Anda di halaman 1dari 16

Reaktor Kimia

8 – Reaction Heat Balance


Cholila Tamzysi, S.T., M.Eng.
Semester VI - 2021

Fogler H.S., 2006, Element of Chemical Reaction Engineering, 4th ed.


Heat Balance

Performa reaktor yang maksimal Pengaturan suhu di dalam reaktor dapat


(konversi tinggi) dapat dicapai dengan dilakukan dengan 3 metode:
mengatur kondisi operasi yang tepat • Non adiabatic: energi panas dapat masuk ke
pada reaktor. Salah satu variable yang sistem ataupun keluar ke lingkungan
paling berpengaruh adalah suhu (T). • Adiabatic: energi panas tidak dapat masuk ke
Dalam reaksi kimia, suhu sistem ataupun keluar ke lingkungan
• Isothermal: suhu di dalam sistem dijaga
mempengaruhi 2 hal:
tetap dengan menyuplai / mengambil energi
• Kecepatan reaksi (Arhennius panas sehingga seimbang terhadap energi
equation) yang dikonsumsi / dihasilkan oleh proses
−𝐸 reaksi
𝑘 = 𝐴. 𝑒𝑥𝑝
𝑅𝑇
• Kesetimbangan reaksi (reaksi
reversible)
Reactor ~ Dapat dicapai
without dengan
Inlet valve membiarkan
isolator
Reactant A kondisi dinding
reaktor apa
Inlet valve adanya
Reactant B Non Reactor with
Adiabatic isolator ~ Dapat dicapai
dengan mengisolasi
dinding reaktor agar
Adiabatic aliran energi panas
terhambat
Heater
Isothermal
~ Dapat dicapai
dengan
Product C 111 melengkapi alat
Reactor with pemanas /
Outlet valve
heater/ cooler pendingin pada
reaktor
Persamaan umum neraca panas

𝑑𝑄
𝑄𝑖𝑛 − 𝑄𝑜𝑢𝑡 − 𝑄𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 =
𝑑𝑡
Panas Panas Panas Panas
masuk keluar pembangkitan terakumulasi

“Hilang (-) atau muncul (+)” “Perubahan panas


Transfer panas karena proses perubahan fasa terhadap perubahan
masuk/keluar sistem atau reaksi kimia waktu”

• Pada proses non-alir, setiap suku persamaan neraca panas memiliki satuan energi [cal],
dengan akumualsi 0
• Pada proses alir, setiap suku persamaan neraca panas memiliki satuan energi per waktu
[cal/second] atau [J/s=watt]
Transfer Panas (Qin & Qout)
Energi panas dapat berpindah (masuk/ keluar) dari suatu sistem ke sistem yang lain melalui
proses berikut:
1. Energi panas dibawa oleh massa yang mengalir. Dengan memanfaatkan sifat fisis berupa
kapasitas panas material, energi panas dalam material yang mengalir dapat dihitung.
𝑄𝑖𝑛/𝑜𝑢𝑡 = 𝐹. 𝐶𝑝 . ∆𝑇
𝑐𝑎𝑙 𝑘𝑔 𝑐𝑎𝑙
= 𝐾
𝑠 𝑠 𝑘𝑔. 𝐾
2. Energi panas mengalir tanpa disertai massa yang mengalir, namun menggunkan media lain.
Berdasarkan perbedaan media yang dilalui, transfer panas terbagi menjadi 3 fenomena:
• Konduksi: perpindahan panas melalui media diam/padat
• Konveksi: perpindahan panas melalui media bergerak/fluida (cair&gas)
• Radiasi: perpindahan panas secara langsung tanpa media apapun
Pada umumnya, transfer panas overall pada permukaan alat pemanas/dinding dihitung sbb:
𝑄𝑖𝑛/𝑜𝑢𝑡 = 𝑈. 𝐴. 𝑇𝑤𝑎𝑙𝑙 − 𝑇
Panas Pembangkitan (Qgen)
Energi panas dapat dibangkitkan/diserap oleh sebuah sistem yang mengalami proses fisis berupa
perubahan fasa atau proses kimia berupa reaksi kimia.

Reaksi sebuah zat harus melalui 2 tahapan


perubahan energi yaitu penyerapan energi
aktivasi dan pelepasan energi.

Selisih kondisi kandungan energi awal dan akhir


reaksi (∆Hr) merupakan jumlah energi panas
yang diserap atau dilepas per mol zat yang
bereaksi.

Jumlah panas reaksi overall (∆Hreaction) baik pada


sistem endotermis maupun eksotermis dihitung
dari perbedaan entalpi produk (∆Hproduct) dan
reaktan (∆Hreactant) dengan satuan energi/mol
atau [cal/mol].
Pada suhu referensi (Tref):
∆𝐻𝑟𝑜 = ∆𝐻𝑓𝑜 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡 − ∆𝐻𝑓𝑜 𝑟𝑒𝑎𝑐𝑡𝑎𝑛𝑡

Contoh, reaksi 𝐴 + 𝑏 𝑎 𝐵 → 𝑐 𝑎 𝐶 + 𝑑 𝑎 𝐷
∆𝐻𝑟𝑜 = 𝑐 𝑎 . ∆𝐻𝑓𝐶𝑜
+ 𝑑 𝑎 . ∆𝐻𝑓𝐷
𝑜
− 𝑏 𝑎 . ∆𝐻𝑓𝐵
𝑜 𝑜
+ ∆𝐻𝑓𝐴
Pada suhu reaksi tertentu (T):
∆𝐻𝑟 = ∆𝐻𝑟𝑜 + 𝐶𝑝 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡 − 𝐶𝑝 𝑟𝑒𝑎𝑐𝑡𝑎𝑛𝑡 𝑇 − 𝑇𝑟𝑒𝑓

• Eksotremis ∆Hreaction = ∆Hproduct - ∆Hreactant = (-) untuk molekuler sistem


• Endotermis ∆Hreaction= ∆Hproduct - ∆Hreactant = (+) untuk molekuler sistem
Masing-masing suku Q pada neraca panas memiliki satuan [cal/s], sehingga jika pada sistem yang
melibatkan reaksi, panas reaksi harus dikalikan dengan jumlah zat yang bereaksi (-rAV) dengan
satuan [mol/s] yang didapatkan dari neraca massa.
𝑐𝑎𝑙 𝑐𝑎𝑙 𝑚𝑜𝑙
𝑄𝑔𝑒𝑛 = ∆𝐻𝑟 −𝑟𝐴 . 𝑉 = 𝐿
𝑠 𝑚𝑜𝑙 𝑠.𝐿
Akumulasi Panas (dQ/dt)
Akumulasi panas terjadi akibat ketidak seimbangan energi panas yang masuk ataupun keluar
singga terjadi peningkatan / penurunan suhu. Energi panas yang dibutuhkan untuk mengubah suhu
suatu benda disebut panas sensible (sensible heat). Variabel yang menunjukkan jumlah energi yang
dibutuhkan untuk mengubah satu satuan suhu dari satu satuan massa disebut kapasitas panas/
heat capacity (Cp).
Panas sensible yang konstan dapat dihitung dengan persamaan:
𝑄 = 𝑚. 𝐶𝑝 . Δ𝑇

Pada proses alir, jika nilai panas sensible (Q) terakumulasi pada waktu tertentu (t), nilai perubahan
panas terhadap perubahan waktu (dQ/dt) dari kondisi suhu awal (T1) ke kondisi suhu akhir (T2)
dapat dihitung dengan:

𝑑𝑄 𝑄2 − 𝑄1 𝑚. 𝐶𝑝 . 𝑇2 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 − 𝑚. 𝐶𝑝 . 𝑇1 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 𝑚. 𝐶𝑝 . 𝑇2 − 𝑇1
= = =
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡

𝑑𝑄 𝑚. 𝐶𝑝 . 𝑑 𝑇
=
𝑑𝑡 𝑑𝑡
Contoh: Langkah-langkah perancangan RATB dengan neraca panas

Stokiometri 𝐹𝑉0 𝐶𝐴0 − 𝐶𝐴


𝑉=
−𝑟𝐴
𝐶𝐴 = 𝐶𝐴0 1 − 𝑥
Neraca Non Adiabatic
Neraca
massa panas Adiabatic
RATB RATB
Persamaan Isothermal
kecepatan reaksi

−𝑟𝐴 = 𝑘𝐶𝐴
−𝑟𝐴 = 𝑘𝐶𝐴2

Perancangan Reaktor RATB Non isotermal – Non Adiabatis
Design equation
• Reaktor RATB
neraca massa reaktan A dalam kondisi steady state :

Rate of flow  Rate of flow   Rate of   Rate of 


    
of A input  of A ouput   reaction   accumulation 

FA  FA  (rA )V  0
0 FA0
FB0
FA  FA FC0 FA
V 0 ….. (1) FD0 FB
(rA ) FI0 FC
FD
FI
Reaksi : aA  bB  cC  dD

Q
Neraca panas pada reaktor dalam kondisi steady state :
𝑄𝑖𝑛 − 𝑄𝑜𝑢𝑡 − 𝑄𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 = 0
• Rate of heat input:
𝑄𝑖𝑛 = 𝑄𝑚𝑎𝑠𝑠,𝑖𝑛 + 𝑄ℎ𝑒𝑎𝑡𝑒𝑟,𝑖𝑛
𝑇𝑖𝑛
𝑄𝑖𝑛 = 𝐹𝑖 . 𝐶𝑝,𝑖 . 𝑑𝑇 + 𝑈. 𝐴 𝑇ℎ𝑒𝑎𝑡𝑒𝑟 − 𝑇𝑜𝑢𝑡
𝑇𝑟𝑒𝑓

• Rate of heat input:


𝑄𝑜𝑢𝑡 = 𝑄𝑚𝑎𝑠𝑠,𝑜𝑢𝑡
𝑇𝑜𝑢𝑡
𝑄𝑜𝑢𝑡 = 𝐹𝑖 . 𝐶𝑝,𝑖 . 𝑑𝑇
𝑇𝑟𝑒𝑓

• Heat of generation:
𝑄𝑔𝑒𝑛 = 𝑄𝑟𝑒𝑎𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛
𝑄𝑔𝑒𝑛 = ∆𝐻𝑟 −𝑟𝐴 . 𝑉
dari substitusi neraca massa:
𝑄𝑔𝑒𝑛 = ∆𝐻𝑟 𝐹𝐴0 . 𝑥
Persamaan akhir neraca panas:

𝑄𝑖𝑛 − 𝑄𝑜𝑢𝑡 − 𝑄𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 = 0


𝑇𝑖𝑛 𝑇𝑜𝑢𝑡
𝐹𝑖 . 𝐶𝑝,𝑖 . 𝑑𝑇 + 𝑈. 𝐴 𝑇ℎ𝑒𝑎𝑡𝑒𝑟 − 𝑇𝑜𝑢𝑡 − 𝐹𝑖 . 𝐶𝑝,𝑖 . 𝑑𝑇 − ∆𝐻𝑟 𝐹𝐴0 . 𝑥 = 0
𝑇𝑟𝑒𝑓 𝑇𝑟𝑒𝑓
𝑇𝑖𝑛 𝑇𝑟𝑒𝑓
𝐹𝑖 . 𝐶𝑝,𝑖 . 𝑑𝑇 + 𝐹𝑖 . 𝐶𝑝,𝑖 . 𝑑𝑇 + 𝑈. 𝐴 𝑇ℎ𝑒𝑎𝑡𝑒𝑟 − 𝑇𝑜𝑢𝑡 − ∆𝐻𝑟 𝐹𝐴0 . 𝑥 = 0
𝑇𝑟𝑒𝑓 𝑇𝑜𝑢𝑡
𝑇𝑖𝑛
𝐹𝑖 . 𝐶𝑝,𝑖 . 𝑑𝑇 + 𝑈. 𝐴 𝑇ℎ𝑒𝑎𝑡𝑒𝑟 − 𝑇𝑜𝑢𝑡 − ∆𝐻𝑟 𝐹𝐴0 . 𝑥 = 0
𝑇𝑜𝑢𝑡

jika Cp constant (bukan fungsi T)

𝐹𝑖 . 𝐶𝑝,𝑖 . 𝑇𝑖𝑛 − 𝑇𝑜𝑢𝑡 + 𝑈. 𝐴 𝑇ℎ𝑒𝑎𝑡𝑒𝑟 − 𝑇𝑜𝑢𝑡 − ∆𝐻𝑟 𝐹𝐴0 . 𝑥 = 0


Jika proses berjalan secara:
• Non adiabatis (terjadi perubahan suhu dan panas bisa keluar masuk sistem):
𝐹𝑖 . 𝐶𝑝,𝑖 . 𝑇𝑖𝑛 − 𝐹𝑖 . 𝐶𝑝,𝑖 . 𝑇𝑜𝑢𝑡 + 𝑈. 𝐴 𝑇ℎ𝑒𝑎𝑡𝑒𝑟 − 𝑈. 𝐴 𝑇𝑜𝑢𝑡 − ∆𝐻𝑟 𝐹𝐴0 . 𝑥 = 0

− 𝐹𝑖 . 𝐶𝑝,𝑖 − 𝑈. 𝐴 𝑇𝑜𝑢𝑡 + 𝑈. 𝐴 𝑇ℎ𝑒𝑎𝑡𝑒𝑟 + 𝐹𝑖 . 𝐶𝑝,𝑖 . 𝑇𝑖𝑛 − ∆𝐻𝑟 𝐹𝐴0 . 𝑥 = 0


𝑈. 𝐴 𝑇ℎ𝑒𝑎𝑡𝑒𝑟 + 𝐹𝑖 . 𝐶𝑝,𝑖 . 𝑇𝑖𝑛 − ∆𝐻𝑟 𝐹𝐴0 . 𝑥
𝑇𝑜𝑢𝑡 =
𝐹𝑖 . 𝐶𝑝,𝑖 + 𝑈. 𝐴
• Adiabatis (tidak ada panas yang keluar masuk sistem (Qheater=0)
𝐹𝑖 . 𝐶𝑝,𝑖 . 𝑇𝑖𝑛 − 𝑇𝑜𝑢𝑡 + 0 − ∆𝐻𝑟 𝐹𝐴0 . 𝑥 = 0

𝐹𝑖 . 𝐶𝑝,𝑖 . 𝑇𝑖𝑛 − 𝐹𝑖 . 𝐶𝑝,𝑖 . 𝑇𝑜𝑢𝑡 + 0 − ∆𝐻𝑟 𝐹𝐴0 . 𝑥 = 0


𝐹𝑖 . 𝐶𝑝,𝑖 . 𝑇𝑖𝑛 − ∆𝐻𝑟 𝐹𝐴0 . 𝑥
𝑇𝑜𝑢𝑡 =
𝐹𝑖 . 𝐶𝑝,𝑖
Contoh: Reaksi pembakaran gas metana
1 mol/s gas metana dibakar secara stokiometris dari kondisi ruang dengan oksigen murni pada sebuah
tungku secara kontinyu. Jika panas reaksi metana pada suhu pembakaran (∆HR) sebesar -802 kJ/mol,
konversi 100%, kapasitas panas CO2 dan H2O adalah konstan sebesar 37,35 J/mol.K dan 75,33 J/mol.K,
perkirakan berapa suhu gas keluar tungku jika tidak ada heat loss ke dinding ruang pembakaran.
Untuk menyelesaikan problem ini, perlu disusun neraca massa dan neraca panas secara simultan.
Reaksi pembakaran metana: 𝐶𝐻4 + 2𝑂2 → 𝐶𝑂2 + 2𝐻2 𝑂
Neraca massa metana Neraca panas metana
𝑑𝑀𝐴 𝑑𝑄
𝐹𝑖𝑛, 𝐴 − 𝐹𝑜𝑢𝑡, 𝐴 − 𝑀𝑔𝑒𝑛, 𝐴 = 𝑄𝑖𝑛 − 𝑄𝑜𝑢𝑡 ± 𝑄𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 =
𝑑𝑡 𝑑𝑡
Proses kontinyu, konversi 100% ~ Fout=0 Proses kontinyu,
𝐹𝑖𝑛 − 0 − −𝑟𝐴 𝑉 = 0 𝑄𝑖𝑛 − 𝑄𝑜𝑢𝑡 − −𝑟𝐴 𝑉 ∆𝐻𝑅 = 0
−𝑟𝐴 𝑉 = 𝐹𝑖𝑛
Subsitusi neraca massa
𝑄𝑖𝑛 − 𝑄𝑜𝑢𝑡 − 𝐹𝑖𝑛 ∆𝐻𝑅 = 0
• Panas masuk diukur dari reaktan:
𝑄𝑖𝑛 = 𝑚. 𝐶𝑝 . 𝑇𝑖𝑛 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 + 𝑚. 𝐶𝑝 . 𝑇𝑖𝑛 − 𝑇𝑟𝑒𝑓
𝐶𝐻4 𝑂2
karena reaktan masuk pada suhu yang sama dengan suhu referensi (250C), maka Tin-Tref=0
𝑄𝑖𝑛 = 0
• Panas keluar diukur dari produk
𝑄𝑜𝑢𝑡 = 𝑚. 𝐶𝑝 . 𝑇𝑜𝑢𝑡 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 + 𝑚. 𝐶𝑝 . 𝑇𝑜𝑢𝑡 − 𝑇𝑟𝑒𝑓
𝐶𝑂2 𝐻2𝑂
𝑄𝑜𝑢𝑡 = 𝑇𝑜𝑢𝑡 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 𝑚. 𝐶𝑝 + 𝑚. 𝐶𝑝
𝐶𝑂2 𝐻2𝑂
Neraca panas metana
0 − 𝑇𝑜𝑢𝑡 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 𝑚. 𝐶𝑝 + 𝑚. 𝐶𝑝 − 𝐹𝑖𝑛 ∆𝐻𝑅 = 0
𝐶𝑂2 𝐻2𝑂
𝐹𝑖𝑛 ∆𝐻𝑅
𝑇𝑜𝑢𝑡 = 𝑇𝑟𝑒𝑓 −
𝑚. 𝐶𝑝 + 𝑚. 𝐶𝑝
𝐶𝑂2 𝐻2𝑂
𝑚𝑜𝑙 𝐽
1 𝑠 −802 ∗ 103
𝑚𝑜𝑙
𝑇𝑜𝑢𝑡 = 298𝐾 −
𝑚𝑜𝑙 𝐽 𝑚𝑜𝑙 𝐽
1 𝑠 37,35 + 2 𝑠 75,33
𝑚𝑜𝑙. 𝐾 𝑚𝑜𝑙. 𝐾
𝑇𝑜𝑢𝑡 = 4563 𝐾

Anda mungkin juga menyukai