja, sehingga membentuk sarang sel
berukuran kecil yang kemudian menjadi dorman (suatu mikrometastasis).Kelompok
sel ini dapat tetap dorman selama bertahun-tahun, dan kemudian tumbuh kembali
sebagai kanker.

6
2.3 Faktor Risiko dan Etiologi Kanker

Faktor risiko kanker terdiri dari atas faktor risiko terkait perilaku dan pola makan.
Faktor resiko ini seharusnya dapat dicegah, beberapa faktor risiko terkait perilaku dan pola
makan, diantaranya:

1. Indeks massa tubuh yang tinggi atau yang juga sering disebut obesitas dan berat
badan berlebih. Obesitas dan berat badan berlebih merupakan faktor risiko
timbulnya kejadian kanker. Dalam berbagai penelitian diberbagai macam negara
dinyatakan bahwa orang dengan obesitas dan berat badan berlebih dapat
meningkatkan kejadian kanker sebesar 20% dibandingkan dengan orang yang
memiliki berat badan normal (Nila, F 2017). \
2. Kurang konsumsi buah dan sayur . Menurut Key dalam Nila menyatakan bahwa
kemungkinan buah dan sayuran sangatlah berperan dalam pencegahan penyakit
kanker yang sudah diteliti sejak 30 tahun silam. Pada kanker saluran cerna atas,
penelitian epidemiologis mengungkapkan bahwa orang dengan asupan buah dan
sayuran yang banyak mempunyai risiko terjadinya kanker saluran cerna atas yang
lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak mengonsumsi buah atau sayuran.
3. Kurangnya aktivitas fisik/ olahraga. Menurut Kruk dan Czerniak dalam Nila F
mengatakan bahwa ada bukti substansial bahwa tingkat aktivitas fisik yang lebih
tinggi berkaitan dengan menurunkan risiko beberapa kejadian kanker. Kanker kolon
adalah salah satu kanker yang paling banyak diteliti dalam kaitannya dengan aktivitas
fisik.
4. Penggunaan rokok yang berlebihan . Seperti yang diketahui pada umumnya bahwa
merokok dapat meningkatkan risiko kejadian kanker secara signifikan. Banyak
penelitian kohort observasional menunjukkan hubungan merokok dengan kejadian
kanker prostat dan kematian (Huncharek, et al. dalam Nila F).
5. Konsumsi alkohol yang berlebihan. Alkohol meningkatkan risiko kanker rongga
mulut dan faring, kerongkongan, kolorektum, hati, laring dan payudara wanita. Ada
banyak bukti bahwa minum alkohol dikaitkan dengan beberapa kejadian kanker lain
diantaranya kanker pankreas, kanker prostat dan kanker melanoma (Bagnardi, et al.
2015 dalam Nila F 2017).

7
6. Hubungan seks yang tidak aman. Sangat banyak penyakit menular seksual yang
dikaitkan dengan beberapa jenis keganasan, salah satunya adalah infeksi oleh HPV
(Human Papilloma Virus). HPV merupakan faktor penyebab utama pada kejadian
kanker leher Rahim, dan yang berisiko tinggi untuk kejadian infeksi HPV adalah
seorang pekerja seks (Ersan, et al. 2013 dalam Nila F 2017).

Adapun faktor risiko yang tidak dapat dihindari seperti faktor risiko lingkungan, usia,
virus atau mutasi gen dan zat-zat kimia. Beberapa faktor resikonya:

1. Usia lanjut, merupakan faktor risiko penting untuk kanker secara keseluruhan dan
untuk banyak jenis kanker. Rata-rata usia saat terdiagnosis kanker adalah 66 tahun
menurut NCI’S Surveillance, Epidemiology, and End Results program. Tetapi kanker
juga dapat terjadi pada usia berapapun, misalnya kanker tulang yang paling sering
didiagnosis pada usia <20.
2. Paparan zat kimia dan radiasi secara berlebihan. Radiasi dengan panjang
gelombang tertentu memiliki energi yang cukup untuk merusak DNA dan
menyebabkan kanker misalnya radon (risiko kanker paru meningkat), sinar X, sinar
gamma.
3. Zat-zat yang menyebabkan kanker. Kanker disebabkan oleh perubahan gen-gen
tertentu yang mengubah fungsi sel. Perubahan genetik inilah yang salah satunya
akibat dari paparan lingkungan yang merusak DNA, seperti asap rokok dan sinar UV.
Substansi lainnya yang bersifat karsinogenik antara lain aflatoksin, arsenik, asbestos,
benzene, formaldehyde, dll.
4. Virus, seperti human papilloma virus (HPV). Pada pasien HIV/AIDS (kekebalan
tubuh lemah), risiko mengalami kanker yang disebabkan agen penyebab infeksi
meningkat. Epstein Barr Virus (EBV) yang menyebabkan menyebabkan limfoma,
virus hepatitis B & C menyebabkan kanker hati, human papillomavirus (HPV)
menyebabkan kanker serviks, anal, orofaringeal.
5. Paparan sinar matahari UV terus menerus.Sinar matahari, sunlamps, dan peralatan
tanning (membuat kulit gelap) yang melepaskan sinar UV. Pajanan terhadap sinar UV
menyebabkan penuaan kulit dini dan kerusakan kulit yang dapat menyebabkan kanker
kulit.

8
● Etiologi

Supriyanto (2014) mengatakan bahwa Kanker disebabkan oleh banyak faktor, dan
berkembang dalam waktu bertahun-tahun. Berikut adalah faktor-faktor penyebab yang paling
sering menyebabkan timbulnya kanker :

1. Virus, risiko mengalami kanker ini disebabkan agen penyebab infeksi yaitu virus,
yang memicu pertumbuhan sel-sel ganas yang tidak terkendali . Contoh virus tersebut
sebagai berikut:
● Virus Human Papilloma (HPV), virus yang diduga sebagai penyebab kanker
serviks.
● Virus Hepatitis B dan C, keduanya diduga sebagai penyebab terjadinya kanker
hati.
● Virus Epstein-Barr, penyebab kanker hidung dan tenggorokkan
● Virus HIV (Human Immunodeficiency virus), merupakan penyebab limfoma
dan kanker darah lainnya.
2. Bakteri, beberapa jenis bakteri diketahui dapat menyebabkan kanker, salah satunya
bakteri Helicobacter pylori (H. pylori) yang menjadi penyebab kanker lambung.
Contoh lainnya:
● Parasite Schistosoma atau Bilharzia dapat menyebabkan kanker kandung
kemih
● Infeksi Clonorchis sinensis, merupakan penyebab penyakit pankreas dan
saluran empedu
● Helicobacter pylori, merupakan penyebab kanker lambung
3. Zat-zat kimia (karsinogen) Bahan-
bahan yang termasuk kedalam karsinogenik diantaranya asap rokok, asbestos, dan
alkohol. Selain itu, zat kimia yang terdapat pada makanan yang diproses berlebihan,
seperti makanan yang digoreng dalam rendaman minyak ulang pakai, diasap, atau
dibakar. Bisa juga makanan mengandung pengawet dan pewarna, dan makan yang
terkontaminasi logam berbahaya, seperti merkuri pada seafood.
4. Paparan Sinar Ultraviolet (UV)
Paparan radiasi sinar ultraviolet (UV) dari matahari secara berlebihan,
khususnya antara pukul 10.00-14.00 dapat menyebabkan kulit terbakar. Kerusakan

9
permanen terhadap kulit dan mata dalam jangka panjang berpotensi menyebabkan
kanker kulit.

5. Ketegangan atau Stress


Stres kronis dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh seseorang yang pada
akhirnya dapat menjadi salah satu faktor pencetus terjadinya kanker, seperti Kaposi
sarcoma dan beberapa jenis limfoma (kanker getah bening). Stress juga berpengaruh
negative terhadap pengeluaran hormon endokrin, yaitu hormone yang mengatur
perbaikan DNA yang mengatur pertumbuhan sel.

6. Hormon
Terapi hormone telah digunakan selama bertahun-tahun oleh wanita
menopause untuk meringankan gejala dan menghambat gejala osteoporosis. Namun,
hal ini bukan tanpa efek samping. Karena ada kaitannya antara pengguna terapi
hormonal ( kombinasi progesteron dan estrogen atau estrogen saja). Dengan
meningkatkan risiko terkena kanker payudara dan kanker ovarium pada wanita.

7. Faktor Genetik
Sekitar 5-10% kasus kanker merupakan penyakit yang diturunkan. Pada
keluarga tertentu, gen abnormal dapat diwariskan. Jenis kanker yang diwariskan
dalam keluarga antara lain kanker payudara, ovarium, prostat, atau kolon (usus besar).

2.4 Gambaran Klinis, Fisik dan Laboratorium Kanker

● Gambaran Fisik
Pemeriksaan fisik bisa menjadi salah satu skrining awal untuk diagnosis kanker.
Pemeriksaan fisik untuk mendiagnosis kanker dimulai dengan pengecekan benjolan
ataupun perubahan warna pada kulit. Pemeriksaan fisik ini bisa juga dilakukan secara
mandiri. Pemeriksaan fisik harus lengkap dan seksama. Hal ini berarti, mencari dari
atas sampai ke bawah. Pemeriksaan dilaksanakan sesuai skema dan mencakup
inspeksi (mengamati), perkusi (mengetuk), auskultasi (mendengarkan dengan
stetoskop), dan palpasi (meraba).
● Gambaran Klinis
Pada umumnya pada awal terjadinya kanker (stadium awal) tidak menimbulkan gejala
yang akan mengganggu pasien. Akan tetapi, seiring berkembangnya sel abnormal dan
mengganggu pasien. Gejala klinis yang sering dialami pasien antara lain :

10
1. Terjadinya sindrom Cushing atau hiperkortisolisme, gejala yang terjadi karena
tingginya hormon kortisol.
2. Terjadi Dermatitis atau peradangan yang timbul pada kulit. Dimana gejala
kemerahan,kulit akan terasa kering dan merasakan sensasi gatal.
3. Perubahan kebiasaan buang air besar, misalnya diare kemudian adanya darah
dalam tinja.
4. Mengalami gejala batuk yang tidak kunjung sembuh atau berkepanjangan
disertai dengan nyeri dan beberapa kasus disebutkan jika batuk disertai darah.
5. Disfagia atau kesulitan menelan baik makanan maupun minuman.
6. Nausea atau mual yang disertai dengan muntah.
7. Fatigue yang parah dan berlangsung untuk waktu yang lama.
● Gambaran Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium, dilakukan pengecekan terutama pemeriksaan tinja,
urin dan darah. Pemeriksaan ini memberi keterangan mengenai berbagai proses di
dalam tubuh atau keadaan organ-organ tertentu.

2.5 Penegakan Diagnosa Penyakit Kanker

Penderita kanker akan dinyatakan atau didiagnosis terkena kanker setelah melewati
beberapa tahapan. Selain penilain oleh gejala-gejala fisik dan klinis yang timbul, selanjutnya
akan dicek informasi terkait riwayat penyakit pasien dan tahapan yang paling penting dalam
penegakan diagnosa adalah pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium ini menjadi
penegakan diagnosa kanker. Pemeriksaan laboratorium meliputi scanning, pemeriksaan CT-
scan atau MRI. Menindaklanjuti penegakan diagnosa, dokter akan menentukan pemeriksaan
apa yang akan dijalani dan ini akan menyesuaikan dengan jenis kanker yang diduga diderita
oleh pasien. Jenis-jenis pemeriksaan antara lain:

❖ Pemeriksaan laboratorium, biasanya menggunakan sampel yang berasal dari air


kencing, darah, atau cairan tubuh lainnya. Hasil pemeriksaan laboratorium masih
perlu didukung dengan pemeriksaan lainnya untuk memastikan diagnosis kanker.
❖ CT Scan, menggunakan mesin x-ray untuk mengambil gambar organ tubuh secara
detail. Anda juga akan menerima semacam pewarna pada area tertentu di tubuh Anda
yang memudahkan pembacaan hasilnya nanti.

11
❖ Nuclear Scan, dalam menggunakan pengecekan metode ini pasien akan menerima
suntikan berisi radioaktif dalam jumlah yang kecil yang disebut tracer. Tracer akan
mengalir melalui aliran darah dan terkumpul pada suatu bagian pada tulang atau organ
tubuh. Kemudian tubuh Anda akan di-scan untuk melihat gambar tulang atau organ
Anda apakah bisa menghilangkan isi suntikan tadi secara cepat atau tidak. Hasil
positif ditunjukkan dengan hasil scan dan jejak tracer tersebut.
❖ Ultrasound, sebuah alat akan digunakan untuk memancarkan gelombang suara
berupa ultrasound yang tidak bisa Anda dengar. Gelombang yang ditimbulkan akan
membentuk suatu echo / gema ketika bertemu dengan jaringan tubuh Anda. Hasil dari
pantulan gelombang dengan jaringan tubuh akan ditangkap dan digambarkan dalam
bentuk sonogram.
❖ MRI, pada pengecekan ini menggunakan magnet yang kuat dan terhubung pada
komputer untuk menggambarkan secara rinci area tubuh Anda yang nantinya akan
dicetak dan diamati hasilnya.
❖ PET Scan, hasil pemeriksaan ini akan menggambarkan bagaimana jaringan tubuh
dan organ bekerja. Hal tersebut dilihat dari gambar 3 dimensi yang didapat dari mesin
oleh tracer yang disuntikkan pada tubuh.
❖ X-rays, menggunakan sinar radiasi dalam dosis yang rendah untuk menggambarkan
isi dalam tubuh Anda.
❖ Biopsi, pada sebagian besar kasus, biopsi sering digunakan untuk mendiagnosis
kanker. Caranya adalah dengan mengambil jaringan tubuh tertentu dan diamati di
bawah mikroskop untuk melihat apakah termasuk sel kanker atau bukan.

Selain beberapa pemeriksaan di atas, mungkin akan dilakukan pemeriksaan lanjutan


untuk memastikan diagnosis kanker. Contohnya, pada kanker payudara akan dilakukan
mamografi, dan pada kanker serviks akan dilakukan uji pap smear. Setelah melalui berbagai
pemeriksaan, dokter akan menyimpulkan hasil pemeriksaan dan melakukan diagnosis.

2.6 Prognosis Penyakit Kanker

Perkembangan dari penyakit kanker melalui beberapa tahapan yang dikenal dengan
istilah stadium. Tahap stadium kanker, meliputi perkembangan sel kanker pada tubuh yang
digambarkan dengan seberapa banyak sel kanker yang terdapat pada tubuh dan di mana
lokasi sel kanker tersebut berada. Stadium pada kanker akan membantu dokter untuk
mengembangkan dan merancang rencana terapi yang cocok seperti bedah/operasi, kemoterapi,

12
atau radioterapi. Manfaat lain yang didapat dengan mengetahui stadium kanker adalah dapat
memprediksi kemungkinan sel kanker tersebut muncul kembali setelah pengobatan dan
harapan hidup pasien. Dengan mengetahui tahapan kanker, maka seseorang dapat
menentukan uji klinik yang cocok untuk diikuti.

Adapun sistem yang digunakan untuk menentukan stadium kanker, yang paling umum
dipakai oleh dokter, yaitu Sistem TNM. Sistem ini menentukan sistem stadium kanker
dengan memberikan huruf dan angka pada kanker untuk menggambarkan tumor (T). kelenjar
getah bening (N), dan berapa banyak kanker yang telah bermetastasis (M). Sistem ini
membantu untuk menentukan stadium keseluruhan kanker. Beberapa indikatornya yaitu:

● Tumor (T)
Kategori T ini akan memberikan informasi tentang umur, seperti ukurannya,
berapa banyak, dan apakah tumor telah menyebar ke jaringan yang lain. Contohnya:
T0: berarti tidak ada tumor yang bisa diukur. Semakin tinggi angka, akan semakin
besar ukuran tumor..
● Kelenjar Getah Bening (N)
Kategori N menjelaskan apakah kanker telah menyebar ke kelenjar getah
bening. N akan diikuti dengan angka 0-3. Kelenjar bening merupakan kelenjar yang
melawan virus dan bakteri sebelum virus dan bakteri menginfeksi tubuh. Jika hasil
adalah N0, kelenjar getah bening tidak terlibat. Semakin tinggi angka, maka semakin
banyak penyebaran sel kanker pada kelenjar getah bening.
● Metastasis (M)
Kategori M menunjukkan apakah kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang
lain. M diikuti oleh 0 atau 1. Jika kanker sudah menyebar ke organ dan jaringan di
bagian tubuh lainnya, akan diklasifikasikan sebagai M1. Sedangkan jika belum ada
penyebaran, akan diklasifikasikan sebagai M

Dalam menentukan tingkat keparahan atau stadium kanker, dokter akan


mengumpulkan berbagai data yang diperlukan untuk menentukan stadium kanker dengan
melakukan pemeriksaan-pemeriksaan seperti:

● Pemeriksaan fisik, yang dapat digunakan sebagai petunjuk lokasi dan ukuran sel
kanker.

13
● Imaging Test contohnya seperti x-rays, CT scan, dan MRI yang akan memberikan
gambaran lokasi sel kanker, ukuran tumor, dan penyebaran sel kanker.
● Pemeriksaan laboratorium yang memerlukan darah, urin (air seni), dan cairan tubuh
lainnya bahkan bagian tubuh tertentu yang diangkat.
● Laporan patologi yang akan memberikan informasi berupa ukuran tumor,
perkembangan jaringan dan organ, tipe sel kanker, dan derajat sel tumor dibandingkan
dengan sel normal.
● Laporan bedah berasal dari sampel yang didapat pada operasi dapat membantu
menentukan ukuran dan penampakan dari tumor.

Tingkat keparahan atau stadium dalam kanker diklasifikasikan sebagai berikut:

Stadium 0: Stadium ini menggambarkan kanker in situ yang berarti di


tempatnya, masih berada pada lokasi awal dan belum
menyebar ke jaringan sekitarnya. Stadium ini memiliki
harapan hidup yang baik. Biasanya dapat dilakukan
pembedahan.

Stadium I: Ukuran tumor kecil, yang bertumbuh ke jaringan


sekitarnya. Kanker masih belum menyebar ke kelenjar
getah bening atau organ tubuh yang lain. Stadium ini
dikenal juga dengan stadium awal/dini.

Stadium II dan III: Tumor sudah membesar, menyusup lebih dalam ke


jaringan sekitar. Sel kanker mungkin menyebar ke kelenjar
getah bening tapi belum menyebar ke organ tubuh yang
lain.

Stadium IV: Stadium ini merupakan stadium akhir di mana kanker


sudah menyebar ke organ tubuh yang lain.

Secara umum, semakin dini stadium kanker yang diketahui, akan lebih mudah untuk
diobati. Pengobatan kanker pada stadium awal masih bisa dilakukan dengan cara
radiasi. Sementara itu, kanker yang telah memasuki stadium akhir yang telah
menyebar ke area lain akan membutuhkan kemoterapi.

14
2.7 Tatalaksana Penyakit Kanker

Tatalaksana penyakit kanker dapat dilakukan dengan terapi kanker, adapun macam-
macam terapi kanker yaitu:

a. Pembedahan

Pembedahan merupakan salah satu pengobatan kanker. Namun demikian penanganan


kanker dengan pembedahan umumnya hanya berhasil kepada sel kanker yang belum
mengalami metastasis. Tetapi apabila sel kanker sudah menyebar ke organ lain, tidak
dapat dilakukan dengan pembedahan.

b. Radioterapi

Radioterapi adalah penggunaan radioaktif untuk menghancurkan sel tumor.


Keuntungan cara pengobatan kanker secara radioterapi adalah hanya menyebabkan
kerusakan sekecil mungkin terhadap jaringan normal di sekitarnya. Gabungan terapi
pembedahan dan radiasi dapat lebih memberi keuntungan karena radioterapi dapat
menghancurkan sel kanker mikroskopik yang dapat tersisa setelah pembedahan.
Selain itu, dengan radiasi dapat memperkecil tumor yang besar, menurunkan kambuh
setempat dan dapat menurunkan kemungkinan terjadinya metastasis. Jenis-jenis sinar
radiasi yang biasa digunakan untuk terapi kanker adalah Sinar Gamma (γ) dari
Kobalt-60 (Co-60) dan Sinar-X. Namun dengan radiasi ini memberikan efek samping
yang sangat membahayakan, yaitu dengan adanya sinar-X yang memiliki panjang
gelombang rendah dan energi tinggi dapat mempengaruhi sel-sel normal di sekitar
sel-sel kanker target. Hal ini dapat merusak bahkan membunuh sel – sel normal.

c. Imunoterapi

Imunoterapi adalah pengobatan kanker melalui pemanfaatan reaksi imun di dalam


tubuh penderita untuk menghancurkan sel kanker. Cara imunoterapi merupakan
pengobatan lanjutan karena dapat menangguhkan munculnya kembali sel kanker
untuk jangka waktu yang lama. BCF (Bacillus Calmette Guerin) sebagai turunan
bakteri Mycobacterium bovis yang telah dilemahkan merupakan zat imunoterapi
karena meningkatkan secara aktif respon kekebalan umum dan merangsang makrofag.
BCF bersifat nonspesifik karena tidak mempergunakan antigen unik untuk jenis sel
kanker tertentu.

15
d. Kemoterapi

Kemoterapi adalah pengobatan kanker melalui penggunaan agen kimia (obat anti
kanker). Berbeda dengan pembedahan dan radioterapi, kemoterapi tidak dibatasi oleh
metastasis. Akan tetapi, obat antikanker tetap tidak mampu menghancurkan semua sel
kanker di dalam tubuh penderita sehingga masih harus dikombinasi dengan cara
pengobatan lain seperti imunoterapi. Persyaratan obat antikanker yang baik masih
sulit ditentukan karena perbedaan antara sel kanker dan sel normal cukup kecil.
Pengobatan dengan kemoterapi tidak selektif, sehingga dapat mempengaruhi sel-sel
normal, dan menyebabkan kerusakan.

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan keberhasilan


pengobatan kanker diantaranya adalah :

1. Dukungan nutrisi yang tepat, didapatkan dari terapi diet makanan yang dikonsumsi.
2. Dukungan dari lingkungan keluarga, orang orang terdekat, maupun dari lingkungan
tempat tinggal,
3. Penanganan psikologis untuk meningkatkan motivasi dan rasa optimis yang kuat
untuk kesembuhan.

2.8 Interaksi Obat dan Makanan pada Penyakit Kanker

Interaksi obat diartikan sebagai fenomena yang terjadi apabila pengaruh suatu obat diubah
oleh pemberian obat sebelumnya atau untuk pemberian obat yang bersamaan. Interaksi obat
yang terjadi pada pasien kanker adalah interaksi farmakokinetik (interaksi antar obat yang
menyebabkan peningkatan atau penurunan absorpsi, metabolisme, distribusi, dan ekskresi
obat lain); serta interaksi farmakodinamik (interaksi obat yang berkompetisi pada tempat
yang sama untuk bereaksi dalam tubuh).

Contohnya saja pada penyakit kanker yang umum terjadi pada anak, terdapat beberapa
interaksi obat yang jika digunakan secara bersamaan akan menimbulkan suatu reaksi.
Pasangan obat yang berinteraksi yaitu:

1. Carboplatin (obat injeksi anti- kanker/ obat antineoplastik, yang digunakan sebagai
kemoterapi) dan Etoposide (obat golongan antineoplastik untuk penanganan kanker
paru-paru). Interaksi ini terjadi pada 2 protokol kanker, yaitu neuroblastoma (kanker

16
yang sering ditemukan di kelenjar kecil di atas ginjal/ kelenjar adrenal) dan
retinoblastoma (kanker mata yang menyerang bagian retina.) yang menunjukkan
(interaksi farmakokinetik).
2. Doksorubisin (obat kemoterapi yang banyak digunakan untuk terapi berbagai macam
jenis kanker seperti leukemia akut, kanker payudara, kanker tulang dan ovarium) dan
Siklofosfamid (obat antineoplastik golongan alkylating agent yang umum digunakan
untuk penanganan kanker, terutama kanker darah) menimbulkan (interaksi
farmakodinamik).
3. Siklofosfamid (obat antineoplastik golongan alkylating agent yang umum digunakan
untuk penanganan kanker, terutama kanker darah) dengan Deksametason (obat anti
inflamasi golongan glukokortikoid yang berperan dalam mengurangi atau menekan
proses peradangan dan alergi) menimbulkan (interaksi farmakokinetik).
4. Siklofosfamid (obat antineoplastik golongan alkylating agent yang umum digunakan
untuk penanganan kanker, terutama kanker darah) dengan Ondansetron (obat yang
dapat digunakan sendiri atau dengan obat lain untuk mencegah mual dan muntah yang
disebabkan oleh kemoterapi atau terapi radiasi) dimana menimbulkan (interaksi
farmakokinetik).
5. Cisplatin (obat yang masuk kedalam golongan obat kemoterapi sitotoksik.,
digunakan sebagai terapi pengobatan beberapa penyakit kanker, seperti kanker
ovarium, kanker testikel, kanker paru-paru, kanker kandung kemih, tumor otak,
limfoma, karsinoma, dan sarkoma) dengan Ondansetron (obat yang dapat
digunakan sendiri atau dengan obat lain untuk mencegah mual dan muntah yang
disebabkan oleh kemoterapi atau terapi radiasi) dapat menimbulkan (interaksi
farmakokinetik).

Interaksi makanan yang dikonsumsi dengan penyakit pasien sangat mempengaruhi


keberhasilan pengobatan kanker perlu adanya dukungan nutrisi yang optimal dengan
memperhatikan kebutuhan zat gizi dan tujuan pemberian zat gizi pasien kanker. Diet yang
dianjurkan :

● Tinggi protein : 1,5 - 2,0 g /kg BB untuk mengganti kehilangan berat badan,
● Tinggi kalori : 25 - 35 kcal/ kg BB,dan 40 - 50 kcal/ kg BB untuk mengganti
simpanan dalam tubuh bila pasien berat badan kurang. Bila terjadi infeksi perlu
tambahan kalori sesuai dengan keadaan infeksi.

17
● Makanan sebaiknya diberikan lebih banyak pada pagi hari. Diberikan porsi kecil dan
sering. Makanan formula sonde dapat diberikan sesuai dengan kondisi pasien. Bila
kehilangan berat badan mencapai lebih dari 20 °/o dapat diberikan ·Total Parenteral
Nutrition (TPN), sesuai dengan kondisi pasien,
● Bila perlu dapat diberikan suplemen vitamin B kompleks ( vitamin 86, Asam
pantotenat 1 asam folat, dll) vitamin A, dan vitamin C.
● Dianjurkan juga untuk memenuhi kebutuhan asam amino Lisin dan Metionin.
Glutamin diperlukan bagi pasien pasca operasi atau radiasi pada abdomen.

Beberapa substansi non gizi yang memiliki efek positif dalam mencegah timbulnya
kanker adalah sayuran jenis bunga, seperti : kubis, bunga kol, brokoli, dll., yang disebut juga
Cruciferous. Sayuran cruciferous ini diketahui mengandung indoles, dithiolthione, enzim,
serta senyawa kimia tertentu yang dapat menghancurkan zat karsinogen (pencetus kanker).
Sifat anti kanker juga terdapat pada bahan makanan lain, seperti : kedelai, kentang, dan
buncis karena bersifat "protease inhibitor" yang dapat menghambat tumbuhnya tumor.
Bawang putih diketahui mengandung zat -zat allicin yang dapat mencegah tumbuhnya sel
kanker. Buah apel segar dapat mencegah berkembangnya sel kanker karena adanya zat caffeic
atau chlorogenic acid yang berfungsi menghambat terbentuknya kanker. Sedangkan beta
karoten yang terdapat pada wortel dapat mencegah risiko terkena kanker paru-paru :yang
disebabkan oleh merokok.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Istilah lain dari kanker adalah NEOPLASMA, yaitu 'adanya pertumbuhan baru'.
Neoplasia terjadi apabila sel-sel di dalam jaringan atau organ berkembang secara tidak
terkendali sebagaimana yang seharusnya terjadi pada pertumbuhan normal. Pada neoplasma
yang ganas sel-sel dapat berkembang menyebar ke jaringan- jaringan di sekitarnya secara
langsung atau ke organ lain yang letak.nya berjauhan melalui pembuluh darah ataupun limpa
sehingga terjadi penyebaran sel-sel ganas atau metastase. Pada neoplasia tidak ganas biasanya
menimbulkan gejala terjadinya pembengkakan dan adanya penekanan terhadap jaringan yang
lain. Selanjutnya beberapa tumor tidak ganas cenderung untuk dapat menjadi ganas.

Pemeriksaan laboratorium ini menjadi penegakan diagnosa kanker. Pemeriksaan


laboratorium meliputi scanning, pemeriksaan CT-scan atau MRI. Menindaklanjuti penegakan
diagnosa, dokter akan menentukan pemeriksaan apa yang akan dijalani dan ini akan
menyesuaikan dengan jenis kanker yang diduga diderita oleh pasien. Selanjutnya akan
ditentukan tingkat stadium kanker, dengan Sistem TNM. Sistem ini merupakan sistem
penentuan stadium kanker yang paling banyak digunakan. Sistem ini memberikan huruf dan
angka pada kanker untuk menggambarkan tumor (T). kelenjar getah bening (N), dan berapa
banyak kanker yang telah bermetastasis (M). Sistem ini membantu untuk menentukan
stadium keseluruhan kanker.

3.2 Saran dan Penutup


Sekian bahasan materi yang dapat kami paparkan, besar harapan kami agar makalah
ini bisa bermanfaat bagi semua orang. Kami menyadari terdapat kekurangan pada
pembahasan makalah ini dikarenakan adanya keterbatasan referensi dan susunan Bahasa.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun senantiasa kami terima sebagai motivasi
dan pembelajaran kedepannya agar lebih baik lagi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Alfita, L. (2019). Perbedaan Coping Stress Ditinjau dari Jenis Kelamin pada Penderita
Kanker (Doctoral dissertation, Universitas Medan Area). Diakses 19 Januari 2023.

Fathonah, R. (2018). Identifikasi Efek Samping Kemoterapi Pada Penderita Kanker Di


Yayasan Kanker Sindonesia Mulyorejo (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surabaya). Diakses 19 Januari 2023.

Gani, E. Y., Nur, H., & Nugraheni, T. L. (2019). HUBUNGAN ANTARA ASUPAN LEMAK
DAN OBESITAS DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RSUD KOTA
YOGYAKARTA (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta).Diakses 19
Januari 2023.

Khoiriyah, R., & Handayani, S. (2020). Kesehatan Mental Emosional Perempuan Penderita
Kanker Di Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Maritim, 3(2).Diakses 19 Januari
2023.

Oktaviani Sukmadewi, N. P. A. (2020). POLA KONSUMSI PROTEIN HEWANI DAN


LEMAK SEBAGAI FAKTOR RISIKO KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RSUD
WANGAYA DENPASAR (Doctoral dissertation, Poltekkes Denpasar). Diakses 19
Januari 2023.

PUSPA, N. P. T., & DEVI, M. (2018). HUBUNGAN KADAR NEUTROFIL DENGAN


STATUS GIZI, KADAR ALBUMIN DAN TOTAL LIMFOSIT COUNT (TLC) PASIEN
KANKER DENGAN KEMOTERAPI (Doctoral dissertation, JURUSAN GIZI).
Diakses 19 Januari 2023.

Putri, I. Y., Indra, R. L., & Lita, L. (2022). Description of the Factors Behind The Choice Of
Alternative Medicine In Breast Cancer Patient. JURNAL KESEHATAN SAMODRA
ILMU, 13(1), 29-33. Diakses 19 Januari 2023.

Sukohar, A., & Catur, M. M. S. P. (2016). Air Alkali Terionisasi Pencegahan Termutakhir
Timbulnya Kanker. Jurnal Majority, 5(2), 74-80. Diakses 19 Januari 2023.

20

Anda mungkin juga menyukai