Oleh :
Atrisia Ayuning Tyas, S.Ked
K1A1 11 067
Pembimbing :
dr.Rustam Noertika HN,M.Kes.,Sp.OT
• Identitas Pasien
Nama : Ny. WD Z
Umur : 59 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Bidan
Alamat : Kelurahan Watulondo
No. RM : 89 13 40
Tanggal masuk : 3 Agustus 2021
• Anamnesis
Keluhan Utama : nyeri bahu kiri post KLL
Anamnesis terpimpin : Dialami sejak ± 1 jam yang lalu setelah kecelakaan lalu lintas .
MoT : nyeri pada bahu kiri setelah kecelakaan lalulintas ± 1 jam yang lalu sebelum masuk
rumah sakit mengendarai motor tunggal, menggunakan helm dengan kecepatan
sedang, tiba-tiba tanpa sengaja menghantam gundukan sehingga terjatuh kearah kiri
dan bagian motor menimpah bahu kirinya,
HoT : - Riwayat pingsan saat terjatuh (-)
• Riwayat mual dan muntah saat terjatuh (-)
• Riwayat penanganan sebelumnya (-)
• Riwayat diurut ke dukun (-)
• Riwayat nyeri kepala sebelumnya (-)
• Pasien dominan tangan kanan
• Pemeriksaan Fisik
• Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan, gizi baik, composmentis
• Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 71 x/menit
Pernapasan : 22 x/menit
Suhu : 36,6°C
VAS : 5/10
• Status Present
Kepala Bentuk normocephal
Mata Konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga Perdarahan (-), sekret (-)
Hidung Perdarahan (-), sekret (-)
Mulut Bibir kering (-), lidah kotor (-), perdarahan gusi (-)
hiperemis faring/tonsil (-)
Thorax Inspeksi : Pergerakan dinding dada spontan, simetris kiri
dengan kanan
Palpasi : Vokal fremitus simetris kiri = kanan, nyeri
tekan (-)
Perkusi : Batas paru hepar pada ICS VI linea
midklavikula kanan. Batas paru lambung pada ICS
VIII linea axillaris anterior sinistra. Sonor kiri dan kanan
Auskultasi : Vesikuler. Bunyi tambahan: rhonki (-/-)
wheezing (-/-)
Abdomen Inspeksi : Cembung, ikut gerak nafas
Auskultasi : Peristaltik kesan normal
Perkusi : Timpani (+)
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Punggung Deformitas (-), Nyeri tekan (-)
Ekstremitas Ekstremitas Atas
Kiri : Status Lokalis
Inspeksi : Deformitas (+) fleksi ekstensi, Wound (-),
Swelling (-), hematom (+), edema (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), krepitasi (+)
Akral : Hangat
CRT : < 2 detik
Kanan : Dalam batas normal
Inspeksi : Deformitas (-), Wound (-), Swelling (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Akral : Hangat
CRT : < 2 detik
Ekstremitas Bawah
Kanan : Dalam batas normal
Inspeksi : Deformitas (-), Wound (-), Swelling (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Akral : Hangat
CRT : < 2 detik
Kiri : Dalam batas normal
Inspeksi : Deformitas (-), Swelling (-), wound (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Akral : Hangat
CRT : < 2 detik
Genitalia : dalam batas normal
• Status Lokalis
Regio Shoulder Join Sinistra:
Inspeksi : Deformitas (+), swelling (-), hematoma (+), Wound (-)
• Pemeriksan Penunjang
Darah rutin (03/8/2021)
• WBC : 6,65 x 103/ul
• RBC : 3,88 x 10 6/ul
• HB : 11,2 g/dL
• HCT : 34,5%
• MCV : 89,9 fL
• MCH : 28,9 pg
• MCHC : 32,5 g/dL
• PLT : 226 x 103/ul
Kimia darah (03/8/2021)
• CT : 4’32”
• BT : 2’22”
• SGOT : 25 U/L
Imunologi
• Tampak fraktur os clavicula kiri 1/3 tengah, dengan displacement segmen lateral ke
inferior
• Tak tampak erosi/destruksi tulang
• Tak tampak kalsifikasi abnormal
• Tak tampak Soft tissue swelling
Kesan : fraktur os clavicula kiri 1/3 tengah, dengan displacement segmen lateral ke inferior
Foto Rontgen Thoraks PA (03/8/2021)
• Cor : membesar dengan CTR >50%
• Pulmo : tak tampak infiltrate
• Sinus phrenicocostalis : kanan kiri tajam
• tampak fraktur os clavicula kiri 1/3 tengah, dengan displacement segmen lateral ke
inferior
Kesan :
• Cardiomegaly
• fraktur os clavicula kiri 1/3 tengah, dengan displacement segmen lateral ke inferior
• Diagnosa Kerja
.
Defferential Diagnosis:
• Terapi
Non Farmakologi:
• Immobilisasi
• Back splint
• Edukasi
• Jangan diurut
• Sebaiknya dilakukan rujukan untuk mendapatkan penanganan selanjtnya
• Jika menolak, informed consent tentang kemungkinan keterbatasan aktifitas fisik
• Jaga gizi dan hygiene
Terapi Farmakologi
• IVFD RL 28 TPM
• Inj Ceftriaxone 1 gr /12 jam/iv
• Inj Ranitidin 1 amp/8 jam/iv
• Inj ketorolak 1 amp/8 jam/iv
• Rencana Pasang ORIF
• Resume
Perempuan usia 59 tahun dengan keluhan utama nyeri bahu kiri. setelah kecelakan
lalu lintas Dialami sejak ± 1 jam yang lalu sebelum masuk rumah sakit. MoT: Pasien
mengalami kecelakaan lalu lintas pada saat mengendarai motor tunggal menggunakan helm
dengan kecepatan sedang, tiba-tiba tanpa sengaja menghantam gundukan sehingga terjatuh
kearah kiri dan bagian motor menimpah bahu kirinya. HoT: riwayat diurut ke dukun (-)
Riwayat pingsan (-), riwayat mual munta (-), riwayat nyeri kepala (-), riwayat penyakit (-).
Tanda-tanda vital dalam batas normal, VAS 6/10. Status lokalis: shoulder joint sinistra,
inspeksi deformitas (+), Hematoma (+), Palpasi: nyeri tekan bahu kiri. ROM : aktif dan pasif
shoulder joint sinistra terbatas karena nyeri. Pemeriksaan radiologis: x-ray humerus dextra
AP/Lat kesan fraktur os clavicula kiri 1/3 tengah, dengan displacement segmen lateral ke
inferior
• Follow Up
Hari/tangga
Perjalanan penyakit Planning
l
04/11/2019 S : Keterbatasan gerak pada siku T:
kanan Immobilisasi
O : Sakit ringan • Back splint
TD : 110/60 mmHg Edukasi
N : 88x/m, regular kuat angkat • Jangan diurut
P : 20x/m • Sebaiknya dilakukan rujukan
S : 36,6° C untuk mendapatkan
Status lokalis: regio elbow dextra: penanganan selanjtnya
Inspeksi : deformitas (+) extension • Jika menolak, informed
kontraktur consent tentang kemungkinan
Palpasi: Nyeri tekan (-) keterbatasan aktifitas fisik
ROM : Aktif dan pasif elbow joint • Jaga gizi dan hygiene
pergerakan terbatas karena nyeri
NVD : Sensibilitas normal, pulsasi
A. radialis dekstra teraba, CRT
≤ 2 detik.
Lab 04/11/2019
WBC : 7,92 x 103/ul
RBC : 4,53 x 10 6/ul
HB : 11,9 g/dL
PLT : 310 x 103/ul
A : PH0 + Kontraktur elbow ec.
neglected malunion fraktur
suprakondyles humerus dextra
S : Nyeri post operasi T : Instruksi post op:
O : Sakit sedang IVFD RL 16 tpm
TD : 110/70 mmHg Cefotaxime 1A/12 jam/IV
N : 84x/menit Ondansetron 1A/8 jam/IV
P : 20x/menit Antrain 1A/12 jam/IV
S : 36,7°C Dexametason 1A/8 jam/IV
Status lokalis: regio elbow dextra: Asam tranexamat 1A/8 jam/IV
05/11/2019 Inspeksi : deformitas (-), terpasang Paracetamol infuse 4x250 mg/IV
elastic verban, drain ± 5 cc Jaga gizi dan hygiene
Palpasi: Nyeri tekan (+)
ROM : Aktif dan pasif elbow joint
pergerakan terbatas karena nyeri
NVD : Sensibilitas normal, pulsasi
A. radialis dekstra teraba, CRT
≤ 2 detik
A : POH0 + Post Osteotomy
06/11/2019 S : Nyeri post operasi T:
O : Sakit sedang IVFD RL 20 tpm
TD : 110/70 mmHg Cefotaxime 1A/12 jam/IV
N : 88x/menit Ondansetron 1A/8 jam/IV
P : 20x/menit S : 36,5°C Antrain 1A/12 jam/IV
Status lokalis: regio elbow dextra: Dexametason 1A/8 jam/IV
Inspeksi : deformitas (-), terpasang Asam tranexamat 1A/8 jam/IV
elastic verban, drain ± 20 cc Paracetamol infuse 4x250 mg/IV
Palpasi: Nyeri tekan (+) Jaga gizi dan hygiene
ROM : Aktif dan pasif elbow joint
pergerakan terbatas karena nyeri
NVD : Sensibilitas normal, pulsasi
A. radialis dekstra teraba, CRT
≤ 2 detik.
A : POH1 + Post Osteotomy
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
• Definisi
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Tulang bersifat relatif rapuh,
namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat
terjadi akibat: 1) peristiwa trauma tunggal, 2) tekanan yang berulang-ulang, 3) kelemahan
abnormal pada tulang (fraktur patologik). Trauma yang menyebabkan tulang patah, dapat
berupa trauma langsung dan dapat berupa trauma tidak langsung.1,2
Fraktur humerus adalah fraktur pada tulang humerus yang disebabkan oleh benturan
atau trauma langsung maupun tidak langsung. Fraktur suprakondiler humerus adalah
fraktur pada ujung distal dari tulang humerus tepatnya diatas epifisial plate atau lempeng
pertumbuhan. Fraktur pada daerah siku ini banyak dijumpai pada anak-anak dengan usia 5-
8 tahun dan tepatnya pada anak laki-laki.1,3
• Anatomi Humerus4,5
Humerus (arm bone) merupakan tulang terpanjang dan terbesar dari ekstremitas
superior. Tulang tersebut bersendi pada bagian proksimal dengan skapula dan pada bagian
distal bersendi pada siku lengan dengan dua tulang, ulna dan radius.
Ujung proksimal humerus memiliki bentuk kepala bulat (caput humeri) yang
bersendi dengan kavitas glenoidalis dari scapula untuk membentuk articulatio gleno-
humeri. Pada bagian distal dari caput humeri terdapat collum anatomicum yang terlihat
sebagai sebuah lekukan oblik. Tuberculum majus merupakan sebuah proyeksi lateral pada
bagian distal dari collum anatomicum. Tuberculum majus merupakan penanda tulang
bagian paling lateral yang teraba pada regio bahu. Antara tuberculum majus dan
tuberculum minus terdapat sebuah lekukan yang disebut sebagai sulcus intertubercularis.
Collum chirurgicum merupakan suatu penyempitan humerus pada bagian distal dari kedua
tuberculum, dimana caput humeri perlahan berubah menjadi corpus humeri. Bagian
tersebut dinamakan collum chirurgicum karena fraktur sering terjadi pada bagian ini.
Corpus humeri merupakan bagian humerus yang berbentuk seperti silinder pada
ujung proksimalnya, tetapi berubah secara perlahan menjadi berbentuk segitiga hingga
akhirnya menipis dan melebar pada ujung distalnya. Pada bagian lateralnya, yakni di
pertengahan corpus humeri, terdapat daerah berbentuk huruf V dan kasar yang disebut
sebagai tuberositas deltoidea. Daerah ini berperan sebagai titik perlekatan tendon musculus
deltoideus.
Beberapa bagian yang khas merupakan penanda yang terletak pada bagian distal
dari humerus. Capitulum humeri merupakan suatu struktur seperti tombol bundar pada sisi
lateral humerus, yang bersendi dengan caput radii. Fossa radialis merupakan suatu depresi
anterior di atas capitulum humeri, yang bersendi dengan caput radii ketika lengan
difleksikan. Trochlea humeri, yang berada pada sisi medial dari capitulum humeri, bersendi
dengan ulna. Fossa coronoidea merupakan suatu depresi anterior yang menerima processus
coronoideus ulna ketika lengan difleksikan. Fossa olecrani merupakan suatu depresi
posterior yang besar yang menerima olecranon ulna ketika lengan diekstensikan.
Epicondylus medialis dan epicondylus lateralis merupakan suatu proyeksi kasar pada sisi
medial dan lateral dari ujung distal humerus, tempat kebanyakan tendon otot-otot lengan
menempel. Nervus ulnaris, suatu saraf yang dapat membuat seseorang merasa sangat nyeri
ketika siku lengannya terbentur, dapat dipalpasi menggunakan jari tangan pada permukaan
kulit di atas area posterior dari epicondylus medialis.
Gambar 4. Tampilan Anterior Humerus
Gambar 5. Tampilan Posterior Humerus
Trauma pada anak berbeda dengan trauma pada dewasa. Anatomi dan fisiologi
sistem musculoskeletal yang sedang berkembang menghasilkan prinsip berbeda mengenai
cedera dan penatalaksanaanya. Tulang yang sedang tumbuh memiliki kapasitas untuk
melakukan remodeling (pembentukan kembali) seiring berjalannya waktu, bergantung pada
gaya gravitasi dan gaya muscular yang bekerja padanya. Kemampuan tulang anak untuk
melakukan remodeling setelah cedera memberikan toleransi reduksi fraktur yang hampir
sempurna.
Anatomi tulang pada anak-anak terdapat lempeng epifisis yang merupakan tulang
rawan pertumbuhan. Periosteum sangat tebal dan kuat, serta menghasilkan kalus yang cepat
dan lebih besar daripada orang dewasa. Tulang anak-anak sangat porous, korteks
berlubang-lubang dan sangat mudah dipotong oleh karena kanalis Haversian menduduki
sebagian besar tulang. Faktor ini menyebabkan tulang anak-anak dapat menerima toleransi
yang besar terhadap deformitas tulang dibandingkan orang dewasa.
• Fraktur Greenstick
Secara eklusif dijumpai pada anak-anak, sering terjadi pada tulang forearm.
Fraktur ini ditandai dengan adanya sisi korteks dan periosteum yang tetap intak
sedangkan pada sisi yang lain terjadi disrupsi.
Sering dijumpai pada metastasis yang disertai kompresi sepanjang sumbu aksis
tulang. Korteks kolaps sedangkan periosteum yang intak seperti kelihatan menonjol.
Pada sisi yang lain korteks membengkok menjauhi growth plate.
• Tipe Ekstensi
Sering terjadi 99% kasus. Pada fraktur ini fragmen distal bergeser kearah
posterior. Bila melibatkan sendi, fraktur suprakondiler tipe ekstensi diklasifikasikan
sebagai fraktur transkondiler atau interkondiler. Fraktur terjadi akibat hyperxtension
injury (outstreched hand) gaya diteruskan melalui elbow joint, sehingga terjadi fraktur
proksimal terhadap elbow joint. Fragmen ujung proksimal terdorong melalui
periosteum sisi anterior dimana m. brachialis terdapat, ke arah a. brachialis dan n.
medianus. Fragmen ini mungkin menembus kulit sehingga terjadi fraktur terbuka.
• Tipe Fleksi
Pada tipe fleksi jarang terjadi yaitu 1-2%. Fragmen distal bergeser ke arah
anterior. Trauma terjadi akibat trauma langsung pada aspek posterior elbow dengan
posisi fleksi. Hal ini menyebabkan fragmen proksimal menembus tendon triceps dan
kulit.
• Epidemiologi3
Fraktur ini sering terjadi pada anak-anak, yaitu sekitar 55%-75% dari seluruh kasus
fraktur sekitar. Mayoritas fraktur suprakondiler pada anak-anak terjadi pada usia 3-10
tahun, dengan puncak kejadiannya pada usia 5 - 8 tahun. Dan biasanya paling sering
ditemukan pada anak laki-laki daripada anak perempuan dengan perbandingan 3:2.
• Etiologi3
• Luka tembak
• Sidewipe injuries
• Diagnosis
• Gejala Klinis1,3
• Nyeri terus menerus dan bertambah berat. Nyeri berkurang jika fragmen tulang
diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah
yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
• Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat
fraktur.
• Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik
tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.
• Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau
beberapa hari setelah cedera.
• Pada pemeriksaan harus diperhatikan keutuhan faal nervus radialis dan arteri
brakialis. Saat pemeriksaan apakah terjadi berkurangnya denyut nadi arteri radialis.
• Terlihat pucat.
• Pemeriksaan Fisik1
• Tipe Ekstensi
• Tipe Fleksi
• Posisi siku fleksi (semifleksi), dengan siku yang bengkak dengan sudut jinjing
yang berubah.
• Sangat penting diperiksa gangguan sirkulasi perifer dan lesi pada saraf tepi yang
memerlukan tindakan reduksi fraktur segera, yaitu: warna kulit, palpasi pulsasi,
temperatur dan waktu dari capilarry refill.
• Jika terdapat lesi pada n. ulnaris akan mengakibatkan ketidakmampuan abduksi dan
aduksi jari jari.
• Pemeriksaan Penunjang4
Pemeriksaan penunjang dengan radiologi proyeksi AP/LAT, jelas dapat dilihat tipe
ekstensi atau fleksi.
• Penatalaksanaan1,10
Bila reposisi berhasil biasanya dalam 1 minggu perlu dibuat foto rontgen
kontrol, karena dalam 1 minggu bengkak akibat hematom dan udem yang selanjutnya
dapat menyebabkan terlepasnya reposisi yang telah tercapai. Umumnya penyembuhan
fraktur suprakondiler ini berlangsung cepat dan tanpa gangguan.
• Operasi
Bila reposisi gagal, atau bila terdapat gejala Volkmann Ischemia atau lesi saraf
tepi, dapat dilakukan tindakan reposisi terbuka secara operatif dan dirujuk ke dokter
spesialis orthopaedi.
Indikasi Operasi :
• Displaced fracture
• Fraktur Terbuka
• Fraktur segmental
• Fraktur patologis
• Kontraktur elbow
• Siku melayang (floating elbow) pada fraktur lengan bawah (antebrachii) dan
humerus tidak stabil bersamaan
• Komplikasi1,2,3
• Komplikasi Awal
• Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT
menurun, sianosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas
yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang
sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
• Kompartement Syndrom
Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam ruang
tertutup di otot, yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan sehingga
menyebabkan hambatan aliran darah yang berat dan berikutnya menyebabkan
kerusakan pada otot. Gejala-gejalanya mencakup rasa sakit karena
ketidakseimbangan pada luka, rasa sakit yang berhubungan dengan tekanan yang
berlebihan pada kompartemen, rasa sakit dengan perenggangan pasif pada otot yang
terlibat, dan paresthesia. Komplikasi ini terjadi lebih sering pada fraktur tulang
kering (tibia) dan tulang hasta (radius atau ulna).
Kompartement syndrom bisa menyebabkan Volkmann’s ischemia yaitu
terjepitnya a. brachialis yang akan menyebabkan iskemia otot-otot dan saraf tepi
pada regio antebrachii. Operasi dapat berupa repair/reseksi arteri yang robek, bila
Volkmann’s ischemia tidak tertolong segera akan menyebabkan Volkmann’s
kontraktur dimana otot-otot fleksor lengan bawah menjadi nekrosis dan akhirnya
fibrosis, sehingga tak berfungsi lagi.
• Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya
terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain
dalam pembedahan seperti pin dan plat.
• Osteomyelitis
Adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan korteks
tulang dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh) atau hematogenous
(infeksi yang berasal dari dalam tubuh). Patogen dapat masuk melalui luka fraktur
terbuka, luka tembus, atau selama operasi. Luka tembak, fraktur tulang panjang,
fraktur terbuka yang terlihat tulangnya, luka amputasi karena trauma dan fraktur-
fraktur dengan sindrom kompartemen atau luka vascular memiliki risiko
osteomyelitis yang lebih besar.
• Cedera Saraf
Radial nerve palsy dapat terjadi pada fraktur shaft humerus, terutama fraktur
oblik pada sepertiga tengah dan distal tulang humerus. Pada cedera yang tertutup,
saraf ini sangat jarang terpotong. Jadi tidak diperlukan operasi segera.
Pergelangan tangan dan telapak tangan harus secara teratur digerakkan dari
pergerakan pasif putaran penuh hingga mempertahankan (preserve) pergerakan
sendi sampai saraf pulih. Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan dalam 12 minggu,
saraf harus dieksplorasi. Pada lesi komplit, jahitan saraf kadang tidak memuaskan,
tetapi fungsi dapat kembali dengan baik dengan pemindahan tendon.
BAB III
ANALISA KASUS
Anak perempuan usia 6 tahun dengan keluhan utama terbatas gerak sendi. Dialami sejak
± 1 bulan yang lalu setelah terjatuh. MoT: Pasien terjatuh dari kursi saat sedang bermain dengan
posisi siku kanan menyentuh lantai terlebih dahulu.
Menurut teori, fraktur suprakondiler humerus adalah fraktur pada ujung distal dari tulang
humerus tepatnya diatas epifisial plate atau lempeng pertumbuhan. Fraktur suprakondiler
humerus ini merupakan salah satu fraktur ekstremitas atas tersering pada usia anak-anak (5-8
tahun) dengan prevalensi tinggi terhadap timbulnya komplikasi cidera neurovaskular maupun
deformitas cubitus varus. Tulang anak yang sedang tumbuh memiliki kapasitas untuk melakukan
remodeling (pembentukan kembali) seiring berjalannya waktu. Kemampuan tulang anak untuk
melakukan remodeling setelah cedera memberikan toleransi reduksi fraktur yang hampir
sempurna. Pada kasus ini, pasien mengalami terbatas gerak sendi siku sehingga membuat pasien
kesulitan untuk makan, minum, dan sebagainya saat menggunakan tangan kanannya karena
timbul rasa sakit. Salah satu gejala klinis pada fraktur humerus suprakondiler adalah timbulnya
rasa nyeri pada daerah fraktur.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya deformitas extension kontraktur dan ROM:
aktif dan pasif elbow joint terbatas karena nyeri. Menurut teori, deformitas dapat disebabkan
oleh pergeseran fragmen pada ekstremitas. Deformitas dapat diketahui dengan membandingkan
dengan ekstremitas normal.
Pemeriksaan penunjang dilakukan foto rontgen AP/Lat humerus dextra. Sesuai teori,
pemeriksaan penunjang fraktur suprakondiler humerus dengan radiologi proyeksi AP/LAT, jelas
dapat dilihat tipe ekstensi atau fleksi.
Pada pasien tersebut selama fraktur tidak pernah dilakukan reposisi dengan baik tetapi
diurut ke dukun (+) 4 kali. Menurut teori, terapi konservatif fraktur suprakondiler humerus
adalah reposisi. Bila reposisi gagal, atau bila terdapat gejala Volkmann Ischemia atau lesi saraf
tepi, dapat dilakukan tindakan reposisi terbuka secara operatif dan dirujuk ke dokter spesialis
orthopedi. Pada pasien ini direncanakan untuk dilakukan operasi osteotomy. Sesuai teori,
indikasi dilakukannya operasi adalah kontraktur elbow, displaced fracture, fraktur disertai cedera
vascular, fraktur terbuka, cedera multiple berat, fraktur segmental, fraktur ekstensi intra-artikuler
yang bergeser, fraktur patologis, dan siku melayang (floating elbow) pada fraktur lengan bawah
(antebrachii) dan humerus tidak stabil bersamaan.
Pada kasus ini, akibat tidak dilakukan penanganan dengan baik pada awal terjadinya
fraktur, maka menyebabkan terjadinya komplikasi berupa kontraktur elbow dan malunion fraktur
supracondilus humerus dextra. Secara teori, komplikasi dalam waktu lama dapat berupa delayed
union (penyatuan tertunda), non union (tak menyatu), malunion, dan kontraktur. Kontraktur
adalah hilangnya atau kurang penuhnya lingkup gerak sendi secara pasif maupun aktif karena
keterbatasan sendi, fibrosis jaringan penyokong, otot dan kulit. Efek kontraktur menyebabkan
terjadinya gangguan fungsional, gangguan mobilisasi dan gangguan aktifitas kehidupan sehari-
hari. Sedangkan malunion adalah kelainan penyatuan tulang karena penyerasian yang buruk
menimbulkan deformitas, angulasi atau pergeseran. Penyebabnya adalah tidak tereduksinya
fraktur secara cukup, kegagalan mempertahankan reduksi ketika terjadi penyembuhan, atau
kolaps yang berangsur-angsur pada tulang yang osteoporotik atau kominutif. Malunion bisa
menimbulkan masalah fungsional atau kosmetik yang tak dapat diterima, dan mungkin
diperlukan osteotomy dan reposisi.
BAB IV
KESIMPULAN
• Fraktur suprakondiler humerus adalah fraktur pada ujung distal dari tulang humerus
tepatnya diatas epifisial plate atau lempeng pertumbuhan.
• Jenis fraktur suprakondiler humerus dapat dibedakan menjadi jenis ekstensi dan jenis
fleksi.
• Fraktur suprakondiler humerus sering terjadi pada anak-anak usia 3-10 tahun dengan
puncak kejadiannya pada usia 5 - 8 tahun, yaitu sekitar 55%-75% dari seluruh kasus fraktur
sekitar.
• Diagnosis fraktur suprakondiler humerus, ditegakkan dengan menilai gejala klinis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya seperti modalitas radiologi.
• Prinsip terapi konservatif fraktur suprakondiler humerus adalah reposisi dan immobilisasi.
• Komplikasi berupa komplikasi awal dan komplikasi lanjut dalam waktu lama (delayed
union (penyatuan tertunda), non union (tak menyatu), malunion, dan kontraktur.
• Komplikasi berupa malunion dan efek kontraktur bisa menimbulkan masalah fungsional
atau kosmetik, gangguan mobilisasi dan gangguan aktifitas kehidupan sehari-hari, dan
mungkin diperlukan osteotomy dan reposisi.
DAFTAR PUSTAKA
• Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed. 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2014.
• Apley AG, Solomon L. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. Ed. 7. Jakarta:
Widya Medika; 2013.
• Egol KA, Koval KJ, Zuckerman JD. Handbook of Fractures 5th Edition. Philadelphia:
Wolters Kluwer. 2015.
• Moore KL, Dalley AF. Anatomi Berorientasi Klinis. Ed. 5. Jilid 2. Jakarta: Penerbit
Erlangga; 2013.
• Pearce EC. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama;
2012.
• Rudolph AM, Hoffman JIE, Rudolph CD. Buku Ajar Pedoatri RUDOLPH. Ed. 20. Volume
3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.
• Habiburrahman MF, Leonas R, Marwoto J. Karakteristik Pasien Fraktur Suprakondiler
Humerus pada Anak di Rsup dr. Mohammad Hoesin Palembang Periode 2014-2017.
Majalah Kedokteran Sriwijaya. 2018; (1): 26-34.
• Sabiston DC. Buku Ajar Bedah. Bagian 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2013.
• Islam SU, Glover AW, Waseem M. Challenges and Solutions in Management of Distal
Humerus Fractures. The Open Orthopaedics Journal. 2017; 11: 1292-1307.
• Anglen J. Surgical Techniques Distal Humerus Fractures. JAAOS - Journal of the
American Academy of Orthopaedic Surgeons. 2005; 13(5): 291.